Anda di halaman 1dari 3

RESUME HASIL WORKSHOP DENGAN TEMA “ANTIBIOTIK DI RUMAH SAKIT DALAM

MENDUKUNG PRA (PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIMIKROBA)

JENIS KEGIATAN YANG DIIKUTI WORKSHOP


NAMA PESERTA SEBASTIANUS BAHO, S.Farm.,Apt
NIP 19870722 201402 1002
JABATAN STAF DINAS KESEHATAN KB.MANGGARAI
BARAT
TANGGAL PELAKSANAAN 04-06 DESEMBER 2019

A. DASAR MENGIKUTI KEGIATAN


Surat Tugas Plt.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat tanggal 03
Desember 2019

B. NAMA KEGIATAN
Workshop Dengan Tema “Antibiotik Di Rumah Sakit Dalam Mendukung
PRA(Pengendalian Resistensi Antimikroba)

C. WAKTU DAN TEMPAT


Hari : Kamis-Sabtu
Tanggal: 04-06 Desember 2019
Tempat: Chrysant Home Stay Kupang Jl. Antonov No.27 Kompleks AURI Baumata
Barat

D. PENYELENGGARA
Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur

E. NARA SUMBER:
1. Fachriah Syamsudin (Kementerian Kesehatan RI)
2. Feolistin M.Pobas, S.Farm.,M.Sc.Apt (Praktisi Farmasi Klinis Rs.Siloam)
3. dr.Alders Allen Kusa Nitbani , SpB.(Dokter Spesialis Bedah RS.Prof.W.Z.Yohanes
Kupang)

F. HASIL KEGIATAN
Perubahan paradigma penggunaan Antimikroba

G. RANGKUMAN
Materi Ibu.fachryah Sayamsudin
Pengendalian Resistensi Antimikroba
Resistensi Antimikroba disebabkan oleh:
a. Misuse
b. Under use
c. Over use
 Penyebaran resistensi antimikroba tidak hanya pada manusia tetapi
juga sektor peternakan, dan perikanan. Resistensi mengancam upaya
pencegahan dan pengobatan efektif untuk berbagai infeksi yang terus
menerus meningkat, yang disebabkan oleh bakteri, parasit, virus dan
jamur
 Kematian akibat Resistensi Antimikroba (RMA) di dunia (data WHO)
tahun 2013 700.000/tahun, diperkirakan tahun 2050 sebanyak
10.000.000/tahun
 Mekanisme resistensi: antibiotik juga menyerang flora normal yang
melindungi tubuh dari infeksi, bakteri resisten memiliki kondisi yang
ideal untuk tumbuh dan berkembang, bakteri resisten mentransfer
sifat resistennya ke bakteri yang lain, sehingga menyebabkan masalah.
 Masalah RMA membutuhkan upaya holistik dan multisektoral dengan
pendekatan one health antara kesehatan manusia, kesehatan hewan,
ketahanan-keamanan pangan, dan lingkungan

 Global action plan dan strategi nasional pada RMA:

 Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap


pengendalian resistensi antimikroba melalui komunikasi,
pendidikan dan pelatihan yang efektif
 Meningkatkan pengetahuan dan data melalui surveilans dan
penelitian
 Menurunkan insiden infeksi melalui sanitasi, higiene dan
pencegahan pengendalian infeksi yang efektif
 Mengoptimalkan penggunaan antimikroba secara bijak pada
manusia dan hewan
 Membangun investasi penemuan obat, alat diagnostik dan
vaksin baru untuk menurunkan pengunaan antimikroba
 Kebijaka penggunaan antibiotik:
 Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN)
 Formularium Nasional (FORNAS)
 Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
 Permenkes Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011
 Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik
 Undang-undang tentang Obat Keras
 Upaya yang bisa dilakukan tenaga kesehatan:
 Menggunakan antibiotik sesuai indikasi
 Terapeutik : hanya untuk infeksi bakteri
 Profilaksis : pada pasien resiko tinggi infeksi pasca op
 Memperbaiki dan mempercepat diagnostik infeksi
 Pemeriksaan laboratorium (leukosit, kultur)
 Pengambilan sampel lab secara benar / tepat
 Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik
 Penangan limbah obat/ medis secara tepat
 Memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang penggunaan antimikroba secara bijak (Gema
Cermat)

Materi ibu Feolistin M.Pobas

Penekanan pada

 Mendorong pembentukan PPRA pada rumah sakit (Program Pengendalian Resistensi


Antimikroba)
 Peran apotker pada tim PPRA:
 Pemilihan Antibiotik yang masuk dalam Formularium RS
 Penyusunan Pedoman Penggunaan Antibiotik
 Penyusunan Kebijakan Restriksi Antibiotik
 Evaluasi Penggunaan Antibiotik (Kualitatif, kuantitatif, costeffectiveness)
 Pemantauan terapi antimikroba 6. Analisis Laporan Efek Samping Antibiotik

Kupang, 06 Desember 2019


Peserta,

ttd

Sebastianus Baho, S.Farm.,Apt


NIP.19870722 201402 1002

Anda mungkin juga menyukai