Anda di halaman 1dari 28

ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN INDUSTRI

PROSES MANAJEMEN ORGANISASI DAN PROSES MANAJEMEN


LINGKUNGAN
(STUDI KASUS PADA PT. PERTAMINA EP FIELD DI CEPU)

KELOMPOK : 16 (kelompok genap)

KELAS : A
NAMA : 1. LILY SUHARTI/NIM : 122190012
2. SEPTIA MAHARDHIKA/NIM : 122190036

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul fungsi dalam manajemen ini membahas
mengenai pengertian, tingkatan serta fungsi dan prinsip manajemen.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.Oleh
karena itu, Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Yogyakarta, 23 Maret 2021


Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


PEPC didirikan pada 14 September 2005 seiring dengan dikeluarkannya Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk Pertamina menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero). PEPC merupakan anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang
bergerak dibidang kegiatan hulu minyak dan gas bumi, yang meliputi eksplorasi, eksploitasi
dan produksi di Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Blok Cepu.
Eksplorasi Blok Cepu diawali dengan ditemukannya cadangan minyak sekitar tahun
1879 yang cukup besar di wilayah Cepu dan sekitarnya, kemudian dieksplorasi pertama kali
oleh perusahaan minyak Royal Dutch/Shell DPM asal Belanda sebelum perang dunia kedua.
Pada tahun 1990, konsesi Blok Cepu dimiliki PT Humpuss Patragas tepatnya setelah
pemerintah memberikan izin Technical Evaluation Study (TES) kepada perusahaan tersebut.
Hak eksplorasi beralih ke ExxonMobil, perusahaan minyak mentah dan migas asal
Amerika Serikat yang kemudian membentuk Mobil Cepu Ltd (MCL) yang menjadi salah
satu KKKS Blok Cepu dan Operator Blok saat ini. Pada bulan Februari 2001, MCL bekerja
sama dengan Pertamina menemukan sumber minyak mentah dengan kandungan 1.478
miliar barel dan gas 8,14 miliar kaki kubik di Lapangan Banyu Urip. Penemuan tersebut
merupakan penemuan sumber minyak paling signifikan dalam satu dekade terakhir.
Tahun 2006, PEPC menandatangani Joint Operating Agreement (JOA) Blok Cepu
bersama MCL dan Ampolex dengan tiga kegiatan utama, yaitu kegiatan eksplorasi,
pengembangan lapangan minyak Banyu Urip, dan perencanaan pengembangan lapangan gas
JambaranCendana. Tahap produksi memakai Early Production Facilities (EPF) produksi
rata-rata 20.000 BOPD.
Tahun 2011, PEPC menjadi operator lapangan Unitisasi Gas Jambaran - Tiung Biru
berdasarkan Head of Agreement (HOA) antara MCL, PEPC, dan PT Pertamina EP (PEP).
Tahun 2013 PEPC Membangun Gas Processing Facility (GPF) dengan kapasitas desain
produksi 330 MMSCFD. Pada tanggal 18 Maret, Kementerian ESDM dan SKK Migas
menunjuk PEPC sebagai Operator Pelaksanaan Unitisasi Lapangan Jambaran-Tiung Biru.
Tahun 2014, pemerintah meresmikan proyek peningkatan produksi minyak
Lapangan Banyu Urip oleh Presiden, fasilitas produksi Lapangan Banyu Urip oleh Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian dan Menara Tambat Lapangan Urip oleh SKK Migas.
PEPC melakukan Peningkatan Produksi Blok Cepu Melalui Program Early Oil Expansion
(EOE). Pada tahun 2018, PEPC melakukan rangkaian Proyek JTB yang sudah dimulai pada
tahun sebelumnya. Pada bulan Desember, dilakukan Penyelesaian Alih Kelola BKS kepada
PEPC atas Proyek JTB sehingga Proyek tersebut 100% dikelola oleh Pertamina (melalui
PEPC dan PEP). Pada tahun 2019, PEPC Menandatangani project financing dengan
konsorsium perbankan nasional dan internasional untuk pembiayaan proyek pengembangan
Lapangan Gas Unitisasi Jambaran Tiung Biru senilai USD1,8 miliar.
Pemerintah menerbitkan PP No. 34/2005 mengenai Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi. Sesuai ketentuan tersebut, kontrak TAC Blok Cepu dapat diubah menjadi
Kontrak Kerja Sama (KKS). Pemerintah melalui BP Migas bersama kontraktor (PEPC,
MCL dan Ampolex) serta atas persetujuan Menteri ESDM menandatangani KKS untuk
WKP Blok Cepu. Pada 15 Maret 2006, MCL, Ampolex dan PEPC menandatangani Joint
Operating Agreement (JOA) Blok Cepu yang berlaku efektif mundur sejak tanggal 17
September 2005. Di dalam JOA tersebut dinyatakan bahwa MCL ditunjuk sebagai Operator
Blok Cepu.

1.2 TUJUAN
1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara efektif dan
efisien.
2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.

1.3 VISI DAN MISI


Tahun 2019, merupakan tahun gebrakan bagi PEPC. PEPC melakukan program
Transformasi dengan memperbaharui Visi, Misi, Kebijakan Sistem Manajemen PEPC, 10
Arahan Strategis Direktur Utama, serta Struktur Organisasi dan Job Description. Sosialisasi
telah dilakukan oleh para VP dan Manager kepada seluruh pekerja, baik di lingkungan
Kantor Pusat maupun di kantor/Site Bojonegoro.
a. Visi PT. Pertamina
Menjadi perusahaan migas nasional kelas dunia.
b. Misi PT. Pertamina
Melaksanakan pengusahaan operasi dan portofolio migas Blok Cepu dengan memegang
teguh prinsip Good Corporate Governance, HSSE, profesional kompetitif, dan kemitraan
untuk menghasilkan kinerja keuangan yang tinggi guna memaksimalkan nilai tambah
kepada stakeholders.
1.4 Deskripsi Geografis PT. Pertamina
Luas Wilayah Kerja Pertambangan Blok Cepu adalah 919,19 KM2 (91.120 ha)
mencakup dua wilayah yaitu Kabupaten Bojonegoro di Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten
Blora di Provinsi Jawa Tengah. Hingga akhir periode pelaporan, kegiatan eksplorasi di Blok
Cepu telah berhasil mendapatkan temuan migas di enam struktur, yakni Cendana, Banyu
Urip, Jambaran, Kedung Keris, Alas Tua West, dan Alas Tua East.
Struktur Banyu Urip mulai dikembangkan pada tahun 2006 dan terbagi dalam dua
tahap, yaitu tahap Early Production dan tahap full field, tahap Early Production telah selesai
pada tanggal 16 Januari 2016. Saat ini, proyek pengembangan yang sedang dilakukan adalah
project full field yang diprediksi mampu memproduksi minyak hingga 165 KBOPD dan
Proyek Pengembangan Gas Cepu yang meliputi unitisasi Jambaran-Tiung Biru dan
Lapangan Cendana yang diprediksi dapat memproduksi gas sebesar 315 MMSCFD selama
masa plato 16 tahun produksi.
Strukur pengelola blok Cepu dan lapangan unitisasi JTB.
No. Pemegang Participating Interest Persentase
1 PEPC 45,00
2 ExxonMobil Cepu Ltd. 20,50
3 Amplox (Cepu) Pte. Ltd 24,50
4 BKS PI Blok Cepu 10,00
JUMLAH 100,00
No. BUMD Anggota Badan Kerja Sama Blok Persentase
Cepu Pemegang Participating Interest
1 PT Sarana Patra Hulu Cepu (SPHC) 1,09
2 PT Blora Patragas Hulu (BPH) 2,18
3 Pt Petro Gas Jatim Utama (PJU) 2,24
4 Pt Asri Dharma Sejahtera (ADS) 4,49
JUMLAH 10,00

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI DEFINISI MANAJEMEN

Manajemen berasal dari bahasa inggris “management” yang berasal dari kata dasar
“manage”. Definisi manage menurut kamus oxford adalah “to be in charge or make decisions in a
business or an organization” (memimpin atau membuat keputusan di perusahaan atau organisasi).
Dan definisi management menurut kamus oxford adalah “the control and making of decisions in a
business or similar organization” (pengendalian dan pembuatan keputusan di perusahaan atau
organisasi sejenis).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Manajemen adalah “penggunaan sumber daya
secara efektif untuk mencapai sasaran” atau “pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya
perusaahaan dan organisasi.

Pengertian manajemen menurut oxford adalah “the process of dealing with or controlling people or
things” (proses berurusan dengan atau mengendalikan orang atau benda).

1. Menurut Horold Koontz dan Cyril O'donnel :

Manajemen adalah usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.

2. Menurut R. Terry :

Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

3. Menurut James A.F. Stoner :

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian dan penggunakan sumberdaya organisasi


lainnya agar mencapai tujuan organisasi tang telah ditetapkan.

4. Menurut Lawrence A. Appley :

Manajemen adalah seni pencapaian tujuan yang dilakukan melalui usaha orang lain.

5. Menurut Drs. Oey Liang Lee :

Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan
pengawasan daripada sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Manajemen merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan alat yang
tersedia semaksimum mungkin. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam mencapain tujuan
perusahaan harus memperhatikan secara optimal terhadap kepentingan-kepentingan yang
menyangkut kepentingan konsumen, penanam modal, karyawan ,pemerintah, masyarakat , supplier.

Manajemen merupakan kegiatan pokok yang dilakukan seorang pimpinan karena dia menjabat
sebagai manajer untuk mengolah input menjadi output melalui proses manajemen.

2.2 DEFINISI DEFINISI PROSES MANAJEMEN ORGANISASI

Menurut kamus, organisasi berarti menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian


yang terintegrasi sedemikian ruag sehingga hubungan antara bagian-bagian dipengaruhi oleh
hubungan mereka dengan keseluruhan struktur tersebut.

Pengorganisasian bertujuan untuk membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Selain itu, mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.

Menurut Dimock dalamTangkilisan dengan bukunya Manajemen Publik, mendefinisikan


organisasi sebagai berikut: Organisasi adalah suatu cara yang sistematis untuk memadukanbagian-
bagianyangsaling tergantungmenjadi suatu kesatuan yang utuh di mana kewenangan, koordinasi,
dan pengawasan dilatih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Menurut Dwight Waldo dalam Kencana Syafie dengan bukunya Birokrasi Pemerintahan
Indonesia, menjelaskan: Organisasi sebagai suatu struktur dan kewenangan-kewenangan dan
kebiasaan dalam hubunganantar orang-orang pada suatu sistem administrasi.

Definisi definisi tersebut diatas dapat disimpulkan organisasi antaralain adalah sebagai
berikut:

 Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi.


 Di dalamnya terjadi hubungan antarindividu atau kelompok, baik dalam
organisasi itu sendiri maupun keluar organisasi..
 Terjadi kerja sama dan pembagian tugas dalamorganisasi tersebut.
 Berlangsungnya proses aktivitas berdasarkan kinerja masing –masing.

peranan manajemen dalam organisasi yaitu mengatur struktur organisasi manajemen sesuai
kehendak yang perusahaan inginkan, membantu manajer dalam melakukan pengawasan dan
menentukan orang-orang yang dibutuhkan dalam perusahaan tersebut, akan mendapatkan
pengambilan keputusan yang cepat dalam perusahaan, organisasi akan tersusun dengan
baik. Manajemen yang baik haruslah berperan sesuai dengan situasi dan kondisi pada perusahaan
atau organisasi. Menajemen yang tidak bisa menjalankan peran sesuai tuntutan perusahaan dapat
membawa kegagalan.

Pentingnya pengorganisasian menyebabkan timbulnya sebuah struktur organisasi, yang


dianggap sebagai sebuah kerangka yang masih dapat menggabungkan usaha-usaha merekadengan
baik.Dengan kata lain, salah satu bagian “tugas pengorganisasian adalah mengharmoniskan
kelompok orang yang berbeda, mempertemukan macam-macam kepentingan dan memanfaatkan
kemampuan-kemampuan kesemuanya kesuatu arah tertentu.” Pendapat ini dikemukakan oleh
(George K. Terry). perlu adanya tindakan-tindakan simultan units individu atau yang terpisah yang
secara bersama-bersama dapat menghasilkan suatu efek total yang lebih besar dibandingkan dengan
jumlah komponen-komponen individual. Jadi pengorganisasian merupakan sebuah kasus yang
dapat menimbulkan efek yang sangat baik dalam upaya menggerakkan seluruh aktifitas dan potensi
yang bisa diwadahi serta sebagai pengawasan manajerial.

2.3 DEFINISI DEFINISI PROSES MANAJEMENT LINGKUNGAN

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk


perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan (BBS
7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Pengertian lainnya yaitu Manajemen Lingkungan
adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam proses-proses bisnis yang ada
untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif,
dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko lingkungan. Manajemen lingkungan selama ini
sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar
tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara
negara satu dengan lainnya. Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis,
prosedural, dan dapat diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).
Manajemen lingkungan adalah kegiatan komprehensif yang mencakup perencanaan,
pelaksanaan kegiatan, pengamatan/monitoring untuk mencegah pencemaran air, tanah, udara dan
konservasi habitat serta keanekaragaman hayati.

Jadi disimpulkan bahwa menurut ISO 14001, EMS adalah bagian dari sistem manajemen
keseluruhan yang berfungsi menjaga dan mencapai sasaran kebijakan lingkungan. Sehingga EMS
memiliki elemen kunci yaitu pernyataan kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari sistem
manajemen perusahaan yang lebih luas.

Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan dalam 2


macam yaitu:
 lingkungan internal yaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi.
Yaitu yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima
oleh karyawan dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi
pegawai, dll.
 lingkungan eksternal yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi. Yaitu
segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk
masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah,
pelanggan, investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan
dengan masyarakat, usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum,
perhatian pada keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll.
2,4 PROSES MANAJEMEN ORGANISASI DI PERUSAHAAN

Proses manajemen dalam suatu perusahaan / organisasi terdiri dari beberapa


tahapan, yaitu

 Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan selanjutnya apa yang harus
dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa. Perencanaan yang baik dapat dicapai dengan
mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam perencanaan dan kegiatan yang
diputuskan akan dilaksanakan, serta  periode sekarang pada saat rencana dibuat.
Perencanaan memiliki tiga komponen. Hal itu dimulai sewaktu para manajer
menetapkan sasaran perusahaan. Selanjutnya, mereka mengembangkan strategi mencapai sasaran
tersebut. Setelah strategi dikembangkan, mereka merancang rencana-rencana taktis dan operasional
untuk menjalankan strateginya.

Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan, artinya rencana harus diimplementasikan. Setiap saat selama proses implementasi dan
pengawasan, rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna. Perencanaan
harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas, agar mampu menyesuaikan diri dengan situasi
dan kondisi baru secepat mungkin. Salah satu aspek penting perencanaan adalah pembuatan
keputusan (decision making), proses pengembangan dan penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.
 Pengorganisasian
Kata “organisasi” mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama
menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional, dan pengertian kedua  berkenaan dengan
proses pengoranisasian sebagai suatu cara dalam kegiatan
organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat
tercapai dengan efisien. Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang
melingkupinya. Proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur berikut
ini.
1.Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.
2.Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan
oleh satu orang.
3.Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan  pekerjaan para
anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
 
 Pengarahan (directing)
Langkah-langkah yang menentukan dan mengarahkan tugas-tugas yang  perlu dilaksanakan semua
pegawai dalam organisasi dinamakan directing atau  pengarahan. Dengan demikian pengarahan
dapat didefenisikan sebagai usaha untuk menggerakan semua anggota dalam suatu organisasi, atau
pegawai- pegawai perusahaan, untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang akan merealisasikan
tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam menjalankan fungsi pengarahan ini pemimpin perusahaan
haruslah mengembangkan kemahiran untuk menjadi seorang pemimpin yang baik. Kualitas
tugasnya sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Ini
berarti dalam menjalankan fungsi  pengarahannya. Pemimpin perusahaan diharapkan bukan saja
mampu untuk membuat perintah tentang tugas yang harus dijalankan tetapi juga mampu
menciptakan motivasi yang menyebabkan para pegawainya menjalankan tugas sesuai dengan yang
diarahkannya.
 
 Pengawasan
Pengawasan (controlling) merupakan proses memonitor kinerja perusahaan untuk memastikan
bahwa perusahaan tersebut mencapai sasarannya. Metode pengawasan terdiri atas dua kelompok,
yaitu metode bukan kuantitatif (non-quantitative) dan metode kuantitatif. Metode pengaasan non-
kuantitatif adalah metode-metode pengawasan yang digunakan manajer dalam pelaksanaan fungsi-
fungsi manajmen. Pada umumnya hal
ini mengawasi keseluruhan (overall) “performance” organisasi, dan sebagian besar mengawasi
sikap dan “performance” para karyawan
Teknik-teknik yang sering digunakan meliputi :
(1) pengamatan (control by observation),
(2) inspeksi teratur dan langsung (control by regular and spot inspection),
(3) pelaporan lisan dan tertulis (control by report)
(4) evaluasi  pelaksanaan, dan
(5) diskusi antara manajer dan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Ukuran-ukuran
tersebut biasanya digunakan dalam pengarahan dan  pengawasan satuan kerja

2.5 PROSES MANAJEMEN LINGKUNGAN DI PERUSAHAAN

ISO 14001 merupakan standar lingkungan yang bersifat sukarela (voluntary). Standar ini dapat
dipergunakan oleh oleh organisasi/perusahaan yang ingin:

 menerapkan, mempertahankan, dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungannya


 membuktikan kepada pihak lain atas kesesuaian sistem manajemen lingkungannya dengan
standar
 memperoleh sertifikat

Beberapa manfaat penerapan ISO adalah:

 menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan


 meningkatkan kinerja lingkungan
 memperbaiki tingkat pemenuhan (compliance) peraturan
 menurunkan resiko pertanggungjawaban lingkungan
 sebagai alat promosi untuk menaikkan citra perusahaan

Selain manfaat di atas, perusahaan yang berupaya untuk menerapkan ISO 14001 juga perlu
mempersiapkan biaya-biaya yang akan timbul, diantaranya:

 waktu staf atau karyawan


 penggunaan konsultan
 pelatihan
Standar internasional untuk sistem manajemen lingkungan telah diterbitkan pada bulan September
1996, yaitu ISO 14001 dan ISO 14004. Standar ini telah diadopsi oleh pemerintah RI ke dalam
Standar Nasional Indonesia (SNI) menjadi SNI-19-14001-1997 dan SNI-19-14001-1997.

ISO 14001 adalah Sistem manajemen lingkungan yang berisi tentang spesifikasi persyaratan dan
panduan untuk penggunaannya. Sedangkan ISO 14004 adalah Sistem manajemen lingklungan yang
berisi Panduan-panduan umum mengenai prinsip, sistem dan teknik-teknik pendukung.

Elemen ISO 14001

ISO 14001 dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) yang berprinsip pada
aktivitas PDCA (Plan – Do – Check – Action), sehingga elemen-elemen utama EMS akan
mengikuti prinsip PDCA ini, yang dikembangkan menjadi enam prinsip dasar EMS, yaitu:

 Kebijakan (dan komitmen) lingkungan


 Perencanaan
 Penerapan dan Operasi
 Pemeriksaan dan tindakan koreksi
 Tinjauan manajemen
 Penyempurnaan menerus

1. Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan harus terdokumentasi dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan
tersedia bagi masyarakat, dan mencakup komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan, pencegahan
pencemaran, dan patuh pada peraturan serta menjadi kerangka kerja bagi penetapan tujuan dan
sasaran.

2. Perencanaan

Mencakup indentifkasi aspek lingkungan dari kegiatan organisasi, identifikasi dan akses terhadap
persyaratan peraturan, adanya tujuan dan sasaran yang terdokumentasi dan konsisten dengan
kebijakan, dan adanya program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang direncanakan (termasuk
siapa yang bertanggung jawab dan kerangka waktu)

3. Implementasi dan Operasi


Mencakup definisi, dokumentasi, dan komunikasi peran dan tanggung jawab, pelatihan yang
memadai, terjaminnya komunikasi internal dan eksternal, dokumentasi tertulis sistem manajemen
lingkungan dan prosedur pengendalian dokumen yang baik, prosedur pengendalian operasi yang
terdokumentasi, dan prosedur tindakan darurat yang terdokumentasi.

4. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan

Mencakup prosedur yang secara teratur memantau dan mengukur karakteristik kunci dari kegiatan
dan operasi, prosedur untuk menangani situasi ketidaksesuaian, prosedur pemeliharaan catatan
spesifik dan prosedur audit kenerja sistem manajemen lingkungan

5. Tinjauan Ulang Manajemen

Mengkaji secara periodik sistem manajemen lingkungan keseluruhan untuk memastikan kesesuaian,
kecukupan, efektifitas sistem manajemen lingkungan terhadap perubahan yang terjadi.
BAB III
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAAN DI PT. PERTAMINA

3.1 STRUKTUR ORGANISASI DAN DESKRIPSI TUGAS JABATAN DI PT. PERTAMINA

Gambar 1 Struktur Organisasi PT Pertamina Cepu


Gambar 2 Struktur Organisasi PT Pertamina EP Cepu
Daftar Pejabat Senior Perusahaan Tahun 2019
Jabatan Nama
Direktur Utama Jamsaton Nababan
VP Legal & Relations Whisnu Bahriansyah
VP Strategic Planning & Risk Tonni Ramelan
Management
Supply Chain Management Fransjono Lazarus
(SCM)
manager
Chief Internal Audit Dahlia
HSSE Manager Defrinaldo

General Manager Gas Project Bob Wikah H.


JTB Adibrata
VP technical Support Vacant
VP Project Management Vacant
Direktur Business Support Desandri
VP Finance Agus Susanto
VP Human Capital & General M. Ferry Bagdja
Affairs
Manager ICT & Data Mashudi
Management
Commercial Manager Yudhi Herlambang
Direktur Operasi
Achmad Zaidy

VP Production Engineering Adi FM Ringoringo


VP Production Operation Harkomoyo

Direktur Utama

1. Sebagai Chief Executive Officer (CEO), memberikan arahan dan mengendalikan kebijakan
visi, misi, dan strategi Perseroan.
2. Memimpin para anggota Direksi dalam melaksanakan keputusan Direksi.
3. Menyelenggarakan dan memimpin Rapat Direksi sesuai ketentuan Anggaran Dasar.
4. Menentukan keputusan yang diambil apabila dalam Rapat Direksi terdapat jumlah suara
yang setuju dan tidak setuju sama banyaknya.
5. Atas nama Direksi, mengesahkan semua Surat Keputusan Direksi/Direktur Utama sesuai
dengan jenis keputusan yag diatur dalam AD/ART atau ketetapan lainnya.
6. Atas nama Direksi, menunjuk pekerja atau perihal lain untuk mewakili Perseroan di dalam
dan di luar Pengadilan.
7. Memimpin dan mendorong terlaksananya pembentukan budaya Perusahaan, peningkatan
citra, dan tata kelola Perseroan (Good Corporate Governance).
Sekretaris Perusahaan

1. Mempersiapkan penyelenggaraan RUPS;


2. Menghadiri rapat Direksi dan rapat gabungan antara Komisaris dengan Direksi;
3. Mengelola dan menyimpan dokumen yang terkait dengan kegiatan Perusahaan meliputi
dokumen RUPS, risalah rapat Direksi, risalah rapat gabungan antara  Direksi  dengan 
Komisaris, dan dokumen-dokumen Perusahaan yang penting lainnya;
4. Mencatat Daftar Khusus berkaitan dengan Direksi dan keluarganya serta Komisaris dan
keluarganya baik dalam Perusahan maupun afiliasinya yang mencakup kepemilikan saham,
hubungan bisnis, dan peranan lain yang menimbulkan  benturan kepentingan dengan
kepentingan Perusahaan;
5. Melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung-jawabnya kepada Direktur Utama secara
berkala;
6. Menghimpun semua informasi yang penting mengenai Perusahaan dari setiap unit kerja;
7. Menentukan kriteria mengenai jenis dan materi informasi yang dapat disampaikan kepada
stakeholders, termasuk  informasi yang dapat disampaikan sebagai public document;
8. Memelihara dan memutakhirkan informasi tentang Perusahaan yang disampaikan kepada
stakeholders, baik dalam website, buletin, atau media informasi lainnya;
9. Memastikan bahwa Laporan Tahunan Perusahaan (Annual Report) telah mencantumkan
penerapan GCG di lingkungan Perusahaan.
Direktur Hulu

1. Mengelola, mengoptimalkan dan mengembangkan bisnis hulu termasuk geothermal melalui


peningkatan cadangan dan produksi secara terintegrasi dalam lingkup nasional dan
internasional sesuai prinsip-prinsip good oil engineering and operation best practices.
Direktur Pengolahan

1. Mengembangkan engineering dan teknologi melalui riset yang terintegrasi dengan


masterplan bisnis untuk mendukung daya saing dan kelangsungan bisnis perusahaan.
2. Mengembangkan, mengoptimalkan dan mengelola Megaproyek sesuai dengan masterplan
dan pengembangan bisnis perusahaan secara terintegrasi sesuai dengan prinsip GCG dan
good engineering best practices.
3. Membangun kapabilitas pengelolaan project strategis sesuai standar best practices.
Direktur Pemasaran Korporat

1. Menyusun strategi dan mengoptimalkan segmentasi pasar secara efektif.


2. Mengelola, mengoptimalkan dan mengembangkan bisnis pemasaran dan penjualan produk
meliputi pengembangan pasar, ekspansi bisnis yang berorientasi B2B
Direktur Logistik, Supply Chain, dan Infrastruktur

1. Merencanakan pengembangan infrastruktur logistik dan supply chain memenuhi permintaan


di pasar.
2. Merencanakan dan mengelola seluruh aktivitas supply and distribution produk sesuai
dengan kebutuhan permintaan dalam domestik.
3. Merencanakan dan melakukan pengoperasian dan pemeliharaan infrastruktur yang
diperlukan untuk supply and distribution produk.
Direktur Megaproyek, Pengolahan, dan Petrokimia

1. Mengelola, mengoptimalkan, dan mengembangkan bisnis pengolahan dan petrokimia secara


terintegrasi dengan fokus pada keandalan dan efisiensi operasi sesuai prinsipprinsip good oil
engineering and operation best practices.
Direktur Perencanaan, Investasi, dan Manajemen Risiko
1. Mengembangkan strategi dan masterplan bisnis perusahaan untuk menjadi acuan sasaran
kerja jangka pendek, menengah dan panjang.
2. Mengkaji dan mengevaluasi rencana investasi dan portofolio bisnis perusahaan sesuai
dengan prinsip bisnis dan manajemen risiko dalam mendukung daya saing dan
kelangsungan bisnis perusahaan.
3. Mengembangkan engineering dan teknologi melalui riset yang terintegrasi dengan
masterplan bisnis untuk mendukung daya saing dan kelangsungan bisnis perusahaan.
4. Mengelola, mengoptimalkan dan mengembangkan bisnis gas, power dan New & Renewable
Energy (NRE) secara terintegrasi melalui pengembangan pasar dan akselerasi komersialisasi
bisnis. NRE dalam mendukung kelangsungan bisnis perusahaan.
5. Mengelola Quality, System, Knowldege & Integrated Loss Management untuk mendukung
operasi dan efisiensi perusahaan.
Direktur Keuangan

1. Mengelola dan mengoptimalkan sumber daya keuangan secara prudent, efisien dan memberi
nilai tambah untuk mendukung bisnis dan rencana kerja perusahaan.
2. Mengoptimalkan pengelolaan keuangan perusahaan secara efektif dan accountable.
3. Mengoptimalkan dan mengembangkan bisnis perusahaan melalui bisnis synergy and
integration serta pengelolaan AP/JV. 4. Memastikan dan mengendalikan kesehatan
Perusahaan sesuai standar akuntansi dan keuangan best practices.
4. mengoptimalkan dan mengembangkan teknologi informasi untuk mendukung bisnis
Perusahaan.
Direktur SDM

1. Mengelola dan mengembangkan human capital untuk mendukung strategi bisnis dan
perasional perusahaan.
2. Mengelola dan mengembangkan talent & infrastruktur human capital untuk mendukung
strategi bisnis dan operasional perusahaan dengan produktifitas tinggi.
Direktur Manajemen Aset

1. Mengembangkan strategi dan pengelolaan aset penunjang usaha secara optimal, efisien dan
memberikan nilai tambah bagi Perusahaan.
2. Mengelola, mengoptimalkan dan mengintegrasikan proses procurement secara Pertamina
Group.
3.2 proses manajemen organisasi di PT Pertamina EP Cepu
A. strategi pengembangan SDM
PEPC senantiasa mengelola dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM)
sebagai salah satu sumber daya strategisnya, guna mendukung pencapaian Visi Perusahaan
dan meningkatkan daya saing. Pengembangan SDM menjadi tanggung jawab Fungsi SDM
yang dipimpin pejabat perusahaan setingkat VP dan sampai dengan akhir tahun 2019 dijabat
oleh M. Ferry Badja.
Sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk perkembangan usaha dimasa mendatang
dan tingkat persaingan usaha yang semakin ketat, maka sangat dibutuhkan tenaga kerja yang
memiliki kompetensi yang unggul. SDM yang dimiliki Perusahaan secara berkala terus
diberdayakan dan ditingkatkan kompetensinya melalui program pengembangan SDM yang
selaras dengan rencana bisnis Perusahaan. Pelaksanaan pelatihan disesuaikan dengan
Training Guidance yang disusun berdasarkan Training Need Analysis (TNA) dan
diselaraskan dengan kebutuhan jabatan maupun kebutuhan Perusahaan. Beberapa strategi
yang dikembangkan PT Pertamina EP Cepu dalam mencapai tujuan, yaitu:
 Mengembangkan keyakinan bahwa investasi di bidang sumber daya manusia
tergolong ke dalam investasi jangka panjang. Dalam skema tersebut, perusahaan
kemudian mengembangkan komitmen di mana pengembangan SDM yang
sistematis dan berkelanjutan menjadi dasarnya, yang dipakai untuk
mengantisipasi segala macam perubahan pada hal kebutuhan bisnis.
 Program pengembangan sumber daya manusia menjadi dasar bagi implementasi
strategi perusahaan dalam arti seluas-luasnya.
 Strategi pengembangan SDM pada dasarnya ingin mengembangkan sekaligus
menciptakan hubungan industri yang aman, dan pada gilirannya diharapkan ada
suasana nyaman dan harmonis yang tercipta.
 Strategi pemberian penghargaan dalam berbagai wujud, termasuk remunerasi dan
tingkat gaji yang kompetitif. Pertamina juga menciptakan strategi di mana
perlindungan kepada para pekerja diberikan sesuai standar yang berlaku di
Indonesia dan di lingkup intern perusahaan.
 Pengembangan SDM difokuskan para organisasi dan konsistensi pekerja,
sehingga diharapkan para karyawan memiliki produktivitas, kinerja, dedikasi,
ketrampilan, serta kompetensi yang tinggi.
B. Profil dan komposisi pekerja
Jumlah pekerja/karyawan PEPC sampai dengan akhir tahun 2019, sebanyak 282
orang yang terdiri dari 231 pekerja laki-laki dan 51 pekerja perempuan. Jumlah tersebut
bertambah 61 orang disbanding tahun 2018 sebanyak 244 pekerja. Penambahan jumlah
pekerja seiring dengan kebijakan rekrutmen yang dilaksanakan sesuai dengan
pengembangan Perusahaan. Komposisi pekerja berdasarkan level organisasi adalah sebagai
berikut:
Jenjang kepegawaian 2019 2018 2017
Direksi 3 2 2
Komisaris 3 (+ komite 4) 2 3
VP/GM/Setara 9 8 9
EM (KP)/Manajer 29 30 35
(Unit)
Asst. Manager/Setara 48 46 50
Senior 126 111 128
Supervisor/Setara
Supervisor/Setara 54 39 20
Junior Operator/Setara 6 4 22
282 244 260

C. pengembangan kompetensi pekerja


Selama kurun waktu periode pelaporan, PEPC mengalokasikan biaya pengembangan
kompetensi pekerja sebesar USD588.596,55 Jumlah tersebut bertambah 35% dibanding
tahun 2018 yang mencapai USD436.875. Tujuan pengembangan kompetensi
dilatarbelakangi oleh kebutuhan sertifikasi dan pelatihan untuk pengembangan pekerja dan
kebutuhan proyek JTB. Realisasi kegiatan pengembangan kompetensi karyawan pada tahun
2019 meliputi 156 program pelatihan dengan jumlah 1.166 peserta. Jumlah program
pelatihan tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2018 yaitu sebanyak 73 program
pelatihan yang diikuti oleh 632 Peserta dari tingkat jabatan manajemen maupun staf. Secara
keseluruhan jumlah pekerja yang telah mendapatkan pelatihan hingga tahun 2019 adalah
sebanyak 252 pekerja atau sama dengan 89% dari jumlah pekerja yang ada.
D. Perekrutan dan pengembangan Karyawan
Dalam soal perekrutan dan pengembangan kualitas karyawan, Pertamina telah
mengembangkan program dan sistem manajemen karir yang didasarkan pada kinerja dan
kemampuan. Sistem seperti ini disebut dengan merit system, yang bertujuan untuk
meningkatkan transparansi dan efektifitas dalam hal pengembangan karir para karyawan
Pertamina. Di tahun 2001, misalnya, Pertamina menetapkan program yang berbasis pada
nilai-nilai unggulan, yang kemudian disebut dengan FIVE-M (fokus, integritas, visioner,
brilian, dan saling respek).

Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang diterapkan didalam perusahaan
yaitu dengan membuat dan menerapkan tata kerja organisasi (TKO). Tata Kerja Organisasi dalam
sebuah perusahaan sangat diperlukan untuk kelancaran dalam sebuah proses pekerjaan. Berdasarkan
pedoman sistem tata kerja (STK) Pertamina, tata kerja organisasi (TKO) adalah cara yang
dispesifikasi untuk melaksanakan suatu proses atau aktivitas dari awal sampai akhir yang
melibatkan minimal tiga fungsi (departmental activities), dengan siapa (who) mengerjakan apa,
hasilnya apa (what) dan kapan (when) serta berapa lama pekerjaan tersebut dapat diselesaikan,
selanjutnya diteruskan kepada siapa/fungsi lain untuk proses berikutnya sampai aktivitas tersebut
selesai/berakhir. Di Pertamina, TKO yang dibuat harus dilengkapi dengan diagram alir dan dapat
dilengkapi dengan formulir kerja yang digunakan dalam aktivitas tersebut.
Tata kerja organisasi memiliki banyak manfaat bagi perusahaan, manfaat tersebut akan
berpengaruh terhadap pengembangan dan keberlangsungan dari sebuah perusahaan. Diantara
manfaat yang akan diberikan yaitu meningkatkan kinerja organisasi melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional organisasi serta lebih
meningkatkan pelayanan kepada pihak yang berkepentingan.

3.3 Proses Manajemen LIngkungan di PT Pertamina EP Cepu


KOMITMEN DAN KEBIJAKAN
PEPC memiliki komitmen yang tinggi dalam mewujudkan tata kelola lingkungan usaha migas yang
baik. Perusahaan juga menyadari bahwa kegiatan operasional yang dilakukan akan membawa
dampak dan risiko bagi lingkungan. Oleh karenanya PEPC berupaya memenuhi standar baku mutu
lingkungan yang berlaku serta melakukan inovasi untuk meningkatkan nilai tambah lingkungan.
Implementasi dari pengelolaan dampak lingkungan di seluruh area Blok Cepu berpedoman pada
dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL), dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) serta Rencana Pasca-Tambang (RPT) atau
reklamasi yang telah disepakati.
INISIATIF DAN PELIBATAN KEgIATAN
• Keterlibatan Manajemen Dalam Mereview dan Meningkatkan Kredibilitas Inisiatif & Laporan
CSR
Pelaksanaan kegiatan TJSL adalah realisasi dari rencana kegiatan dalam menjaga keberlanjutan
lingkungan hidup disekitar wilayah operasi Perusahaan yang merupakan komitmen bersama dan
telah dituangkan dalam Rencana

Kerja Perusahaan, diawasi pelaksanaannya dan dievaluasi hasilnya oleh Direksi dan manajemen,
khususnya terhadap Departemen HSSE sebagai eksekutor pelaksanaan TJSL tersebut. Direksi
terlibat langsung dalam proses perencanaan, persetujuan dan pelaksanaan kegiatan serta atas
kualitas laporan kegiatannya, karena bagaimanapun Direksi harus membuat laporan
pertanggungjawaban kinerjanya dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Kualitas dan kredibilitas
pelaksanaan TJSL serta Laporan pelaksanaan TJSL PEPC menjadi sangat signifikan nilainya bagi
para stakeholder, mengingat TJSL juga merupakan komponen/ bagian penting dalam meningkatkan
value dan mewujudkan Visi Perusahaan kedepannya.
• Keterlibatan Stakeholder relevan dalam inisiatif TJSL
Dalam pelaksanaan kegiatan TJSL, PEPC senantiasa melibatkan seluruh stakeholder yang terdiri
dari pekerja, masyarakat sekitar wilayah operasi, support langsung dari pemegang saham bahkan
dukungan dari pelanggan dan mitra pemasok serta unsur pemerintahan setempat turut terlibat dalam
kegiatan TJSL khususnya dalam menjaga dan mengelola Lingkungan sesuai dengan substansi
kegiatan TJSL yang dilaksanakan.
PENggUNAAN BAhAN PENDUKUNg
Untuk menunjang kegiatan operasional PEPC khususnya di Lapangan Banyu Urip, Perusahaan
menggunakan beberapa jenis bahan kimia dalam proses injeksi sebagai bahan penunjang yang habis
terpakai seperti:
a. H2S Scavanger
Minyak yang dihasilkan dari produksi Lapangan Banyu Urip turut mengandung gas beracun H2S,
maka untuk memisahkan H2S yang terbawa bersama minyak hasil produksi dan minyak tersebut
aman untuk dikelola, Perusahaan menggunakan H2S Scavanger untuk memisahkan gas beracun
H2S tersebut, sehingga kualitas minyak sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian
jual beli minyak. Hasil produksi yang berupa minyak mentah dari kegiatan operasi di lapangan
Banyu Urip disalurkan ke FSO Gagak Rimang dengan menggunakan pipeline sejauh 95 km, dimana
pengaliran melalui pipeline ini sangat dijaga kualitas dan mutunya sehingga kondisi pengaliran
minyak sesuai dengan nilai ambang batas (NAB) sebagaimana yang dipersyaratkan.
b. MDEA dan TEG
MDEA dan TEG merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pendukung dalam
melakukan proses pemisahan gas yang dihasilkan sehingga spesifikasi pemanfaatan gas di Central
Processing Facility (CPF) terjaga dan juga spesifikasi gas injeksi yang akan dikembalikan ke
reservoir, sehingga dapat memberikan efek pressure maintenance seperti yang diharapkan.
c. Biocide
Penggunaan biocide dalam proses pemisahan air (water treatment) bertujuan untuk membunuh
bakteri. Sehingga demikian kualitas air injeksi yang kembali ke dalam tanah dapat memberikan efek
pressure maintenance dan tidak menimbulkan pencemaran di aquifer setempat. Pemesanan setiap
bahan kimia yang diperlukan perusahaan dikelola melalui Material Safety Data Sheet (MSDS).
PENgELOLAAN ENERgI DAN AIR
PEPC memiliki kebijakan penggunaan energi termasuk air disetiap unit bisnis serta melakukan
identifikasi intensitas energi. Pengelolaan energi di PEPC mengacu pada ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam Peraturan Menteri ESDM No. 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Energi. PEPC
dalam kegiatan operasionalnya menggunakan beberapa jenis energi, baik energi bahan bakar yang
berasal dari fosil yang diolah sendiri dan energi yang dibeli dari pihak ketiga. Dalam rangka
mengurangi ketergantungan PEPC terhadap bahan bakar minyak, maka perusahaan telah
memanfaatkan gas terproduksi yaitu hasil gas ikutan dari produksi yang terbawa bersama
minyak yang dihasilkan dari Lapangan Banyu Urip. Gas terproduksi tersebut kemudian digunakan
sebagai bahan bakar gas (gas fuel) di Central Processing Facility (CPF) dan gas injeksi sebagai
pressure maintenance di sumur.
Perusahaan memahami bahwa air merupakan sumber daya yang sangat penting dalam menyokong
kehidupan manusia, oleh karena itu PEPC senantiasa berkomitmen mengelola air dengan baik dan
berupaya meminimalisir dampaknya terhadap lingkungan. Inisiatif dan program konservasi sumber
air dilaksanakan di setiap unit bisnis seperti melakukan sosialisasi pengaturan pemakaian,
penggunaan proses atau peralatan hemat energi, modernisasi alat dan pemanfaatan energi
terbarukan.
Sumber air yang dimanfaatkan uleh PEPC berasal dari air sungai Bengawan Solo, Air Tanah dan
Waduk Air. Pengelolaan air di PEPC digunakan untuk menunjang keperluan operasional dan
keperluan pendukung seperti air injeksi sebagai pressure maintenance, steam & process dan untuk
kegiatan domestik lainnya. Penggunaan Kembali air melalui proses daur ulang dari limbah dan
mengembalikannya pada proses produksi adalah sebagai upaya untuk mengurangi penggunaan air
permukaan dan air baku. Selain itu Perusahaan juga melakukan pemanfaatan air dengan
menggunakan air limbah yang telah diolah untuk kegiatan non operasional lainnya.
PENgELOLAAN LIMBAh
Perusahaan memahami bahwa limbah yang terproduksi merupakan bagian dari tanggung
jawab Perusahaan, sehingga perusahaan harus memiliki mekanisme pengelolaan limbah yang tepat
dan terukur. Limbah yang dihasilkan Perusahaan terdiri dari beberapa jenis, baik yang berasal dari
proses produksi, proses penunjang dan sampah domestik (Perumahan dan Perkantoran). Limbah
ini dibagi dua, yaitu limbah berbahan berbahaya dan beracun (B3) dan limbah padat non B3.

PEPC telah memiliki kebijakan pengelolaan limbah untuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan
non B3 yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun, serta menetapkan prosedur standar pengelolaan limbah
berdasarkan karakteristiknya. Tujuannya agar pengelolaan limbah di seluruh unit bisnis PEPC
memiliki perencanaan yang baik, sistem monitoring berkala tepat waktu serta melakukan evaluasi
terus menerus.
Perusahaan juga menerapkan kebijakan 3R dalam pemanfaatan dan pengolahan limbah, yaitu
Reduce, Reuse dan Recycle, dan apabila limbah tersebut tidak dapat dimanfaatkan kembali, PEPC
akan mengirimkan limbah B3 kepada pihak ketiga yang memiliki izin dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk dikelola sesuai aturan yang berlaku. Pada
pelaksanaan pengelolaan limbah tahap konstruksi, PEPC menyerahkan pengelolaan limbah B3
kepada kontraktor pelaksana kegiatan konstruksi (PT Rekayasa Industri), namun sehubungan
sampai periode semester II 2019, PT Rekayasa Industri belum juga memperoleh Izin TPS Limbah
B3 pada, maka pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan diserahkan pengelolaannya kepada
subkontraktor dari PT Rekayasa Industri yang pada pelaksanaannya berada di bawah
supervisi RJJ.
Untuk sementara ini, PEPC telah mempunyai Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 yang
dihasilkan dari Proyek Gas Lapangan Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB) di Kabupaten
Bojonegoro berdasarkan Keputusan Kepala DPMPTSP Kabupaten Bojonegoro No.
188/01/412.216/2018.
Terkait dengan adanya perubahan teknologi dan penambahan lingkup Independent Access Road
(IAR), maka PEPC telah mengajukan amandemen AMDAL dan Izin Lingkungan, sehingga kontral
Pemantauan RKL – RPL pun harus mengalami amandemen. Amandemen AMDAL dan Perubahan
Izin Lingkungan telah disetujui oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan No.
SK 410/MenLHK/Setjen/PLA.4/6/2019 pada tanggal 28 Juni 2019.
Dengan disetujuinya perjanjian Project Financing untuk proyek JTB, maka pihak lender
mewajibkan PEPC untuk memenuhi ketentuan sebagaimana dituangkan dalam protokol Kyoto,
sehingga pfoject financing ini dapat disebut sebagai green project. Advisor dibidang lingkungan dan
sosio ekonomi akan memastikan bahwa green project yang dijalankan PEPC sesuai dan
menggunakan standar-standar internasional berdasarkan evaluasi dan penilaian yang dilakukanny

Dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan lingkungan, Gas buang terproduksi yang dihasilkan
dari Lapangan JTB akan dilakukan penyuntikan/injeksi kembali kedalam beberapa sumur di
lapangan milik PEP Aset 4 Cepu. Terhadap kegiatan proyek Pengembangan Gas Lapangan
Unitisasi Jambaran-Tiung Biru tentunya akan memiliki persepsi yang berbeda dari masyarakat ,
baik persepsi positif maupun juga persepsi yang negatif. Selain persepsi positif, persepsi negatif
lainnya yang muncul di masyarakat adalah keluhan terkait debu, kebisingan dan lalu lintas
kendaraan mobilisasi pada pemukiman yang terdekat dengan kegiatan proyek. Keluhan terkait debu
dan kebisingan muncul akibat lalu lintas mobilisasi kendaraan proyek seperti kecepatan laju
kendaraan pengangkut limestone, kecelakaan lalu-lintas, suara mesin kendaraan, sehingga
menimbulkan kebisingan, debu, pencemaran suara dan udara serta lainnya.
Sebagai upaya tindaklanjut dari kondisi tersebut, PEPC bersama kontraktor RJJ telah melakukan
langkah untuk pemeliharaan lingkungan yang berkaitan dengan penurunan kualitas udara, polusi
udara dan suara dari hasil kegiatan pendukung, diantaranya dengan melakukan:
• Menggunakan penutup bak kendaraan saat mengangkut material.
• Melakukan penyiraman jalan yang dilalui saat pengangkutan material sesuai kebutuhan.
• Mengatur laju kecepatan kendaraan dan frekuensinya dengan memberikan arahan kepada para
pengemudi kendaraan proyek.
• Menggunakan alat transportasi yang lulus uji emisi kendaraan.
PENANgANAN TUMPAhAN
Kecelakaan tumpahan minyak dapat terjadi kapan dan dimana saja. Kecepatan dan efektivitas
respon awal memiliki peran penting terhadap penanggulangan tumpahan minyak untuk
mencegah area pencemaran yang lebih luas. PEPC sangat memahami bahaya tumpahan minyak (oil
spill) yang dapat terjadi saat transportasi di laut dan pengeboran di darat, berisiko mempengaruhi
kualitas air atau tanah, baik terkait sedimentasi dan degradasi mikroba serta berdampak pada
kehidupan masyarakat di sekitar area tumpahan tersebut.

PEPC telah memiliki aturan Zero Spill di dalam kebijakan lingkungannya dengan menyediakan
pelatihan prosedur dan peralatan yang memadai yang mengacu pada peraturan SKK Migas PTK
005 Tahun 2011 Tentang Penanggulangan Tumpahan Minyak. Dalam hal terjadinya tumpahan
minyak, PEPC telah membentuk team yang selalu siaga untuk menanggulangi tumpahan minyak di
wilayah perairan maupun daratan yang disebut dengan Emergency Response Team (ERT) dan
Sebagian tugas dari fungsi HSSE. Proses penanggulangan kejadian tumpahan tersebut, PEPC
disamping memberdayakan Emergency Response Team dan pelaksanaan fungsi HSSE, juga
bekerjasama dengan pihak ketiga lainnya yang bertindak sebagai Oil Spill Responder, sehingga
kondisi darurat segera dapat dikendalikan dalam waktu yang singkat.
Bila terjadi insiden tumpahan, Perusahaan akan melakukan identifikasi risiko, melakukan
penyelidikan dan memperbaiki upaya pencegahan dan secara rutin meningkatkan prosedur
keselamatan kerja, sehingga dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Sepanjang tahun
pelaporan, tidak terdapat peristiwa tumpahan minyak yang terjadi dan melebihi 15 bbls atau
dapat juga disebut Nihil.
KEgIATAN LAIN TERKAIT LINgKUNgAN SELAMA
TAhUN 2019
Selama tahun 2019, PEPC melaksanakan kegiatan yang mendukung kelestarian lingkungan.
Kegiatan ini merupakan wujud nyata dukungan PEPC yang tidak hanya sebatas pemenuhan
AMDAL, melainkan komitmen nyata PEPC dalam mengurangi dampak negatif dari kegiatan
operasi PEPC.
1. Amandemen AMDAL Lapangan JTB
o Melakukan penyiapan dokumen dan proses pengadaan, penyusunan studi, diskusi lingkup dan
persetujuan anggaran dari SKK Migas serta pengajuan ke KLHK sebagai langkah awal memulai
proses amandemen AMDAL JTB
o Amandemen AMDAL dan Perubahan Izin Lingkungan karena adanya perubahan Teknologi dan
penambahan lingkup Independent Access Road (IAR) telah disetujui oleh Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan dengan No. SK 410/MenLHK/Setjen/PLA.4/6/2019 pada tanggal 28 Juni
2019.
2. Pemantauan Lingkungan (AMDAL/RKL-RPL)
• PEPC secara rutin setiap Triwulan melakukan pemantauan atas RKL-RPL untuk seluruh area
proyek JTB dan oleh RJJ untuk area proyek GPF JTB.
• Pemantauan RKL RPL dilakukan dengan mengambil data primer berupa sampel air permukaan,
pengukuran udara ambient dan kebisingan, kepadatan lalu lintas serta interview dengan penduduk.
Data sekunder didapat dari puskesmas setempat.
• PEPC setiap semester membuat Laporan RKL-RPL untuk dilaporkan kepada Stakeholder terkait.
• Amandemen Kontrak Pemantauan RKLRPL eksisting karena adanya Perubahan AMDAL dan Izin
Lingkungan Kedua yang terkait perubahan Teknologi dan penambahan lingkup Independent Access
Road (IAR).
3. Program Penghijauan
• Pohon Trembesi
Kegiatan ini merupakan dukungan PEPC terhadap konservasi alam dan ekosistem didalamnya.
PEPC telah melakukan tahap perhitungan emisi terhadap 25.000 pohon trembesi yang akan
ditanam. Diperkirakan pohon trembesi yang ditanam oleh PEPC dalam jangka waktu 15 tahun,
dapat menyerap emisi karbon sebanyak 98,25 ton CO2eq per tahunnya. Penanaman 25.000 pohon
trembesi ini dilakukan secara bertahap oleh PEPC sejalan dengan pengembangan proyek JTB yang
sedang berlangsung dan diharapkan dapat mulai berproduksi pada tahun 2021.

DAFTAR PUSTAKA

Anugrah, Risky. (2019). MEMAHAMI BUDAYA ORGANISASI YANG POSITIF DI PT PERTAMINA (PERSERO).
Dipetik April 07, 2021, dari universitas
Pertamina:https://library.universitaspertamina.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/674/Laporan
%20KP_Risky%20Anugerah_103116071.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Dr. Taufiqurokhman, S. M. (2009). Mengenal Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.

Anda mungkin juga menyukai