Anda di halaman 1dari 14

1.

Spesialit Obat-obatan Br

Nama Generik Nama Dagang Nama Pabrik


Amoksisilin Amobiotic Bernofarm
Amoxan Paed Drop Caprifarmindo
Amoxicillin Indofarma
Amoxillin Pharos
Bellacid Soho
Terbutaline Sulfat Nairet
Forasma Guardian Pharmatama
Tismalin
Molasma
Tabas Meprofarm
Salbutamol Lasal Lapi
Suprasma
Ventolin inhaler GlaxoSmithKlien Indonesia
Fartolin Fahrenheit
Salbuven Pharos
Eritromisin Opithrocin Otto
Erysanbe Sanbe Farma
Phylocin Holi Pharma
Tamaret Aditama Raya Farmindo
Kotrimoksazol Decatrim Harsen
Hufacid Gratia Husada Farma
Bactrim
Sanprima
Ratrim Rama Emerald MS
Glyceril Oroxin Pharos
Guaiakolat/guaefenesin Alerrin UAP, Medifarma
Bisolvon extra Boehringer Ingelheim
Komix Bintang Toedjoe
Konidin
2. Ringkasan Pharmaceutical Care tentang ”Bronkitis”
Bronkitis (Bronchitis)
Bronkitis ( bronchitis ) adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronchus
(saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru). Peradangan ini
mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan
relatif menyempit.
Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akut dan bronkitis kronis. Perlu diingat bahwa
istilah akut dan kronis adalah terminologi (istilah) berdasarkan durasi berlangsungnya
penyakit, bukan berat ringannya penyakit.
a. Bronkitis Akut
Definisi
Bronkitis akut adalah peradangan akut pada bronkus dan cabang-cabangnya, yang
mengakibatkan terjadinya edema dan pembentukan mukus. Bronkitis akut pada umumnya
ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu, biasanya kurang dari
6 minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu,
terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

Etiologi (Penyebab)
Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus,
Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama
Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan lain-lain.

Manifestasi Klinis (Gejala)


Keluhan yang kerap dialami penderita bronkitis akut, meliputi:
- Batuk (berdahak ataupun tidak berdahak)
- Demam (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada
- Sesak napas, rasa berat bernapas
- Kadang batuk darah
Diagnosis
- Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir,
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
- Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau
bunyi pernafasan yang abnormal.
- Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.

Penatalaksanaan
- Antitusif (penekan batuk): DMP (dekstromethorfan) 15 mg, diminum 2-3 kali sehari.
Codein 10 mg, diminum 3 kali sehari. Obat-obat ini bekerja dengan menekan batuk pada
pusat batuk di otak. Karenanya antitusif tidak dianjurkan pada kehamilan dan bagi ibu
menyusui. Demikian pula pada anak-anak, para ahli berpendapat bahwa antitusif tidak
dianjurkan, terutama pada anak usia 6 tahun ke bawah. Pada penderita bronkitis akut yang
disertai sesak napas, penggunaan antitusif hendaknya dipertimbangkan dan diperlukan feed
back dari penderita. Jika penderita merasa tambah sesak, maka antitusif dihentikan.
- Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan
sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG
(glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
- Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya, digunakan
jika penderita demam.
- Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat,
teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai
sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator
tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada
bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator
yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin.
Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi
setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat
bronkodilator jenis lain.
- Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman
berdasarkan pemeriksaan dokter (dahak berwarna kuning atau hijau, demam tetap tinggi
setelah minum antipiretik dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru.
Kepada penderita dewasa diberikan Kotrimoksazol. Tetrasiklin 250 – 500 mg 4 x sehari.
Eritromisin 250 – 500 mg 4 x sehari diberikan selama 7 – 10 hari. Dosis untuk anak :
eritromisin 40 – 50 mg/kgBB/hari. walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma
pneumoniae. Kepada penderita anak-anak diberikan amoxicillin.

b. Bronkitis Kronis
Definisi
Bronkitis kronik yaitu penyakit di saluran napas yang diakibatkan oleh rekasi peradangan
pada bronkus dan cabangnya yang berlangsung lama dengan dahak yang banyak terjadi
hampir tiap hari, minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut.
Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit tuberkulosis atau
bronkiektasis.
Secara umum keluhan pada Bronkitis kronis dan Bronkitis akut hampir sama. Hanya saja
keluhan pada Bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama, yaitu lebih dari 6
minggu. Hal ini dikarenakan pada Bronkitis kronis terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot
polos dan kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran pernapasan.

Etiologi (Penyebab)
Faktor-fakor penyebab tersering pada bronkitis kronis adalah: asap rokok (tembakau), debu
dan asap industri, polusi udara. Disebutkan pula bahwa bronkitis kronis dapat dipicu oleh
paparan berbagai macam polusi industri dan tambang, diantaranya: batubara, fiber, gas,
asap las, semen, dan lain-lain.

Manifestasi Klinis (Gejala)


Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis adalah sebagai berikut:
- Batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin
banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang
dapat dijumpai batuk darah.
- Sesak napas. Sesak bersifat progresif (makin berat) saat beraktifitas.
- Adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik) atau wheezing.
- Pada pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara ronkhi (krok-krok)
terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran
napas.

Diagnosis
- Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala, terutama dari adanya lendir,
riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik.
- Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi ronki atau
bunyi pernafasan yang abnormal.
- Adapun pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.

Penatalaksanaan
- Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala
dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis.
- Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
- Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah
kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan kemampuan, istirahat dalam
jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
- Oksigenasi (terapi oksigen) bila sesak.
- Obat-obat bronkodilator (seperti salbutamol, teofilin, aminofilin, efedrin, dll) untuk
mengatasi kesulitan bernafas (sesak).
- Ekspektoran bila batuk berdahak, antitusif bila batuk kering.
- Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi
oleh infeksi kuman (H. influenzae, S. pneumoniae, M. catarrhalis). Pemilihan jenis
antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan
hasil pemeriksaan.
Antibiotik beta-laktam terbagi menjadi 4 golongan utama, yaitu penisilin, sefalosporin,
carbapenem, dan monobactam
1. Penisilin
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penisilin

Amoksisilin, salah satu contoh penisilin.

Berdasarkan spektrum aktivitas antimikrobialnya, penisilin terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu


penisilin dini (terdahulu), penisilin spektruk luas, penisilin anti-stafilokokal, dan penisilin anti-
pseudomonal (spektrum diperluas)[3]. Penisilin dini secara aktif mampu melawan bakteri yang
sensitif, seperti golongan Streptococcus beta-hemolitik, Streptococcus alfa-hemolitik
dikombinasikan dengan aminoglikosida), pneumococcus, meningococcus, dan kelompok
Clostridium selain C. difficile. Contoh dari penisilin terdahulu adalah penisilin G dan penisilin
V. Penisilin spektrum luas memiliki kemampuan untuk melawan bakteri enterik dan lebih
mudah diabsorpsi oleh bakteri gram negatif namun masih rentan terhadap degradasi beta-
laktamase, contohnya ampisilin, amoksisilin, mesilinam, bacampicillin, dll.Penisilin anti-
stafilokokal dikembangkan pada tahun 1950-an untuk mengatasi S. aureus yang memproduksi
beta-laktamase dan memiliki keunggulan tahan terhadap aktivitas beta-laktamase. Contoh dari
golongan ini adalah methicillin dan cloxacillin. Penisilin anti-pseudomonal dibuat untuk
mengatasi infeksi bakteri gram negatif basil, termasuk Pseudomonas aeruginosa, contoh dari
penisilin golongan ini adalah carbenicillin, ticarcillin, Azlocillin, dan piperacillin.

2. Sefalosporin
Antibioik sefalosporin terbagi menjadi 3 generasi, yang pertama adalah cephalothin dan
cephaloridine yang sudah tidak banyak digunakan[3]. Generasi kedua (antara lain:
cefuroxime, cefaclor, cefadroxil, cefoxitin, dll.) digunakan secara luas untuk mengatasi
infeksi berat dan beberapa di antaranya memiliki aktivitas melawan bakteri anaerob[3].
Generasi ketiga dari sefalosporin (di antaranya: ceftazidime, cefotetan, latamoxef,
cefotetan, dll.) dibuat pada tahun 1980-an untuk mengatasi infeksi sistemik berat karena
bakteri gram negatif-basil[3].

3. Carbapenem
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang digunakan untuk
perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial yang sangat
baik untuk melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus,
dan bacteroides)[3]. Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim
tertentu untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam tubuh[4].

4. Monobactam
Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak terikat ke cincin kedua dalam
molekulnya[3]. Salah satu antibiotik golongan ini yang umum digunakan adalah aztreonam
yang aktif melawan berbagai bakteri gram negatif, termasuk P. aeruginosa[3].

Mekanisme kerja
Antibiotik beta-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara menginhibisi sintesis
dinding selnya[5]. Pada proses pembentukan dinding sel, terjadi reaksi transpeptidasi yang
dikatalis oleh enzim transpeptidase dan menghasilkan ikatan silang antara dua rantai
peptida-glukan[5]. Enzim transpeptidase yang terletak pada membran sitoplasma bakteri
tersebut juga dapat mengikat antibiotik beta-laktam sehingga menyebabkan enzim ini tidak
mampu mengkatalisis reaksi transpeptidasi walaupun dinding sel tetap terus dibentuk[5].
Dinding sel yang terbentuk tidak memiliki ikatan silang dan peptidoglikan yang terbentuk
tidak sempurna sehingga lebih lemah dan mudah terdegradasi[5]. Pada kondisi normal,
perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan
membuat terjadinya lisis sel[5]. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan antibiotik
beta-laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti dinding sel
bakteri tersebut[5]. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding sel maupun
mengalami lisis akan mati[5].Terapi antibiotika pada bronkhitis akut tidak dianjurkan
kecuali bila disertai demam dan batuk yang menetap lebih dari 6 hari, karena dicurigai
adanya keterlibatan bakteri saluran napas seperti S. pneumoniae, H. Influenzae. Untuk
batuk yang menetap > 10 hari diduga adanya keterlibatan Mycobacterium pneumoniae
sehingga penggunaan antibiotika disarankan. Untuk anak dengan batuk > 4 minggu harus
menjalani pemeriksaan lebih lanjut terhadap kemungkinan TBC, pertusis atau sinusitis.

Antibiotika yang dapat digunakan lihat tabel dengan lama terapi 5- 14 hari sedangkan pada
bronkhitis kronik optimalnya selama 14 hari Pemberian antiviral amantadine dapat
berdampak memperpendek lama sakit bila diberikan dalam 48 jam setelah terinfeksi virus
influenza A.
TERAPI PENDUKUNG
 Stop rokok, karena rokok dapat menggagalkan mekanisme pertahanan tubuh
 Bronkhodilasi menggunakan salbutamol, albuterol.
 Analgesik atau antipiretik menggunakan parasetamol, NSAID.
 Antitusiv, codein atau dextrometorfan untuk menekan batuk.
 Vaporizer

1. Amoxicillin
Identitas : Kapsul, tablet, sirup kering, sirup, suntik
Indikasi : Mengatasi infeksi akibat bakteri, terutama pada gigi, saluran kemih,
telinga hidung, tenggorokan, saluran pernafasan, saluran pencernaan, dan
kelamin misal gonore.
Dosis : faringitis dan tonsillitis Dewasa 775 mg untuk 1O hari
Kontraindikasi :

 Berhati-hatilah jika Anda alergi terhadap obat, seperti penisilin atau bahan tertentu.
 Jika Anda akan menjalani vaksinasi apa pun, pastikan memberi tahu dokter bahwa
Anda sedang mengonsumsi amoxicillin karena obat ini dapat menghambat kerja
vaksin, terutama vaksin tifoid.
 Jika Anda sedang mengonsumsi pil kontrasepsi dan mengalami muntah-muntah akibat
amoxicillin, gunakan alat pengaman tambahan seperti kondom.
 Kosultasikan pada dokter jika menderita gangguan ginjal atau dicurigai
menderita demam kelenjar (glandular fever).
 Beri tahu dokter jika mengonsumsi obat lain, termasuk suplemen atau herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping : mual muntah, diare, sakit kepala, ruam.


Mekanisme Kerja : membunuh bakteri dengan cara menghambat pembentukan dinding sel
bakteri.
Informasi Obat : Segera hentikan penggunaan amoxicillin lalu temui dokter atau pergi ke
rumah sakit terdekat apabila timbul ruam, pembengkakan pada wajah atau mulut,
atau kesulitan bernafas setelah mengonsumsi obat ini, gejala ini menunjukkan
alergi terhadap obat.

2. Terbutalin Sulfat
Identitas : Bronkodilator
Indikasi : Mengatasi gejala mengi, batuk, dan sesak napas, khususnya bagi
penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis, serta menghentikan kontraksi rahim
pada ibu yang berpotensi melahirkan secara prematur (terbutaline bentuk suntik).
Dosis :
Kondisi: Penyempitan saluran napas (bronchospasm)
Tablet
Anak usia >15 tahun: Dosis awal adalah 2,5-3 mg, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan
hingga 5 mg, 3 kali sehari jika diperlukan.
Anak usia 12-15 tahun: 2,5 mg, 3 kali sehari.
Anak <12 tahun: 0,05 mg/kgBB, 3 kali sehari. Dosis dapat ditingkatkan secara perlahan
sesuai keperluan. Dosis maksimal adalah 5 mg per hari.
Tablet lepas lambat
Anak usia >15 tahun: 5-7,5 mg, 2 kali sehari.
Inhaler
Dewasa: 0.25-0.5 mg bila perlu. Dosis maksimal adalah 2 mg per har.

Kondisi: Penyempitan saluran napas (bronchospasm) berat


Nebulizer
Dewasa; Kandungan 1%, 2.5-10 mg, 2-4 kali sehari.
Anak-anak (berat badan di atas 25 kg): 5 mg, 2-4 kali sehari.
Anak-anak (berat badan di bawah 25 kg): 2-5 mg, 2-4 kali sehari.
Suntik
Dewasa: 0,25-0,5 mg, hingga 4 kali sehari yang disuntikkan ke otot (IM), pembuluh darah
(IV), atau bawah kulit (SC).
Anak usia 2-15 tahun: 0,01 mg/kgBB, maksimal 0,3 mg per kali pemberian.

Kondisi: Mencegah kelahiran premature


Suntik
Usia kehamilan 22-37 minggu: 5 mcg/menit sebagai dosis awal, dengan peningkatan 2,5
mcg/menit tiap 20 menit hingga kontraksi berhenti. Dosis maksimal adalah 20 mcg/menit.

Kontraindikasi :

 Harap berhati-hati dalam menggunakan terbutaline apabila Anda menderita diabetes,


hipertensi, gangguan jantung (aritmia), hipertiroidisme, kejang, gangguan
otot, glaukoma atau hipokalemia (kekurangan kalium).
 Jangan menggunakan terbutaline bersamaan dengan obat-obatan lainnya, termasuk
suplemen dan produk herba, tanpa petunjuk dari dokter.
 Disarankan untuk tidak merokok selama pengobatan karena dapat memicu iritasi dan
kerusakan pada paru-paru.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan terbutaline, segera temui
dokter.

Efek Samping : Jantung berdebar, gemetar, sakit kepala, kram otot, hypokalemia,
hipotensi, mual
Mekanisme Kerja : bekerja dengan cara melebarkan saluran pernapasan, sehingga udara
bisa lebih lancar keluar masuk paru-paru.
Informasi Obat : terbutaline dapat memengaruhi kadar gula di dalam darah. Bagi
penderita diabetes, disarankan untuk memeriksakan kadar gula secara rutin.

3. Salbutamol
Identitas : Bronkodilator (beta2-agonist dengan reaksi cepat)
Indikasi : meringankan gejala asma dan PPOK
Dosis :
Kondisi: Menangani serangan asma yang parah
Inhaler
Dosis: maksimal 10 kali hirup per hari

Kondisi: Menangani bronkospasme yang parah


Nebulizer
Dosis: 2,5-5 mg; maksimal 4 kali sehari
Obat suntik
Dosis: 4 mcg/kg berat badan
Obat infus
Dosis: 8 mcg/kg berat badan

Kondisi: Menangani bronkospasme akut


Inhaler
Dosis: Maksimal 4 kali hirup per hari
Kondisi: Menangani bronkospasme akut & mencegah bronkospasme akibat
olahraga
Oral
Dosis: 2-8 mg; 3-4 kali sehari
Inhaler
Dosis: 2 kali hirup; 10-15 menit sebelum berolahraga
Kotraindikasi :

 Wanita yang sedang hamil dan menyusui hanya boleh menggunakan salbutamol jika
benar-benar dibutuhkan dan dianjurkan oleh dokter.
 Segera temui dokter jika gejala-gejala tidak berkurang setelah menghirup salbutamol
sesuai dengan petunjuk dokter.
 Harap berhati-hati jika menderita hipertiroidisme, alergi terhadap protein susu,
gangguan kardiovaskular, hipertensi, diabetes, hipokalemia, gangguan ginjal, kejang,
serta aritmia.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping: jantung berdebar-debar, Detak jantung yang cepat atau tak teratur,
Gemetaran, Sakit perut, Nyeri dada, Batuk berdahak, Diare, Sulit menelan, Sakit kepala,
Menggigil, Demam, Mual.
Mekanisme Kerja : bekerja dengan cara melemaskan otot-otot di sekitar saluran pernapasan
yang menyempit sehingga udara dapat mengalir lebih lancar ke dalam paru-paru.
Informasi Obat: penderita dianjurkan untuk berhenti merokok. Rokok dapat memicu iritasi
pada paru-paru dan memperburuk kondisi asma serta gangguan pernapasan.

4. Eritromisin
Identitas : Antibiotik Makrolida
Indikasi : untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, seperti infeksi kulit, mata,
telinga, infeksi saluran kemih, dan pernapasan. Obat ini juga dapat digunakan untuk
mencegah kambuhnya serangan demam reumatik pada pasien yang memiliki reaksi alergi
terhadap antibiotik penisilin atau sulfonamida.
Dosis : Untuk pasien dewasa, erythromycin biasanya diberikan sebanyak 1,6-2
gram per hari, dibagi menjadi 2-4 kali jadwal konsumsi.
Kontraindikasi :

 Hati-hati jika menderita myasthenia gravis, kelainan detak jantung, porfiria, dan
masalah pada organ ginjal serta hati.
 Erythromycin tidak boleh dikonsumsi bersama dengan obat cisapride, simvastatin,
lovastatin, dan ergotamine.
 Jangan melakukan vaksinasi yang berasal dari bakteri yang dilemahkan, seperti vaksin
tifus, saat mengonsumsi erythromycin. Sebab obat ini bisa mengurangi efektivitas
vaksin.
 Erythromycin merupakan antibiotik, maka obat ini tidak cocok digunakan untuk
mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus, seperti flu.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

Efek Samping : Diare, Gangguan perut, seperti nyeri dan kram, Kehilangan nafsu makan,
Mual, Muntah.
Mekanisme Kerja : bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab infeksi tersebut.
Informasi Obat : Pasien disarankan untuk menghabiskan seluruh dosis yang diresepkan
oleh dokter meski kondisi tampaknya sudah membaik. Hal ini penting dilakukan untuk
mencegah kambuhnya infeksi dan bakteri menjadi kebal. Jika kondisi tidak membaik
setelah menghabiskan obat, segera periksakan diri ke dokter.

5. Kotrimoksazol
Identitas : kombinasi antibiotik yang terdiri
dari trimethoprim dan sulfamethoxazole.
Indikasi : untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti bronkitis,
otitis media, dan infeksi saluran kemih. Selain itu, kotrimoksazol juga dapat digunakan
untuk menangani dan mencegah pneumocystis carinii pneumonia (PCP) pada pasien
dengan daya tahan tubuh turun, seperti penderita HIV/AIDS.
Dosis : Bayi usia 1.5-6 bulan: Cotrimoxazole suspensi 2.5 ml atau ½ sendok takar
diminum 2 kali sehari. Anak usia 6 bulan-6 tahun: Cotrimoxazole suspensi 5 ml atau 1
sendok takar diminum 2 kali sehari. Anak usia 6-12 tahun: Cotrimoxazole tablet dosis 480
mg diminum 2 kali sehari. Dewasa atau anak usia di atas 12 tahun: Cotrimoxazole kaplet
forte dosis 960 mg diminum 2 kali sehari.
Kontraindikasi:

 Hati-hati dalam menggunakan kotrimoksazol bila sedang atau pernah mengalami


gangguan ginjal, gangguan hati, anemia akibat kekurangan asam folat, asma bronkial,
porfiria, dan kelainan hormon tiroid.
 Trimethoprim berpotensi menyebabkan hiperkalemia dan gangguan pada fungsi ginjal,
diare, gangguan metabolisme asam amino fenil alanin, dan trombositopenia.
 Penggunaan trimethoprim dengan dosis tinggi dapat menyebabkan hiponatremia.
 Pengobatan jangka panjang berisiko mengakibatkan infeksi jamur.
 Pengobatan jangka panjang berisiko mengakibatkan infeksi jamur.
 Beri tahu dokter jika Anda menerima obat-obatan lain, terutama leucovorin.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan kotrimoksazol, segera
hubungi dokter.
Efek Samping : Nafsu makan turun, Muntah, Pusing berputar, Kejang, Neuropati perifer,
Eritema multiformis, Hiperkalemia, Ruam, Mual.
Mekanisme Kerja : bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri di dalam tubuh.
Informasi Obat : Sebisa mungkin hindari paparan sinar matahari secara langsung, karena
kotrimoksazol berpotensi menyebabkan kulit menjadi sensitif. Gunakan pakaian yang
menutupi tubuh, losion pelindung, dan kacamata saat hendak beraktivitas di luar ruangan.

6. Glyceryl Guaiakolat
Identitas : obat Bebas
Indikasi : digunakan untuk mengobati batuk yang disebabkan oleh flu
biasa, bronkitis, dan penyakitpernafasan lainnya.
Dosis : Dosis Dewasa: 200 - 400 mg setiap 4 jam sekali, dengan batas maksimum
2,4 gr/ hari. Dosis untuk anak-anak: < 2 tahun: 12 mg/kg/hari dibagi dalam 6 dosis. 2 - 5
tahun: 50 - 100 mg setiap 4 jam sekali sesuai kebutuhan dan tidak lebih dari 600 mg/ hari.
6 - 11 tahun: 100 - 200 mg setiap 4 jam sekali sesuai kebutuhan dan tidak lebih dari 1,2 gr/
hari. >12 tahun: 200 - 400 mg setiap 4 jam sekali dan tidak lebih dari 2,4 gr/ hari.
Kontraindikasi:

 Hindari konsumsi guaifenesin jika alergi terhadap pada obat ini.


 Segera ke dokter jika sudah menggunakan obat ini lebih dari 7 hari namun kondisi tidak
membaik.
 Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat asma, bronkitis kronis, emfisema, batuk
disertai dahak yang banyak, atau batuk darah.
 Beri tahu dokter jika sedang menjalani pengobatan dengan obat lain, termasuk suplemen
dan produk herba.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan guaifenesin, segera temui
dokter.

Efek Sampung : Mual dan muntah, Diare dan nyeri perut bagian bawah, Pusing,
berkunang-kunang dan sakit kepala, Neprolithiasis, Hypouricaemia, Ruam pada kulit.

Mekanisme Kerja : bekerja dengan cara meningkatkan volume dahak dan membuatnya
lebih encer sehingga lebih mudah dikeluarkan dari saluran pernapasan melalui jalur nafas
dengan proses batuk.
Informasi Obat : Sampaikan pada dokter jika Anda menderita asma, bronkitis kronis,
emphisema atau batuk akibat merokok.
Referensi
1. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstuktif Kronik
(PPOK), Ditjen P2PL, Jakarta, 2007.
2. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Ditjen Binfar
& Alkes, Jakarta, 2007.
3. Mansjoer Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
4. Mubin Halim Prof. dr., Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam (Diagnosis dan Terapi),
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2008.
5. http://cakmoki86.wordpress.com
6. http://www.infokedokteran.com
7. http://www.tanyadokter.com
8. http://www.alodokter.com

Anda mungkin juga menyukai