Anda di halaman 1dari 2

Sembuh dari Gangguan Cemas Tanpa ke Psikiater, Mungkinkah?

Penulis dr Andri, SpKJ, FAPM | EditorLusia Kus Anna


Judul tulisan di atas pasti bisa dijawab oleh sebagian besar orang yang mempunyai
masalah gangguan kecemasan tapi belum berkesempatan untuk datang ke psikiater.
Gangguan cemas memang bisa sembuh tanpa harus ke psikiater, tentunya derajat
keparahan gangguan cemasnya masih ringan sampai dengan sedang.
Saat saya sedang mengikuti pelatihan pengobatan gangguan kejiwaan yang
diselenggarakan oleh Institute of Brain Medicine di Philipina tahun 2012, Prof Brian
E.Leonard sebagai salah satu pembicara mengatakan gejala gangguan kecemasan pada
pasien muncul jika kondisi adaptasi otak terhadap stres tersebut sudah tidak dapat
diandalkan lagi.
Lebih jauh beliau mengatakan bahwa terjadinya ketidakseimbangan sistem di otak
orang yang mengalami gangguan kecemasan sudah jauh terjadi sebelum gejala kecemasan
itu muncul. Saat mulai terjadi ketidakseimbangan yang berat baru gejala itu muncul, bukan di
awal mulanya kejadian itu ada.
Hal itu tentunya menjadi pemikiran kepada kita bahwa kondisi gangguan cemas tentunya
bisa dicegah terjadinya jika kita memahami apa yang menjadi sumber stresor pemicu
gangguan kecemasan.
Pada prakteknya pasien yang mengalami gejala serangan panik pertama kali bahkan
mengatakan bahwa gejala tersebut datang jauh sesudah sesuatu yang dianggap stresor
berlalu. Artinya banyak kondisi ketika stresor atau pencetus stres itu ada, kondisi tubuh
malah tidak menampakan gejala kecemasan. Itu menunjukan sistem otak yang sedang
beradaptasi terhadap pemicu stres.

Kenali pemicu stres


Dalam beberapa kali kesempatan bertemu dengan pasien yang sudah menjalani
pengobatan dan sudah hilang hampir 90 persen gejalanya, saya selalu menekankan
perlunya mulai mengenali pemicu stres yang mungkin tidak disadari oleh pasien.
Hidup di jaman sekarang rasanya tidak mungkin tanpa stres, tetapi tidak semua orang stres
lalu langsung datang ke psikiater bukan? Artinya sebagian dari stres tersebut biasanya
diadaptasi oleh pasien sendiri dengan mekanisme adaptasi yang biasanya pasien lakukan.
Ada yang kabur dari masalah ada juga yang menghadapi masalah secara terbuka. Ada yang
cepat belajar dan beradaptasi dengan masalah yang dihadapi, ada juga yang perlu waktu
lama untuk sekedar mengenali cara belajar menghadapi masalah yang baik.
Jangan lupa kenali pemicu stres yang biasanya kadang sebenarnya mungkin taraf
stresnya kecil namun ketika dia sering datang maka kondisi itu bisa mengganggu
keseimbangan daya tahan stres kita. Ketika daya tahan stres kita makin berkurang dan kita
sudah mulai kehilangan kemampuan belajar menghadapi stres tersebut, maka gejala-gejala
stres biasanya mulai datang. Akumulasi gejala ini yang bisa menimbulkan banyak masalah
salah satunya gangguan kecemasan yang bisa timbul.

Jaga fisik
Banyak orang berkata “Mensana in Corporesano” yang artinya di dalam tubuh yang
sehat terdapat jiwa yang kuat. Slogan ini bukan mengada-ada tetapi benar adanya karena di
dalam tubuh yang terjaga kesehatannya sudah barang tentu mempunyai implikasi ke kondisi
mentalnya. Contoh yang paling sering disepelekan adalah masalah tidur. Banyak orang yang
paham pentingnya tidur tetapi sering mengabaikan.
Masalah tidur yang kronis atau berkepanjangan bisa menjadi pintu masuk mengalami
gangguan kejiwaan salah satunya gangguan cemas. Tidurlah di waktu yang sesuai dan lama
tidur yang sesuai. Tidur sebelum jam 12 malam dengan waktu minimal 6.5 jam dan
maksimal 9 jam sudah cukup sebagai tips awal yang baik dalam menjaga kesehatan tidur.
Ilustrasi(Thinkstockphotos)
Hindari minuman alkohol berlebih. Walau sebagian besar penduduk Indonesia adalah
muslim tetapi masalah alkohol tetap menjadi masalah, apalagi di era globalisasi belakangan
ini. Pola hidup modern yang didekatkan dengan minuman keras. Banyak orang yang mulai
mencoba minum minuman keras seperti Wine (anggur) dan bir.
Alkohol bersifat depresan atau menekan susunan saraf pusat. Pemakaiannya yang rutin
dan lama akan mempengaruhi mekanisme sistem di otak dan menyebabkan masalah
kejiwaan.
Olahraga pada banyak penelitian dianggap membuat perubahan bukan hanya di kebugaran
fisik tetapi juga di kesehatan mental. Olahraga yang dilakukan dengan senang membuat
peningkatan hormon endorfin, suatu hormon bahagia yang diproduksi alami oleh tubuh.
Kadar yang tinggi di dalam tubuh membuat orang yang memilikinya menjadi bahagia.

Berpikir positif memang tidak mudah


Walaupun banyak orang mengatakan pasien gangguan cemas perlu berpikir positif,
sebenarnya tidak mudah untuk melakukannya. Berpikir positif perlu lingkungan yang baik
dan juga latihan yang konsisten. Seseorang yang berusaha berpikir positif tanpa didukung
lingkungan yang baik juga pastinya akan lebih sulit melakukannya daripada yang
lingkungannya sudah baik.
Selain itu berpikir positif memang perlu juga dibarengi dengan perilaku yang positif.
Teori tentunya lebih baik juga jika dipraktekan dengan baik dan sering. Kalau tidak dia akan
tetap menjadi teori di dalam otak kita.
Semoga tulisan ini bisa membantu kita memahami bahwa mencoba mengobati masalah
gangguan kecemasan memang bisa diusahakan tanpa pergi ke psikiater. Jika memang
sangat parah dan tidak bisa mengendalikan memang ada baiknya penderita gangguan
kecemasan datang ke psikiater untuk mendapatkan pengobatan.

Salam Sehat Jiwa


Baca berikutnya Dibanding Pria, Wanita Lebih Sering…
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sembuh dari Gangguan Cemas Tanpa
ke Psikiater,Mungkinkah?",
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/09/22/111900023/Sembuh.dari.Gangguan.Cemas.Ta
npa.ke.Psikiater.Mungkinkah.?page=all.

Anda mungkin juga menyukai