Anda di halaman 1dari 3

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1

BUMN TERLIKUIDASI RENTANG WAKTU 2004-2019


PT. ASEAN ACEH FERTILIZER

Disusun oleh:

1. Asobarina Al Fatih (17061163)


2. Miky Setyorini (17061229)
3. Anik Refi Widiastuti (19062175)

KELAS R3.3

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK
SEMESTER GENAP 2019/2020
A. Penyebab PT Asean Aceh Fertilizer terlikuidasi
Hampir dua dasawarsa beroperasi, pabrik pupuk urea berkapasitas 600 ribu ton/tahun ini
akhirnya mesti pamit mundur pada 2005. Penyebabnya tak lain karena tak lagi mendapat pasokan
gas dari Kilang LNG Arun. Seiring dengan berakhirnya era kejayaan migas di Aceh maka PT.
ASEAN Aceh Fertilizer akhirnya menghentikan operasional produksinya. Pengelolaan aset yang
dimiliki bekas pabrik pupuk ini pun terkendala dengan perbedaan pandangan dikalangan birokrasi
pemerintah Indonesia. Pembangunan dan operasional pabrik yang awalnya menggandeng modal
bersama negara-negara ASEAN membuat pemerintah tidak bisa menetapkan status likuadasi yang
bakal diputuskan atas pabrik ini. Sementara untuk menghidupkan kembali operasional industri
pupuk juga terkendala pada tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah .

B. Methode PT Asean Aceh Fertilizer


Berdasarkan pada Informasi yang dimuat pada tabloid Kontras nomor 562 edisi Oktober
2010, dapat disimpulkan bahwa metode likuidasi yang digunakan pada PT AAF (Aceh Asean
Fertilizer) likuidasi bertahap. Pada awalnya terjadi sebuah sentimen berisiko dimana pemerintah
enggan mengakui PT AAF sebagai salah satu perusahaan BUMN pada awal keterpurukannya.
Namun berakhir dengan hasil di mana PT AFF diakui sebagai BUMN dikarenakan perolehan
saham PT PUSRI (Pupuk Sri Wijaya) adalah sebesar 60% mendominasi yang kemudian diikuti
oleh Thailand, Philipina, Malaysia masing-masing sebesar 13% dan singapura sebanyak 1%.
Pembayaran kewajiban dilakukan dengan penjualan aset terlebih dahulu untuk melunasi
pembayaran gaji karyawan bahkan disiapkan sebanyak yang bahkan pemerintah juga
menyarankan untuk melakukan peminjaman dari uang hasil penjualan gedung kantor senilai 32
miliar dan tersisa sebanyak 8 miliar menutut mantan direksi PT AAF. Setelah dilakukan
pelunasan kewajiban kepada pihak ketiga, sekutu kemudian melakukan pembagian berdasarkan
penyertaan modal, namun dalam beberapa sumber tidak mencantumkan alur dari pembagian
kepada masing-masing sekutu.

C. Liability PT. Asean Aceh Fertilizer

PT Asean Aceh Fertilizer sendiri memiliki utang perusahaan kepada pihak ketiga yang
tertunda selama 15 tahun. Pihak ketiga yang belum dibayar adalah para rekanan pemasok barang,
supplier, kontraktor, rumah sakit, Kopkar (Koperasi Karyawan) PT AFF dalam hal leasing mobil
dinas PT AFF , Dana Commonity Development (CD) atau Coorporate Social Responsibility
(CD/CSR) kepada desa kawasan pabrik PT AFF.

ii
D. Asset PT. Asean Aceh Fertilizer

Liability yang tinggi, menyebabkan aset PT AAF dibeli PT PIM senilai Rp 624 miliar, juga
Kompleks Perumahaan PT AFF dibeli oleh mantan karyawan sebanyak 244 unit. Aset milik eks PT
Asean Aceh Fertilizer (AAF) dan perumahan baru, dibeli PT PIM melalui utang bank sebesar Rp711
miliar dengan bunga yang ditanggungkan dalam setahun sebesar Rp72 miliar. Hal itu dilakukan
dengan tujuan agar lokasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan industri PT PIM agar
mendatangkan investor. Berdasarkan Business Plan yang telah disusun bersama Direksi PT. Pusri,
Direksi PT. PIM dan Eks Direksi PT. AAF disimpulkan bahwa integrasi antara PT. PIM dan PT AAF
memerlukan persyarakatan jaminan pasokan gas atau perlu gasifikasi batubara, alokasi dana yang
cukup besar yakni untuk gasifikasi barubara USD 800 Juta, membayar kepemilikan saham asing Rp.
63 milyar, hutang Rp. 414 milya. Persyaratan tersebut sulit dipenuhi mengingat keterbatasan APBN.
Hasil penjualan aset likuidasi diutamakan untuk membayar kepada para kreditur preferen
diantaranya kepada negara atau pajak terhutang, para kreditur konkuren apabila terdapat sisa hasil
penjualan, dan dibagikan kepada pemegang saham PT. AAF yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina,
Thailand, dan Singapura.

E. Akuisasi PT Asean Aceh Fertilizer oleh PT PIM


PT Pupuk Iskandar Muda (PT PIM) Aceh Utara resmi mengakuisisi PT Aceh Asean Fertilizer
(PT AAF) pada 31 Desember 2018 lalu senilai Rp 624 miliar. Pembelian itu termasuk kompleks
pabrik dan 105 unit perumahan karyawan.
Rencana revitalisasi pabrik PT AFF oleh PIM, termasuk pengembangan kawasan perumahan
menjadi kompleks komersial.

iii

Anda mungkin juga menyukai