Anda di halaman 1dari 8

DISKUSI TERBATAS HAKEKAT GERAKAN PRAMUKA

Disusun oleh Tim Focus Group Discussion (FGD) Tegak/Dega Nusantara.


* Diskusi tengah malam, menemani kegiatan SIDPARNAS18 di Bogor, sementara kami berkumpul di sebuah
bedeng proyek ditengah pedalaman Pulau Sulawesi dihadiri 13 orang pegiat Pramuka dari berbagai daerah
yang datang dengan semangat sukarela demi kemajuan Pramuka Indonesia, semoga setetes embun
persembahan ini dapat menjadi amal bakti kami untuk Indonesia.

1. Umum
Gerakan Pramuka yang diresmikan berdirinya pada tanggal 14 Agustus 1961 merupakan kesinambungan
gerakan kepanduan nasional Indonesia yang bertujuan menumbuhkan tunas bangsa menjadi generasi yang
dapat menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, bertanggungjawab serta mampu mengisi
kemerdekaan Indonesia.
Kepramukaan pada hakekatnya adalah suatu proses pendidikan yang menyenangkan bagi anak muda,
dibawah tanggungjawab anggota dewasa, yang dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah dan
keluarga, dengan tujuan, prinsip dasar dan metode pendidikan tertentu.
Gerakan Pramuka adalah suatu gerakan pendidikan untuk kaum muda, yang bersifat sukarela, nonpolitik,
terbuka untuk semua, tanpa membedakan asal-usul, ras, suku dan agama, yang menyelenggarakan
kepramukaan melalui suatu sistem nilai yang didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka.
2. Tujuan
Gerakan Pramuka mendidik dan membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan mntal, moral,
spiritual, emosional, social, intelektual dan fisisknya sehingga menjadi:
1) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, kuat mental, dan tinggi moral; tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilannya; kuat dan
sehat jasmaninya.
2) Warga Negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun
dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan
negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan, baik lokal, nasional maupun
internasional.
3. Prinsip Dasar
Prinsip Dasar Kepramukaan adalah:
a. Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya;
c. Peduli terhadap diri pribadinya;
d. Taat kepada Satya dan Darma Pramuka.

4. Metode Kepramukaan
Metode Kepramukaan merupakan cara belajar interaktif dan progresif melalui:
a. Pengamalan Kode Kehormatan Pramuka;
b. Belajar dengan melakukannya (berbuat);
c. Sistem berkelompok;

Tim 13 FGD TD Nusantara


d. Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan
perkembangan rohani dan jasmani peserta didik;
e. Kegiatan di alam terbuka;
f. Sistem tanda kecakapan;
g. Sistem satuan terpisah untuk putra dan putri;
h. Kiasan dasar.

KEPRAMUKAAN SEBAGAI SISTEM PENDIDIKAN


Definisi pendidikan dalam arti kata luas adalah proses sepanjang hayat yang memungkinkan seseorang
mengembangkan kapasitas dirinya sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat secara menyeluruh dan
Berbeda dengan pendidikan nonformal lainnya, Kepramukaan mencakup keempat “soko guru” pendidikan, yaitu:
belajar mengetahui, belajar berbuat, belajar hidup bersama dan belajar menjadi seseorang.
Kepramukaan memiliki sistem pendidikan terorganisasi dan lengkap dengan lima komponen utamanya, yakni:
1. Tujuan pendidikan,
yaitu pengembangan potensi anak muda sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang mandiri, yang siap
membantu sesama, bertanggungjawab dan berkomitmen.
2. Peserta didik,
yaitu anggota muda putra-putri Indonesia berusia 7 hingga 25 tahun, yang digolongkan menjadi Pramuka
Siaga, Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega.
3. Yang mendidik,
disebut pembina (bukan guru, pelatih atau instruktur), lebih bertindak sebagai kakak yang lebih dewasa yang
membantu anak mengembangkan diri, dengan menerapkan metode kepramukaan,
4. Metode pendidikan,
yaitu pendidikan diri yang progesif, tertuang dalam Metode Kepramukaan, yang merupakan titik kuat dan
kekhasan Gerakan Pramuka,
5. Materi pendidikan atau kurikulum,
tertuang dalam Program Kegiatan Peserta Didik, berbentuk kegiatan yang mengandung kaidah pendidikan.
Kegiatan yang menarik dan menyenangkan, sehat, berperaturan dan berguna, serta dilaksanakan di alam
terbuka.
Pendekatan pendidikan yang digunakan dalam kepramukaan adalah pendekatan yang utuh dan menyeluruh
(holistik). Namun demikian, kepramukaan tetap merupakan pelengkap jalur-jalur pendidikan lainnya dan memberi
kontribusi kepada keseluruhan pendidikan anak muda.

CIRI-CIRI KEPRAMUKAAN
1. Sukarela
Kepramukaan adalah gerakan pendidikan yang bersifat sukarela, tidak membedakan asal usul, suku, ras,
golongan atau agama. Sifat sukarela menggarisbawahi persyaratan bahwa para anggota bergabung atas
dasar kemauannya sendiri dan atas dasar penerimaannya secara sukarela akan asas-asas Gerakan
Pramuka. Hal ini berlaku untuk anggota muda maupun anggota dewasa.
2. Non Politik
Kepramukaan bersifat non politik, dalam arti kata Gerakan Pramuka tidak terlibat dalam perjuangan
kekuasaan yang menjadi wacana pokok dalam politik. Namun demikian tidak berarti bahwa kepramukaan
terpisah sama sekali dari realitas politik dalam suatu negara, karena:
Tim 13 FGD TD Nusantara
Gerakan Pramuka adalah gerakan yang bertujuan untuk mengembangkan kewarganegaraan yang
bertanggungjawab. Pendidikan kemasyarakatan ini tidak akan berhasil tanpa kesadaran atas realitas politik
di Indonesia
3. Bebas
Kepramukaan akan sepenuhnya mencapai tujuan pendidikannya apabila jatidirinya yang khas dapat selalu
dijaga. Gerakan Pramuka harus tetap bebas, dengan berdaulat atas kewenangan pengambilan keputusan
sendiri pada semua tingkat. Yang dimaksud bebas dalam hal ini adalah setiap penawaran atau penerimaan
bantuan, atau setiap bentuk kemitraan dengan organisasi lain, hanya dapat dibenarkan apabila menunjang
dan menumbuhkan apa yang ingin dicapai oleh Gerakan Pramuka, yaitu tujuan pendidikannya.
4. Sistem Nilai
Kepramukaan didasarkan pada suatu perangkat nilai, yaitu yang dituangkan ke dalam kode etik Gerakan
Pramuka, atau Kode Kehormatan Pramuka yang disesuaikan dengan golongan usia dan perkembangan
rohani serta jasmani anggota muda, yaitu:
- Dwisatya dan Dwidarma untuk Pramuka Siaga
- Trisatya dan Dasadarma untuk Pramuka Penggalang
- Trisatya dan Dasadarma untuk Pramuka Penegak dan Pandega
- Trisatya dan Dasadarma untuk Anggota Dewasa.
5. Persaudaraan
Hubungan antar anggota dalam Gerakan Pramuka adalah seperti layaknya hubungan antar anggota
keluarga yang didasari atas cinta kasih, keakraban, dengan diselimuti rasa kejujuran, keadilan, kepantasan
dan keberanian berkorban.
MISI KEPRAMUKAAN
Pada World Scout Conference yang bersidang di Durban, Afrika Selatan, pada bulan Juli 1999, telah diterima
secara bulat oleh seluruh organisasi kepramukaan sedunia, rumusan Pernyataan Misi Kepramukaan. Pernyataan
ini, didasarkan pada Konstitusi (Anggaran Dasar) WOSM, dimaksudkan untuk menegaskan kembali peran
Kepramukaan sekarang ini.
Misi Kepramukaan adalah turut menyumbang pada pendidikan kaum muda, melalui suatu sistem nilai yang
didasarkan pada Satya dan Darma Pramuka, guna membantu membangun dunia yang lebih baik, dimana orang-
orangnya adalah pribadi yang dirinya telah berkembang sepenuhnya dan memainkan peran konstruktif di dalam
masyarakat.
Hal ini dicapai dengan:
1. Menyertakan kaum muda dalam proses pendidikan nonformal, selama tahun-tahun pembentukan
kepribadiannya,
2. Menggunakan metode khusus yang membuat masing-masing pribadi menjadi penggerak utama dalam
pengembangan dirinya sendiri, untuk menjadi orang yang mandiri, siap membantu sesamanya,
bertanggungjawab dan merasa terpanggil,
3. Membantu mereka dalam membentuk suatu sistem nilai yang didasarkan pada asas-asas spiritual, sosial
dan personal, sebagaimana dinyatakan dalam Satya dan Darma Pramuka.

Tim 13 FGD TD Nusantara


KONDISI GERAKAN PRAMUKA SAAT INI
A. UMUM
Keadaan Gerakan Pramuka sekarang adalah hasil kumulatif pembinaan Gerakan Pramuka selama ini.
Sasaran Strategik sebagaimana dicanangkan dalam Renstra Gerakan Pramuka, belum sepenuhnya berhasil
dicapai. Rencana Kerja telah mengidentifikasi tiga bidang utama yang merupakan bidang kritis dalam
meningkatkan kepramukaan di Indonesia dan memerlukan penanganan terpadu, yaitu:
1. Pemantapan Gudep-Gudep, terutama yang berpangkalan di sekolah,
2. Pengadaan pembina-pembina Pramuka dalam skala besar, serta
3. Pemberdayaan Kwarcab.
Untuk tiga bidang tersebut, pelaksanaannya harus menyeluruh dan berkait :
a. Mulai dari tingkat Kwarnas (perumusan kebijakan umum, pengarahan, rencana dan sistem, serta
perintisan dan pengusahaan fasilitas),
b. ke tingkat Kwarda (penentuan prioritas, alokasi sumberdaya, koordinasi dan pengendalian manajerial,
sesuai dengan kondisi daerahnya),
c. Yang ditindaklanjuti pada tingkat Kwarcab dengan dibantu oleh Kwarran (menyelenggarakan
pengendalian operasional pelaksanaan program-program itu).
Di beberapa daerah hal ini sudah mulai berjalan, namun pada umumnya belum dapat dilaksanakan dengan
lancar, karena Panca Karsa Utama sebagai rencana strategik, belum tersosialisasi dengan baik dan belum
dihayati sepenuhnya dalam jajaran Gerakan Pramuka, sehingga belum berhasil mewujudkan suatu tindak
(action plan) terpadu, yang diterapkan oleh seluruh jajaran Gerakan Pramuka.
Walaupun demikian, dapat dikatakan bahwa kondisi Gerakan Pramuka pada umumnya baik. Semua program
kegiatan dan pertemuan tingkat nasional dan daerah dapat terselenggara sesuai jadwal, seperti Jambore,
Raimuna, Perkemahan Wirakarya, Lomba Tingkat, Pertisaka dan sebagainya. Demikian pula
penyelenggaraan Rakernas dan Rakerda. Untuk pertama kalinya telah pula diselenggarakan Lokakarya
Pemberdayaan Kwarcab, yang dihadiri seluruh 356 Kwarcab. Jumlah peserta Kwarcab dalam Rakernas juga
telah ditambah.
Acara-acara internasional baik pada tingkat regional Asia-Pasifik, maupun tingkat dunia, seperti antara lain
konferensi APR (Asia Pacific Region), Jambore Dunia, konferensi WOSM (World Organization of the Scout
Movement), Forum Pemuda (Youth Forum), dapat dilaksanakan dengan partisipasi penuh dan kinerja yang
memuaskan.
Pramuka tidak pernah absen dalam kegiatan masyarakat dan sangat diapresiasi masyarakat. Dalam
membantu menolong dan mengurangi penderitaan pada waktu terjadi kecelakaan atau musibah, individu-
individu maupun satuan pramuka telah pula aktif. Demikian pula dalam hal membantu menanggulangi
bencana alam dan kebakaran hutan.
Satuan-satuan Pramuka telah membuktikan selalu siap dan mampu berbakti kepada masyarakat. Kepedulian
Pramuka telah dikenal sebagai tindakan konkret dan bermanfaat langsung bagi masyarakat yang dilayani.
Yang senantiasa perlu dijaga adalah agar kesediaan Pramuka yang murni, penuh semangat sukarela dan
gembira, tidak disalahgunakan untuk tujuan atau kepentingan politik maupun bisnis golongan tertentu.
Dapat dikatakan, bahwa Pramuka Indonesia selama ini tidak berpangku tangan, untuk selalu mengadakan
kegiatan yang berguna bagi masyarakat. Penerimaan masyarakat terhadap Gerakan Pramuka cukup baik
dan mendapat dukungan dari semua pihak, baik pemerintah maupun pihak swasta dan masyarakat.

Tim 13 FGD TD Nusantara


PENYELENGGARAAN KEGIATAN
1. Gudep
Pertumbuhan yang pesat dalam jumlah anggota, dipacu oleh pembentukan Gudep-gudep berpangkalan
sekolah secara serentak. Perkembangan ini tidak terimbangi dengan tersedianya pembina pramuka yang
mahir dan kompeten, sehingga kegiatan.kepramukaan di Gudep tidak dapat diselenggarakan dengan baik.
Akibatnya, proses pendidikan di Gugusdepan tidak berjalan sebagaimana mestinya dan tanpa disadari telah
terjadi beberapa penyimpangan yang perlu dibenahi, yaitu:
a. Kepramukaan yang tergolong pendidikan luar sekolah, menjadi bagian pendidikan sekolah sebagai
kegiatan ekstrakurikuler yang diatur oleh OSIS.
b. Tata hubungan yang sudah baku di pramuka, yaitu hubungan Gudep dengan Mabigus, atau Gudep
dengan Mugus, tercampur rancu dengan tata hubungan sekolah-OSIS-BP3.
c. Pada umumnya Gugusdepan itu merupakan Gudep hanya untuk siswa sekolah itu, tidak terbuka untuk
anak luar, dan pada umumnya merupakan Gudep yang tidak lengkap, sehingga tidak mungkin menjadi
“induk” atau satuan pangkal bagi anak pramuka sepanjang ia bergiat pramuka dari awal sampai akhir.
d. Hubungan Gudep-Kwarran-Kwarcab tidak kalah pentingnya dengan hubungan Gudep yang
berpangkalan di sekolah dengan Dinas Propinsi maupun Kabupaten/Kota.
e. Hubungan pramuka dengan Pembina, tetap seperti hubungan murid dengan bapak/ibu guru.
f. Hubungan Pembina dengan Majelis Pembimbing Gudep adalah hubungan karir guru dengan kepala
sekolah.
Hal-hal tersebut telah diidentifikasi dalam Renstra, namun penanganannya secara sistematis masih belum
tampak.
2. Program Kegiatan Pramuka (Youth Programme)
Program Kegiatan kaum muda (Youth Programme) adalah totalitas apa yang dilakukan dalam kepramukaan,
bagaimana melakukannya (metode) dan mengapa dilakukan (tujuan pendidikan). Gerakan Pramuka harus
menyuguhkan kegiatan-kegiatan yang lebih menarik dan benar-benar diminati kaum muda agar mereka
dengan sukarela tetap bergabung dalam Gerakan Pramuka.
Rencana pemutakhiran dan pengembangan Program Kegiatan Peserta Didik ini belum dapat dilaksanakan
sepenuhnya karena keterbatasan tenaga, waktu dan dana.
3. Ketersediaan Pembina Pramuka Mahir
Dalam mengembangkan pribadi dan watak peserta didiknya, Kepramukaan menerapkan metode yang
disebut Metode Kepramukaan, yaitu pendidikan-diri secara progresif, dengan mendasarkan pada sistem nilai
Satya dan Darma Pramuka. Esensi Metode Kepramukaan adalah “mengeluarkan potensi dari dalam”, yang
lebih mengakar dari pada “memasukkan instruksi dari luar”. Kepramukaan lebih merupakan pendidikan orang
per orang, bukan secara kelas. Ujung tombak penyelenggaraannya, adalah para pembina pramuka di
Gugusdepan.
Perbandingan antara jumlah Pembina dengan peserta didik secara idealnya adalah 1:8, atau maksimum
1:10. Kalau jumlah peserta didik diasumsikan 10 juta anak, maka jumlah Pembina terlatih yang diperlukan
sedikitnya adalah 1 juta orang!

Tim 13 FGD TD Nusantara


Jumlah Pembina Pramuka dan Pelatih Pembina, status September 2017 adalah sebagai berikut :
- Jumlah Pembina Pramuka : 564.826
- Jumlah Pelatih Pembina : 8.063
Dari jumlah Pembina Pramuka yang terdaftar dan telah mengikuti KMD dan KML serta berstatus Pembina
Pramuka Mahir hanya 10% yang melaksanakan fungsi, peran, tugas dan tanggung jawabnya membina
Pramuka. Lagi pula, Pembina Pramuka generasi lama semakin berkurang, sedangkan regenerasi Pembina
Pramuka yang baru, belum diselenggarakan pada skala yang lebih luas.
Oleh karena itu, yang sangat memprihatinkan adalah, bahwa dalam kenyataan, penerapan Metode
Kepramukaan cenderung kurang diperhatikan, penerapannya masih jauh dari memuaskan. Sebagian besar
Pembina Pramuka dalam Gugusdepan yang berpangkalan di sekolah, berasal dari guru yang ditugaskan
menjadi Pembina. Kemungkinan besar belum KMD dan belum mengenal Metode Kepramukaan, yang sama
sekali berbeda dari metode pendidikan oleh guru. Dari jumlah Pelatih Pembina Pramuka yang terdaftar dan
telah mengikuti KPD dan KPL, hanya 5% yang melaksanakan fungsi melatih dan mengembangkan
Pembina Pramuka.
Di dalam hal ini Gerakan Pramuka dihadapkan pada masalah penawaran dan permintaan (supply and
demand) Pembina Pramuka yang sangat besar kesenjangannya.
4. Satuan Karya Pramuka (SAKA)
Satuan Karya Pramuka adalah wadah untuk pengembangan minat, pengetahuan, keterampilan dan
pengalaman para Pramuka dalam berbagai bidang kejuruan terpilih.
Dalam perkembangannya, pembinaan Saka menghadapi berbagai hambatan, terutama dalam segi
manajemen, seperti antara lain hubungan/koordinasi kwartir dengan Pimpinan Saka terutama di tingkat
daerah dan cabang yang tampaknya kurang harmonis. Selain itu, kegiatan Satuan Karya masih belum
berjalan secara teratur. Kegiatan Saka yang terlihat pada umumnya adalah hanya kegiatan bakti kepada
masyarakat. Kegiatan yang bertujuan meningkatkan minat, bakat dan ketrampilan belum kelihatan
diselenggarakan secara teratur.
Sebagai langkah awal, konsep kesakaan perlu telah diupayakan adanya peninjauan ulang dalam
bentuk Lokakarya Saka ditinjau ulang dan namun perlu lebih dikembangkan, sehingga mampu
menampung aspirasi yang berkembang, untuk kemudian diterapkan sesuai ketentuan-ketentuan
baru.

PENAMPILAN, PERILAKU DAN KINERJA PRAMUKA SEHARI-HARI


Hubungan Gerakan Pramuka dengan media masa telah terjalin dengan baik. Kerjasama dengan media elektronik
maupun cetak berjalan cukup lancar, beberapa harian di daerah mempunyai rubrik pramuka yang dimuat secara
teratur. Namun demikian, pengetahuan dan apresiasi masyarakat umum dan lembaga pemerintahan, mengenai
apa sebenarnya Kepramukaan masih kurang. Kehumasan tidak cukup hanya mengandalkan media massa luar,
yang lebih mengutamakan pemberitaan yang mendatangkan uang, seperti berita sensasional, menghebohkan
atau kontroversial.
Peningkatan citra pramuka yang paling efektif adalah penampilan sehari-hari anggota pramuka sendiri, baik secara
perorangan maupun secara berkelompok. Penampilan yang rapi, disiplin, siap menolong dan mandiri, yang
merupakan manifestasi Satya dan Darma Pramuka, akan jauh lebih besar dampaknya.
Penampilan berpakaian seragam Pramuka harus rapi dan tertib. Sikap pun harus tegap, menampakkan
jatidiri sebagai pramuka. Pakaian seragam pramuka dikenakan pada waktu melakukan kegiatan atau acara
kepramukaan. Ketentuan-ketentuan ini sering dilupakan atau tidak diperhatikan, sehingga pemakaian
Tim 13 FGD TD Nusantara
seragam menjadi sembarangan. Hal ini kemungkinan karena di sebagian besar Gudep, seragam ini
diperlakukan sebagai seragam sekolah untuk hari tertentu dan tidak ada petunjuk dan kontrol dari
pembina.
Motto Gerakan Pramuka adalah: “Satyaku kudarmakan, darmaku kubaktikan”, yang berarti komitmen untuk
mengamalkan Satya dan Darma Pramuka. Bagi pramuka siaga, secara sederhana hal ini dibekalkan sebagai
komitmen untuk “berbuat kebaikan setiap hari”, sedangkan untuk saudara-saudaranya yang lebih tua, mereka
harus senantiasa “ber-(siap) sedia”, untuk menolong orang, untuk memimpin, untuk memainkan peran konstruktif
dalam masyarakat. Hal-hal ini harus menjadi perilaku sehari-hari seorang pramuka, harus men-”darah-daging”.
Adalah kewajiban para pembina untuk mengingatkan hal ini kepada para peserta didiknya.

PENDATAAN KEANGGOTAAN DAN REGISTRASI GUDEP


Sistem pelaporan yang merupakan urat nadi sistem informasi, belum berjalan sebagaimana mestinya, terutama
karena Kwarcab belum berfungsi dan berdaya penuh. Data mengenai Gudep yang berpangkalan sekolah masih
belum dapat dikendalikan oleh Kwarcab.
Berdasarkan data dari laporan yang masuk, anggota Gerakan Pramuka status September 2017, berjumlah
16.754.539 orang, dengan perincian:
a. Pramuka Siaga putra-putri 7.893.063
b. Pramuka Penggalang putra-putri 6.862.100
c. Pramuka Penegak putra-putri 1.862.278
d. Pramuka Pandega putra-putri 137.098
Angka-angka ini tidak menggambarkan jumlah yang sebenarnya karena laporan tidak lengkap dan tidak akurat.
Beberapa daerah belum atau tidak pernah dapat melaporkan jumlah Pramuka yang sebenarnya. Beberapa daerah
melaporkan jumlah murid sekolah untuk melaporkan jumlah Pramuka Siaga atau Penggalangnya. Dengan
demikian, angka 16 juta orang itu, hanya dapat dibaca sebagai “potensi keanggotaan” anggota muda Gerakan
Pramuka.
Keputusan Ka Kwarnas No. 051 Tahun 2002 mengenai Sistem Registrasi Gudep telah dikeluarkan dan
implementasi sangat terkait dengan pemberdayaan Kwarcab

KWARTIR CABANG
Pusat kegiatan Pramuka adalah di Gugusdepan dan Satuan Karya, dan Kwartir yang langsung bertanggungjawab
atas pembinaan Gudep dan Saka adalah Kwartir Cabang. Selain itu dalam Keputusan Ka Kwarnas No. 048 Tahun
2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kwartir Cabang, telah ditegaskan pula bahwa di samping merupakan
tumpuan kegiatan dan pelatihan, serta penggerak perkembangan Gudep dan Saka, Kwarcab adalah satuan
administrasi pangkal terbawah.
Karena berbagai sebab, pada umumnya Kwartir Cabang belum dapat menyelenggarakan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik. Kendala yang dihadapi selain dana, adalah besarnya jumlah Gugusdepan yang
berada dalam lingkup wewenangnya dan tidak tersedianya tenaga staf kwartir profesional.
Pemberdayaan Kwartir Cabang sehingga dapat menyelenggarakan fungsi sebagaimana mestinya, merupakan
kondisi mutlak apabila penyelenggaraan kepramukaan akan ditingkatkan mutunya. Penerapan Keputusan tentang
Organisasi Kwarcab yang baru belum dilaksanakan.

Tim 13 FGD TD Nusantara


SIBER PRAMUKA
Pemanfaatan Internet merupakan langkah penting dan berdampak besar dalam meningkatkan pelayanan
penerangan ke luar maupun ke dalam.
Sistem informasi timbal balik yang menyalurkan kebijakan, ketentuan dan rencana-rencana serta pelaporan-
pelaporan, ternyata masih belum berfungsi dengan baik. Sebab utama kiranya tidak semata-mata pada
kekurangan teknis, melainkan mungkin lebih pada mental dan disiplin.

SUMBER DAYA KEUANGAN


Sesuai dengan Anggaran Dasar, pendapatan Gerakan Pramuka diperoleh dari iuran anggota, bantuan
pemerintah, sumbangan masyarakat, usaha dana, unit usaha yang dimiliki, dan sumber lain yang tidak
bertentangan.
Sejak tahun 2000, bantuan Presiden untuk Gerakan Pramuka tidak ada lagi, sedangkan dana abadi yang
didepositokan mengalami penurunan suku bunga dengan drastis, yang kini dikenai potongan pajak.
Kwartir daerah tidak lagi dapat hanya dapat bersandar dari bantuan pusat, melainkan harus dapat mengusahakan
sendiri pada tingkat masing-masing. Seluruh jajaran Gerakan Pramuka perlu mengembangkan sumberdaya
keuangannya masing-masing. Dengan naiknya pendapatan daerah sebagai akibat Undang-undang Otonomi
Daerah, hal ini dapat diusahakan dengan lebih mengaktifkan Majelis Pembimbing masing-masing.

MAJELIS PEMBIMBING
Dalam Pokok-pokok Pengorganisasi Gerakan Pramuka telah disebutkan betapa pentingnya fungsi dan peran
Majelis Pembimbing (Mabi). Kemampuan Gudep atau Kwartir untuk berkembang dan meningkatkan mutu
Kepramukaan, sangat tergantung dari peran Mabi di tingkatnya. Bahkan kelangsungan hidupnya pun sangat
ditentukan oleh bimbingan dan bantuan Mabi.
Di beberapa daerah, kegiatan Kepramukaan terhambat dan kurang maju karena Mabinya kurang berfungsi.
Kemungkinan besar hal ini disebabkan oleh karena:
- Anggota Mabi tidak memiliki akses yang positif ke pemerintahan dan masyarakat,
- Anggota Mabi tidak memiliki pengetahuan dan apresiasi mengenai kepramukaan.
Hal ini dapat diatasi dengan pemilihan ketua dan anggota Mabi yang selektif, serta pemberian informasi mengenai
fungsi dan tugasnya, dan orientasi mengenai seluk beluk organisasi dan kegiatan Kepramukaan.
BUKU PRAMUKA
Buku-buku kepramukaan yang berupa buku petunjuk, buku panduan dan sebagainya merupakan sarana yang
mutlak diperlukan dan sangat efektif dalam pengembangan diri. Buku-buku Kepramukaan yang telah diterbitkan
oleh Kwarnas sejak kira-kira 20 tahun yang lalu, perlu dimutakhirkan dan dikembangkan.
Kebutuhan ini sangat dirasakan oleh daerah, baik para Pembina di lapangan maupun peserta didiknya, dan di
beberapa daerah secara spontan dan sesuai dengan kemampuannya, telah diterbitkan berbagai tulisan/buku
untuk mengisi kekurangan ini. Pakar-pakar penulis yang berpengalaman praktis, terutama para mantan
pembina/pelatih Pramuka, banyak tersedia dan tersebar di daerah. Penerbitan buku kepramukaan ini harus segera
ditangani, yaitu dengan mengorganisasikan dan memadukan upaya penulisan dan penerbitan, baik di daerah
maupun di tingkat pusat.
Mari menjadi Pramuka pandai berkarya bukan hanya pandai bergaya.

Tim 13 FGD TD Nusantara

Anda mungkin juga menyukai