Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PERMULAAN DAN PERKEMBANGAN TEOLOGI PERJANJIAN LAMA

Teologi perjanjian lama merupakan bagian dari teologi perjanjian lama tidak dapat

diselidiki terlepas dari teologi Alkitabiah. Istilah teologi Alkitabiah dipakai dalam dua arti:

(1) sebuah teologi yang ajaran-ajarannya bersumber pada Alkitab dan dasarnya adalah

Alkitab atau (2) teologi yang yang dikandung oleh Alkitab itu sendiri. Kedudkan teologi

Alkitabiah dari Sebastian Schmiidt. Teologi Alkitabiah telah dibebaskan dari peranan yang

hanya sebagai tambahan pada dogmatik.

Zaman pencerahan berkembang suatu cara pendekatan penelaan Alkitab yang baru

samasekali karena beberapa pengaruh yaitu, reaksi rasionalisme terhadap supernaturalisme

dan dikembangkannya suatu hermeneutik baru yaitu metode penelitian sejarah. Telah

disebutkan bahwa pada zaman pencerahan disiplin teologi Alkitabiah telah membebaskan diri

dari peranannya sebagai tambahan terhadap dogmatik menjadi saingan dari dogmatik.

Pada pertengahan abad ke 19 sebuah reaksi konservatif yang sangat kuat menentang

pendekatan-pendekatan yang rasinal dan filosofis terhadap teologi perjanjian Lama (dan

Alkitabiah) muncul dari golongan yang menolak pendekatan yang berdasarkan penelitian

sejarah dan juga dari golongan yang berusaha memadukan suatu pendekatan historis moderat

dengan penerimaan pernyataan ilahi.

Metode yang tepat bagi teologi Alkitabiah ialah pendekatan dari sudat “sejarah awal

pertumbuhan” yang menurutnya eksegesis berdasarkan sejarah tata bahasa, bukan eksegesis

berdasarkan penelitian sejarah, yang harus digabungkan dengan suatu “proses perkembangan

organis “ dari agama perjanjian lama.

1
2

BAB II
SEKITAR MASALAH METODOLOGI

Pada tahun setelah perang dunia I muncullah kembali perdebatan tentang suatu aspek
dari soal metodologi yang berlangsung terus sampai sekarang. Perdebatan ini menyangkut
masalah apakah teologi perjanjian lama itu semata-mata bersifat deskriptif dan historis atau
merupakan suatu usaha yang normatif dan teologis.
Adapun metodologi dalam Perjanjian lama yaitu:
(a) metode didaktik-dogmatik, ialah pendekatan yang dipinjam dari teologi dogmatic
(teologi sitematika) dan bagiannya tentang Allah-manusia Keselamatan atau teologi-
antropologi-soteriologi.
(b) Metode Progresif-Genetis, ialah pendekatan yang bersifat membangun . Namun,
struktur kanonik yang terdiri atas tiga bagian ini nampaknya sangat bertentangan dan tidak
dapat didamaikan dengan metode genetis dari “perkembangan historis”.
(c) Metode Penggunaan contoh yang representative yang mewakili keseluruhan, ialah
pendekatan yang menggunakan contoh yang representative memiliki kelemahan sebagaimana
nampaknya semua jenis pendekatan yang terpusat.
(d) Metode Topikal, ialah metode yang diteliti disini memakai kombinasi dengan satu
atau dua pusat Perjajian Lama atau tanpa suatu pusat tematik yang eksplisit. Masalah-
masalah yang mendesak adalah mengenai prinsip selektivitas di satu pihak dan prinsip
kesetiaan terhadap metode yang diusulkan dipihak lainnya.
(e) Metode Diakronis, pendekatan diakronis menembus sampai ke beberapa lapisan
berturut-turut dari ayat Perjanjian Lama.
(f) Metode “Pembentukan Tradisi” tradisi dapat menjadi metode teologi Alkitabiah
karena sejarah tradisi menjangkau melampaui fakta-fakta sejarah dan gejala-geala
keagamaandan menggamarkan proses pembentukan tradisi yang hidup.
(g) Metode Dialektis-Tematik, hal ini menunjukkan bahwa ada titik temu baru dalam
teologi Perjanjian Lama menunjuk kepada suatu pemecahan atas jalan buntu metodologis.
Titik temu ini jelas didalam pendekatan terhadap Alkitabiah yang memakai hubungan tematik
dan dialektis.
(h) Metode “Teologi Alkitabiah Baru”, teologi Alkitabiah baru menghendaki adanya
tahap kedua yang berhubungan dengan pengakuan dalam arti yang sifatnya kanonik dengan
adanya suatu metode baru yang mengatasi keterbatasan-keterbatasan, penciutan-penciutan,
dan kekurangan-kekurangan penelitian sejarah.
3

BAB III
MASALAH SEJARAH, SEJARAH TRADISI,
DAN SEJARAH KESELAMATAN

Gambaran sejarah Israel sebagaimana direkonstruksikan dengan metode penelitian

sejarah, menurut istilah Von Rad, “mencari hasil minimum yang berdasarkan penelitian

bersifat pasti, sedangkan gambaran kerikmatik (tentang sejarah Israel sebagaimana dibangun

oleh imannya). Sekalipun demikian Von Rad berbicara tentang “pengalaman-pengalaman

sejarah dini” dari sejarah yang mula-mula dipandang dari segi “puisi sejarah”, “legenda”.

Bagi Von Rad penekanan sejarah dari metode tradisi menjadi dominan kembali.oleh karena

itu Hesse berpendapat bahwa suatu “pemisahan antara sejarah Israel dengan sejarah

keselamatan dalam Perjanjian Lama adalah tidak mungkin karena sejarah keselamatan itu ada

dalam bentuk tersembunyi di dalam, dengan, dan di balik sejarah Israel. Haruslah diakui

bahwa gambaran sejarah Israel yang berdasarkan penelitian sejarah memainkan peranan

penting dalam zaman modern. Secara metodologis tidaklah mungkin untuk meringkaskan

sebuah kejadian atau fakta yang actual dari tradisi Israel yang kerigmatik dan menyangkut

pengakuan dengan memakai metode penelitian sejarah.

Hubungan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru didalam kesatuan Sang

Allah itu yang bekerja baik disini maupun disana dan tetap menepati janji-Nya. Jadi

pernyataan Allah ialah makna hakiki dari sejarah, dan bukan sesuatu yang yang ditambahkan

secara khusus kepada sejarah. Dengan demikian, nampaknya mustahil untuk

mempertahankan pemisahan yang radikan di antara kedua gambaran tentang sejarah Israel,

atau diantara masa lalu dengan masa kini, atau diantara masa kini dan masa depan. Jadi kita

harus bekerja dengansuatu metode yang memperhatikan keseluruhan sejarah itu dengan

mengakui kestuan asli dari fakta-fakta dan maknanya serta suatu konsepsi tentang realitas

mutlak yang memadai.


4

BAB IV

PUSAT PERJANJIAN LAMA DAN TEOOGI PERJANJIAN LAMA

Masalah pusat ini memainkan pernan penting dan bahkan kadang-kadang menentukan

bagi penyajian teologi Perjanjian Lama. Gerakan dan pernyataan teologis didalam Perjanjian

Lama darimana suatu teologi Alkitabiah tentang Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru

dapat dibuat. Dengan demikian Perjajian Lama dan Perjanjian Baru tidak boleh dihubungkan

berdasarkan janji atau penggenapan atau kegagalan dan perwujudan, “tetapi dalam hubungan

antara awal dan kesinambungan”. Vriezen menyatakan dengan tegas bahwa “Allah

merupakan titik pusat dari seluruh tulisan Perjanjian Lama” dan mempertahankan dengan

gigih bahwa “teologi Perjanjian Lama harus berpusat pada Allah Israel sebagai Allah

Perjanjian Lama dalam hubungan-Nya dengan umat, dengan manusia, dan dengan dunia.

Adapun pernyataan tidak tegas dari Von Rad terhadap masalah pusat Perjanjian Lama

dalam hubungannya dengan pembuatan teologi Perjajian Lama memiliki makna khusus.

Karena dengan tegas ia menyatakan bahwa “berlandaskan pada Perjanjian Lama sendiri,

betul-betul sulit untuk memecahkan masalah kesatuan dari perjanjian itu tidak memiliki titik

pusat seperti terdapat dalam Perjanjian baru.


5

BAB V
HUBUNGAN ANTARA KEDUA PERJANJIAN

Teologi Perjanjian Lama merupakan bagian dari teologi Alkitabiah. Pembahasan yang
terpisah atas teologi Perjanjian lama dan Perjanjian Baru telah dihasilkan sejak tahun 1997
yaitu saat terbitnya theologie des alten testaments karangan George Lorens Bauer. Dasar dari
seluruh masalah ini bukan hanya suatu pernyataan tentang masalah teologis mengenai
hubungan timbal balik antara kedua perjanjian, tetapi juga suatu penyelidikan terhadap sifat
dari kesatuan dan perpecahan ini, apakah bahasanya, bentuk-bentuk pikirannya, atau isiya
adalah satu.

Beberapa sarjana telah membenarkan adanya masalah hubungan antara dua perjanjian
itu dengan menunjuk Perjanjian Lama sebagai sebuah kitab non-Kristen. Bagi umat Kristen
PerjanjianLama tidak lagi merupakan pernyataan sebagaiamana hal nya bagi orang yahudi
hingga kini. Jadi Perjanjian Lama merupakan prakiraan tentang Perjajian baru tidak lebih
dan tidak kurang. Dengan demikian Perjanjian Lama berisi “kesaksian suatu agama yang
diluar Injil” bila dipandang secara historis maka Perjanjian Lama memiliki suatu tempat yang
lain daripada agama Kristen, karena Perjanjian Lama merupakan kesaksian yang berasal dari
agama bukan Kristen. Oleh karena itu Perjanjian lama hanya dapat bermakna bagi orang
Kristen untuk menunjukkan kepadanya keselamatan yang terdapat dalam perjanjian baru.
Dasar kebenaran dari prosedur ini adalah kenyataan bahwa kitab-kitab Perjanjian Lama
ditulis sebelum ada kitab-kitab Perjanjian Baru.

Bila dipahami secara benar, berbagai hubungan timal balik antara kedua Perjanjian
tanpa memaksakan suatu keseragaman atas bermacam-macam kesaksian alkitabiah. Ada
kesatuan dalam perbedaan.
6

BAB VI
SARAN-SARAN POKOK UNTUK MEMBUAT
TEOLOGI PERJANJIAN LAMA

Teologi Alkitabiah harus dipahami sebagai sebuah disiplin yang bersifat historis-
teologis. Maksudnya ialah bahwa ahli teologi Alkitabiah yang terlibat dalam pembuatan baik
teologi Perjanjian Lama maupun arti teologi Perjajian Baru harus mengakui bahwa tugas nya
adalah untuk menemukan dan menguraikan apa makna asli dari ayat dan juga apa arti ayat
tersebut untuk masa kini. Bila teologi Alkitabiah dippahami sebagai sebuah disipin yang
bersifat historis –teologis, maka dengan sendirinya metodenya yang tepat harus bersifat
historis dan teologis sejak awal. sebuah teologi Perjanjian Lama memerlukan eksegese yang
berlandaskan pada prinsip-prinsip dan prosedur-proseduryang masuk akal.
Ahli teologi Alkitabiah yang terlibat dalam teologi Perjanjian Lama menunjukkan
pokok persoalannya terlebih dahulu karena usahanya itu merupakan teologi Perjanjian Lama.
Teologinya dibuat semata-mata berdasarkan materi yang diambil dari perjanjian Lama.
Penyajian teologi-teologi dari kitab-kitab atauu kelompok tulisan dalam Perjanjian
Lama akan lebih suka tidak mengikuti urutan kitab-kitab tersebut dalam urutan kanoniknya,
karena urutan ini, entah dalamm kanon ibarani atau dalamm LXX (Septuagina), dan lain-lain,
rupanya memiliki lain daripada maksud-maksud teologis..
Sebuah teologi Perjanjian Lama tidak sekedar berusaha untuk mengetahui teologi dari
berbagai kitab, atau kelompok kitab teologi Perjanjian Lama juga berusaha untuk
megumpulkan dan menyajikan tema-tema utama Perjanjian Lama.
Waktu Perjanjian lama ditanya untuk memperoleh teologinya yaitu teologi dari kitab-
kitab terpisah dan kelompok tulisan, dan kemudian memberikan teologi dari berbagai
temalongitudinal.
Ahli teologi Alkitabiah memahami teologi Perjanjian lama lebi luas dari pada “teologi
kitab suci ibrani”

Komentar

Setelah saya membaca buku ini, ada banyak pandagan mengenai kebenaran perjanjian
lama dan perjanjian baru. Adapun hal yang menarik dalam buku ini ialah bahwa Perjanjian
lama adalah kesaksian dari suatu agama dan Perjanjian Lama hanya bermakna bagi orang
Kristen untuk menunjukkan kepadanya keselamatan yang terdapat dalam perjanjian baru.

Anda mungkin juga menyukai