Anda di halaman 1dari 2

5.4. b.

Menelaah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada


Meskipun rencana asuhan keperawatan telah dikembangkan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang teridentifikasi selama pengkajian, perubahan dalam status klien mungkin
mengharuskan modifikasi asuhan keperawatan yang telah direncanakan. Sebelum memulai perawatan,
perawat menelaah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian untuk
memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan
yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status klien telah berubah dan diagnosa
keperawatan serta intervensi keperawatan yang berhubungan tidak lagi sesuai, maka rencana asuhan
keperawatan harus dimodifikasi.
Modifikasi rencana asuhan yang telah ada mencakup beberapa langkah. Pertama, data dalam
kolom pengkajian direvisi sehingga mencerminkan status kesehatan terbaru klien. Data baru yang
dimasukkan dalam rencana asuhan harus diberi tanggal untuk menginformasikan anggota tim
perawatan kesehatan yang lain tentang waktu di mana terjadi perubahan.
Kedua, diagnosa keperawatan direvisi. Diagnosa keperawatan yang tidak relevan dihapuskan,
dan diagnosa keperawatan yang baru ditambahkan dan diberi tanggal. Karena status klien dan
kebutuhan perawatan kesehatannya berubah, maka prioritas, tujuan dan hasil yang diharapkan juga
harus direvisi. Tanggal revisi tersebut juga ditulis pada rencana asuhan.
Ketiga, metoda implementasi spesifik direvisi untuk menghubungkan dengan diagnosa
keperawatan yang baru dan tujuan klien yang baru. Revisi ini mencerminkan status klien saat ini. Selain
itu, implementasi yang direvisi dapat mencakup kebutuhan spesifik klien akan sumber perawatan
kesehatan.
Akhirnya, perawat mengevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan. Jika respons
klien tidak konsisten dengan hasil yang diharapkan, diperlukan revisi lebih lanjut terhadap rencana
asuhan. Sebagai contoh, rencana perawatan perioperatif telah dibuat untuk Tn.Diaz. sejalan dengan
beralihnya Tn.Diaz melewati periode pascaoperatif, kebutuhan keperawatannya berubah. Perawat
membuat modifikasi dalam rencana asuhan untuk satu diagnosa keperawatan: pola pernapasan tidak
efektif setelah pembedahan yang berhubungan dengan nyeri insisi abdomen (Tabel 10-3). Pada
pascaoperatif hari kedua, perawat mengkaji klien dan menemukan penurunan gerakan dada, bunyi
ronki kasar yang terauskultasi pada lobus bawah kanan, dan kenaikan suhu tubuh (39°C). Tn.Diaz
mempunyai standing order untuk pemeriksaan rontgen dada, yang telah dilakukan dengan segera dan
menunjukkan kolapsnya alveoli pada lobus bawah kanan. Diagnosa keperawatan direvisi sehingga
menjadi bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan nyeri insisi abdomen. Label
diagnosa keperawatan direvisi karena adanya bunyi ronki kasar pada lobus bawah kanan dan
penurunan gerakan dinding dada. Tujuan mempertahankan patensi jalan napas masih sesuai.
Intervensi keperawatan spesifik dikembangkan untuk membantu dalam mencapai jalan napas yang
paten. Akhirnya, hasil yang ditulis kembali untuk mencerminkan tingkat kesejahteraan yang diinginkan
dan menunjukkan kapan kebutuhan telah teratasi.
Perawat yang cerdik sensitif terhadap perubahan dalam status klien dan selalu memasukkan
perubahan ini ke dalam rencana asuhan. Status kesehatan klien berubah secara kontinu. Oleh
karenanya rencana asuhan harus fleksibel untuk dapat memasukkan perubahan yang penting. Rencana
asuhan yang kadaluarsa atau tidak tepat mengganggu kualtitas rencana asuhan, sementara telaahan
dan modifikasi memungkinkan perawat untuk memberikan asuhan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan klien dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai