Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada
Meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi selama pengkajian, perubahan dalam status klien mungkin mengharuskan modifikasi asuhan keperawatan yang telah direncanakan. Sebelum memulai perawatan, perawat menelaah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status klien telah berubah dan diagnosa keperawatan serta intervensi keperawatan yang berhubungan tidak lagi sesuai, maka rencana asuhan keperawatan harus dimodifikasi. Modifikasi rencana asuhan yang telah ada mencakup beberapa langkah. Pertama, data dalam kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan terbaru klien. Data baru yang dimasukkan dalam rencana asuhan harus diberi tanggal untuk menginformasikan anggota tim perawatan kesehatan yang lain tentang waktu di mana terjadi perubahan. Kedua, diagnosa keperawatan direvisi. Diagnosa keperawatan yang tidak relevan dihapuskan, dan diagnosa keperawatan yang baru ditambahkan dan diberi tanggal. Karena status klien dan kebutuhan perawatan kesehatannya berubah, maka prioritas, tujuan dan hasil yang diharapkan juga harus direvisi. Tanggal revisi tersebut juga ditulis pada rencana asuhan. Ketiga, metoda implementasi spesifik direvisi untuk menghubungkan dengan diagnosa keperawatan yang baru dan tujuan klien yang baru. Revisi ini mencerminkan status klien saat ini. Selain itu, implementasi yang direvisi dapat mencakup kebutuhan spesifik klien akan sumber perawatan kesehatan. Akhirnya, perawat mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan. Jika respons klien tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan, diperlukan revisi lebih lanjut terhadap rencana asuhan. Sebagai contoh, rencana perawatan perioperatif telah dibuat untuk Tn.Diaz. sejalan dengan beralihnya Tn.Diaz melewati periode pascaoperatif, kebutuhan keperawatannya berubah. Perawat membuat modifikasi dalam rencana asuhan untuk satu diagnosa keperawatan: pola pernapasan tidak efektif setelah pembedahan yang berhubungan dengan nyeri insisi abdomen (Tabel 10-3). Pada pascaoperatif hari kedua, perawat mengkaji klien dan menemukan penurunan gerakan dada, bunyi ronki kasar yang terauskultasi pada lobus bawah kanan, dan kenaikan suhu tubuh (39°C). Tn.Diaz mempunyai standing order untuk pemeriksaan rontgen dada, yang telah dilakukan dengan segera dan menunjukkan kolapsnya alveoli pada lobus bawah kanan. Diagnosa keperawatan direvisi sehingga menjadi bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan nyeri insisi abdomen. Label diagnosa keperawatan direvisi karena adanya bunyi ronki kasar pada lobus bawah kanan dan penurunan gerakan dinding dada. Tujuan mempertahankan patensi jalan napas masih sesuai. Intervensi keperawatan spesifik dikembangkan untuk membantu dalam mencapai jalan napas yang paten. Akhirnya, hasil yang ditulis kembali untuk mencerminkan tingkat kesejahteraan yang diinginkan dan menunjukkan kapan kebutuhan telah teratasi. Perawat yang cerdik sensitif terhadap perubahan dalam status klien dan selalu memasukkan perubahan ini ke dalam rencana asuhan. Status kesehatan klien berubah secara kontinu. Oleh karenanya rencana asuhan harus fleksibel untuk dapat memasukkan perubahan yang penting. Rencana asuhan yang kadaluarsa atau tidak tepat mengganggu kualtitas rencana asuhan, sementara telaahan dan modifikasi memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien dengan baik.