Anda di halaman 1dari 13

KURSUS CALON PENGANTIN

1. Pengertian Kursus Calon Pengantin


Pengertian Kursus Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003,
dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk pendidikan berkelanjutan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
keterampilan,standar kompetensi, pengembangan sikap kewirausahaan serta pengembangan
kepribadian profesional.[1]
Adapun Dasar melaksanakan Kursus secara umum merujuk kepada Undang-undang Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5: Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan
diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi[2].
Sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 26 ayat 5, maka
kursus dan pelatihan diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, kepada
masyarakat yang membutuhkan[3]
Demikian Pula Kursus Calon Pengantin, Pengertian Kursus Calon Pengantin dapat dilihat
Dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam tentang kursus calon pengantin No. DJ.II/491 Tahun 2009 Bab I
pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa “kursus calon pengantin yang selanjutnya disebut dengan
suscatin adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan, dalam waktu singkat
kepada catin tentang kehidupan rumahtangga/keluarga”
Jadi, Pada dasarnya Kursus Calon Pengantin merupakan upaya yang dilakukan oleh
pemerintah yang dalam hal ini BP4 untuk membekali calon pengantin dalam menyongsong mahligai
rumah tangga agar dalam rumah tangga nantinya telah siap dan memiliki bekal psikis dan
ketrampilan dalam menghadapi setiap problematika keluarga, sehingga menghasilkan keluarga yang
berkwalitas yang akhirnya enciptakan masyarakat yang berkwalitas pula.
2. Dasar Hukum
Adapun dasar hukum pelaksanaan Kursus Calon Pengantin adalah Peraturan Dirjen Bimas Islam
tentang kursus calon pengantin No. DJ.II/491 Tahun 2009
3. Materi Kursus Calon Pengantin
Materi yang disampaikan dalam kursus calon pengantin merujuk kepada Peraturan Dirjen Bimas
Islam tentang kursus calon pengantin No. DJ.II/491 Tahun 2009 yang menyebutkan suscatin
diselenggarakan dengan durasi 24 jam pelajaran yang meliputi :
(1) tatacara dan prosedur perkawinan selama 2 jam
(2) pengetahuan agama selama 5 jam
(3) peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga selama 4 jam
(4) hak dan kewajiban suami istri selama 5 jam
(5) kesehatan reproduksi selama 3 jam
(6) manajemen keluarga selama 3 jam
(7) psikologi perkawinan dan keluarga selama 2 jam.[4]
4. Faktor Pendorong Dan Penghambat Kursus Calon Pengantin
Dalam setiap pelaksanaan program, tentunya tidak terlepas dari factor-faktor lain baik yang
bersifat mendorong atapun faktor yang menghambat terlaksannya program, demikian pula dengan
program kursus calon pengantin ini pun tidak luput dari beberapa factor pendorong dan penghambat.
Adapun faktor-faktor yang mendorong Kursus calon pengantin adalah :
1. Keinginan masyarakat untuk menikah, hal ini membuat masyarakat bersedia hadir di KUA untuk
menghadiri kursus calon pengantin karena takut jika tidak hadir memenuhi undangan kursus calon
pengantin, maka akad nikahnya tidak dapat dilaksanakan.
Hal ini sebetulnya modal yang sangat besar jika mampu dikelola dengan baik, dengan kesadaran
masyarakat dan kehadiran yang sangat tinggi, maka kursus calon pengantin dapat dilaksanakan
dengan maksimal.
2. Kehadiran calon pengantin, hal ini mampu membuat penyelenggara bersemangat dalam memberikan
materi kursus calon pengantin
3. Kerjasama lintas sektoral yang terjalin dengan baik antara IBI[5], BKKBN[6]kecamatan, serta LSM-
LSM lainnya
Disamping faktor pendukung , juga terdapat faktor yang menghambat pelaksanaan kursus calon
pengantin antara lain :
1. BP4 yang merupakan lembaga semi resmi sehingga keberadaanya dipandang sebelah mata.
2. BP4 tidak memiliki Anggaran operasinal tersendiri untuk melaksanakan kursus calon pengantin,
sehingga pelaksanaanya pun tidak dapat maksimal.
3. Pemerintah tidak melihat secara menyeluruh tentang pentingnya kursus calon pengantin, sehingga
aturan tentang kursus calon pengantin hanya sebatas anjuran belum menjadi prasyarat utama
pernikahan
4. Pelaksana Kursus calon pengantin yang diadakan oleh BP4 yang dijabat oleh pegawai KUA dinilai
kurang efektif karena KUA terbatas pada personalia sehingga kurang maksimal.

[1] Undang-Undang Sisdiknas No 20/2003


[2] Ibid,
[3] Ibid,
[4] Peraturan Dirjen Bimas islam No.DJ.II/491 tahun 2009
[5] Merupakan kepanjangan dari Ikatan Bidan Indonesia
[6] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (dahulu Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional), disingkat BKKBN, adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen Indonesia yang bertugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang keluarga
berencana dan keluarga sejahtera. Kepala BKKBN saat ini adalah Dr. Sugiri Syarief, MPA. BKKBN
pernah sukses dengan slogan dua anak cukup, laki-laki perempuan sama saja. Namun, untuk
menghormati hak asasi manusia, kini BKKBN memiliki slogan dua anak lebih baik.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Kependudukan_dan_Keluarga_Berencana_Nasional)
RANCANGAN KURIKULUM DAN SILABUS KURSUS CALON PENGANTIN
(SUSCATIN)

By KANTOR URUSAN AGAMA KEC. SANGKAPURA on Sabtu, 30 April 2011


RANCANGAN KURIKULUM DAN SILABUS KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)
LEMBAGA PEMBINAAN & PENGEMBANGAN KELUARGA SAKINAH (LPPKS) KAB. GRESIK

NO. MATERI PENDIDIKAN KOMPETENSI POKOK BAHASAN JUMLAH JAMPEL

A.

1.
MATERI INTI

Tatacara dan prosedur Perkawinan

Memahami Tatacara dan prosedur Perkawinan

1. Dasar hukum prosedur perkawinan dan pencatatan perkawinan


2. Pentingnya pencatatan perkawinan

2 jam

2.

Pengetahuan Agama khususnya Fikih Munakahat (hukum Islam tentang pernikahan)


Memahami hukum pernikahan berdasarkan agama Islam
Memahami pengetahuan dasar tentang agana Islam (Fiqh Islam)
1. Motivasi pernikahan, tujuan pernikahan dan dasar-dasar serta syarat-syarat dan
rukun nikah
2. Tata cara peminangan secara islami, dan masa ta’aruf
3. Tata cara nikah, walimah, talak, cerai, dan rujuk
4. Esensi malam pertama, adab berjimak dan tata cara mandi junub.
5. Waktu-waktu yang tidak diperbolehkan berjima’
6. Batasan-batasan yang boleh dilakukan ketika istri dalam keadaan haid dan nifas.
7. Fiqh Thoharoh dan Fiqh Ibadah (tambahan)
5 jam

3.
Peraturan perundang-undangan di bidang perkawinan dan keluarga

Memahami:
a. Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Undang-Undang Perkawinan;
b. Undang-undang No 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga;
c. Undang-undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
d. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
1. Uraian umum Undang-undang perkawinan
2. Pengertian dan bentuk-bentuk kekerasan fisik dan psikis dalam rumah tangga
3. Sanksi hukum melakukan KDRT
4. Pengertian tentang perlindungan anak
5. Hak dan kewajiban anak
6. Kewajiban dan tanggung jawab keluarga, masyarakat, dan pemerintah terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak
7. Ketentuan pidana terhadap pelanggaran perlindungan anak
8. Pengertian PAUD dan pendidikan

4 jam

4.

Hak dan kewajiban suami istri


Memahami hak dan kewajiban suami – istri, dan aplikasinya dalam kehidupan keluarga.
1. Hak dan kewajiban suami
2. Hak dan kewajiban istri
3. Aplikasi hak dan kewajiban dalam kehidupan keluarga

3 jam

5.
Manajemen Keluarga Sakinah
1. Memahami konsep keluarga sakinah
2. Memahami Fungsi keluarga sakinah
3. Memahami pemecahkan masalah keluarga secara mandiri
1. Keutuhan, keharmonisan, dan kelestarian rumah tangga berbasis ketakwaan
2. Membangun dan melestarikan asi sayang lahir batin (mawada wa rahmah)
3. Fungsi Keluarga Sakinah: fungsi agama, reproduksi, edukasi, protektif, afektif,
ekonomi, sosial-budaya, lingkungan, dan rekreatif
4. Teknik pemecahan masalah keluarga
5 jam

6.
Psichologi Keluarga & Spritual Parenting
1. Memahami dasar-dasar ilmu jiwa dan pentinganya ilmu jiwa dalam membina
keluarga.
2. Memahami pengasuhan dan pembinaan keluarga dengan pendekatan spritual / agama
(keikhlasan)

3. Pengertian ilmu jiwa / psichologi dan Ilmu jiwa perkembangan seta psichologi
keluarga
4. Problematika keluarga yang terkait ilmu jiwa keluarga
5. Pengertian dan manfaat spritual parenting
2 jam

7.
Kesehatan reproduksi , Perawatan kehamilan dan pendidikan pranatal pasca natal dan
Pendidikan Gizi Keluarga
1. Memahami konsep dan tata cara menjaga kesehatan reproduksi fungsi-fungsi alat
reproduksi
2. Mengenal berbagai macam penyakit yang terkait dengan alat reproduksi
3. Memahami kesehatan fisik dan psikis ibu hamil gizi seimbang ibu hamil
4. Memahami stimulasi janin dalam kandungan
5. Memahami proses kelahiran yang sehat dan aman Memahami konsep pertumbuhan
dan perkembangan AUD
6. Memahami tentang pentingnya gizi seimbang, kesehatan, dan PAUD

1. Pengenalan alat-alat reproduksi dan cara menjaganya.


2. Perilaku seksual menyimpang dan akibat yang ditimbulkannya.
3. Upaya mencapai penambahan berat badan proporsional, imunisasi bumil, mencegah
pendarahan, keguguran, stres, dan dukungan positif dari suami dan lingkungan.
4. Gizi seimbang (termasuk zat besi, zeng, yodium, dll), dan pemenuhannya.
5. Tujuan, dasar, dan prinsip stimulasi janin dalam kandungan. Persiapan kelahiran,
macam-macam proses kelahiran, dan tata cara menyambut kelahiran
6. Pentingnya stimulasi psikososial sejak dini dan tahapan tumbuh kembang sesuai usia
anak dan deteksi dini Tumbuh Kembang Anak Usia Dini.
7. Melejitkan kecerdasan jamak pada anak usia dini dan mengembangkan kemandirian
anak Lambat Berkembang (ALB) dan Anak dengan Berkebutuhan Khusus (ABK).
8. Pengasuhan untuk meningkatkan harga diri.
9. Gizi Holistik dan pentingnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD), ASI (Air Susu Ibu) Ekslusif
(6 bulan) dan ASI Tuntas (2 tahun) serta dilema ASI dan susu formula
3 jam

8.
Pengembangan ekonomi keluarga dalam semangat kewirausahaan muslim
1. Memahami sumber-sumber ekonomi keluarga
2. Memahami pengelolaan ekonomi keluarga yang efektif, produktif dan efisien
3. Memahami pentingnya semangat kewirausahaan
1. Jenis pekerjaan dan cara memperoleh penghasilan tetap yang halal
2. Prilaku tidak konsumtif dan sesuai dengan skala prioritas kebutuhan
3. Mengembangkan dan memanfaatkan peluang (kiat-kiat usaha) untuk menambah
pemasukan dan mengatasi kendala-kendala ekonomi keluarga (keserasian peran suami-
istri secara seimbang)

2 jam
B.

1
MATERI PENUNJANG

Pengarahan Program dan Pre Test

1. Mendeskripsikan program-program dalam pendidikan


2. Mengukur kemampuan peserta sebelum proses penyelenggaraan pendidikan

1. Pengarahan Program Diklat


2. Pelaksanaan Pre Test

1 jam

2
Building Learning Commitment (BLC)
Melaksanakan proses perkenalan, komunikasi, kebersamaan, serta pengambilan
keputusan.
1. Ice Breaking
2. Pengenalan diri dan orang lain
3. Pengambilan Keputusan
4. Komitmen bersama
1 jam

3.
Ujian/post test
Melaksanakan Ujian komprehensif sesuai ketentuan yang berlaku

Ujian tertulis
1 jam

JUMLAH JAM KURSUS

29 jam

METODE PEMBELAJARAN (materi Inti) :


1. Penyajian materi
2. Tanya jawab
3. Pendalaman dengan diskusi kelompok kecil
Pembinaan Pra-Nikah Sebagai
Upaya Untuk Menciptakan
Keharmonisan Rumah Tangga
(Studi langsung di KUA
Kecamatan Junrejo Kota Batu)
Posted by Pelangi Horison21 Februari 20130 Comment
Oleh : Anonymous
A.Latar Belakang Masalah
Allah menciptakan dunia dengan segala isi yang ada di dalamnya adalah untuk kebahagiaan
manusia. Demikian pula diciptakannya alam semesta, diturunkannya air hujan, diciptakannya
langit, diciptakannya matahari, semua adalah untuk kebahagiaan manusia.
Namun semua itu tidak cukup bagi tercapainya kebahagiaan manusia, maka selanjutnya Allah
menciptakan pasangan hidup bagi manusia agar manusia berbahagia. Untuk mewujudkan
kebahagiaan yang hakiki Allah mensyariatkan pernikahan atau perkawinan bagi manusia. Mengapa
perkawinan diatur oleh Allah. Sebab perkawinan mempunyai kedudukan yang sangat penting
dalam menyempurnakan kebahagiaan hidup manusia dan karena perkawinan merupakan sendi
dasar terbentuknya keluarga. Dimana anggota keluarga harus saling membantu dan melengkapi
agar tercapai kesejahteraan lahir dan batin. Akad nikah adalah perjanjian suci antara seorang pria
dan seorang wanita membentuk keluarga bahagia dan kekal. (Moh. Idris Ramulyo, SH.MH. 1979
:1) Dalam UU No.1 tahun 1974 Pasal (1) disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
bahagia yag kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU Perkawinan No., 1 Tahun 1974,
1983 : 225) Rasulullah saw telah memberikan contoh untuk menikah dan dinyatakan sebagai
sunnah Nabi dan memerintahkan kepada setiap pemuda untuk segera menikah bagi yang telah
mampu, sebagaimana sabda Rasulullah: ‫َر َيا‬ َّ ‫ع َمنَ ال‬
ََ ‫شبَابَ َم ْعش‬ َ َ‫صرَ اَغَضَ فَإنَّ َهُ فَ ْليَتَزَ َّوجَْ اْلبَا َءَةَ م ْن ُك َْم ا ْست‬
ََ ‫طا‬ َ َ‫صنَُ ل ْلب‬
َ ْ‫ن ل ْلفرْ جَ َواَح‬
َْ ‫لَ َْم َو َم‬
َ َ
‫ص ْومَ فعَليْهَ يَ ْستَط َْع‬ َّ َ َ
َّ ‫ )مسلم و البخاري رواه( و َجاهَ ل َهُ فإن َهُ بال‬Al Qur`an dan Hadits Nabi diatas memberikan penjelasan
bahwa Allah SWT menganjurkan hamba – hambanya untuk menikah bagi mereka yang mampu
baik lahir maupun batin karena perkawinan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia,
maka perkawinan yang dilakukan seseorang itu haruslah perkawinan yang sah. Sebagaimana
tercantum dalam Pasal 2 UU No.1 tahun 1974 ”Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
masing-masing agama”. Karena menikah dalam UU Perkawinan harus didasarkan pada ajaran
agama, maka hal ini selaras dengan prinsip-prinsip Islam bahwa pernikahan adalah bagian dari
ajaran Islam. Maka kehidupan seorang muslim tidak sekedar urusan sholat, puasa, haji saja yang
menjadi bagian dari Islam, namun juga urusan pernikahan dan keluarga. Namun dalam
perjalanannya, kehidupan keluarga tidak selamanya berjalan sesuai dengan harapan awal yaitu
kebahagiaan, kadang-kadang muncul sedikit persoalan yang pada akhirnya ada yang dapat
diselesaikan dengan baik, namun ada pula yang tidak dapat diselesaikan dengan baik dan berakhir
dengan perceraian. Demikian pula kenyataan banyak keluarga yang berantakan dan belum
memperhatikan aturan dasar pembentukan keluarga yang didasarkan ajaran agama. Sehingga
terus meningkatnya angka perceraian juga KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga). Karena itu
salah satu yang penting adalah : Pembinaan Pra-nikah sebagai salah satu upaya dalam
mempersiapkan calon pengantin dalam membentuk rumah tangga yang bahagia. Maka dengan
alasan inilah judul yang diambil dalam penelitian adalah: PEMBINAAN PRA-NIKAH SEBAGAI UPAYA
UNTUK MENCIPTAKAN KEHARMONISAN RUMAH TANGGA (Studi langsung di KUA Kecamatan
Junrejo Kota Batu) B. Rumusan Masalah Setelah melihat latar belakang masalahnya maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Mengapa dibutuhkan Pembinaan Pra
Nikah di wilayah KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu? 2. Bagaimana model Pembinaan Pra Nikah di
wilayah KUA kecamatan Junrejo Kota Batu? 3. Apa manfaat Pembinaan Pra Nikah bagi masyarakat
di wilayah KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu? METODE PENELITIAN A. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengambilan data penulis menggunakan teknik - teknik sebagai berikut : 1. Observasi,
Dengan adanya observasi, peneliti akan mendapatkan data yang diinginkan dan sumber data
tersebut berupa peristiwa, tempat atau lokasi yang dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. 2. Interview yaitu : Dalam penelitian ini yang menjadi respondennya adalah pejabat
KUA. Menurut H. Hadari Nawawi dan H. M. Martini Hadari interview adalah alat yang digunakan
dalam komunikasi yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan oleh pengumpul data
sebagai pencari informasi (interview), dengan kata lain interview (wawancara) secara sederhana
adalah alat pengumpul data berupa tanya jawab antara pihak pencari informasi dengan sumber
informasi yang langsung secara lisan. 3. Dokumentasi yaitu : sumber informasi yang diperoleh
dari buku-buku, majalah, koran, yurisprudensi dan arsip-arsip yang ada di KUA. B. Teknik Analisis
Data 1. Tekhnik analisa data dalam penelitian ini adalah menggunakan kuantitaf secara diskriptif.
Analisis kuantitatif dalam suatu penelitian dapat didekati dari dua sudut pendekatan, yaitu analisis
kuantitatif secara deskriptif, dan analisis kuantitatif secara inferensial. Masing-masing pendekatan
ini melibatkan pemakaian dua jenis statistik yang berbeda. Yang pertama menggunakan statistik
deskriptif dan yang kedua menggunakan stastistik inferensial. Kedua jenis statistik ini memiliki
karakteristik yang berbeda, baik dalam hal teknik analisis maupun tujuan yang akan dihasilkannya
dari analisisnya itu (Sudijono:1987:4). 2. Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan
mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah
sesuai dengan fungsinya. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-
angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap maknanya oleh siapapun yang
membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. Dengan demikian hasil olahan data
dengan statistik ini hanya sampai pada tahap deskripsi, belum sampai pada tahap generalisasi.
Dengan kata lain, statistik deskriptif adalah statistik yang mempunyai tugas mengorganisasi dan
menganalisa data angka, agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas dan jelas,
mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna
tertentu. 3. Dengan data-data yang telah penulis dapatkan, maka akan di paparkan dan diberikan
analisa, sehingga diperoleh gambaran tentang hasil dari penelitian tersebut. Dengan demikian
data-data tersebut bisa dipahami dengan baik. Dan juga akan diperoleh gambaran yang lebih utuh
tentang fenomena yang terjadi. PEMBAHASAN A. Keharusan Pembinaan Pra Nikah di KUA
Kecamatan Junrejo Kota Batu Problem di masyarakat dapat dilihat dari baik buruknya keluarga
yang ada di masyarakat tersebut, jika terjadi perceraian dapat berakibat kurang harmonisnya
lingkungan di sekitar rumah tangga tersebut, sebab anak dapat menjadi korban, beban orng tua
atau kakek dan nenek semakin berat akibat menanggung kebutuhan anak akibat perceraian. Hal
ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga kecamatan Junrejo. “Saya merasa prihatin
melihat anak akibat orang tuanya berpisah atau cerai, anaknya jadi kurang perhatian dan kurang
terurus, sehingga kakek dan neneknya yang menanggung beban hidupnya sebab kedua orang
tuanya sama-sama sakit hati dan mencari ketentraman sendiri-sendiri, ada yang sudah menikah
lagi dan ada yang tidak pernah pulang untuk mengurusi anak yang dirumah” (Mujianto,
wawancara 19 Mei 2012). Kondisi tersebut akan berdampak pada psikologi anak, sehingga
cenderung anak tersebut nakal dan susah diatur akibat kurang kasih sayang dari orang tuanya.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga sebagai berikut: ”Akibat orang tuanya
bercerai sekarang anaknya kurang perhatian dan anak tersebut sering membuat ulah di dalam
keluarganya, sebab anak tersebut kurang mendapat bimbingan orang tua, anak tersebut
meluapkan kekecewaannya dengan cara menjadi anak yang cuek dan pemberani sehingga tidak
jarang berkelahi dengan temannya” (Yani, wawancara 19 Mei 2012). Kondisi di atas tak lepas
karena lemahnya semangat masyarakat dalam beragama, sehingga memandang bahwa urusan
agama adalah dianggap urusan orang alim yang mengerti tentang agama, sehingga mereka hidup
berlandaskan kebiasaa yang ada di masyarakat. Hal ini sesuai dengan yagn dipaparkan oleh salah
seorang guru ngaji. ”Cara berumah tangga di lingkungan sekitar kecamatan Junrejo adalah
menggunakan cara tradisional atau tradisi yang sudah ada, sehingga kadang ada tradisi yang
memang sesuai dengan norma agama, namun juga terdapat tradisi yang kurang sesuai dengan
norma agama seperti seorang istri menceritakan ketidakmampuan atau aib suami kepada orant
tuanya, hal ini kadang yang menjadi pemicu perceraian di dalam rumah tangga” (Wahyudi,
wawancara 19 Mei 2012). Kementerian Agama Kota Batu mencatat, hingga tengah tahun 2012 ini
ada 138 pasangan suami istri (pasutri) yang melakukan cerai. Jumlah ini melebihi catatan
penceraian pada 2011 lalu sebanyak 106 pasutri. (Sumber data seksi Urais Kemenag Kota Batu).
Adanya cerai gugat ini menunjukkan bahwa kesadaran suami sebagai kepala keluarga sangat
minim sehingga istrinya merasa keberatan setelah menjadi bagian dari keluarganya. Hal ini seperti
yang diungkapkan oleh salah seroang warga yang melakukan cerai gugat. ”Sebenarnya saya tidak
ingin berpisah dengan suami, namun apabila diteruskan maka hidup saya tidak merasa tenteram,
setiap hari jarang diperhatikan, dan jarang pula memberi nafkah baik lahir maupun batin,
sedangkan jika pulang sering marah-marah dan tak jarang memukul, dengan pertimbangan yang
sangat berat maka saya putuskan untuk menempuh cerai gugat” (Wahyuni, wawancara 19 Mei
2012). Kasus cerai gugat juga dapat dikarenakan ditinggal suami dengan rentang waktu sangat
lama, atau akibat pernikahan paksaan sehingga salah satu pihak tidak merasa bahagia.
Sehubungan dengan instruksi Jawatan Urusan Agama Nomor 3 Tahun 1960 menyebutkan bahwa
Kepala KUA dan PPN (Penghulu) pada prinsipnya harus berada di satu tangan. Itu berarti bahwa
Penghulu di samping bertugas melakukan pengawasan nikah dan pemberitahuan rujuk, penghulu
juga memikul tugas dan fungsi KUA sebagaimana MA No. 18/1975 psl. 30. Pasal tersebut
menyebutan paling tidak terdapat 9 tugas dan fungsi KUA, 5 diantaranya menyangkut eksistensi
organisasi, lembaga atau badan semi resmi seperti BP-4, BKM, LP2A, LPTQ dan BAZ. Eksistensi
badan semi resmi tersebut erat kaitannya dengan jalur kedinasan di Kantor Urusan Agama. Oleh
karena itu, kepala KUA karena jabatannya adalah juga ketua badan semi resmi tingkat kecamatan.
Sehingga sebagai lembaga BP-4 maka Kantor Urusan Agama juga memiliki kewajiban pembinaan
Pra Nikah agar dapat memberikan pemahaman kepada catin agar bisa melangsungkan kehidupan
berkeluarga yang bahagia dan sejahtera. Hal di atas diperlukan sebab keluhan masyarakat melihat
akibat dari perceraian serta data perceraian di dari Kementerian Agama Kota Batu setiap tahun
meningkat, maka peran KUA yang juga berfungsi sebagai Badan Penasihatan, Pembinaan, dan
Pelestarian Perkawinan (BP4) harus berperan aktif dalam Pembinaan Pra Nikah dalam penelitian ini
di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu, sebab dengan bekal yang baik dalam membina rumah
tangga bagi catin akan membantu memberikan wawasan agar lebih berhati-hati dalam membina
rumah tangga. B. Model Pembinaan Pra nikah di KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu Tiga bentuk
model pembinaan pra nikah yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Junrejo Kota Batu yaitu ceramah
materi munakahat, pretest tentang fiqih dasar (taharah dan sholat) dan pemberian CD materi
sarana multimedia telah menimbulkan repson yang beragam sebagai berikut: 1. Ceramah materi
Ceramah materi munakahat yang dilakukan oleh kepala KUA telah memberikan motivasi positif
bagi calon pengantin (catin), sebab berumah tangga waktunya sangat lama sehingga perlu bekal
yang cukup, oleh karena itu bekal awal yang diberikan melalui materi ceramah munakahat dapat
dijadikan modal awal bagi catin untuk masuk dalam dunia berumah tangga. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh salah seorang catin warga Junrejo. ”Saya akan menikah namun sebenarnya
saya sendiri belum begitu paham kewajiban seorang suami dan istri, sehingga dengan adanya
materi ceramah yang diadakan oleh KUA Kecamatan Junrejo ini telah memberikan wawasan atau
membuka pemahaman saya tentang hak dan kewajiban suami istri, dan waktu mendengarkan
cermah tersebut bersama-sama dengan calon istri dan mertua maka hal ini semakin
memantapkan lagi niat baik dalam berumah tangga, karena saya dan istri setidaknya telah
mendengar penjelasan dari KUA tentang hak dan kewajiban suami dan istri” (Yanto, wawancara 19
Mei 2012). Calon pengantin yang mengikuti pembinaan pra nikah di KUA Kecamatan Junrejo
tersebut telah merasakan manfaat adanya pembinaan pra nikah, oleh karena itu bagi pihak KUA
agar terus mempertahankan dan meningkatkan kualtias dari materi ceramah sehingga akan lebih
mudah di terima oleh catin, hal ini seperti yang disampaikan oleh pegawai KUA Kecamatan Junrejo
sebagai berikut: ”Materi ceramah munakahat yang disampaikan pada catin pada pembinaan pra
nikah di KUA Kecamatan Junrejo selalu kami evaluasi isi materinya, sebab harapan saya bahwa
materi yang diterima oleh catin bisa diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan dengan
penuh tanggung jawab sebab berumah tangga itu waktunya sangat lama sehingga perlu bekal
atau pondasi pemahaman berumah tangga yang kuat” (Arief Saifudin, wawancara 19 Mei 2012).
Evaluasi isi materi ceramah munakahat yang dilakukan oleh Kepala KUA Kecamatan Junrejo
tersebut sangat baik, sebab dengan adanya evaluasi tentang isi materi ceramah munakahat pada
catin dalam rangka pembinaan pra nikah setidaknya materi yang disampaikan akan lebih terarah
dan memang sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh catin, hal ini seperti diungkapkan oleh salah
seorang tokoh agama yang kebetulan akan menikahkan anaknya. “Penyampaian materi cermah
yang dilakukan oleh Kepala KUA Kecamatan Junrejo sangat baik karena penyampaiannya lugas
dan dapat diterima oleh catin dan saya sendiri yang mendampingi anak saya yang akan menikah
merasa berterima kasih kepada Kepala KUA yang telah membina anak saya dan calon suaminya
sebab kami bersama-sama mendengarkan nasihat tentang pernikahan” (Bambang, 19 Mei 2012).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka penyampaian materi munakahat oleh Kepala KUA
Kecamatan Junrejo kepada Catin dan Wali Nikah sangat bermanfaat dan memang sesuatu yang
sangat diperlukan khususnya oleh catin agar dengan mengikuti pembinaan pra nikah tersebut
akan menambah semangat beragama dalam membentuk rumah tangga yang sesuai dengan
tuntunan ajaran agama islam. Dengan demikian model pembinaan pra nikah di KUA Kecamatan
Junrejo berupa ceramah materi munakahat memang sesuatu yang sangat diperlukan oleh catin
dalam membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah, sebab kebanyakan mereka
tidak mengetahui hak dan kewajiban sebagai suami istri dalam berumah tangga. 2. Pretest Model
Pembinaan Pra Nikah pada calon pengantin berupa Pretest merupakan hal yang baru, dan
mungkin baru ada di KUA Kecamatan Junrejo, hal ini juga merupakan sesuatu yang baik,
meskipun hal ini juga agak memberatkan bagi calon pengantin khusus mereka yang pemahaman
agamnya sangat minim. Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah satu catin yang mendapat
soal atau pretest. ”Materi pretest yang diberikan oleh KUA kepada saya sebenarnya adalah tentang
wudlu, bab mandi besar, sholat dan hal-hal yang sehari-hari dilakukan, namun karena saya dalam
beragama kurang baik maka kadang kurang memperhatikan tentang sholat, dengan adanya
pretest ini saya harus bertanya pada tetangga yang lebih paham dalam urusan agama agar dapat
mengisi materi pretest tersebut” (Wawan, wawancara, 19 Mei 2012). Berdasarkan wawancara di
atas dapat diketahui materi pretest yang diterima oleh catin merupakan hal yang baru dan agak
memberatkan, namun hal ini juga bisa bermanfaat bagi catin sebab mereka setidaknya terdorong
untuk mau bertanya tentang soal yang diberikan oleh KUA kepada tokoh agama disekitar tempat
tinggalnya, sehingga timbulah komunikasi yang baik antara catin dengan tokoh agama setempat.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang tokoh agama yang pernah ditanya oleh catin
di wilayah kota Batu: ”Sebenarnya langkah KUA dalam memberikan pretest pada calon pengantin
adalah baik sebab dengan demikian mereka calon pengantin tersebut mau bertanya soal agama
kepada orang-orang yang memahami agama mungkin seperti saya, dengan kehadiran meraka
kepada tokoh agama setidaknya mereka juga akan mendapatkan nasihat tentang pernihkahan
disamping mereka juga dapat mengerjakan soal yang diberikan oleh KUA” (Sofyan, 19 Mei 2012).
Langkah KUA memberikan pretest kepada catin tersebut juga merupakan upaya dari KUA
Kecamatan Junrejo agar catin setelah mendengarkan materi ceramah setidaknya ada yang masih
mereka ingat, dan sarana untuk mengingatkan tersebut adalah dengan diberi pretest. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh Kepala KUA Kecamatan Junrejo. ”Bahwa pemberian pretest adalah
upaya dari pihak KUA agar catin yang telah mendengarkan ceramah materi munakahat pada saat
pembinaan di KUA Kecamatan Junrejo, materi tersebut masih diingat sehingga pihak KUA merasa
perlu memberikan pretest tersebut kepada calon pengantin agar meraka setelah mengikuti
pembinaan materi yang diterima masih diingatnya” (Arief Saifudin, wawancara 19 Mei 2012).
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa calon pengantin dalam menerima pretest meskipun
agar berat namun hal ini baik saja sebab mereka mau silaturrahmi kepada tokoh agama disekitar
lingkungannya untuk membantu menjawab soal pretest tersebut, bagi pihak tokoh agama
kedatangan catin ke rumahnya merupakan suatu kehormatan dan salah satu sarana titip pesan
modal dalam berumah tangga agar catin lebih amana dan berhati-hati, serta tujuan KUA
memberikan pertes kepada catin memberikan agar selesai diberi ceramah materi munakahat,
catin di rumah masih mengingatnya dan setidaknya mereka mau bertanya tentang masalah
pernikahan kepada tokoh agama dilingkungannya. Sehingga keberadaan pretest yang diberikan
oleh pihak KUA Kecamatan Junrejo baik untuk terus dilakukan. 3. Pemberian CD materi Langkah
KUA Kecamatan Junrejo dalam pembinaan pra nikah kepada catin langkah yang ketiga adalah
pemberian CD MP3 ceramah Kursus Calon Pengantin. CD tersebut berisi ceramah-ceramah tentang
fikih munakahat. Pemberian cd materi munakahat kepada calon pengantin hal ini juga hal yang
baru, dan catin menerima cd materi munakahat tersebut merasa senang hal ini seperti yang
diungkapkan oleh salah satu catin. ”Saya dan calon istri saya sangat senang mendapatkan cd dari
KUA Kecamatan Junrejo yang isinya tentang ceramah pernikahan, sehingga materi ceramah
tersebut dapat kami lihat bersama-sama dan juga didampingi oleh mertua, sehingga pemberian cd
materi munakahat tersebut sangat bermanfaat bagi saya dan calon istri saya dan keluarga” (Rudi,
wawancara 19 Mei 2012). Bagi pihak KUA bahwa pemberian CD tersebut adalah dalam rangka
menyempurnakan pembinaan pra nikah yang dilakukan di KUA. Sebab telah menjadi maklum
ketentuan untuk mengadakan pembinaan yang ada membutuhkan waktu yang lama sehingga
dengan pemberian CD ceramah tersebut sangat tepat dalam rangka membekali setiap calon
pengantin untuk mendapat ilmu pengetahuan tentang pernikahan dan keluarga lebih utuh. Hal ini
seperti yang diungkapkan oleh salah satu pembantu penghulu: ”Dengan adanya cd materi
munakahat yang diberikan oleh pihak KUA kepada catin disambut dengan senang hati karena saya
telah menerima kabar gembira dari beberapa catin yang telah menerima cd materi munakahat
tersebut dan mereka merasa berterima kasih dan senang dengan adanya pemberian cd materi
pada mereka” (Sugeng, 19 Mei 2012). Berdasarkan pendapat di atas bahwa langkah KUA
Kecamatan Junrejo memberikan cd materi munakahat sangatlah tepat karena respon dari calon
pengantin dan keluarganya serta masyarakat yang mengetahui adanya pemberian cd materi
munakahat tersebut sangat baik. C. Manfaat Pembinaan Pra Nikah bagi masyarakat di KUA
Kecamatan Junrejo Kota Batu Manfaat secara langsung dari pembinaan pra nikah yang dilakukan
oleh KUA Kecamatan Junrejo adalah dari wawancara di atas bahwa calon pengatin dengan adanya
ceramah materi munakahat yang diberikan oleh pihak KUA Kecamatan Junrejo sangat berterima
kasih, sebab hal-hal yang mereka tidak pahami tentang masalah pernikahan seperti hak dan
kewajiban suami dan istri bisa terjawab di dalam ceramah yang diberikan oleh Kepala KUA
Kecamatan Junrejo sehingga ceramah yang diberikan tersebut sangat bermanfaat bagi catin guna
menempuh bahtera rumah tangga agar sesuai dengan ajaran agama Islam. Pretest yang diberikan
memang awalnya memberatkan bagi catin, namun hal ini juga bernilai positif sebab mereka lalu
mau bersilaturahmi kepada tokoh agama untuk menanyakan isi jawaban dari pretest tersebut dan
hal ini juga disambut baik oleh tokoh agama sebab mereka bisa memberikan nasihat pernihakan
kepada calon pengantin yang datang kepadanya. Pemberian cd materi munakahat juga disambut
dengan gembira oleh calon pengantin karena disela-sela kesibukan sehari-hari mereka juga
menyempatkan waktu untuk melihat isi ceramah yang ada di cd tersebut dan hal ini adalah baik
bagi kelangsungan rumah tangga calon pengantin. Sehingga pemberian cd materi tersebut baik
untuk terus dilakukan oleh pihak KUA Kecamatan Junrejo. KESIMPULAN Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan dalam masalah Pembinaan Pra Nikah sebagai upaya untuk
menciptakan keharmonisan rumah tangga sebagai berikut: 1. Dibutuhkannya Pembinaan Pra
Nikah adalah dikarena kebutuhan setiap orang akan pengetahuan. Secara khusus tentang
pernikahan dan keluarga juga dibutuhkan oleh setiap orang yang akan menikah. Maka Pembinaan
Pra Nikah akhirnya menjadi keniscayaan bagi setiap orang. 2. Model Pembinaan Pra Nikah yang
dilaksanakan oleh KUA Junrejo meliputi: ceramah monolog, pre test, CD materi Kursus Catin
berbentu MP3, CD Lagu-lagu pernikahan dan juga khutbah nikah ketika prosesi akad nikah. 3.
Manfaat Pembinaan Pra Nikah bagi masyarakat antara lain pertama setiap calon pengantin akan
mendapatkan tambahan pengetahuan tentang pernikahan dan keluarga, kedua pernikahannya
akan dapat dilangsungkan sesuai dengan syariat Islam, ketiga akan terwujud keluarga sakinah,
mawaddah wa rahmah, memudahkan pihak KUA dalam prosesi Akad Nikah. 4. Pengaruh
Pembinaan Pra Nikah cukup baik bagi terwujudnya keluarga sakinah, terlaksananya tutnutnan
pernikahan dalam kehidupan keluarga, kesiapan masyarakat dan mengaruhi bahtera rumah
tangga. 5. Adanya keluhan masyarakat yang melihat akibat dari perceraian, serta data perceraian
dari Kementerian Agama Kota Batu setiap tahun meningkat, serta KUA yang juga berfungsi
sebagai Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4), maka Pembinaan Pra
Nikah bagi calon pengantin harus diadakan di Kecamatan Junrejo Kota Batu. DAFTAR PUSTAKA
Departeman Agama RI Al-qur’an dan Terjemahnya (2005) Majalah Perkawinan dan Keluarga, No.
465/XXXVIII/2011 Lidwa.com Moh Nidris Rahmulyo, SH.MH. (1979) Hukum Perkawinan Islam,
Bumi Aksara, hal. 1 Badan Kesejahteraan Masjid Pusat (1983) UU Perkawinan No., 1 Tahun 1974,
Jakarta, Hal. 225 Sutrisno Hadi (1986) Metode Research, Yogyakarta, YPP UGM: 75. Lexy J
Meleong, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2008), 135 Departeman
Agama RI (2003) “Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah”. PT Bimbingan Masyarakat Islam
dan Penyelenggara Hají. Jakarta. Departeman Agama RI (1992/1993) “Pedoman Pegawai Pencatat
Nikah”. PT Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Pusat. Jakarta. Fakultas Syariah (2005) “Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” Universitas Islam Negeri Malang. Hadi Sutrisno (1973) “Metode
Research” Jilid II. Cetakan 1, Fakultas Psikologi UGM. Jogjakarta. Sabiq Sayyid (1993) “Fiqih
Snnah 8” Cet. 8 PT Al-Ma”arif. Bandung. Said, A Fuad (1994) “Perceraian Menurut Hukum Islam”
Cet. I, PT Pustaka Al-Husna. Jakarta. Syarifudin, AMIR (2006) “Hukum Perkawinan Islam di
Indonesia (Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan)”. Cet. I . Kencana. Jakarta.
Abdul Majid Mahmud Mathlub (2005) Panduan Hukum Keluarga Sakinah, Era Inter Media Solo.

- See more at: http://pelangi-horison.blogspot.com/2013/02/pembinaan-pra-nikah-sebagai-


upaya-untuk.html#sthash.amaXWqWr.dpuf

Anda mungkin juga menyukai