Anda di halaman 1dari 6

KARAKTERISTIK BETON PASCA BAKAR DENGAN VARIASI

WAKTU PEMBAKARAN
Yuzuar Afrizal
Staf Pengajar Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bengkulu
Jl. W.R. Supratman Kandang Limun, Bengkulu 38371 A. Telp. (0736) 344087
Email : yuzuar.afrizal@gmail.com

ABSTRACT
This research is aimed to investigate concrete characteristics after burned with
various burning time. Concrete consists of aggregates and cement in which the chemical
bonding process is done using water. Concrete will undergo a change when exposed to
heat above 150C, where the material making up the concrete will be altered by heat,
especially water. The cooling process of concrete that has been exposed to heat can affect
the binding process back, where cooling naturally can be different when cooled with
watering. Concrete burned with furnace manually by variation within 15 minutes - 60
minutes reach highest temperature 201.25C and weight loss of 2.62%. The compressive
strength of concrete lost in the test specimen which burned for 60 minutes is 23.09%
compared with no combustion. At the same combustion temperature, then watered
immediately after firing, the compressive strength of the concrete loss of 12.48%
compared with no watering.
Key words: Concrete, burning, watering, compressive strength
1. PENDAHULUAN

retak pada beton yang mengakibatkan

1.1. Latar Belakang

kuat tekan beton menurun (Mulyono,

Bangunan

gedung

yang

2003). Tingginya suhu dan lamanya

mengalami kebakaran akan mengalami

waktu kebakaran dapat menyebabkan

berbagai perubahan yang dihasilkan dari

perubahan warna pada selimut beton

panas yang diterimannya. Perbedaan

yang menunjukan tingkat kerusakan

suhu di dalam dan di luar beton akan

beton. Proses pendinginan beton yang

menyebabkan

mengalami

terjadinya

perubahan

kebakaran

juga

dapat

perilaku beton. Pada proses kebakaran

memberi pengaruh pada kekuatan beton

yang suhunya melebihi suhu kamar akan

yang tersisa, dimana proses pendinginan

terjadi penguapan air bebas melalui pori-

mempengaruhi

pori beton menyebabkan beton menjadi

material betonnya.

porus (Partowiyono, 1996). Kerusakan

1.2. Tujuan Penelitian

pengikatan

kembali

terjadi akibat perbedaan angka muai

Penelitian ini bertujuan untuk

antara agregat dan pasta semen yang

mengetahui kuat tekan beton yang

menyebabkan

batuan

mengalami

menjadi berkurang akibat semen yang

membakar

menyusut. Disisi lain batuan akan

pembakaran selama

mengembang sehingga menimbulkan

Selanjutnya akan diketahui pengaruh

lekatan

antar

kebakaran
beton

dengan
pada

cara

tungku

waktu tertentu.

proses pendinginan beton terhadap kuat

adanya kerusakan-kerusakan pada beton.

tekan yang tersisa.

Kerusakan-kerusakan
dapat

menggambarkan kuat tekan yang masih


pada

struktur

beton

yang

mengalami kebakaran dengan waktu dan


suhu tertentu dan pengaruh pendinginan

1. Keretakan (cracking)
Sedangkan jenis kerusakan yang
sering terjadi pada struktur beton
akibat kebakaran antara lain :
a. Retak ringan, yakni pecah pada

terhadap kuat tekan.

bagian luar beton yang berupa


garis-garis yang sempit dan tidak

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengaruh Temperatur Pada
Beton
Selama
pemanasan
akan
terjadi

terlalu

meningkat

mengakibatkan

terjadi

dan

b. Retak berat, yakni ukuran retak


lebih dalam dan lebar, terjadi
secara tunggal atau kelompok

spalling yang menyebabkan sebagian

(Triwiyono, 2000:2).

segmen beton terlepas dari permukaan

900C akan terjadi perubahan senyawa,


yaitu CaCO3 akan berubah menjadi CaO
dan CO2 yang akan mengakibatkan
crack

pada

tekannya

beton

akan

sehingga

menurun

kuat

Tjokrodimuljo
bahwa

beton

diharapkan

(2000)
pada

mampu

dasarnya

tidak

menahan

panas

(spalling), dan kehilangan kekuatan.


Kehilangan kekuatan terjadi karena
kimia

dengan

a. Beton keropos dan kualitas beton


buruk
tinggi

akibat

kebakaran

(Munaf &Siahaan, 2003:14)


3. Voids
Lubang-lubang yang cukup dalam
atau

keropos

disebabkan
pelaksanaan

yang

oleh
yang

biasanya

pemadatan
kurang

saat
baik

dimana mortar tidak dapat mengisi


rongga-rongga antar agregat.

Kehilangan kekuatan terjadi

bertahap pada pasta semennya.

suatu struktur bangunan, mengakibatkan

tertekan

yang keluar/lepas/terpisah.

secara

Saat terjadinya kebakaran pada

diartikan

penampakan bagian permukaan beton

mengatakan

beton akan mengalami retak, terkelupas

komposisi

dapat

b.Suhu

sampai di atas 250C. Akibat panas,

perubahan

2. Spalling (pengelupasan) Spalling

secara

signifikan (Ahmad, dkk, 2009).

pola

pada saat terjadi kebakaran.

explossive

beton. Sedangkan pada suhu 700C -

dengan

oleh proses penyusutan beton

poripori sehingga tekanan uap pada pori


akan

panjang

menyebar. Retak ini disebabkan

penguapan air yang terdapat pada

beton

antara

lain:

1.3. Manfaat Peneletian


Penelitian
ini

tersisa

tersebut

karena perubahan komposisi kimia


secara

bertahap

pada

pasta

semennya. Selain hal tersebut di atas,


panas

juga

menyebabkan

Dengan:
fc = kuat tekan (kg/cm)

beton

berubah warna. Bila beton dipanasi

A = luas penampang benda uji (cm)

sampai suhu sedikit di atas 300C,

P = beban (kg)

beton akan berubah warna menjadi


merah muda. Jika di atas 600C,
akan menjadi abu-abu agak hijau dan
jika sampai di atas 900C menjadi
abu-abu. Namun jika sampai di atas
1200C

akan

berubah

menjadi

kuning. Dengan demikian, secara


kasar dapat diperkirakan berapa suhu
tertinggi

selama

berlangsung

kebakaran

berdasarkan

warna

permukaan beton pada pemeriksaan


pertama.

Menurut

Anggraini

Zacoeb

(2005),

dan

Nilai prosentase penurunan kekuatan


beton

yang

mengalami

perubahan

temperature dinyatakan dengan:

= perubahan kekuatan beton (%)

Dimana:

100%

(2)

= kekuatan hancur beton pada suhu


normal / 25C (Mpa)

= kekuatan hancur beton Pasca


bakar (Mpa)

3. METODE PENELITIAN

perubahan

Penelitian ini dilakukan dengan cara

temperatur yang cukup tinggi, seperti

membuat benda uji kubus dengan fas

yang

0,6 mengacu pada Mix Desain SNI

terjadi

pada

peristiwa

kebakaran, akan membawa dampak

2002, yang kemudian

pada struktur beton. Karena pada

pemanasan dengan tungku bakar dan

proses tersebut akan terjadi suatu

variasi

siklus pemanasan dan pendinginan

Pembakaran dilakukan pada tungku

yang

akan

pembakaran dengan kayu bakar,

menyebabkan adanya perubahan fase

kemudian benda uji diletakan pada

fisis dan kimiawi secara kompleks.

tungku saat temperatur pembakaran

Hal

sudah

bergantian,

ini

yang

akan

kualitas/kekuatan

mempengaruhi
struktur

beton

waktu

mendekati

dilakukan

pembakaran.

maksimal

dan

konstan yang dicatat suhu yang

tersebut.

terjadi pada interval waktu tertentu.

2.2. Kuat Tekan Beton

Setelah benda uji dipanaskan pada

Perhitungan kuat tekan adalah dengan

pada waktu yang sudah ditentukan,

rumus:

kemudian benda uji diangkat dari


=

(1)

tungku

pembakaran

dan

diberi

perlakuan yaitu disiram dan tanpa

tersisa

disiram

diangkat.

berbagai perlakuan yang kemudian

Kemudian dilakukan pengujian kuat

akan dibandingkan dengan benda uji

tekan beton di Laboratorium untuk

tanpa pemanasan atau dengan suhu

mengetahui kuat tekan yang masih

25C.

sesaat

setelah

pada

benda

uji

dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Kuat Tekan Beton
Hasil pengujian pada benda uji

- 201C dan dalam rentang waktu 15

yang sudah dirawat selama 28 hari dan

60 menit sudah dapat mempengaruhi

dilakukan

pembakaran

serta

diberi

kemampuan beton dalam mendukung

perlakuan

penyiraman

dan

tanpa

beban. Lamanya durasi pembakaran

adanya

dapat meningkatkan suhu yang diterima

pengurangan kuat tekan beton. Suhu

benda uji dan berkurangnya kekuatan

pembakaran pada tungku berkisar 190C

yang semakin besar.

penyiraman

menunjukan

Tabel 4.1 Pengurangan Berat Beton Akibat Pembakaran


Berat (gr)
Pengurangan
No
Benda Uji
Sebelum
Sesudah
berat %
dibakar
dibakar
1

BN

8064

15 B

8179

8112,5

0,813

15 BS

8118,5

8032

1,065

30 B

8094,5

7941

1,896

30 BS

8050

7891

1,975

60 B

7888,5

7708

2,288

60 BS

8036,5

7826,5

2,613

Keterangan:

: Menit pembakaran
BN
: Beton Normal tanpa bakar
B
: Bakar
BS
: Bakar dan Siram

4.2. Pengaruh Penyiraman


Proses pendinginan pada beton
pasca bakar dapat mempengaruhi kuat
tekan yang tersisa, dimana beton pasca
bakar yang disiram sesaat setelah

pembakaran lebih banyak kehilangan


kuat tekannya. Semakin tinggi suhu dan
lamanya waktu pembakaran, semakin
banyak juga kehilangan kuat tekan pada
perlakuan yang disiram. Hal ini terlihat

pada benda uji yang dibakar selama 60

mengalami pengurangan kuat tekan

menit dengan suhu yang mampu dicapai

12,48% dibanding benda uji tanpa

201C dan diberi perlakuan disiram

disiram.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Pengurangan Kuat Tekan Beton


Variasi Pembakaran
Waktu
Suhu C
(mnt)
-

No

Benda Uji

BN

15 B

15

15 BS

15

30 B

30

30 BS

30

60 B

60 BS

60
60

191,33

193,5

201,25

35,96

Pengurangan
Kuat Tekan
%
0

32,6

9,326

33,83

5,925

30,89

14,082

32,53

9,531

27,65

23,097

31,6

12,126

Kuat Tekan
(MPa)

Akibat
penyiraman
%
0
3,614

5,030

12,484

5. PENUTUP

pasca bakar, dimana beton yang

Dari hasil penelitian yang dilakukan

dibakar selama 60 menit dan disiram

dapat

setelah

ditarik

beberapa

kesimpulan

sebagai berikut:

pembakaran

mengalami

pengurangan kuat tekan 12,48%.

1. Beton yang dibakar dengan suhu di


atas

150C

penurunan

mulai
kuat

mengalami
tekan

yang

dipengaruhi oleh lamanya waktu


pembakaran
2. Beton

yang

dibakar

banyak

kehilangan air dan menyusutnya


benda

uji,

sehingga

dapat

menyebabkan volume dan beratnya


berkurang
3. Kehilangan kuat tekan terjadi pada
benda uji yang dibakar selama 60
menit

dengan

pengurangan

kuat

tekan sebesar 23,09%


4. Proses

pendinginan

mempengaruhi

kuat

juga

dapat

tekan

beton

Daftar Pustaka
[1].Ahmad, I, dkk, 2009, Analisis
Pengaruh Temperatur Terhadap
Kuat Tekan Beton, Fakultas
Teknik ,UNM
[2].Mulyono, Tri, 2003, Teknologi
Beton, Fakultas Teknik Universitas
Negri Jakarta
[3].Munaf dan Siahaan, 2003,Diagnosa
dan
Perbaikan
Untuk
Peningkatan Kinerja Struktur
Beton.
Concrete
Repair
&
Maintenance
[4].Partowiyono, A, 1996, Perubahan
Sifat-Sifat Beton Pada Temperatur
Tinggi, Jurnal PU Pemukiman
Bandung
[5].SNI 1741, 2008, Cara Uji
Komponen Struktur Bangunan
untuk
Pencegahan
Bahaya
Kebakaran
Pada
Bangunan
Rumah dan Gedung, BSN
[6]. SNI 03-2847:2002, Pembuatan
Campuran Beton Normal, BSN
[7]. Tjokrodimuljo, K, 2000, Pengujian
Mekanik Laboratorium Beton
Pasca Bakar, Nafiri, Yogyakarta

[8].Triwiyono, A, 2000, Kerusakan


Struktur
Gedung
Pasca
Kebakaran. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta
[9]. Zacoeb, A dan Anggraini, R,
2005, Kuat Tekan Beton Pasca
Bakar, di akses pada 3 Mei 2014

Anda mungkin juga menyukai