Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN UMUM LAPANGAN

Penulis melakukan Pengambilan dan Pengumpulan Data, merupakan


metode pengambilan data dari Lapangan yang terdiri dari data sumur, data
produksi, dan data fluida. Untuk selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap data
yang telah terkumpul yang kemudian dilakukan analisa terhadap perhitungan data
tersebut dan dilakukan penelitian mengenai Evaluasi Desain Pompa SRP Untuk
Optimalisasi Produksi Pada Sumur Produksi di Lapangan Minyak Cepu di
Lapangan pada tanggal 19 Juni – 19 Juli 2023 di PT. Pertamina EP Field Cepu.
Berikut ini adalah gambaran secara umum PT. Pertamina EP Field Cepu.

2.1. Profil PT Pertamina EP Field Cepu


PT Pertamina EP Cepu (PEPC) sebagai Anak Perusahaan Hulu PT
Pertamina (Persero) bergerak dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi
dengan wilayah kerja pertambangan di Blok Cepu. PEPC bekerja sama dengan
mitra kerjanya yaitu Exxon Mobil Cepu Limited dan BKS PI Blok Cepu untuk
bersama mengelola dan melakukan eksplorasi potensi migas di wilayah
tersebut. Potensi cadangan Lapangan Banyu Urip berkisar 823 Juta Barel Oil
dan Lapangan Unitisasi Jambaran – TiungBiru (JTB) 1,5 TCF Gas. Tahun
2019, produksi minyak PEPC tidak hanya berasal dari Lapangan Banyu Urip,
melainkan juga dari Lapangan Kedung Keris yang sudah beroperasi sejak
November 2019.
Dalam menjalankan kegiatan Operasionalnya, Aspek Health, Safety,
Security Environment (HSSE) selalu menjadi hal yang paling utama yang
menjadi perhatian PEPC dimana PEPC akan selalu menjaga untuk menekan
angka kecelakaan kerja menjadi zero accident. Pencapaian ini didukung
dengan adanya komitmen kuat dari seluruh pemangku kepentingan untuk
menerapkan aspek-aspek kesehatan, keselamatan dan keamanan kerja, sejalan
dengan tagline “Spirit to Zero Accident, Kami Pilih Bekerja Selamat”.

PEPC merasakan keberhasilan transformasi yang semakin nyata, disamping


kemampuan dalam mengelola peran PEPC sebagai partner aktif di Blok Cepu
dengan para partner yaitu Exxon Mobil Cepu Ltd. (EMCL), Ampolex Pte Ltd.
6

(keduanya adalah anak perusahaan Exxon Mobil Corp.) dan Badan Usaha
Milik Daerah (BUMD) untuk melakukan percepatan produksi migas melalui
pendekatan Early Production Facility (EPF), sekaligus meningkatkan produksi
melalui aplikasi teknologi terkini. Dan kini PEPC telah ditunjuk sebagai
Operator Lapangan Unitisasi Jambaran dan Tiung Biru atas kesepakatan
KKKS WK (Kontraktor Kontrak Kerja Sama Wilayah Kerja) Blok PT
Pertamina EP (PEP) dan KKKS WK (Kontraktor Kontrak Kerja Sama Wilayah
Kerja) Blok Cepu telah melakukan Perjanjian Unitisasi/Unitization
Agreement (UA) yang ditanda tangani pada tanggal 14 September 2012.

PEPC menjadi anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang pertama kali


memperoleh bantuan pendanaan dari pihak eksternal dalam bentuk pendanaan
proyek (project financing). Pendanaan proyek menjadi keberhasilan PEPC
dalam mengelola asset hulu Pertamina berstandar Internasional, sehingga
mendapatkan kepercayaan dari konsorsium 12 lembaga keuangan nasional dan
internasional.

Keberhasilan dalam Project Financing mengantarkan PEPC mendapatkan 2


penghargaan International sekaligus di tahun 2019, yang pertama yaitu
penghargaan dari Project Financing International Award 2019 untuk
kategori”Deal of The Year 2019″ atas pembiayaan No. 1 sebesar USD 1,8
Milyar yang merupakan award untuk kategori pendanaan proyek yang
konvensional di Asia Tenggara atas keberhasilannya mendapat dana yang
cukup besar.

Yang kedua adalah penghargaan dari Islamic Finance News Award 2019
untuk ketegori  “Best Country Deal of the Year” yang didapat dari Dubai.
Proyek pendanaan yang diperoleh PEPC ini menjadi proyek pertama yang
mengabungkan dua jenis pendanaan, yaitu pendanaan yang bersifat
konvensional dan syariah.

Tahun 2020, Pertamina sebagai Holding Company melakukan perubahan


besar dalam rangka mewujudkan aspirasi menjadi perusahaan global energy
7

terdepan dengan nilai pasar US$100 Miliar dan sebagai bagian dari Pertamina,
transformasi model operasi dan organisasi dilakukan juga di Anak Perusahaan
khususnya pada sektor Hulu yang tergabung dalam Subholding Upstream.

Perubahan ini bertujuan untuk dapat menciptakan organisasi yang Lean,


Agile dan Efficient, sehingga mampu meningkatkan operational excellence,
daya saing dan kapabilitas Subholding Upstream dan menjadi perusahaan
terbaik di industry hulu migas. Tantangan saat ini mengharuskan Subholding
Upstream mempunyai organisasi yang mampu berlari, mempercepat
perkembangan bisnis serta membuka peluang dalam peningkatan fleksibilitas
kemitraan dan pendanaan. Transformasi juga dilakukan untuk perbaharuan
organisasi, budaya kerja, mindset dan talenta serta menjalankan mandate untuk
mempercepat kedaulatan energi negeri.

Dengan bergabungnya 5 (lima) perusahaan hulu di Pertamina yaitu


Pertamina Hulu Rokan (PHR), Pertamina EP (PEP), Pertamina Hulu Indonesia
(PHI), Pertamina EP Cepu (PEPC), Pertamina International EP (PIEP) dan 2
perusahaan yang bergerak di penunjang hulu migas yaitu Pertamina Drilling
Services Indonesia (PDSI) dan Elnusa, serta dinahkodai oleh Pertamina Hulu
Energi (PHE), akan mempercepat sinergi dan kolaborasi serta mendorong
inovasi di berbagai bidang. Hal ini tentu akan berpengaruh pada kinerja dan
pada akhirnya akan menghasilkan profit untuk kesejahteraan bersama.

2.1.1 Lokasi Perusahaan

Wilayah kerja operasional PT. Pertamina EP Filed Cepu terletak


di Jl. Gajah Mada, Mentul, Karangboyo, Kec. Cepu, Kabupaten Blora,
Provinsi Jawa Tengah 58315
8

Gambar 2.1. Lokasi PT PERTAMINA EP Field Cepu

2.1.2 Visi dan Misi PT. PERTAMINA EP Field Cepu


Visi dan Misi PT. Pertamina EP Field Cepu adalah sebagai berikut :
1. Visi
“Menjadi perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas
dunia”.
2. Misi
“Melaksanakan pengusahaan sektor hulu minyak dan gas dengan
penekanan pada aspek komersial dan operasi yang baik, serta tumbuh dan
berkembang bersama lingkungan hidup”
9

2.1.3 Struktur Organisasi

Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. PERTAMINA EP Field


Cepu

2.2. Sejarah Lapangan Cepu


Sejarah salah satu ladang minyak tertua di dunia ini sebetulnya
dimulai saat Belanda bercokol di Indonesia sekitar tahun 1870. Setelah
berbagai pemindahan kekuasaan Blok Cepu pertama kali dieksplorasi
oleh perusahaan minyak Royal Dutch/Shell DPM (Dordtsche Petroleum
Maatschappij) sebelum Perang Dunia II. Dulu konsesi minyak di daerah
ini bernama Panolan. Sumur Ledok-1 dibor pada bulan Juli 1893
merupakan sumur pertama di daerah Cepu. Setelah sempat dijadikan
tempat pendidikan Lemigas (Lembaga Minyak dan Gas Bumi) tahun
1965, drama ladang minyak yang termasuk dalam cekungan Jawa Timur-
Laut itu dimulai –tepatnya setelah pemerintah memberikan izin Technical
Evaluation Study (TES) kepada Humpuss Patragas pada tahun 1990.
Humpuss Patragas adalah perusahaan milik Tommy Soeharto, anak
bungsu mantan Presiden Soeharto.

Dalam perjanjian tersebut, Humpuss Patragas memiliki izin untuk


melakukan eksplorasi ulang di sumur-sumur tua yang sudah ditemukan
10

minyaknya dan tempat-tempat baru yang belum ada sumur minyaknya.


Namun karena keterbatasan dana dan teknologi saat itu, Humpuss
Patragas tidak bisa melakukan penggalian lebih dalam, sehingga yang
diambil adalah minyak-minyak yang berada di lapisan dangkal.
Terbayang mendapatkan limpahan minyak, akhirnya Humpuss
menggandeng Ampolex, perusahaan eksplorasi minyak dari Australia
untuk bekerjasama –dengan perjanjian Ampolex mendapatkan 49 persen
dan Humpuss masih menjadi operator Blok Cepu.

Pengeboran tidak juga dilakukan karena di tengah jalan Mobil Oil


mengakuisisi Ampolex, sehingga sambil menunggu proses akuisisi
rampung pengeboran pada tahun 1996 dihentikan. Drama berlanjut ketika
Humpuss menjual seluruh sahamnya kepada Mobil Oil waktu krisis
finansial melanda pada tahun 1998.

Setelah kegagalan tersebut kemudian ExxonMobil membeli hak


eksplorasi lapangan Cepu, lalu dengan menggunakan resolusi tinggi
melakukan seismik 3-D untuk pemetaan lapisan bawah permukaan.
Berita mengejutkan terdengar ketika pada Februari 2001 Mobil Cepu Ltd
–anak perusahaan dari ExxonMobil yang bekerjasama dengan Pertamina
menemukan sumber minyak mentah dengan kandungan 1,478 miliar
barel dan gas mencapai 8,14 miliar kaki kubik di lapangan Banyu Urip.
Ini merupakan penemuan sumber minyak paling signifikan dalam dekade
terkahir.

Tak berapa lama masalah kemudian muncul. ExxonMobil dan Pertamina


terlibat dalam negosiasi yang lama dan panjang untuk pembagian dan
pengerjaannya. Pada tahun 2006 akhirnya presiden terpilih Susilo
Bambang Yudhoyono memecat dewan direksi Pertamina dan menunjuk
ExxonMobil sebagai operator utama. Sebuah kontrak perjanjian
pengelolaan Blok Cepu selama 30 tahun dibuat dan ditandatangani.
Komposisi penyertaan saham masing-masing 45 persen untuk
ExxonMobil dan Pertamina serta 10 persen untuk pemerintah setempat
11

dengan perincian 4,48 persen Bojonegoro, 2,18 persen Blora, 2,24 persen
Jawa Timur dan 1,09 persen Jawa Tengah.

Exxon sendiri dibentuk tahun 1800 dengan nama Exxon Company


International (ECI). Data dari majalah Fortune tahun 1993, Exxon
menduduki peringkat pertama perusahaan minyak dunia dengan
penjualan 132.774 juta dollar AS, keuntungan 4.777 juta dollar AS, dan
aset 85.030 juta dollar AS. Sedangkan Mobil Corporation berada di
tingkat ke empat dengan penjualan 57.215 juta dollar AS, keuntungan
862 juta dollar AS, dan aset 40.561 juta dollar AS. Pada 30 Nopember
1999, Exxon Corporation resmi bergabung dengan Mobil Corporation
menjadi ExxonMobil Corporation.

ExxonMobil memproduksi 4 - 4,5 juta barel minyak dan gas per hari,
yang dihasilkan ladang minyak di 24 negara. Untuk eksplorasi
ExxonMobil telah melakukan di 48 negara dan menjual minyak dan gas
di 25 negara. Pada divisi pengembangan ExxonMobil memiliki 32 proyek
di 15 negara yang memerlukan dana 33 miliar dollar AS untuk
pembangunan seluruh proyek tersebut.

Di sisi lain, Exxon juga dituduh sebuah grup riset Council on Economic
Priorities sebagai perusahaan nomor atas penyebab polusi sepanjang
tahun 1994. Begitu juga kasus tumpahnya minyak dari tangker raksasa
Exxon Valdez di Prince William Sound, pantai barat AS, pada Maret
1989 lalu yang menyebabkan lebih dari 11 juta gallon (41 juta liter)
minyak mencemari perairan dan lingkungan di teluk Alaska.

Luas wilayah kerja pertambangan Blok Cepu keseluruhan adalah 919,19


km persegi –dengan perhitungan 624,64 km persegi di Kabupaten
Bojonegoro, 255,60 km persegi di Kabupaten Blora dan 38,95 km persegi
di Kabupaten Tuban. ExxonMobil memastikan Blok Cepu bisa
menghasilkan minyak mentah 170.000 barel per hari, dan memberikan
penghasilan 4 juta dollar AS per hari kepada pemerintah, dengan asumsi
harga minyak mentah 35 dollar per barel.
12

Total cadangan minyak di Blok Cepu menurut konsultan dari Amerika


mencapai 2 miliar barel. Perlu diketahui 25 persen sumber daya alam
yang tak dapat diperbaharui berupa minyak yang diambil dari bumi
Indonesia adalah minyak-minyak yang berada di lapisan dangkal, salah
satu ladang yang bernama Blok Cepu ini dilakukan pengeboran lebih
dalam.

Perusahaan ini didirikan oleh Pertamina pada tanggal 14 September


2005. Tiga hari kemudian, bersama MCL dan Ampolex (anak
usaha ExxonMobil), perusahaan ini meneken Kontrak Kerja Sama (KKS)
dengan SKK Migas untuk mengoperasikan Blok Cepu selama 30 tahun.
Sejak tahun 2006, perusahaan ini memegang 45% saham KKS Blok Cepu,
sementara Ampolex, EMCL, dan BUMD setempat masing-masing
memegang 24,5%, 20,5%, dan 10% saham. Pada tahun 2007, perusahaan ini
mulai membangun Early Production Facilities (EPF) di Lapangan Banyu
Urip, dan dua tahun kemudian, untuk pertama kalinya, EPF Banyu Urip
berhasil memproduksi minyak bumi sebanyak 20 juta barel per hari.

Pada tahun 2011, perusahaan ini ditunjuk sebagai operator Lapangan


Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru, dan dua tahun kemudian, perusahaan
ini mulai membangun Gas Processing Facility (GPF) berkapasitas 330
MMSCFD di Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru. Pada tahun
2014, perusahaan ini mengadakan program Early Oil Expansion (EOE) di
Lapangan Banyu Urip, yang meliputi peningkatan produksi minyak, serta
pembangunan fasilitas produksi dan menara tambat di. Pada akhir tahun
2015, perusahaan ini meneken perjanjian jual-beli gas dengan Pertamina.
Perusahaan ini juga meningkatkan kapasitas produksi Lapangan Banyu Urip
menjadi 79 juta barel per hari.

Pada tahun 2017, pengelolaan Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru


dialihkan dari EMCL ke perusahaan ini. Perusahaan ini kemudian meneken
kontrak EPC pembangunan GPF dengan PT Rekayasa Industri dan PT JGC
Indonesia. Pada tahun 2019, perusahaan ini mendapat pendanaan sebesar
US$1,8 milyar dari sebuah konsorsium perbankan untuk mengembangkan
13

Lapangan Unitisasi Gas Jambaran-Tiung Biru.[2][3] Pada tahun 2021,


Pertamina resmi menyerahkan mayoritas saham perusahaan ini ke Pertamina
Hulu Energi sebagai bagian dari upaya untuk membentuk subholding di
bidang hulu minyak dan gas.[4] Pada tahun 2022, Pertamina Hulu Energi
resmi menunjuk perusahaan ini sebagai koordinator untuk semua bisnisnya
yang terletak di Indonesia bagian timur.

Gambar 2.3. Gambar Lapangan Migas Cepu

2.3. Pembagian Area


Pertamina EP Cepu menjadi bagian Subholding Upstream yang dinahkodai oleh
PT Pertamina Hulu Energi. Pertamina EP Cepu menjadi Regional 4 Indonesia Timur
bertugas mengintegrasikan operasi  14 Entitas bisnis hulu dan 1 industri hilir yang
berada di daerah Jawa bagian Timur, Sulawesi dan Papua.
14

Gambar 2.4. Pembagian Area


Regional 4 Indonesia Timur terbagi menjadi 4 bagian Zona yaitu, Zona 11, Zona
12, Zona 13 dan Zona 14, dimana masing masing zona terbagi kembali menjadi
beberapa wilayah kerja (WK) dan lapangan.

Gambar 2.5. Regional 4 Indonesia Timur


2.4. Struktur Geologi
Blok Cepu terletak pada peta geologi lembar Bojonegoro, Jatirogo,
Ngawi, dan Rembang dengan nomor index peta berturut turut yakni 1508-
5, 1509-2, 1508-4, dan 1509-1. Secara geologis berdasarkan peta tersebut
Blok Cepu terbentuk di atas beberapa formasi batuan. Mulai dari Formasi
Wonocolo, Formasi Tambakromo, Formasi Selorejo, Formasi Ngrayong,
15

Formasi Mundu, Formasi Lidah, Formasi Ledok, Formasi Bulu, dan


Lapisan Aluvial yang terletak pada geologi Zona Rembang. Pada Blok A
dan sebelah barat Blok E, dimana penurunan tanah paling tinggi terjadi di
wilayah tersebut, terletak di atas lapisan alluvial. Tanah alluvial
merupakan jenis tanah yang memiliki permeabilitas yang umumnya lambat
dan peka terhadap erosi (Muthmainnah, 2018). Menurut Chaussard (2013),
sebagian besar kasus penurunan tanah di Indonesia terjadi dikarenakan
proses kompaksi dari lapisan yang kompresibel. Tanah alluvial merupakan
lapisan yang kompresibel, yang tidak terkonsolidasi dengan porositas awal
yang tinggi. Lapisan kompresibel biasanya dapat ditemukan di permukaan,
sering ditemukan di dekat muara sungai, sepanjang teluk, dan endapan
rawa atau laguna. Hal ini sesuai dengan kondisi di lapangan dimana
sebelah barat Blok E yang mengalami penurunan tanah, terdapat Sungai
Bengawan Solo yang melintasi wilayah tersebut.
2.5. Karakteristik Reservoir
Cepu dan sekitarnya termasuk ke dalam Mandala Fisiografi Rembang
Cekungan Jawa Timur Utara. Pada Lintasan Cepu – Blora dapat dijumpai
dan dipelajari banyak singkapan yang terkait dengan petroleoum system
sehingga sangat menarik secara geologi khususnya untuk geologi minyak
dan gas bumi. Dari lintasan Cepu – Blora bisa dijumpai bebarapa stop
point yang lokasinya saling berdekatan dan mudah dijangkau, antara lain :
Lokasi Lapangan Gas Balun, di Desa Nglajo – Cepu, Lokasi Kali Gadu,
Desa Gadu, Sambong Dijumpai singkapan batupasir gampingan yang
berfungsi sebagai reservoar gas di lapangan gas Balun. Lokasi Kali
Sambong, Desa Ngawenan Dijumpai singkapan napal dari Formasi
Mundu, berfungsi sebagai batuan penutup dari reservoar dibawahnya.
Lokasi Kalimodang, Desa Ngawenan Dijumpai singkapan batupasir
gampingan dari Formasi Ledok. Lokasi Kuburan Cina Ngampel, Desa
Sendang Harjo.

Dijumpai singkapan Formasi Ngrayong yang terdiri dari perulangan


batulempung, batupasir dan batugamping dimana batuan tersebut
merupakan contoh ideal dari batuan induk, batuan reservoar dan batuan
penutup.
16

Sedangkan pada Jalur Cepu – Kawengan bisa dijumpai lokasi : Desa


Sampurno, Kawengan Adanya singkapan perulangan batugamping dan
batupasir dari Formasi Ledok yang membentuk struktur silang-siur. Desa
Kawengan (Selatan Sumur KW 87) Dijumpai singkapan napal pasiran dari
Formasi Wonocolo yang di Jalur Cepu – Blora tidak tersingkap. Lokasi
Sumur KW 87, Desa Kawengan Pada lokasi ini bisa dijelaskan hal yang
terkait dengan proses produksi minyak khususnya di daerah Kawengan.
Lokasi Desa Djangur, Kawengan Dijumpai adanya singkapan
batugamping dari Formasi Ledok yang berada pada bagian utara dari sayap
Antiklin Kawengan. Lokasi Desa Banyuurip, Kawengan Pada stop point
ini dijumpai singkapan sisipan batugamping pada Formasi Ledok. Lokasi
Desa Banyuurip, Kawengan Di Lokasi ini dijumpai singkapan sisipan
batugamping pada Formasi Wonocolo pada sisi utara dari Antiklin
Wonocolo.

2.6. Stratigrafi Lapangan Migas Cepu


Secara umum daerah Cepu dan sekitarnya terletak di Zona Rembang,
Cekungan Jawa Timur Utara (Van Bemmelen, 1949). Zona Rembang
merupakan suatu zona tektonik yang terbentang diantara Zona Paparan
Laut Jawa di utara dan Zona Depresi Randublatung di selatan yang
terbentuk pada kala Pleistosen dengan arah timur – barat dan dapat diikuti
dari sebelah timur Semarang menerus sampai Pulau Madura.
17

Gambar 2.6. Cekungan Jawa Timur Utara, van Bemmelen, 1949

Sejarah perkembangan tektoniknya adalah mengikuti perkembangan


tektonik yang ada di Jawa Timur, yang bisa dipelajari sejak zaman kapur
akhir sampai sekarang. Pada Zaman Paleogen Cekungan Jawa Timur Utara
telah mengalami Regim Tektonik regangan yang merupakan akibat dari
gerakan mundur ( “roll back” ) kearah selatan dari pada jalur magmatik
yang ada pada Zaman Kapur Akhir, busur magmatik berarah barat daya
– timur laut menempati posisi di Pulau Karimunjawa dan Pulau Bawean,
busur magmatik tersebur menjadi arah barat – timur pada posisi di pantai
selatan Jawa Timur.Sedangkan pada Zaman Neogen posisi busur
magmatik berada pada daerah sebelah utara Kabupaten Pacitan –
Trenggalek dan menerus ke timur, dengan arah busur magmatik tetap barat
– timur, perubahan gerakan maju dari busur magmatik Zaman Neogen ini
menyebabkan terjadinya Regim Tektonik kompresi yang menghasilkan
struktur geologi lipatan dan sesar di daerah Cekungan Jawa Timur Utara,
dimana kedua faktor tersebut merupakan merupakan faktor utama
didalam pembentukan sistem petroleum. Stratigrafi di daerah ini termasuk
kedalam stratigrafi mandala Rembang (Harsono, 1985), tersusun oleh
formasi batuan dari tua ke muda berturut–turut adalah Formasi Kujung,
Formasi Prupuh, Formasi Tuban, Formasi Tawun, Formasi Ngrayong,
Formasi Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi Mundu,
18

Formasi Selorejo, Formasi Lidah dan endapan yang termuda disebut


endapan Undak Solo dengan tebal total cekungan sedimentasi lebih dari
3000 meter seperti yang diilustrasikan pada gambar 3 berikut.

Gambar 2.7. Stratigrafi Mandala Rembang, Harsono, 1985

Anda mungkin juga menyukai