Anda di halaman 1dari 4

PELAYANAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK RESTRIKSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

1/3

RSU
UIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
MALANG
Ditetapkan,
STANDAR Tanggal Terbit Direktur Rumah Sakit Umum
PROSEDUR Universitas Muhammadiyah Malang
OPERASIONAL

Prof. Djoni Djunaedi Sp.PD KPTI


NIP
Antibiotik restriksi adalah antibiotik yang penggunaannya
dibatasi untuk pasien dengan kondisi tertentu (pasien sepsis)
dan penggunaannya melalui prosedur tertentu.
Termasuk dalam antibiotik restriksi adalah kriteria antibiotik
Pengertian
kelas C berdasarkan hasil klasifikasi oleh Komite PPRA RSU
Universitas Muhammadiyah Malang meliputi : Vancomycin,
Teicoplanin, Linezolide, Cefepim, Cefpirome, Ceftazidim,
Piperacillin-Tazobactam, Carbapenem, Tigecyclin.
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelayanan
Tujuan pemberian antibiotik restriksi di RSU Universitas
Muhammadiyah Malang
Antibiotik empiris diberikan dengan ketentuan : d. Pada pasien
yang memerlukan antibiotik restriksi sebagai terapi empiris
dimintakan persetujuan terlebih dahulu kepada Ketua KPRA /
KPPI RS, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Direktur
Kebijakan
Nomor tentang Kebijakan Komite Program Pengendalian
Resistensi Antimikroba pada Rumah Sakit Umum Universitas
Muhammadiyah Malang
1. Dokter yang memberikan antibiotik menuliskan terapi
antibiotik restriksi pada CPPT (RM 15) dan KPO, atau
memberikan advise antibiotik melalui permintaan konsul
dari perawat yang dituliskan pada CPPT dan
ditandatangani pada kolom Readback saat visite.
2. Apoteker Penanggung Jawab Pasien (APJP) melakukan
telaah resep meliputi telaah administratif, klinis, dan
farmasetis.
Jika permintaan antibiotik dilakukan di luar jam kerja APJP,
petugas Depo Farmasi menghubungi APJP, dan telaah
resep dilakukan oleh APJP melalui sarana komunikasi
(whatsapp, telepon, ataupun SMS).
Telaah resep meliputi :
a. Prinsip 5 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis,
benar waktu, benar cara pemberian)
b. Kesesuaian antara antibiotik yang diresepkan dengan
Panduan Penggunaan Antimikroba untuk Terapi
Empiris Edisi I RSU Universitas Muhammadiyah
Malang
c. Pemeriksaan klinis menunjukkan pasien ada tanda-tanda
sepsis, atau hasil kultur dan tes Kepekaan Antibiotik
menunjukkan kuman sensitif terhadap antibiotic
tersebut.

PELAYANAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK RESTRIKSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSUD Dr. ISKAK 2/3


TULUNGAGUNG
d. Jika pasien rujukan sudah membawa hasil kultur dan tes
kepekaan antibiotik dari Rumah Sakit sebelumnya, hasil
tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk terapi
empiris, sambil dilakukan pemeriksaan kultur dan tes
kepekaan antibiotik ulang. Jika sudah didapatkan hasil
kultur, terapi antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur di
RSU Universitas Muhammadiyah Malang
e. Jika belum ada hasil kultur, APJP mengkomunikasikan hal
tersebut kepada Dokter yang memberikan antibiotik untuk
dilakukan pemeriksaan kultur dan tes kepekaan antibiotik
sebelum antibiotik diberikan.
Prosedur f. Jika hasil kultur dan Tes Kepekaan Antibiotik belum keluar,
antibiotik dapat diberikan sebagai terapi empiris. APJP
melaporkan kepada Ketua Komite PPRA untuk persetujuan
pemberian antibiotik tersebut, baik secara langsung maupun
menggunakan sarana komunikasi whatsapp, telepon, atau
SMS. Apabila Ketua Komite PPRA tidak dapat dihubungi
laporan bisa dilakukan kepada Ketua Komite PPI.
3. Persetujuan permintaan antibiotik tersebut menggunakan
formulir ‘Persetujuan Penggunaan Antibiotik Restriksi’.
Bukti persetujuan kemudian didokumentasikan di Sekretariat
KPPRA RS.

PELAYANANPEMBERIAN ANTIBIOTIK RESTRIKSI

Nomor Dokumen Nomor Revisi Halaman

RSUD Dr. ISKAK


3/3
TULUNGAGUNG

f. Jika hasil kultur dan Tes Kepekaan Antibiotik belum keluar,


antibiotik dapat diberikan sebagai terapi empiris. APJP
melaporkan kepada Ketua Komite PPRA untuk
persetujuan pemberian antibiotik tersebut, baik secara
langsung maupun menggunakan sarana komunikasi
whatsapp, telepon, atau SMS. Apabila Ketua Komite
PPRA tidak dapat dihubungi laporan bisa dilakukan
kepada Ketua Komite PPI.
4. Persetujuan permintaan antibiotik tersebut menggunakan
formulir ‘Persetujuan Penggunaan Antibiotik Restriksi’.
Bukti persetujuan kemudian didokumentasikan di Sekretariat
KPPRA RS.
5. Setelah hasil kultur jadi, antibiotik diberikan sebagai terapi
definitif disesuaikan dengan jenis kuman dan kepekaan
antibiotik.
6. APJP melakukan pemantauan penggunaan antibiotik
meliputi lama penggunaan dan regimen dosis.
7. Petugas depo farmasi melayani permintaan antibiotik yang
sudah ditelaah.
8. APJP melakukan kolaborasi dengan perawat dalam
pemberian terapi, memberikan informasi tentang cara
rekonstitusi, melakukan monitoring terhadap respon terapi
dan ESO yang mungkin terjadi.
1. Staf Medik Fungsional
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Anestesi
4. Instalasi Perawatan Intensif
Unit Terkait 5. Instalasi Farmasi
6. Instalasi Mikrobiologi Klinik
7. KPPRA RS
8. KPPI RS

Anda mungkin juga menyukai