PT. Asean Aceh Fertilizer
PT. Asean Aceh Fertilizer
Disusun oleh:
KELAS R3.3
PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK
SEMESTER GENAP 2019/2020
A. Penyebab PT Asean Aceh Fertilizer terlikuidasi
Hampir dua dasawarsa beroperasi, pabrik pupuk urea berkapasitas 600 ribu ton/tahun ini
akhirnya mesti pamit mundur pada 2005. Penyebabnya tak lain karena tak lagi mendapat pasokan
gas dari Kilang LNG Arun. Seiring dengan berakhirnya era kejayaan migas di Aceh maka PT.
ASEAN Aceh Fertilizer akhirnya menghentikan operasional produksinya. Pengelolaan aset yang
dimiliki bekas pabrik pupuk ini pun terkendala dengan perbedaan pandangan dikalangan birokrasi
pemerintah Indonesia. Pembangunan dan operasional pabrik yang awalnya menggandeng modal
bersama negara-negara ASEAN membuat pemerintah tidak bisa menetapkan status likuadasi yang
bakal diputuskan atas pabrik ini. Sementara untuk menghidupkan kembali operasional industri
pupuk juga terkendala pada tingginya biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah .
PT Asean Aceh Fertilizer sendiri memiliki utang perusahaan kepada pihak ketiga yang
tertunda selama 15 tahun. Pihak ketiga yang belum dibayar adalah para rekanan pemasok barang,
supplier, kontraktor, rumah sakit, Kopkar (Koperasi Karyawan) PT AFF dalam hal leasing mobil
dinas PT AFF , Dana Commonity Development (CD) atau Coorporate Social Responsibility
(CD/CSR) kepada desa kawasan pabrik PT AFF.
ii
D. Asset PT. Asean Aceh Fertilizer
Liability yang tinggi, menyebabkan aset PT AAF dibeli PT PIM senilai Rp 624 miliar, juga
Kompleks Perumahaan PT AFF dibeli oleh mantan karyawan sebanyak 244 unit. Aset milik eks PT
Asean Aceh Fertilizer (AAF) dan perumahan baru, dibeli PT PIM melalui utang bank sebesar Rp711
miliar dengan bunga yang ditanggungkan dalam setahun sebesar Rp72 miliar. Hal itu dilakukan
dengan tujuan agar lokasi tersebut dapat digunakan untuk pengembangan industri PT PIM agar
mendatangkan investor. Berdasarkan Business Plan yang telah disusun bersama Direksi PT. Pusri,
Direksi PT. PIM dan Eks Direksi PT. AAF disimpulkan bahwa integrasi antara PT. PIM dan PT AAF
memerlukan persyarakatan jaminan pasokan gas atau perlu gasifikasi batubara, alokasi dana yang
cukup besar yakni untuk gasifikasi barubara USD 800 Juta, membayar kepemilikan saham asing Rp.
63 milyar, hutang Rp. 414 milya. Persyaratan tersebut sulit dipenuhi mengingat keterbatasan APBN.
Hasil penjualan aset likuidasi diutamakan untuk membayar kepada para kreditur preferen
diantaranya kepada negara atau pajak terhutang, para kreditur konkuren apabila terdapat sisa hasil
penjualan, dan dibagikan kepada pemegang saham PT. AAF yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina,
Thailand, dan Singapura.
iii