Perempuan, usia 24 tahun datang dengan keluhan luka borok dari payudara
□ Deskripsi
sebelah kiri.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum menerima pengobatan apapun.
5. Medscape.2016.Breast Abcess
HasilPembelajaran :
1. Diagnosis Abses Payudara Sinistra
2. Penatalaksanaan Abses Payudara
3. Edukasi keluarga
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
1. Subjektif :
Anamnesis
Luka borok dari payudara sebelah kiri samping bawah dialami os
semenjak 2 jam sebelum masuk RS.
Awalnya payudara os memerah dan lama kelamaan menjadi bengkak
lalu muncul mata bisul di sebelah kiri samping bawah payudara os.
Bisul tersebut menjadi semakin besar lalu pecah keluar nanah warna
putih kekuningan.
Os baru melahirkan anak pertama melalui operasi SC ± 1 bulan yang
lalu di RSIA.
Os mengaku bahwa ia kurang bisa menyusui anaknya dan tidak
memompa ASI nya.
Demam (+) dialami os semenjak ± 1 minggu ini
Batuk (-), flu (-).
BAK (+) normal, BAB (+) normal
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalisata
Keadaan umum: Sedang
Kesadaran : Composmentis Cooperative
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi: 80x/menit
Frekuensi nafas: 20 x/menit
Suhu : 38,10C
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik.
Kepala : Normocephal.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat isokor
3mm / 3mm, refleks cahaya +/+ normal.
THT : dalam batas normal.
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB. JVP 5-2 cm H20
Thoraks :
o Jantung
I: Ictus cordis tidak terlihat.
P: Ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V.
P: Batas jantung normal.
A: Bunyi jantung murni, reguler, murmur (-/-), gallop (-/-).
o Paru
I: Gerakan dinding dada statis dan dinamis simetris
P: Stem fremitus dada kiri dan kanan sama.
P: Sonor.
A: Suara nafas vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada.
Abdomen :
I : Datar, jejas (-), scar bekas SC
P: Hepar dan lien tidak teraba.
P: Timpani.
A: Bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral hangat, perfusi baik
b. Status Lokalis
Regio mammae dextra :
Inspeksi : tampak ulkus dengan pus putih kekuningan pada kuadran lateral
bawah, kulit hiperemis, bengkak, puting susu teregang, retakan pada puting
payudara.
Palpasi : kulit mammae teraba hangat, bengkak terfiksir pada kuadran
lateral bawah, konsistensi keras, nyeri tekan (+).
c. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
HB : 9,3 gr%
Leukosit : 16800/mm3
Trombosit : 359000/mm3
Hematokrit : 27 vol%
3. Assessment :
Telah dilaporkan kasus seorang pasien perempuan, umur 24 tahun, dengan
diagnosis abses mammae sinistra. Berdasarkan anamnesis, pasien
mengeluhkan luka borok dari payudara sebelah kiri. Awalnya payudara os
memerah dan lama kelamaan menjadi bengkak lalu muncul mata bisul di
sebelah kiri samping bawah payudara os. Bisul tersebut menjadi semakin
besar lalu pecah mengeluarkan nanah berwarna putih kekuningan. Os baru
melahirkan anak pertama melalui operasi SC ± 1 bulan yang lalu di RSIA. Os
mengaku bahwa ia kurang bisa menyusui anaknya dan tidak memompa ASI
nya. Demam (+) dialami os sejak 1 minggu ini. Batuk (-), flu (-). BAK (+)
normal, BAB (+) normal. Dari pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang,
sadar, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, nafas 20x/menit, dan
suhu 38,1oC. Ditemukan pada daerah kuadran lateral bawah mammae sinistra
tampak ulkus dengan pus putih kekuningan pada kuadran lateral bawah, kulit
hiperemis, bengkak, kulit mammae teraba hangat, bengkak terfiksir pada
kuadran lateral bawah, konsistensi keras, nyeri tekan (+) . Pemeriksaan diatas
menyokong diagnosa pada pasien ini.
4. Plan :
Diagnosis klinis :
Abses Mammae Sinistra
Tatalaksana :
Konsul dr. Arif Budiman Sp.B
IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxim 2x1 gr (skin test)
Inj. Gentamicin 2x1 amp
Paracetamol 3x500 mg
Diet MB
5. Follow Up :
Tgl 19 Maret 2016
S/ Nyeri pada payudara (+), pus (+), demam (-)
O/ Status Generalis : dalam batas normal
KU : Baik
TD : 110/70 mmHg
HD :80 x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 37°C
Status Lokalis :
Regio mammae sinistra
Inspeksi : tampak ulkus, produksi pus sudah mulai berkurang, kulit
hiperemis, bengkak, puting susu teregang
Palpasi : kulit mammae teraba hangat, bengkak terfiksir pada kuadran
lateral bawah, konsistensi keras, nyeri tekan (+).
A/ Abses Mammae Sinistra
P/ IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxim 2x1 gr (skin test)
Inj. Gentamicin 2x1 amp
Paracetamol 3x500 mg
Kompres hangat 1-2 menit
Diet MB
Tgl 20 Maret 2016
S/ Nyeri pada payudara (+) berkurang, pus (-), demam (-)
O/ Status Generalis : dalam batas normal
KU : Baik, Compos Mentis
Tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 20 x/menit
Temp : 36,6°C
Status Lokalis
Regio Mammae Sinistra
Inspeksi : tampak ulkus, produksi pus sudah mulai berkurang, kulit tidak
hiperemis, bengkak sudah berkurang, puting susu tidak teregang
Palpasi : kulit mammae teraba hangat, konsistensi kenyal, nyeri tekan (+).
A/ Abses Mammae Sinistra
P/ IVFD RL 20 gtt/i
Inj. Cefotaxim 2x1 gr (skin test)
Inj. Gentamicin 2x1 amp
Paracetamol 3x500 mg
Kompres hangat 1-2 menit
Diet MB
Pendidikan :
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa penyakit ini
merupakan penyakit yang disebabkan oleh pengumpulan nanah di bawah
kulit yang pada ibu hamil biasanya disebabkan oleh bakteri atau bendungan
ASI akibat kelenjar payudara tidak dikosongkan secara sempurna. Untuk
menghindari terjadi infeksi yang lebih berat, pasien dianjurkan untuk
dirawat.
Memberikan motivasi kepada pasien untuk tidak cemas dan selalu untuk
berpikiran positif mengenai bayinya, dan menganjurkan kepada pasien untuk
tetap memompa ASI nya agar bendungan pada payudara tidak semakin berat
dan mencegah agah payudara sebelah kanan juga tidak terkena infeksi.
Memberitahukan kepada pasien agar menjaga kebersihan payudara sebelum
dan sesudah memompa ASI.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan dan
sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh dalam
melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan bakteri, sel
darah putih akan mati. Sel darah putih inilah yang mengisi rongga tersebut.
Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan disekitarnya akan terdorong.
Jaringan pada akhirnya tumbuh di sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas
abses. Hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Jika suatu abses pecah didalam, maka infeksi bisa menyabar di dalam
tubuh maupun dibawah permukaan kulit, tergantung pada lokasi abses.
Abses payudara adalah akumulasi nanah pada jaringan payudara. Abses
payudara terjadi karena penanganan mastitis tidak baik, sehingga memperberat
infeksi. Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri ke
jaringan payudara. Ibu yang terkena abses payudara harus tetap memberi ASI pada
anaknya tetapi pada payudara yang sehat.
Sementara, payudara yang terdapat abses harus dipompa ASI nya untuk
mencegah status progresif dan perkembangbiakkan bakteri berlebihan. Disebut
sebagai abses puerperal yaitu abses payudara pada wanita yang menyusui.
B. EPIDEMIOLOGI
Insiden yang terjadi pada abses puerperal adalah 4,8-11% sedangkan abses
non puerperal 5,5-25%. 90% kejadian abses non puerperal periductal mastitis adalah
merokok.
C. ETIOLOGI
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus).
Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air
susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).
Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi
dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.
Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran air
susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara
lebih mudah mengalami infeksi.
Abses Payudara merupakan komplikasi yang terjadi akibat adanya infeksi
payudara. Infeksi ini paling sering terjadi selama menyusui, akibat masuknya bakteri
ke jaringan payudara. Peradangan atau infeksi payudara atau yang disebut mastitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, perembesan sekresi melalui fisura di putting,
dan dermatitis yang mengenai putting. Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan
masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan dikulit (biasanya pada
putting susu). Abses payudara bisa terjadi disekitar putting, bisa juga diseluruh
payudara.
C. GEJALA
Gejala dari abses tergantung pada lokasi dan pengaruhnya terhadap fungsi
suatu organ atau syaraf. Gejala dan tanda yang sering ditimbulkan oleh abses
payudara diantaranya :
Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak
dan adanya nyeri tekan).
Teraba massa, bisa fluktuatif ataupun oedem yang keras.
Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
Nipple discharge (keluar cairan dari putting susu, bisa mengandung nanah)
Gatal pada payudara.
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
Fissura pada putting susu.
Payudara besar, keras, lalu pecah dengan borok disertai keluarnya nanah
bercampur darah.
D. PATOFISIOLOGI
Abses dibagi menjadi abses puerperal yaitu abses pada wanita yang menyusui
dan abses sub-areolar yaitu abses pada wanita yang sedang tidak laktasi. Pada abses
puerperal fisura pada puting akan mengakibatkan inflamasi pada sub areolar,
obstruksi duktus, statis air susu, dan infeksi. Pola keterlibatan ada 3 yakni central,
perifer, dan non spesifik.
Pada yang central, lobus cepat menyebar dengan hiperemis, infeksi dengan
duktus sentral yang membesar biasanya unilocular. Pada yang periferduktus
sublobular atau infeksi di daerah sebelum galaktocel. Abses cepat menyebar dan
biasanya multilocalated. Sedangkan yang non spesifik, hiperemis dengan batas yang
tidak jelas, edema, duktus susah dibedakan, susah didiagnosis sebelum terbentuk
abses.
Abses dikulit atau dibawah kulit sangat mudah dikenali, sedangkan abses
dalam seringkali sulit ditemukan. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Jika tidak sedang menyusui, bisa ditemukan mammografi atau
biopsy payudara.
Pada penderita abses biasanya pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan
jumlah sel darah putih. Untuk menentukan ukuran dari lokasi abses dalam, bisa
dilakukan pemeriksaan roentgen, USG atau CT scan.
Suatu abses seringkali membaik tanpa pengobatan, abses pecah dengan
sendirinya dan mengeluarkan isinya. Kadang abses menghilang secara perlahan
karena tubuh menghancurkan infeksi yang terjadi dan menyerap sisa-sisa infeksi.
E. PENATALAKSANAAN
Adapun penanganan untuk absees diantaranya adalah :
Untuk meringankan nyeri dan mempercepat penyembuhan, suatu abses bisa
ditusuk dan dikeluarkan isinya dengan insisi. Insisi bisa dilakukan radial dari
tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak memotong saluran ASI.
Pemberian antibiotic.
Dapat diberikan parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan.
Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4
kali/hari.
Sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang
terkena untuk mencegah pembengkakan payudara.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri (misalnya
acetaminophen atau ibuprofen) karena kedua obat tersebut aman diberikan untuk
ibu menyusui dan bayinya.
F. PENCEGAHAN
Puting susu harus dibersihkan sebelum dan sesudah menyusui. Menyusui
secara bergantian pada payudara kiri dan kanan. Untuk mencegah pembengkakan dan
penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya. Gunakan teknik
menyusui yang benar untuk mencegah luka pada puting.
G. PROGNOSIS
Komplikasi dan keadaan yang lebih buruk dapat dapat dihindari bila
penanganan abses cepat dan tepat sasaran.
DISKUSI KASUS