Anda di halaman 1dari 5

Yaumul Hisab & Yaumul Mahzar

Proses setelah terjadinya hari kiamat akan melalui beberapa fase, sampailah kepada hari
di mana manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk dihitung dan ditimbang amalnya
atau dikenal dengan Yaumul Hisab dan Yaumul Mizan

‘bilangan, hitungan, penghitungan secara teliti dan sempurna tanpa ditambah dan dikurangi.’

Hisab adalah perhitungan amalan manusia di hari kiamat. Ketika itu amalan shalih
yang telah dilakukan seseorang di dunia serta amalan keburukannya akan
diperlihatkan dan diperhitungkan untuk menentukan apakah ia berhak mendapatkan
keridhaan Allah atau justru kemurkaan dari-Nya.

Adapun Mizan yaitu timbangan yang akan Allah letakkan untuk membandingkan
antara amalan kebaikan seorang hamba dan amalan keburukannya, mana yang
lebih berat di sisi Allah. Dengan itu akan tampak keadilan Allah, tidak sedikitpun
Dia menzhalimi hamba-hamba-Nya.

Dalil Adanya Yaumul Hisab Dalam Al Quran


Ayat yang menyebutkan ayat hisab secara umum, dan Allah akan menghisab amal sangatlah
banyak. Kami hanya menyebutkan dalil ayat-ayat Al Quran yang menyebutkan secara
langsung yaumul hisab (hari perhitungan).

 Ibrahim: 41
ُ‫يَوْ َم يَقُو ُم ْٱل ِح َساب‬  َ‫ى َولِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬
َّ ‫َربَّنَا ٱ ْغفِرْ لِى َولِ ٰ َولِ َد‬
Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada
hari diadakan perhitungan (Yaumul Hisab).”
 Shad: 16
١٦:‫– ص‬ ‫ب‬ ِ ‫يَوْ ِم ْال ِح َسا‬ ‫َوقَالُوا َربَّنَا َع ِّجلْ لَنَا قِطَّنَا قَب َْل‬
Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, segerakanlah azab yang diperuntukkan bagi kami
sebelum hari perhitungan (Yaumul Hisab).”
 Shad: 53
ِ ‫لِيَوْ ِم ْال ِح َسا‬  َ‫ٰهَ َذا َما تُو َع ُدون‬
٥٣ :‫– ص‬ ‫ب‬
Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari perhitungan (Yaumul Hisab)

Hisab menurut kaca mata akidah memiliki dua pengertian:

1. Pemaparan perbuatan (al-‘Aradh).


Ini hanya untuk orang mukmin. Dia akan ditanya tentang amalnya, ilmunya dan nikmat yang
Allah berikan kepadanya.

Dia akan menjawab dengan cara yang membuatnya nyaman dan menjelaskan maksudnya
dengan cara yang meyakinkan dan dengan cara yang akan menyebabkan berkah Allah terus
dianugerahkan kepadanya.

Ketika dosa-dosanya ditunjukkan kepadanya, dia akan mengakuinya, kemudian Allah akan
menutupinya dan memaafkannya. Ini tidak akan menjadi pemeriksaan menyeluruh dan dia
tidak akan diinterogasi.

Kemudian dia akan mengambil bukunya (catatan perbuatan) dengan tangan kanannya, dan
dia akan kembali ke keluarganya di surga dengan gembira, karena dia telah diselamatkan dari
azab dan telah memperoleh pahala.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan di dalam sabdanya,


‫ف يُ َحا َسبُ ِح َسابًا‬ َ ‫ت َأ َولَي‬
َ ‫ْس يَقُو ُل هَّللا ُ تَ َعالَى فَ َس ْو‬ ُ ‫ت َعاِئ َشةُ فَقُ ْل‬
ْ َ‫ب قَال‬َ ‫ب ُع ِّذ‬ ِ ‫َم ْن ح‬
َ ‫ُوس‬
َ ‫ش ْال ِح َس‬
‫اب يَ ْهلِ ْك‬ َ ِ‫ت فَقَا َل ِإنَّ َما َذلِ ِك ْال َعرْ ضُ َولَ ِك ْن َم ْن نُوق‬ ْ َ‫يَ ِسيرًا قَال‬
“Barangsiapa yang dihisab, maka ia tersiksa”. Aisyah bertanya, “Bukankah Allah telah berfirman ‘maka
ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah’ (QS. Al-Insyiqaq: 8)” Maka Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab, “Itu baru al-‘aradh (penampakan amal). Namun barangsiapa yang diteliti
hisabnya, maka ia akan binasa.” (HR. Bukhari, no. 103 dan Muslim, no. 2876)
Dalam ayat lain tentang hisab disebutkan,
َ ‫ْاليَ ْو َم نَ ْختِ ُم َعلَى َأ ْف َوا ِه ِه ْم َوتُ َكلِّ ُمنَا َأ ْي ِدي ِه ْم َوتَ ْشهَ ُد َأرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسب‬
‫ُون‬
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi
kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS. Yasin: 65)

ِ ‫ال ٰهَ َذا ْال ِكتَا‬


‫ب اَل‬ َ ُ‫ين ِم َّما فِي ِه َويَقُول‬
ِ ‫ون يَا َو ْيلَتَنَا َم‬ َ ‫ض َع ْال ِكتَابُ فَتَ َرى ْال ُمجْ ِر ِم‬
َ ِ‫ين ُم ْشفِق‬ ِ ‫َو ُو‬
‫ك َأ َحدًا‬
َ ُّ‫ظلِ ُم َرب‬ ْ َ‫اضرًا ۗ َواَل ي‬ ِ ‫صاهَا ۚ َو َو َج ُدوا َما َع ِملُوا َح‬ َ ْ‫ص ِغي َرةً َواَل َكبِي َرةً ِإاَّل َأح‬
َ ‫يُ َغا ِد ُر‬
“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang
(tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: “Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak
meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka
dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang
juapun”.” (QS. Al-Kahfi: 49)
Kemudian dia akan diberi kitab amal kebaikannya. Adapun orang-orang kafir dan munafik,
para saksi akan berkata, “Mereka itulah orang-orang yang berdusta terhadap Tuhan mereka!”
Tanpa keraguan! Laknat Allah akan menimpa orang-orang yang zhalim.’ [Hud:18].”

2. Hisab secara seksama dan menyeluruh.


Inilah hisab Allah bagi orang-orang kafir dan siapa saja yang dikehendaki-Nya dari orang-
orang berdosa di antara orang-orang yang mentauhidkan-Nya. Hisab mereka mungkin
panjang dan sulit, sesuai dengan jumlah dosa mereka.

Adapun orang-orang berdosa di antara orang-orang yang mentauhidkan-Nya, Allah mungkin


memasukkan siapa saja yang Dia kehendaki ke Neraka selama beberapa waktu, kemudian
Dia akan mengeluarkan mereka dan memasukkan mereka ke dalam surga untuk selama-
lamanya.

Muslim (2968) meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata:

Para sahabat bertanya,” Ya Rasulullah, apakah kami akan melihat Tuhan kami pada hari
kiamat?” Beliau bersabda, “Apakah kalian kesulitan melihat matahari di siang hari ketika
tidak ada awan?” Mereka menjawab,” Tidak.”
Beliau berkata, “Apakah kalian memiliki masalah melihat bulan pada malam purnama,
ketika tidak ada awan?” Mereka berkata,” Tidak.” Beliau berkata, “Demi Dzat yang jiwaku
berada di tangan-Nya, kalian tidak akan memiliki masalah yang lebih besar dalam melihat
Tuhan kalian daripada ketika kalian melihat keduanya.
Allah akan menemui hamba-Nya dan berkata,”Wahai fulan, bukankah Aku telah
memuliakanmu, menjadikanmu pemimpin, memberimu istri dan menundukkan kuda dan unta
untukmu, dan memberimu kesempatan menjadi pemimpin?”
Dia akan berkata,” Ya.” Allah akan berkata,” Apakah kamu pikir kamu akan bertemu
dengan-Ku? Dia akan berkata,” Tidak.” Allah akan berkata,” Maka Aku akan melupakanmu
sebagaimana kamu melupakan Aku.”
Kemudian Allah akan menemui orang kedua dan berkata,” Wahai fulan, bukankah aku telah
memuliakanmu, menjadikanmu pemimpin, memberimu istri dan menundukkan kuda dan unta
untukmu, dan memberimu kesempatan menjadi pemimpin?”
Dia akan berkata,” Ya, ya Tuhan.” Allah akan berkata,” Apakah kamu pikir kamu akan
bertemu dengan-Ku? Dia akan berkata,”Tidak.” Allah akan berkata,”Maka Aku akan
melupakanmu seperti kamu melupakan Aku.”
Kemudian Allah akan bertemu dengan orang ketiga dan akan mengatakan sesuatu yang
serupa dengannya, dan dia akan berkata,”Ya Tuhan, aku telah beriman kepada-Mu dan
kepada Kitab-Mu dan Rasul-rasul-Mu, dan aku telah shalat, berpuasa, dan bersedekah,” dan
dia akan menyebutkan sebanyak-banyaknya hal-hal baik yang dia bisa. Allah akan berkata,”
Cukup sampai di sini.”
Kemudian dikatakan kepadanya,”Sekarang Kami akan mengirimkan saksi-saksi Kami
terhadap kamu.” Dia berpikir dalam hati, siapakah yang dapat menjadi saksi terhadap aku?
Kemudian segel akan ditempatkan di mulutnya lalu akan dikatakan ke pahanya, dagingnya
dan tulangnya: Bicaralah.
Paha dan dagingnya dan tulangnya akan berbicara tentang perbuatannya, untuk
membuktikan dari dirinya sendiri. Itulah orang munafik, itulah orang yang dimurkai Allah.”
Timbangan pada hari kiamat
Imam Al-Muzani rahimahullah mengatakan, “Dengan dihadirkannya timbangan-timbangan.”
Dalam ayat disebutkan,
‫ان ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِم ْن‬ ْ ُ‫ين ْالقِ ْسطَ لِيَ ْو ِم ْالقِيَا َم ِة فَاَل ت‬
َ ‫ظلَ ُم نَ ْفسٌ َش ْيًئا ۖ َوِإ ْن َك‬ ِ ‫ض ُع ْال َم َو‬
َ ‫از‬ َ َ‫َون‬
‫ين‬
َ ِ‫اسب‬ ِ ‫خَرْ َد ٍل َأتَ ْينَا بِهَا ۗ َو َكفَ ٰى بِنَا َح‬
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang
barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan
(pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.”  (QS. Al-Anbiya’: 47)
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mengatakan, “Akan ada timbangan yang adil pada hari kiamat.
Namun sejatinya timbangan itu hanyalah satu. Disebut dengan kata mawazin (bentuk plural dari
timbangan) karena amalan yang ditimbang itu banyak.”
Dalam ayat lainnya disebutkan,

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka dia berada dalam kehidupan
yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat
kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (Yaitu) api yang
sangat panas.” (QS. Al-Qari’ah: 6-11)
 
Dalil lain tentang timbangan (mawazin)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ُأ‬
َ ‫ق فَيُ ْن َش ُر لَهُ تِ ْس َعةٌ َوتِ ْسع‬
‫ُون‬ ِ ‫وس ْال َخالَِئ‬ ِ ‫صا ُح بِ َرج ٍُل ِم ْن َّمتِى يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َعلَى ُر ُء‬ َ ُ‫ي‬
‫ص ِر ثُ َّم يَقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل هَلْ تُ ْن ِك ُر ِم ْن هَ َذا َش ْيًئا فَيَقُو ُل الَ يَا‬ َ َ‫ِس ِجالًّ ُكلُّ ِس ِجلٍّ َم َّد ْالب‬
‫ك َح َسنَةٌ فَيُهَابُ ال َّر ُج ُل فَيَقُو ُل‬ َ َ‫ك ُع ْذ ٌر َأل‬ َ َ‫ون ثُ َّم يَقُو ُل َأل‬
َ ُ‫ك َكتَبَتِى ْال َحافِظ‬ َ ‫َربِّ فَيَقُو ُل َأظَلَ َم ْت‬
‫ك ْاليَ ْو َم فَتُ ْخ َر ُج لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا‬ َ ‫ت َوِإنَّهُ الَ ظُ ْل َم َعلَ ْي‬ ٍ ‫ك ِع ْن َدنَا َح َسنَا‬ َ َ‫ فَيَقُو ُل بَلَى ِإ َّن ل‬.َ‫ال‬
‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ قَا َل فَيَقُو ُل يَا َربِّ َما هَ ِذ ِه ْالبِطَاقَةُ َم َع‬
ِ ‫ت فِى ِكفَّ ٍة َو ْالبِطَاقَةُ فِى ِكفَّ ٍة فَطَا َش‬
‫ت‬ ُ َّ‫ض ُع الس ِِّجال‬ َ ‫ فَتُو‬.‫ظلَ ُم‬ ْ ُ‫ك الَ ت‬ َ َّ‫ت فَيَقُو ُل ِإن‬ ِ َّ‫هَ ِذ ِه الس ِِّجال‬
ُ‫ت ْالبِطَاقَة‬ ِ َ‫ت َوثَقُل‬ ُ َّ‫الس ِِّجال‬
“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu
dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh
mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun
dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah
yang mencatat hal ini berbuat zalim kepadamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur
atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun
berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk
orang zalim pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bithoqoh (kartu sakti) yang
bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosulullah’. Lalu ia bertanya,
“Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya,
“Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun
timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan lainnya. Ternyata daun timbangan
penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (HR. Ibnu Majah,
no. 4300; Tirmidzi, no. 2639 dan Ahmad, 2:213. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits
ini sahih. Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qawiy yaitu kuat dan perawinya
tsiqqah termasuk perawi kitab sahih selain Ibrahim bin Ishaq Ath-Thaqani. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini sahih).
Ada hadits pula yang serupa dengan hadits bithoqoh, yaitu diriwayatkan dari Abu Said Al
Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
َّ‫ الَ ِإلَهَ ِإال‬: ‫ قُلْ يَا ُم ْو َسى‬: ‫ قَا َل‬،‫ك بِ ِه‬ َ ‫ك َوَأ ْد ُع ْو‬ َ ‫ َعلِّ ْمنِي َش ْيًئا َأ ْذ ُك ُر‬، ِّ‫قَا َل ُم ْو َسى يَا َرب‬
ِ ‫ لَ ْو َأ َّن ال َّس َم َوا‬: ‫ قَا َل ُم ْو َسى‬،‫ك يَقُ ْولُ ْو َن هَ َذا‬
‫ت ال َّس ْب َع‬ َ ‫ يَا َربِّ ُكلُّ ِعبَا ِد‬: ‫ قَا َل‬،ُ‫هللا‬
َّ ‫ت ِب ِه‬
‫ـن‬ ْ َ‫ َمال‬،‫ َوالَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ فِي ِكفَّـ ٍة‬،‫ضي َْن ال َّس ْب َع فِي ِكفَّ ٍة‬ ِ ْ‫َو َعا ِم َرهُ َّن – َغي ِْري – َواَألر‬
ُ‫الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا‬
“Musa berkata: ‘Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu.’
Allah berfirman, “Ucapkan hai Musa laa ilaha illallah.” Musa berkata, “Ya Rabb, semua hamba-Mu
mengucapkan itu.” Allah berfirman, “Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya–
selain Aku–dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat laa ilaha illallah diletakkan
dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaha illallah lebih berat timbangannya.” (HR. Ibnu
Hibban, no. 6218. Al-Hakim mensahihkan hadits ini dan Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya. Al-Hafizh
Ibnu Hajar mensahihkan sanad hadits ini dalam Al-Fath. Al-Haitsami dalam Az-Zawaid mengatakan
bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la, perawinya ditsiqqahkan atau dipercaya, namun di
dalamnya ada perawi yang dha’if. Sedangkan Syaikh Al-Albani mengatakan hadits ini dha’if dalam
Kalimah Al-Ikhlas)

Anda mungkin juga menyukai