Kenaikan suhu menyebabkan air bebas di beton berubah dari keadaan cair menjadi
keadaan gas. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan pada tingkat
tertentu pada saat panas ditransmisikan dari permukaan ke bagian dalam komponen
beton. Kenaikan suhu menyebabkan penurunan kekuatan dan modulus elastisitas
untuk struktur beton dan baja. Namun pada tingkat kekuatan dan modulus menurun
bersamaan bergantung pada laju kenaikan suhu api dan sifat isolasi dari beton
(Bilow dan Mahmoud, 2008).
Beton yang dipanasi akan mengalami penurunan kuat tekan dan lentur. Menurut
Rochman (2006), beton yang dipanasi pada suhu antara 400 – 600oC akan
mengalami penurunan kuat tekan dan kuat lentur hingga mencapai 50% dari kuat
tekan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan karena terjadinya proses dekomposisi
unsur C-S-H yang terurai menjadi kapur bebas CaO serta SiO2 yang tidak memiliki
kekuatan sama sekali. Unsur C-S-H merupakan unsur utama yang menopang
kekuatan beton, maka kekuatan beton akan berkurang bila terjadi penurunan jumlah
unsur C-S-H. Jika suhu dinaikkan sampai mencapai 1000oC
maka terjadi proses karbonisasi yaitu terbentuknya Calsium Carbonat (CaCO3)
yang berwarna keputih – keputihan sehingga merubah warna permukaan beton
menjadi lebih terang (merah muda keputih – putihan). Selain itu pada temperatur
ini terjadi penurunan lekatan antara batuan dan semen, yang ditandai oleh retak –
retak dan kerapuhan beton (mudah dipecah dengan tangan). Grafik hubungan antara
temperatur dan kuat tekan rata – rata diperlihatkan pada Gambar 2.1.
300
Kuat Tekan Rata - Rata (kg/cm2)
250
200
150
100
50
0
25 200 250 300 350 400 450 500 550 600
Temperatur (oC)
Gambar 2.1 Grafik Hubungan Antara Temperatur dan Kuat Tekan Rata – Rata
(Sumber : Ahmad dkk., 2009)
Konstruksi beton bertulang dengan komposisi beton dan baja tulangan memiliki
angka muai yang berbeda. Beton dari batuan (agregat dan pasir) memiliki angka
muai beton 0,000010 sampai 0,000013 dan untuk baja tulangan 0,000012, setiap
kenaikan 1º C. Perbedaan tegangan tersebut mengakibatkan tidak menyatunya
kedua material jika mengalami kebakaran atau suhu tinggi (Ukiman dkk., 2017)
Tabel 2.1 Perkiraan Suhu Bakar Berdasarkan Kondisi Fisis atau Permukaan Beton
Rusak Ringan
Rusak Sedang
1. Terjadi kerusakan struktur pada bagian permukaan yang ditandai dengan adanya
pengelupasan atau spalling.
2. Permukaan beton berwarna pink (merah muda).
3. Terjadi perubahan bentuk (deformasi atau lendutan), terutama pada elemen balok
dan pelat lantai.
4. Retak – retak yang terjadi tembus ke bagian dalam dan menembus ke tulangan.
5. Terjadi lendutan atau defleksi pada struktur utama lebih dari 1/300 bentang.
6. Kuat tekan beton terpasang berkisar antara 65 – 80% dari rencana.
Rusak Berat
Menurut Zhang (2012), ada empat metode untuk memperbaiki dan memperkuat
beton bertulang yaitu section enlargement and concrete jacketing, external
reinforcement, strengthening beams using of steel plates, dan unbounded external
strengthening. Metode section enlargement and concrete jacketing dilakukan
dengan cara menambahkan lapisan beton tambahan di sekeliling beton eksisting.
Metode external reinforcement dilakukan dengan penambahan baja tulangan
eksternal pada beton. Metode strengthening beams using of steel plates dilakukan
dengan cara menambahkan pelat baja pada bagian eksternal beton. Metode
unbounded external strengthening dilakukan dengan cara menambahkan material
baja seperti wire rope, steel clamping dan post – tension units. Metode section
enlargement and concrete jacketing dapat meningkatkan kapasitas beban lebih
efektif daripada metode lainnya.
Menurut Waghmare (2011), ada tiga metode jacketing yang dapat dilakukan pada
kolom yaitu concrete jacketing, steel jacketing, dan FRP jacketing. Tujuan utama
jacketing pada kolom adalah untuk menambah kuat tekan kolom, kuat geser kolom
dan untuk memenuhi desain strong column – weak beam.
Pemasangan FRP
FRP terdiri dari serat kekuatan tinggi yang dilekatkan pada matriks resin polimer.
Serat yang biasanya digunakan dalam FRP adalah kaca, karbon dan aramid. FRP
jenis karbon umumnya sering digunakan dalam perkuatan dengan pertimbangan
kuat tarik, kekakuan, keawetan dan sifat creep-nya. Fungsi utama matriks dalam
komposit adalah untuk mentransfer tekanan antara serat, untuk memberikan
perlindungan terhadap pengaruh lingkungan dan untuk melindungi permukaan serat
dari abrasi mekanis. Sifat mekanik komposit bergantung pada sifat serat, properti
matriks, sifat ikatan serat-matriks, jumlah serat dan orientasi serat. Komposit
dengan semua serat dalam satu arah disebut sebagai searah. Jika serat dianyam, atau
berorientasi ke banyak arah, kompositnya disebut bidirectional atau
multidirectional. Metode perbaikan dan perkuatan struktur beton bertulang dengan
menggunakan FRP merupakan teknik perkuatan eksternal yang memiliki batas
kekuatan tarik (ultimate tensile strength) yang cukup tinggi, sehingga metode ini
dapat menjadi alternatif untuk perkuatan struktur yang mengalami kerusakan akibat
kebakaran, gempa, dan lain-lain (Obaidat, 2010).
Gambar FRP Jenis Carbon (Sumber : researchgate.net/figure/Typical-structure-
of-Carbon-Fiber-Reinforced-Polymer-CFRP_fig2_283308870)
Berdasarkan bentuknya, terdapat 3 macam jenis FRP yaitu, plate (strip), Fabric
(wrap), dan Rod (tulangan).
Penambahan jumlah lapisan perkuatan FRP pada beton meningkatkan beban ultimit
yang mampu diterima beton seperti yang dinyatakan oleh Sobuz dkk., (2010), satu
lapis FRP meningkatkan 54%, dua lapis FRP meningkatkan 73%, dan tiga lapis
FRP meningkatkan 85%. Penggunaan FRP yang berbentuk U juga mampu
meningkatkan kuat lentur beton sebesar 23%.
Perkuatan beton dengan 2 lapis FRP, 4 lapis FRP, 6 lapis FRP dan 12 lapis FRP
mampu meningkatkan beban ultimit yang mampu diterima beton sebanding dengan
jumlah lapisannya. Perkuatan beton dengan preloading FRP memiliki beban ultimit
lebih besar dibandingkan dengan beton yang diperkuat dengan FRP tanpa
preloading (Rahimi dan Hutchinson, 2001). Perhitungan desain pemasangan FRP
diterbitkan dalam ACI 440.2R-08 (2008) Guide for the Design and Construction
of Externally Bonded FRP Systems for Strengthening Concrete Structures.
Concrete Jacketing
Pedoman dalam desain dan konstruksi dengan sistem pengikat FRP eksternal untuk
perkuatan struktur beton berdasarkan ACI 440.2R-08. Desain dalam perkuatan
struktur dengan FRP dapat diaplikasikan pada balok dan kolom beton. Pada kolom
beton bertulang, perkuatan dengan FRP meliputi perkuatan terhadap geser, beban
aksial, dan momen.
A. Perkuatan kolom terhadap geser
Perhitungan perkuatan kolom terhadap geser pada intinya adalah menentukan jenis
properti material FRP beserta komposisi yang digunakan dalam mencukupi
kapasitas kolom terhadap beban geser. Langkah-langkah perhitungan sebagai
berikut:
Dengan:
𝑓𝑓𝑢∗ = kuat tarik ultimit FRP yang tertera pada produk, (psi atau MPa)
𝜀𝑓𝑢 = Desain tegangan putus pada perkuatan FRP (in/in’ atau mm/mm’)
𝜀𝑓𝑢∗ = Desain tegangan putus ultimit pada perkuatan FRP (in/in’ atau mm/mm’)
Dengan:
𝜀𝑓𝑒 = Tingkat tegangan efektif pada perkuatan FRP mencapai kegagalan, (in/in’ atau mm/mm’)
𝑉𝑓 .𝑆𝑓
𝐴𝑓𝑣 = 𝜀 ............................................................................... (2.5)
𝑓𝑒 .𝐸𝑓 (𝑠𝑖𝑛 𝛼+𝑐𝑜𝑠 𝛼)𝑑𝑓
𝐴𝑓𝑣 = luas perkuatan geser FRP dengan jarak s, (in2 atau mm2)
𝛷 = faktor reduksi
Dengan:
Perhitungan perkuatan kolom terhadap beban aksial dan momen pada intinya
adalah menghitung kuat tekan dan kuat kekang lateral dari kolom kemudian
digambarkan dalam diagram interaksi dengan memperhitungkan gaya-gaya yang
terjadi pada beberapa kondisi aksial dan momen. Langkah-langkah perhitungan
sebagai berikut:
Dengan:
𝑑𝑖 = jarak dari pusat lapisan ke-i tulangan longitudinal ke pusat penampang, (in atau mm)
𝜀𝑡′
𝑦𝑡 = 𝑐 𝜀 .................................................................................................... (2.10)
𝑐𝑐𝑢
d untuk poin B
C=
𝜀𝑐𝑐𝑢
d𝜀 untuk poin C
𝑠𝑦 +𝜀𝑐𝑐𝑢
Dengan:
𝑦𝑡 = koordinat vertikal dalam daerah kompresi diukur dari posisi sumbu netral, (in atau mm)
𝜀𝑐𝑐𝑢 = tegangan tekan aksial ultimit beton berdasarkan beban maksimal beton hancur, 0,85 𝑓𝑐 ′𝑐
𝜀𝑠𝑦 = regangan berdasarkan tegangan tarik baja nonprestreesed, (in/in’ atau mm/mm’)
𝜀𝑡′ = transisi tegangan pada kurva tegangan beton yang dibungkus FRP, (in/in’ atau mm/mm’)
𝑐 = jarak dari serat kompresi ekstrim ke sumbu netral, (in atau mm)
𝑑 = jarak dari serat kompresi ekstrim ke pusat tegangan, (in atau mm)
Dengan:
𝑏 = dimensi sisi pendek daerah kompresi penampang prismatic, (in atau mm)
𝐸2 = kemiringan bagian linier model tegangan dan regangan FRP, (psi atau MPa)
Dengan:
𝑐 = jarak dari tegangan ektrim serat ke sumbu netral, (in atau mm)
2
ℎ (𝐸𝑐 −𝐸2) 𝜀𝑐𝑐𝑢 2 𝑏(𝐸𝐶 −𝐸2 ) 𝜀𝑐𝑐𝑢
𝐹 = 𝑏 (𝑐 − 2) ( 𝑐 ) + ( 𝑐 ) ......................................... (2.16)
12𝑓𝑐 ′ 3
ℎ
𝐻 = 𝑏. 𝑓𝑐 ′ (𝑐 − 2) ....................................................................................... (2.18)
Dengan:
𝜀𝑡′ = tegangan tarik bersih pada kuat nominal baja, (in/in’ atau mm/mm’)
𝑓𝑐 ′𝑐 −𝑓𝑐 ′
𝐸2 = ................................................................................................. (2.21)
𝜀𝑐𝑐𝑢
𝑓 𝜀 0,45
𝜀𝑐𝑐𝑢 = 𝜀𝑐′ (1,5 + 12𝐾𝑏 𝑓 𝑖′ ( 𝜀𝑓𝑒′ ) ) ........................................................... (2.23)
𝑐 𝑐
2 2
1−[(𝑏)(ℎ−2𝑟𝑐) +(𝑏)((ℎ−2𝑟𝑐) ]
ℎ ℎ
3∙𝐴𝑔
−𝜌
𝐴𝑒
⁄𝐴 = ........................................................(2.24)
𝑐 1−𝜌
𝐴 𝑏 2
𝐾𝑎 = 𝐴𝑒 (ℎ) ............................................................................................... (2.25)
𝑐
𝐴 𝑏 0,5
𝐾𝑏 = 𝐴𝑒 (ℎ) ............................................................................................. (2.26)
𝑐
Dengan:
𝐸2 = kemiringan model tegangan linier untuk beton yang dibungkus FRP, (psi atau Mpa)
𝐴𝑒 = luas efektif potongan melintang beton (in2 atau mm2)
𝑟𝑐 = radius sisi penampang prismatik yang dibungkus dengan FRP, (in atau mm)
𝜌 = rasio tulangan
IS 15988 2013 merupakan pedoman dalam evaluasi dan perkuatan struktur beton
bertulang eksisting yang dikeluarkan oleh Bureau of Indian Standards. Pada
perkuatan struktur beton pada kolom, metode yang digunakan adalah concrete
jacketing. Desain perkuatan dengan concrete jacketing terdiri dari perencanaan
dimensi jaket beton beserta tulangan longitudinal dan pengikat atau sengkang.
Perhitungan desain jaket beton kolom dan tulangan longitudinal pada intinya adalah
merencanakan ketebalan dimensi jaket dan besaran tulangan yang dipasang
berdasarkan pada beban aksial P dan momen M yang ditanggung kolom. Langkah-
langkah dalam desain perkuatan kolom dengan concrete jacketing sebagai berikut:
1. Menghitung beban aksial P dan momen M yang akan ditanggung oleh kolom.
2. Memperkirakan ukuran kolom dan tulangan untuk P dan M yang ditentukan
sebelumnya.
3. Ukuran kolom dan jumlah tulangan kondisi eksisting dikurangkan untuk
mendapat besaran beton dan tulangan jaket yang akan dipasangkan.
4. Menentukan ukuran penampang kolom dan tulangan jaket yang akan
dipasangkan.
5. Meningkatkan besaran beton dan tulangan yang seharusnya disediakan, untuk
kemanan.
Dengan:
Dengan:
Dengan :
𝑠 = jarak antar sengkang (mm)
𝑓𝑦 = tegangan leleh baja (N/mm2)
Gambar 3.9 Hasil Rebar Scan Kolom Pasar “X” (Sumber: Hermawan dkk.,
2017)
Gambar 3.10 Hasil Rebar Scan Kolom Pasar “X” (Sumber: Hermawan
dkk., 2017)
3. Data spesifikasi FRP didapat dari Fosroc International Ltd.
Berdasarkan hasil uji kuat tekan beton Pasar “X”, diperkirakan struktur kolom tidak
akan mampu menanggung beban yang berupa beban hidup akibat nilai kuat tekan
yang ditunjukkan sangat rendah. Hal ini, ditunjukan dengan tidak beroperasinya
pasar pasca kebakaran. Pengoperasian pasar diperkirakan akan mengakibatkan
kerusakan secara kompresi pada kolom akibat nilai kuat tekan yang rendah. Untuk
mengecek kemampuan kolom, maka akan dilakukan pemodelan struktur.
Perhitungan yang direncanakan adalah FRP Nitowrap FRC 300 dan FRC 530
dengan alasan kedua FRC ini memiliki spesifikasi terbaik, seperti yang
diperlihatkan pada Tabel
Berdasarkan IS 15988 2013 ketentuan tebal minimum jaket beton adalah 100 mm,
tulangan longitudinal minimum berjumlah 4 dengan tulangan sengkang yang lebih
rapat. Perhitungan akan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut.
Apabila kapasitas kolom masih belum mencukupi, maka tebal akan ditambah.
Asumsi ini diperkirakan akan menambah kapasitas kolom sebesar kurang lebih 4
kali liat dengan acuan Jirsa dan Alcocer (1991).