Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

DISUSUN OLEH:

ARI ASTUTI 1911040036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2019
1. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.

Berdasarkan JNC VII seorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah


sistolik > 140 mmHg dan diastolik > 90 mmHg. Menurut Rohaendi (2008), pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg.

2. Tanda dan Gejala

a. Sakit kepala

b. Epitaksis

c. Rasa berat ditengkuk

d. Mata berkunang-kunang

e. Mual dan muntah

f. Kelemahan/letih

g. Sesak nafas

h. Kenaikan tekanan darah dari normal

i. Penurunan kekuatan genggaman tangan

j. Pandangan mata kabur/tidak jelas

3. Pemeriksaan Penunjang
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaan retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal


dan jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urine, darah, glukosa

f. Pemeriksaan: renogram, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan


kadar urine

g. Foto dada dan CT scan

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relasasi pembuluh darah terletak


di pusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di tiraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpratis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dileaskannya norepereprin
mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap vasokontriksi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh


darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin, yang
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon yang menyebabkan retensi natrium yang
menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua faktor yang cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

5. Pathways keperawatan
Hiperglikemia, merokok, obesitas,
gaya hidup, faktor emosional

Impuls saraf simpatis


Ganglia simpatis, meuron perganglion
melepaskan asetikolin

Merangsang serabut saraf ganglion ke


pembuluh darah

Norepineprine dilepaskan

Vasokonstriksi pembuluh darah

Resiko penurunan
curah jantung Tahanan perifer meningkat
Gangguan perfusi
jaringan serebral

Peningkatan tekanan darah


Penurunan aliran
Respon gi tract
darah keginjal
meningkat
Perubahan vaskuler retina

Pengaktifan sistem renin Nausea, vomitus


angrotensin Gangguan penglihatan

Merangsang sekresi aldosteron kortek adrenal anoreksia


Resiko tinggi cidera

Tubuh kekurangan kalori


Retensi Na+H2O

Gangguan Kelemahan fisik


oeden pemebuhan nutrisi

Kelebihan vomune cairan Intoleransi aktivitas

Anda mungkin juga menyukai