Anda di halaman 1dari 22

PERMINTAAN PEMERIKSAAN KULTUR

ANTIBIOTIK
Nomor
Dokumen:

Nomor Revisi
Halaman
1
RS ISLAM
AR - RASYID

Tanggal Ditetapkan Oleh :


Terbit :
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL KOL.CKM (P). dr.Tony Siguntang,
(SPO) Sp.THT, MARS

PENGERTIAN Kultur antibiotik adalah suatu tindakan


pemeriksaan jenis kuman pada specimen
baik darah, urin ,sputum, luka terhadap
antibiotik.

TUJUAN Untuk menentukan jenis antibiotik yang


sesuai dengan jenis kuman sehingga
diperoleh terapi antibiotik yang tepat.
Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik
KEBIJAKAN RSUD Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA

PROSEDUR 1. Dokter IGD / DPJP menegakkan diagnosa


penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
yang berpotensi sepsis dan atau penyakit
terdiagnosa sepsis
2. Setelah diagnosa tegak, dilakukan
pengambilan specimen yang sesuai untuk
dilakukan pemeriksaan kultur sebelum
pemberian antibiotik empiris.
1. IGD
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
3. HCU
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Komite PPRA
RSUD BANYUASIN
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK TERAPEUTIK /
DEFINITIF

Nomor
Dokumen
Jl. Raya
041/PROGNS- Nomor Revisi Halaman
Palembang – Betung AKRE/RSUD/ 00 1
KM.48Seterio 2018
Kab.Banyuasin
Tanggal Terbit: Ditetapkan
03 September Direktur RSUD Banyuasin
2018
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Penggunaan antibiotik pada kasus
infeksi yang sudah diketahui jenis
bakteri penyebab dan pola resistensinya
(Lloyd W.2010).
TUJUAN Eradikasi atau penghambatan
pertumbuhan bakteri yang menjadi
penyebab infeksi, berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologi.
KEBIJAKAN Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik
RSUD Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
PROSEDUR DPJP menggunakan antibiotik terapeutik
sesuai dengan hasil kultur antibiotik setelah
menerima hasil kultur

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Instalasi Rawat Inap
3. HCU
4. Komite PPRA
RSUD BANYUASIN
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK EMPIRIS

Nomor Dokumen:
Nomor
Jl. Raya 040/PROGNAS- Halaman
Revisi
Palembang – Betung AKRE/RSUD/2018 1
00
KM.48 Seterio
Kab.Banyuasin
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur RSUD Banyuasin
STANDAR
03 September 2018
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Penggunaan antibiotik pada kasus infeksi
yang belum diketahui jenis bakteri
penyebabnya.
TUJUAN Eradikasia atau penghambatan pertumbuhan
bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi,
sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologi.
KEBIJAKAN Pedoman pengendalian resistensi antibiotik
RSUD Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
PROSEDUR 1. Dokter jaga IGD/DPJP menegakkan diagnosa
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
memberikan antibiotik sesuai ke ilmuannya
dengan mengacu pada antibiogram RSUD
Banyuasin dan pedoman penggunaan antibiotik
RSUD Banyuasin
2. Penggunaan antibiotik empirismaksimal 72
jam dan dapat diperpanjang 2 x 24 jam jika
hasil pemeriksaan kultur belum ada
3. Evaluasi terap iempiris
Hasil Kultur Klinis Sensitivitas Tindak lanjut
+Membaik Sesuai Lakukan deeskalasi
+Membaik tidak sesuai Evaluasi diagnosa dan
terapi
+Tetap/memburuk Sesuai Evaluasi diagnosa dan
terapi
+Tetap/memburuk tidak sesuai Evaluasi
diagnosa dan terapi
- Membaik / tetap o Evaluasi diagnose dan terapi
- Memburu o Evaluasi diagnose dan terapi

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Instalasi Rawat Inap
3. HCU
4. Komite PPRA
RSUD BANYUASIN PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KULTUR
ANTIBIOTIK

NomorDokume
n
Jl. Raya 039/PROGNAS- NomorRevisi Halaman
Palembang-Betung AKRE/RSUD/ 00 1
KM.48Seterio 2018
Kab.Banyuasin

TanggalTerbit : Ditetapkan
08 Januari Direktur RSUD Banyuasin
STANDAR 2018
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Kultur antibiotik adalah suatu tindakan
pemeriksaan jenis kuman pada specimen baik
darah, urin, sputum dan luka terhadap
antibiotik
TUJUAN Untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman sehingga diperoleh terapi
antibiotik yang tepat
KEBIJAKAN Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik
RSUD Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
PROSEDUR *Mikrobiologi memberikan hasil pemeriksaan
kultur antibiotik kepada perawat jaga maksimal
5 hari setelah pemeriksaan

*Perawat jaga segera melaporkan hasil


pemeriksaan kultur antibiotik kepada DPJP
maksimal 30 menit setelah hasil pemeriksaan
diterima

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Instalasi Rawat Inap
3. ICU
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Komite PPRA
RSUD BANYUASIN STOP ORDER ANTIBIOTIK EMPIRIK
ATAU DEFINITIF DAN RETRIKSI

Nomor
Jl. Raya Dokumen: Nomor
Palembang-Betung Halaman
038/PROGNAS- Revisi
1
KM.48 Seterio AKRE/RSUD/ 00
Kab.Banyuasin 2018

Tanggal Terbit : Ditetapkan


03 September Direktur RSUD Banyuasin
2018
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Penghentian penggunaan antibiotik secara
otomatis oleh apotek

TUJUAN Penggunaan antibiotik secara rasional


Mencegah resistensi mikroba

KEBIJAKAN Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik


RSUD Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
Pedoman Penggunaan Antibiotik

PROSEDUR 1. Perawat Jaga mengingatkan DPJP mengenai


penggunaan antibiotik yang sudah
digunakan 5 hari
2. Perawat jaga melaporkan kepada perawat
tim PPRA mengenai penggunaan antibiotik
selama maksimal 5 hari
3. Perawat jaga yang selanjutnya melaporkan
kepada apotek untuk menghentikan
pemberian antibiotik
UNIT TERKAIT 1. IGD
2. Instalasi Rawat Inap
3. HCU
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Komite PPRA
6. Instalasi Farmasi
RSUD BANYUASIN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RETRIKSI

Nomor
Dokumen:
NomorRevisi Halaman
Jl. Raya Palembang-
037/PROGNAS-
Betung KM.48 00 1
AKRE/RSUD/
Seterio 2018
Kab.Banyuasin
Tanggal Terbit : Ditetapkan
03 September Direktur RSUD Banyuasin
STANDAR 2018
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Antibiotik retriksi adalah antibiotik yang
digunakan dengan sangat terbatas

TUJUAN Penggunaan antibiotik secara rasional


Mencegah resisitensi mikroba

KEBIJAKAN Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik


RSUD Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
Pedoman Penggunaan Antibiotik
PROSEDUR 1. DPJP menulis resep antibiotik retriksi
(Meropenem Doripenem, Imipenem,
Vancomycin, Tigecycline, Moxifloxacin,
Piperacillin tazobactam) di rawat inap
dengan persetujuan ketua tim PPRA dan
sesuai hasil kultur antibiotik
2. Penggunaan antibiotik retriksi di HCU
dapatdigunakantanpapersetujuanKetua
Tim PPRA
3. Penggunaan antibiotik retriksi di HCU
harus sesuai dengan hasil kultur.

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Imstalasi Rawat inap
3. HCU
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Komite PPRA
RSUD BANYUASIN PENGHITUNGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
SECARA KUALITAS DAN KUANTITAS

Nomor
Dokumen:
Nomor Revisi Halaman
Jl. Raya Palembang- 036/PROGNAS-
00 1/2
Betung KM.48 AKRE/RSUD/
Seterio 2018
Kab.Banyuasin

Tanggal Terbit : Ditetapkan


03 September Direktur RSUD Banyuasin
STANDAR 2018
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
PENGERTIAN Suatu tindakan menghitung penggunaan antibiotik
dengan metode tertentu untuk mengetahui kualitas
dan kuantitas

TUJUAN Mengetahui dan Mengevaluasi pemahaman dan


kepatuhan penggunaan antibiotik yang sesuai

KEBIJAKAN Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik RSUD


Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
Pedoman Penggunaan Antibiotik
PROSEDUR 1. Penghitungan Kuantitas Antibiotik dengan
DDD / Defined Daily Dose. DDD adalah
asumsi dosis rata-rata per hari
penggunaan antibiotic untuk indikasi
tertentu pada orang dewasa. Data di
peroleh melalui rekam medis secara
retrospektif. Data dihitung untuk 200
kasus pasien setahun sekali
2. Penghitungan Kualitas dengan metode
Gyssen, Kualitas penggunaan antibiotik
dapat dinilai dengan melihat rekam medik
pasien.
M
Ti
St

Ya

Tidak
Y

Tidak
I
Tidak

Tidak
Ti Pem Ti Do Ti
II
Y Y
Inte Ti

R Ti
II
Y
Wa
Ya

UNIT TERKAIT 1. IGD


2. Instalasi Rawat Inap
3. ICU
4. Instalasi Rawat Jalan
5. Komite PPRA
6. Instalasi Farmasi
RSUD
BANYUASIN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS

No. Dokumen No. Revisi Halaman


1/1
035/PROGNAS- 00
AKRE /RSUD/2018
Jl. Raya
Palembang –
Betung
KM.48Seterio
Kab.Banyuasin
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur RSUD Banyuasin
03 September 2018
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
Pemberian antibiotik adalah cara pemberian anti bakteri
(bakteriostatik maupun bakterisid ) yang sesuai dengan
PENGERTIAN
kemungkinan jenis bakteri penyebab penyakit yang
diberikan sebelum dilakukan tindakan operasi.

Sebagai tindakan preventif terhadap infeksi yang terjadi


TUJUAN
pada tindakan operasi

Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik RSUD


KEBIJAKAN
Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
1. Lakukan edukasi kepada pasien dan keluarga
terhadap pemberian Antibiotik sebelum
dilaakukan operasi melaui Informed consent
2. Lakukan test alergi / skin test terlebih dahulu
3. Lakukan test terlebih dahulu dengan antiobiotik
yang telah ditentukan oleh RS dan jika terjadi
PROSEDUR
alergi dapat digunakan Antiobiotik lagi yang
disetujui Rumah Sakit.
4. Bilah tidak ada alergi dapat diberikan sesuai
dosis yang direncanakan dan diberikan 1 jam
sebelum tindakan operasi. Pada pasien Cito/
Emergensi pemberian ini tetap dilakukan.

UNIT 1. Seluruh pelayanan keperawatan RSUD Banyuasin


TERKAIT 2. IGD
3. Instalasi Farmasi
RSUD BANYUASIN
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK RASIONAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

034/PROGNAS- 00 1/2
Jl. Raya
AKRE/RSUD/2018
Palembang – Betung
KM.48 Seterio
Kab.Banyuasin
Tanggal Terbit : Ditetapkan

03 September Direktur RSUD Banyuasin


STANDAR 2018

PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009

Penggunaan antibiotik rasional adalah suatu


upaya otorisasi rumah sakit dalam membuat
suatu sistem terukur dan terstandarisasi
dalam penggunaan antibiotik rasional di
rumah sakit.
Kebijakan tersebut mencangkup :
1. Kebijakan Manajemen Rumah Sakit dalam
Standarisasi Penggunaan Antibiotik yang
PENGERTIAN rasional
2. Upaya untuk membentuk keterpaduan dalam
penggunaan antibiotik rasional berdasarkan
keilmuan berbasis bukti
3. Standarisasi penggunaan antibiotik untuk
pelayanan pasien yang optimal berkorelasi
dengan program pengendalian infeksi rumah
sakit, terutama dalam menghadapi kasus
MDR.
Kebijakan Penggunaan Antibiotik di Rumah
Sakit dilaksanakan untuk optimalisasi
pelayanan kesehatan dirumah sakit terutama
TUJUAN
dalam manajemen penyakit infeksi dari berbagai
multidisiplin sehingga menjadi acuan dalam
pengendalian infeksi dan keselamatan pasien.
Pedoman pengendalian resistensi Antibiotik -
RSUD Banyuasin
KEBIJAKAN
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
1. Pemeriksaan kuman secara periodik
2. Melaksanakan kewaspadaan Universal
3. Pencegahan MDR Antibiotik dengan
pemantauan pasien berat yang dirujuk dengan
penggunaan antibiotik sebelumnya
4. Pemeriksaan kultur kuman dengan metoda
yang terukur
5. Tersedianya pemeriksaan untuk MDR
Pseudomonas dan MDR Klebsiella
Karbapenemase
6. Isolasi pasien pada tempat khusus untuk
MRSA
7. Melaksanakan prinsip Pencegahan MDR
Antibiotik dengan :
PROSEDUR
a. Pemeriksaan spesimen mikrobiologi ;
spesimen diambil dari darah, urine, sputum,
pus atau cairan serebrospinalis tergantung
diagnosis yang dicurigai
b. Jika dicurigai bakteri ; diberikan antibiotika
emperik berdasarkan pertimbangan klinis, pola
kultur dan resistensi lokal
c. Setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologis
diberikan antibiotika definitif sesuai kultur dan
resistensi
8. Melaksanakan strategi Kebijakan MDR
Antibiotika dengan :
a. Menangani patogen sebagai Infeksi bukan
kolonisasi
b. Memberikan terapi berdasarkan data lokal
mengenai kepekaan kuman
c. Menggunakan antimikroba sebagai
monoterapi atau kombinasi
d. Mengoptimalkan terapi berdasarkan
farmakokinetik dan farmakodinamik
e. Mempertimbangkan komorbiditas
dan fungsi organ
f. Mencegah transmisi.
1. Seluruh pelayanan keperawatan
RSUD Banyuasin
UNIT TERKAIT
2. Instalasi Farmasi
3. Komite PPRA
RSUD BANYUASIN
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK BIJAK

No. Dokumen No. Revisi Halaman

039/PROGNAS- 00 1/3
Jl. Raya AKRE
Palembang – Betung /RSUD/2018
KM.48 Seterio
Kab.Banyuasin
Tanggal terbit : Ditetapkan
Direktur RSUD Banyuasin
03 September
STANDAR
2018
PROSEDUR
OPERASIONAL
(SPO)
dr. Hj. Emi Lidia Arlini, M.Si
NIP. 19730313 200604 2 009
Antibiotik merupakan suatu bahan atau senyawa
kimia yang digunakan untuk menangani suatu
penyakit infeksi.
PENGERTIAN Penggunaan antibiotik bijak yaitu penggunaan
antibiotik dengan spectrum sempit, pada indikasi
yang ketat dengan dosis yang akurat, interval dan
lama pemberian yang tepat.
1. Terlaksananya penggunaan antibiotik yangbijak
di RSUD Banyasin
TUJUAN
2. Penurunan resistensi antibiotik di RSUD
Banyuasin
Pedoman Pengendalian Resistensi Antibiotik RSUD
KEBIJAKAN Banyuasin
Permenkes No. 8 tahun 2015 tentang PPRA
1. Antibiotik empiris diberikan di RSUD Banyuasin
berdasarkan :
1.1 Pedoman umum penggunaan antibiotik
No.2406 Kemenkes 2011
1.2 Panduan praktek klinik dan clinical pathway
yang sudahditetapkan
1.3 Formularium RSUD Banyuasin
2. Antibiotik empiris diberikan setelah pengambilan
spesimen untukpemeriksaan kultur dan tes
PROSEDUR kepekaan antibiotik.
3. Pemberian dengan indikasi, yaitu
3.1. Sudah ditegakkan diagnosis infeksi yang tepat
dengan mengacu secara klinis, mikrobiologi,
hematologi, kimia, serologi dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
3.2. Tidak memberikan antibiotik pada penyakit
non infeksi dan infeksi non bakterial.
3.3. Pemberian antibiotik awal merupakan
antibiotik lini I dan spektrum sempit.

3.4. Beberapa antibiotik hanya boleh diresepkan oleh


dokter dan diberikan oleh farmasi, jika ada hasil kultur
atau telah mendapat usulan dari spesialis mikrobiologi
klinik (mekanisme automatic stop order). Antibiotik
tersebut memiliki kekhasan dalam mengatasi kuman
resisten atau memicu resistensi seperti Vancomycin dan
Linezolid untuk MRSA, Ceftazidime untuk Pseudomonas
MDRO, golongan Carbapenem untuk MDRO,
PROSEDU Cephalosporin generasi III untuk kuman bentuk
R
batang gram negatif dan Tigecycline untuk
Acinetobacter MDRO.
3.5. Automatic stop order dilakukan dengan cara:
3.5.1. Setiap ada resep antibiotik terutama
antibiotik khusus, farmasi akan meminta hasil
salinan kultur dan pola kepekaan antibiotik
yang telah disetujui oleh spesialis mikrobiologi
klinik.
3.5.2. Salinan tersebut akan diteruskan ke
komite farmasi dan dikonsultasikan ke tim
PPRA ataupun komite PPI yang akan bekerja
lewat IPCO (Infection Prevention Control
Officer). Hasil konsultasi disampaikan ke
dokterpenanggung jawab pasien.
3.5.3. Berkas akan diteruskan ke direktur medik
danpelayanan untuk mendapatkan pengesahan.
3.5.4. Jika telah disetujui maka antibiotik dapat
diberikan.
3.6. Penggunaan antibiotik akan dievaluasi setiap 6
bulan
menggunakan kriteria Gyssens dan disusun
peta medan kuman.
4. Pemilihan jenis antibiotik berdasarkan:
4.1. Peta medan kuman RSUD Banyuasin
4.2. Hasil kultur dan tes sensitifitas antibiotik
4.3. Usulan spesialis mikrobiologi klinik

1. Seluruh pelayanan keperawatan RSUD


Banyuasin
UNIT TERKAIT 2. IGD
3. Instalasi Farmasi
4. Komite PPRA

Anda mungkin juga menyukai