Anda di halaman 1dari 23

Faktor Predisposisi

Yang termasuk faktor predisposisi adalah pengetahuan, etika, keyakinan, nilai, dan
kebutuhan yang dirasakan serta kemampuan yang berhubungan dengan motivasi kepada seorang
individu atau kelompok untuk bertindak. Hal-hal tersebut termasuk kedalam domain psikologis.
Hal tersebut termasuk dimensi kognitif dan afektif pada pengetahuan, perasaan, kepercayaan,
nilai, dan kepercayaan diri atau kepekaan. Faktor personal bisa juga mempredisposisikan
kesehatan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan, tapi kita mengecualikan ini dengan
pertimbangan karena perubahan seseorang tidak bisa terjadi dengan sendirinya pada pendidikan
kesehatan atau intervensi pendek promosi kesahatan dan psikoterapi.

Keterampilan yang ada bisa melalui faktor self- efficacy membuat seseorang cenderung
untuk mengambil tindakan. Sejauh mana orang, organisasi, atau komunitas memiliki
keterampilan tertentu atau kapasitas dapat mempengaruhi mereka untuk mengambil tindakan
tertentu, tetapi untuk sebagian besar tujuan kita mengklasifikasikan ketereampilan sebagai faktor
pendukung. Pada umumnya kita bisa berpikir untuk faktor predisposisi sebagai “pribadi”
preferensi dari seorang individu atau kelompok yang membawa pilihan perilaku atau lingkungan,
atau untuk pengalaman, pendidikan, atau organisasi. Preferensi ini mungkin juga mendukung
atau menghalangi sebuah perilaku.

Berbagai faktor demografi –misalnya status sosial ekonomi, usia, jenis kelamin, dan
banyaknya keluarga dapat mempengaruhi perilaku. Mereka tidak terdapat di dalam daftar kita
dari faktor predisposisi hanya karena mereka tidak dapat dengan mudah dan langsung
dipengaruhi oleh program promosi kesehatan. Faktor seperti itu, akan tetapi, berguna untuk
mensegmnetasi populasi didalam bagian kelompok yang mendidik dan diagnosis organisasi dari
faktor predisposisi, penguat dan pemungkin akan dilakukan. Pendekatan seperti itu bisa
membantu perencana menentukan apakah intervensi yang berbeda harus dilakukan perencana
untuk kelompok yang berdeda.

Sebagai contoh, diagnosis pendidikan dan organisasi untuk aktifitas fisik tingkat sedang
hingga berat akan menghasilkan hasil yang berbeda untuk anak-anak dan orang dewasa. Untuk
anak-anak faktor pemungkin organisasi yang penting itu adalah jenis kegiatan yang diperlukan
selama pendidikan jasmani di sekolah. Untuk orang dewasa faktor pemungkin pendidikan akan
menjadi keterampilan baru dalam menetapkan sasaran yang fleksibel untuk partisipasi dalam
aktivitas fisik. Contoh lain adalah faktor predisposisi untuk berhenti merokok pada wanita
termasuk sikap dan mengkhawatirkan tentang kontrol berat badan dan kecantikan, sedangkan
untuk pria tidak perlu mengkhawatirkan hal ini.

Pengetahuan atau kesadaran

Peningkatan pengetahuan sendiri tidak selalu hanya karena perubahan perilaku atau
ogranisasi, tetapi asosiasi yang positif diantara perubahan variabel perilaku atau organisasi
ditunjukan lebih awal. (perang dunia ke 2 ) karya cartwaright, dalam temuan terbaru dari para
Stanford five-Community Study, dan dalam penelitian yang terhitung jumlahnya dilakukan
untuk sementara. Pengetahuan kesehatan mungkin diperlukan sebelum tindakan kesehatan dapat
terjadi pada seseorang secara sadar. Tetapi tindakan kesehatan yang diinginkan mungkin tidak
akan terjadi kecuali seseorang menerima isyarat yang cukup kuat untuk memicu motivasi untuk
bertindak berdasarkan pengetahuan itu. Tinngkat ambang pengetahuan mungkin saja diperlukan
untuk beberapa tindakan terjadi, seperti mengenali gejala yang tidak normal, sebelum salah satu
akan pergi untuk cek kesehatan, tapi setelah itu tingkat pengetahuan tercapai, informasi
tambahan tidak selalu mendorong perubahan perilaku tambahan.

Pertimbangan yang sama mempengaruhi perilaku organisasi. Pengetahuan


mempengaruhi keputusan organisasi oleh mereka yang bertanggung jawab, tetapi staregi lainnya
dan pertimbangan politik harus ikut berperan dalam implementasi dalam keputusan itu. Aplikasi
dari model PRECEDE untuk keputusan kebijakan dan untuk perilaku peraturan dan organisasi
dibahsa di dalam bab 6.

Motivasi biasanya harus berasal dari sumber lain, atau sebagai tambahan pengetahuan
faktual. Kurukulum sekolah kesehatan, sebagai contoh, sering merujuk pada yang sederhana,
akal sehat bahwa pengetahuan adalah jalan terbaik untuk menuju kesehatan yang baik.
Pendukung posisi yang berlawanan berpendapat bahwa tujuan pengetahuan terlalu “lunak” dan
tidak berwujud untuk digunakan sebagai kriteria prorgam yang efektif di dalam kurikulum
sekolah. Lebih jauh lagi berdasarkan mereka menyatakan bahwa siswa seangkatan kecewa dan
bosan. Omong kosong! Siswa tidak di matikan oleh fakta. Mereka dimatikan oleh moral,
cakupan materi yang dangkal, taktik yang menyeramkan, dan presetasi dengan metode yang
membosankan.

Itu sama menggelikannya dengan mengatakan pegetahuan tidak membuat perubahan


seperti yang dikatakan membuat semua berbeda. Perspektif yang sepantasnya adalah yang
seimbang: faktor pengetahuan itu perlu tetapi biasanya tidak cukup dalam mengubah individu
atau perilaku bersama. Dan sama saja bisa dikatakan untuk setiap faktor lain didalam kategori
predisposisi. Untuk mengulangi: sebuah kombinasi dari faktor mendefinisikan motivasi, dan
kombinasi dari faktor intervensi promosi kesehatan.

Perubahan kesadaran atau pengetahuan, seperti perubahan lainya di dalam sistem faktor
predisposisi yang kompleks, juga membawa beberapa perubahan di area lain karena keinginan
masusia untuk konsisten. Perilaku tidak akan segera berubah sebagai tanggapan kesadaran atau
pengetahuan yang baru, tetapi efek kumulatif dari kesadaran yang meningkat, peningkatan
pemahaman, dan perintah yang besar (kenali dan ingat) fakta meresap kedalam sistem
keyakinan, nilai, sikap, niat, dan kepercayaan diri, dan akhirnya menjadi perilaku.
Keyakinan ,Nilai, dan Sikap

Keyakinan, nilai dan sikap konstruksi independen, namun perbedaan di antara mereka
sering kali baik dan rumit. Karena kami peduli terutama dengan praktek daripada penelitian,
kami memeriksa faktor ini dengan praktis, percaya bahwa mereka yang tertarik dalam analisis
detail akan terlihat lebih lanjut dalam teori dan peneliatian kepustakaan.

Keyakinan. Sebuah keyakinan adalah yakin bahwa suatu fenomena atau objek adalah benar atau
nyata. Iman, kepercayaan, dan kebenaran adalah kata-kata yang digunakan untuk
mengekpresikan atau menyiratkan kepercayaan. Orientasi kesehatan pernyataan keyakinan
termasuk : “saya tidak percya obat itu bisa bekerja” ; “ berlatih tidak akan membuat perubahan” ;
“ ketika waktu mu sudah habis, waktu mu habis, dan kamu tidak bisa melakukan apa-apa dengan
itu”. Jika kepercayaan yang ada seperti ini sangat kuat, sampai sejauh mana mereka akan
mengganggu kesehatan yang baik? Bisakah mereka berubah? Akan memudahkan perubahan
perilaku promosi kesehatan?

Health Belief Model dikembangkan dan dinilai oleh berbagai penulis, upaya untuk
menjelaskan dan memprediksi perilaku terkait kesehatan dalam hal pola keyakinan tertentu.
Berdasarkan model ini model ini didasarkan pada asumsi berikut tentang perubahan perilaku:

1. Orang itu harus percaya bahwa kesehatannya membahasayakan. Untuk penyakit


tanpa gejala seperti hipertensi atau kanker dini, orang tersebut harus percaya bahwa
dia dapat memilikinya dan tidak merasakan gejalanya.
2. Orang tersebut harus merasakan potensi keseriusan dari kondisi dalam hal rasa sakit
dan ketidaknyamanan, waktu bekerja yang terbuang-buang, kesulitan ekonomi, dan
seterusnya.
3. Pada penilaian keadaan, orang tersebut harus percaya manfaat yang berasal dari
perilaku yang direkomendasikan melebihi biaya dan ketidaknyamanan dan tidak
mungkin dan dalam genggamannya.
4. Harus ada “isyarat untuk bertindak” atau kekuatan pemicu yang membuat orang itu
merasa perlu untuk melakukan tindakan.

Point terakhir adalah yang mendasar bagi seluruh model. Pendidikan kesehatan bisa
menyediakan syarat untuk bertindak jika faktor predisposisi diwakili dengan diagnosis
kepercayaan kesehatan yang benar. Contoh dari aplikasi dan eksperimen yang spesifik test dari
model kepercayaan kesehatan untuk edukasi diagnosis dan evaluasi bisa ditemukan di dalam
studi penentuan setiap tindakan atau masalah kesehatan berikut: AIDS dan penyakit menular
seksual lainnya, praktik kontrasepsi, diabetes, alkohol dan mengemudi, perawatan anak dan
perilaku kesehatan anak, partisipasi dalam program skrining, menggunakan pelayanan kesehatan
di klinik, perilaku diet, asma, konseling genetik dan skrining, pemeriksaan payudara sendiri,
imunisasi, kepatuhan pasien terhadap tindakan medis, merokok, hipertensi, perilaku dokter
dalam pendidikan kepada pasien dan promosi kesehatan,rehabilitasi jantung, tuberkulosis,
perilaku kesehatan gigi, pekerjaan yang berhubungan dengan terapi, sindrom syok yang
disebabkan racun, latihan dan aktifitas fisik, berbgai macam praktik kesehatan prefentif, petunjuk
umum, dan faktor predisposisi lainnya yang berhubungan dengan kepercayaan.

Dua dimensi health belief model percaya pada kerentanan dan tingkat keparahan
akibatnya bisa diartikan sebagai takut terhadap penyakit atau kondisi atau perilaku. Ketakutan
adalah kekuatan yang memotivasi dengan kuat, tapi itu berisi dimensi kecemasan diluar
keyakinan itu sumber kecemasan seperti itu adalah keyakinan pada kerentanan dan keparahan di
kombinasikan dengan sara putus asa atau ketidakberdayaan dalam melakukan apa pun tentang
ancaman tidak jelas atau tersebar. Kombinasi ini menghasilkan respons penerbangan yang sering
bermanifestasi sebagai penolakan atau rasionalisasi ancaman sebagai tidak nyata. Demikian,
gairah rasa takut pada pesan pendidikan kesehatan bisa menjadi bumerang kecuali pesan
ketakutan yang timbul disertai dengan tindakan segarayang dapat dilakukan orang tersebut untuk
mengurangu rasa takut.

Nilai. Budaya, perspektif antar generasi dalam hal konsekuensi mencerminkan nilai-nilai
yang dipegang setiap orang, nilai-nilai cenderung m engelompok dalam kelompok etnis dan
lintas generasi denga orang yang memiliki identitas sejarah dan geografi yang sama. Akhirnya
mereka adalah dasar untuk membenarkan sindakan seseorang dalam moral atau etnis . nilai-nilai
yang menopang benar atau salah, dimensi orang baik dan buruk terlihat dari perilaku spesifiknya.

Laki-laki: apakah saya mendengar anda mengatakan bahwa anda kan mencoba terjun
payung?

Perempuan: tentu saja tidak!

Laki-laki: mengapa tidak?

Perempuan: karena saya menghargai hidup saya, itu sebabnya tidak!

Laki-laki: apakah kamu juga menghargai kesehatan mu?

Perempuan: oh iya tentu saja

Laki-laki: lalu mengapa kamu merokok?

Perempuan:karena saya menikmati rokak dan ini membantu untuk saya menajdi tenang.

Laki-laki; jika itu masalahnya, dapatkah kamu mengatakan dengan jujur bahwa kamu
menghargai kehidupan mu?

Perempuan: tentu saya bisa, ini bukan berarti saya tidak menghargai hidup dan kesehatan
saya tapi saya juga menghargai hal-hal lain, diantaranya kesenangan merokok. Ada
masalah apa dengan itu?
Tak perlu dikatakan bahwa nilai-nilai pribadi tak terpisahkan dengan pilihan
terkait perilaku. Dalam skenario sebelumnya, orang yang menghargai hidup, kesehatan,
dan merokok juga, mengungkapkan konflik tentang nilai.nilai sering bertentangan
dengan yang lainnya. Menurut mantan Menteri kesehatan Nasional dan Kesejahteraan
Kanada “kebanyak orang kanada sejauh ini lebih suka kesehatan yg baik daripada
penyakit, dan umur panjang untuk yang singkat tetapi, sementara individu disiapkan
untuk mengorbankan sejumlah kesenangan sesaat agar tetap sehat, mereka tidak
mempersiapkan untuk melupakan kesenangan diri sendiri atau mentolerir semua
ketidaknyamanan demi mncegah pentyakit.

Dalam jangka pendek edukasi kesehatan atau program promosi kesehatan,


seseorang tidak menetapkan untuk mengubah nilai. Seseorang justru berusaha untu membantu
orang mengenali ketidakkonsistenan antara nilai-nilai mereka (biasanya prohealth) dan perilaku
mereka atau lingkungan (sering antihealth) mengakui nilai-nilai yang dipegang teguh dalam
kelompok etnis, kelompok usia, dan dan subpopulasi lain yang ditentukan secara demografi
lainnya yang memberikan indikator yang segera dan efisien dari titik awal untuk analisis faktor
predisposisi dalam segmen populasi.

Etika. Sesudah motivasi, salah satu kata yang samar namun paling sering digunakan dan
disalah gunakan dalam ilmu perilaku adalah sikap. Untuk menjaga masalah tetap pendek dan
sederhana, kami menawarkan dua definisi itu, dalam kombinasi, mencakup unsur-unsur utama
dari sikap. Mucchielli menggambarkan sikap seperti “kecenderungan pikiran atau perasaan yang
relatif konstan terhadap kategori objek, orang, atau situasi tertentu”. Krischt memandang sikap
sebagai kumpulan kepercayaan yang selalu mencakup aspek evaluatif, yaitu, sikap selalu dapat
dinilai dari segi positif dan negatif. Mereka berbeda dari nilai melekat pada objek, orang, atau
situasi tertentu berdasarkan pada satu atau lebih nilai. Dalam hirarkinya diajukan oleh Rokeach,
nilai adalah nilai yang mendalam karena kurang berubah dari sikap dan keyakinan.

Perlu diingat 2 kunci konsep: (1) sikap adalah perasaan yang cukup konstan diarahkan
pada suatu objek (baik itu orang, tindakan, situasi, atau ide) dan (2) yang melekat pada struktur
sikap: adalah evaluasi, dimensi buruk dan baru. Kita memperoleh pemahaman lebih lanjut
tentang struktur suatu sikap dengan memeriksa satu teknik yang sering digunakan untuk
mengukur sikap: perbedaan semantik. Teknik ini disebut orang untuk merespon konsep dengan
membuat tanda pada sebuah kontinum antara antonim. Misalnya kita ingin mengukur sikap yang
diungkapkan wanita itu dalam dialog terjun payung dan merokok. Setelah mendenagar
percakapannya denagan pria itu kita sudah memiliki gagasan tentang sikapnya,; tapi kita ukur
mereka sama saja.
Konsep : Merokok

Baik _ x _ _ _ _ Buruk

Cukup _ _ x _ _ _ Jelek

Menyenangkan x _ _ _ _ _ Menyedihkan

Dilihat dari percakapan dan responnya, itu jelas bahwa sikapnya terhadap skydiving dan merokok
tetap bertentangan arah. Karena semuanya konstan dan mungkin saja kuat. Kita juga bisa melihat
penilaian wanita (dalam hal baik dan buruk) dari konsep: Dia menghindari tanggapan netral pada
kontinum.

Hubungan antara perilaku dan konstruksi seperti sikap, kepercayaan, dan nilai, meskipun tidak
sepenuhnya dipahami, memberikan banyak bukti tentang asosiasi. Analisis menunjukkan, bahwa sikap
sampai taraf tertentu pada penentu, komponen, dan konsekuensi dari kepercayaan, nilai, dan perilaku. Ini
memberikan alasan yang cukup untuk peduli dengan sikap, kepercayaan, dan nilai sebagai faktor
predisposisi yang saling terkait.

SELF EFFICACY DAN TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL

Pendatang baru penelitian perilaku kesehatan adalah konsep self efficacy sebagai penentu perilaku.
Konsep dari teori pembelajaran sosial ini sangat istimewa, memiliki daya tarik bagi pendidik kesehatan46
dan orang lain dalam promosi kesehatan47 dan pasien pendidikan48. Daya tarik konsep self efficacy dalam
promosi kesehatan adalah mungkin karena ia mengungkapkan dengan ringkas tujuan dominan yang
dianggap berasal dari promosi kesehatan. Sebagaimana dinyatakan oleh Piagam Ottawa, "promosi
kesehatan adalah proses mempengaruhi orang untuk meningkatkan kontrol atas, dan untuk meningkatkan,
kesehatan mereka". Self efficacy menunjukan keadaan mental atau kognitif untuk mengambil kendali50.

“Inti dalam konsep pembelajaran sosial adalah gagasan bahwa orang mengatur diri sendiri
lingkungan dan tindakan mereka. Meskipun orang dipengaruhi oleh lingkungan mereka namun, mereka
juga membantu menciptakan lingkungan mereka"51. Konsep timbal balik ini determinisme adalah
pelepasan sosial dari teori utama pengkondisian operan teori, yang cenderung menunjukkan semua
perilaku sebagai produk satu arah dari lingkungan. Determinisme timbal balik dan konsep-konsep yang
terkait dengan manajemen diri dan diri kontrol membuat teori belajar sosial cocok untuk integrase
kerangka PRECEDE dan PROCEED dan pengembangan pendekatan pendidikan untuk promosi
kesehatan.
Pembelajaran terjadi melalui tiga proses: (1) pengalaman langsung, (2) pengalaman tidak
langsung atau perwakilan dari mengamati orang lain (pemodelan), dan (3) menyimpan dan memproses
informasi kompleks dalam operasi kognitif yang memungkinkan untuk mengantisipasi konsekuensi
tindakan, mewakili tujuan dalam pemikiran, dan menimbang bukti dari berbagai sumber untuk menilai
kemampuannya sendiri. Diluar proses ketiga datang penilaian diri spesifik situasi yang membuat individu
lebih atau kurang percaya diri dalam mengambil perilaku baru dalam situasi yang mungkin mengandung
keadaan baru, tidak terduga, atau penuh tekanan. Self efficacy maka, adalah persepsi kapasitas diri
seseorang untuk sukses dalam mengatur dan menerapkan pola perilaku yang baru, sebagian besar
didasarkan pada pengelaman dengan tindakan serupa atau keadaan yang ditemui atau diamati di masa
lalu.

Selain pengaruh mereka pada perilaku, efikasi diri mempengaruhi pola pemikiran dan reaksi
emosional yang dapat meredakan kecemasan dan meningkatkan kemampuan mengatasi Interaksi ini
membuat peningkatan self-efficacy sangat membantu orang berusaha untuk berhenti merokok dan
memodernisasi kecanduan dan kompulsif lainnya pola perilaku di mana mereka mengalami kegagalan
dan kambuh, 53 termasuk makan berlebihan. 54

Variabel self efficacy telah terbukti sangat berguna dalam perencanaan kesehatan program
promosi menggunakan media massa, dengan model peran untuk proses pembelajaran dan pembuatan
model perwakilan dan untuk instruksi dalam pengendalian diri.55

Instrumen pengukuran untuk menilai efikasi diri telah berkembang secara bertahap dalam
beberapa tahun terakhir. Skala efikasi diri telah divalidasi, misalnya untuk diet dan perilaku olahraga
terkait kesehatan, 56 dan untuk menurunkan berat badan. 57
Tinjauan atas literatur untuk mengidentifikasi
kemajuan pengukuran terbaru selalu disarankan sebelum memulai survei untuk menilai salah satu faktor
predisposisi.

BEHAVIORAL INTENTION

53
Inti dari teori tindakan beralasan adalah konsep Behavioral Intention atau niat berperilaku.
Teori tindakan beralasan menyatakan bahwa langkah terakhir dalam proses predisposisi sebelum tindakan
aktual terjadi adalah merumuskan niat perilaku. Langkah ini dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku dan
oleh persepsi norma-norma social yang disukai untuk berperilaku. Sikap ini, pada gilirannya, dipengaruhi
oleh kepercayaan mengenai kemanjuran tindakan dalam mencapai hasil yang diharapkan dan oleh sikap
terhadap hasil tersebut. Persepsi norma sosial dipengaruhi oleh kepercayaan tentang kekuatan pendapat
orang lain tentang perilaku dan oleh orang itu sendiri motivasi untuk mematuhi orang-orang penting
lainnya.

Penerapan teori tindakan yang beralasan dalam studi perilaku kesehatan dapat dilakukan
59 60 61 62
ditemukan dalam literatur tentang kesehatan gigi, merokok, perilaku daur ulang, alkohol,
63 64
penyalahgunaan obat-obatan, penggunaan sabuk pengaman, dan praktik kontrasepsi.65 Proyek
pencegahan merokok berbasis sekolah di Belanda secara khusus mengintegrasikan teori tindakan
beralasan dengan model PRECEDE untuk merancang intervensi yang terbukti efektif dalam mengurangi
penggunaan rokok.66 Data longitudinal dari dua kota di Indonesia survei mana yang dilakukan sebelum
dan sesudah kampanye HealthStyle nasional disediakan untuk analisis komparatif kekuatan prediksi
beberapa model termasuk teori tindakan yang beralasan (lihat Mullen et al., referensi 13).

EXISTING SKILL

Seseorang dapat datang ke situasi pendidikan yang sudah memiliki keterampilan untuk
mengambil tindakan tertentu. Keterampilan seperti itu dapat mempengaruhi orang tersebut untuk
bertindak dengan cara tertentu. Sebagai contoh, seorang ibu yang berpengalaman mungkin sudah
memiliki keterampilan menyusui. Ketika dia melahirkan anak lain, keterampilan itu mungkin
membuatnya cenderung untuk menyusui anak itu. Sang ibu memiliki self efficacy yang tinggi tentang
menyusui karena dia telah berhasil menyusui di masa lalu, dia telah merumuskan perilaku niat untuk
menyusui karena dia sebelumnya memiliki keterampilan. Dengan demikian, keterampilan yang ada
terkait erat dengan self efficacy dan behavioral intention.

Self efficacy dan kemanjuran diri dapat dihubungkan dengan keterampilan yang sudah ada dan
dengan demikian tidak perlu dipelajari untuk situasi perilaku kesehatan tertentu. Misalnya, kemampuan
67
untuk menolak tekanan teman sebaya dikaitkan dengan tidak merokok remaja. Jika seseorang tidak
memiliki keterampilan untuk tindakan tertentu, maka akuisisi keterampilan tersebut menjadi faktor yang
memungkinkan untuk melakukan tindakan. Beberapa program pencegahan merokok telah memasukkan
pelatihan keterampilan dalam melawan tekanan teman sebaya untuk merokok untuk membantu para siswa
yang belum memilikinya keterampilan. 68

ENABLING FACTORS (FAKTOR PEMUNGKIN)

Faktor pemungkin, seringkali kondisi lingkungan yang memfasilitasi kinerja dari suatu tindakan
oleh individu atau organisasi; termasuk ketersediaan, aksesibilitas, dan keterjangkauan layanan kesehatan
dan sumber daya masyarakat. Termasuk kondisi kehidupan yang bertindak sebagai penghalang untuk
bertindak, seperti ketersediaan transportasi atau perawatan anak untuk melepaskan seorang ibu dari
tanggung jawab yang lama cukup untuk berpartisipasi dalam program kesehatan. Faktor-faktor yang
memungkinkan juga mencakup keterampilan baru bahwa seseorang, organisasi, atau masyarakat perlu
melakukan perubahan perilaku atau lingkungan.

Faktor pemungkin akan menjadi target langsung organisasi masyarakat dan intervensi pelatihan
dalam program Anda. Mereka terdiri dari sumber daya dan keterampilan baru yang diperlukan untuk
melakukan tindakan kesehatan dan tindakan organisasi yang diperlukan untuk memodifikasi lingkungan.
Sumber daya termasuk organisasi dan aksesibilitas fasilitas perawatan kesehatan, personel, sekolah, klinik
penjangkauan, atau apa pun sumber daya yang serupa. Keterampilan kesehatan pribadi, seperti yang
dibahas dalam literatur pada perawatan diri dan pendidikan kesehatan sekolah, dapat memungkinkan
tindakan kesehatan khusus, Keterampilan dalam mempengaruhi masyarakat, seperti melalui aksi sosial
dan perubahan organisasi, dapat memungkinkan tindakan diarahkan untuk mempengaruhi lingkungan
fisik atau perawatan kesehatan.

Dalam makalah posisi tentang enabling factors, Milio berpendapat bahwa perilaku kesehatan
suatu populasi mungkin dibatasi oleh sejauh mana sumber daya kesehatan dibuat tersedia dan dapat
diakses: "Perilaku organisasi ... mengatur rentang opsi tersedia untuk individu untuk membuat pilihan
pribadi mereka. "71

Untuk merencanakan intervensi yang diarahkan untuk mengubah faktor-faktor yang


memungkinkan, perencana promosi kesehatan menilai ada tidaknya faktor-faktor pendukung dalam
komunitas yang diminati. Ini panggilan untuk diagnosis organisasi sumber daya dan diagnosis pendidikan
keterampilan yang diperlukan.

LINGKUNGAN PERAWATAN KESEHATAN

Faktor-faktor yang memungkinkan untuk perilaku perawatan kesehatan atau perawatan medis
termasuk perawatan kesehatan sumber daya seperti klinik penjangkauan, rumah sakit, ruang perawatan
darurat, kesehatan penyedia perawatan, kelas dalam perawatan diri, dan fasilitas, program, atau personel
lainnya. Biaya, jarak, transportasi yang tersedia, jam buka, dan sebagainya adalah enabling faktor-faktor
yang mempengaruhi ketersediaan dan aksesibilitas layanan perawatan kesehatan.

Misalkan upaya pendidikan yang dimaksudkan dengan baik berhasil meningkatkan atau menarik
motivasi anggota kelompok sasaran untuk memanfaatkan layanan medis di daerah mereka, tetapi
penyedia layanan kesehatan di daerah itu tidak dikonsultasikan. Jika mereka, mereka akan
memperingatkan bahwa fasilitas yang ada terlalu padat dan penyedia terlalu banyak bekerja dan tidak
mau mengambil lebih banyak bekerja tanpa perluasan fasilitas dan penambahan personel.
Apa kemungkinan hasilnya? Peserta dalam program ini, kehilangan layanan mereka yang
dibutuhkan dan dijanjikan, dapat menjadi kecil hati dan merasa telah "mengecewakan." Penyedia layanan
kesehatan mungkin menjadi marah dan terasing dari kesehatan upaya pendidikan karena mereka tidak
dianggap dan dibuat terlihat buruk tidak memberikan layanan yang dijanjikan. Siklus janji temu yang
rusak seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.2 kemungkinan akan berkembang.

Sebagaimana ditekankan dalam buku ini, perilaku kesehatan memiliki banyak penyebab, jadi
upaya satu dimensi untuk memengaruhi perilaku jarang menghasilkan hasil yang diinginkan. Di contoh
ini, pendidikan kesehatan untuk pemanfaatan layanan medis yang lebih baik, tanpa memperhatikan
faktor-faktor pendukung untuk pemanfaatan itu, akan gagal mencapai hasil yang diinginkan.

PENGARUH LINGKUNGAN LAINNYA

Kondisi lingkungan dapat memengaruhi faktor risiko perilaku pada suatu penyakit,
baik dalam keadaan sehat maupun tidak. Ketersediaan, aksesibilitas, dan rendahnya biaya
produk konsumen yang tidak buruk adalah faktor pendukung penting yang mempengaruhi
perilaku kesehatan di Amerika Serikat saat ini. Contohnya pabrik rokok yang memungkinkan
perokok nya adalah remaja bahkan ketika ada peraturan hukum yang melarang penjualan kepada
anak di bawah umur; perangkat hemat tenaga kerja, yang membuat gaya hidup tidak banyak
bergerak; makanan cepat saji yang enak tetapi sering terlalu tinggi garam dan lemak; dan
minuman beralkohol yang di jual di acara olah raga yang menempatkan tukang mabuk di kursi
pengemudi di jalan pulang.

GAMBAR 5.2

(Siklus pertemuan dokter-pasien yang tidak benar)

Contoh faktor-faktor pendukung lingkungan yang dapat menangkal pengaruh buruk ini
adalah ketersediaan dan biaya program berhenti merokok, fasilitas olahraga, dan makanan sehat,
dan penegakan hukum yang melarang penjualan alkohol ke anak di bawah umur atau penjualan
alkohol di acara olah raga. Untuk faktor risiko perilaku berisiko prioritas yang diidentifikasi
dalam diagnosis perilaku, faktor-faktor pendukung lingkungan dapat diidentifikasi. Untuk
merokok, faktor-faktor pendukung lingkungan yang ditemukan memiliki pengaruh adalah biaya
rokok, aksesibilitas rokok, dan larangan merokok, ketersediaan program berhenti merokok dan
pencegahan merokok, dan alat bantu berhenti merokok seperti permen nikotin.

Faktor-faktor pendukung yang dapat mencegah penyalahgunaan alkohol di kalangan anak


muda adalah alternatif waktu luang seperti program olahraga dan rekreasi, kegiatan setelah
sekolah, dan acara sosial bebas alkohol; pengawasan orang dewasa; dan regulasi penjualan
alkohol melalui outlet ritel. " Acara kelulusan menunjukkan bahwa perayaan bebas bahan kimia
dapat mengurangi jumlah kematian, cedera akibat alkohol atau narkoba, dan penangkapan karena
mengemudi di bawah pengaruh alkohol. Gambar 5.3 menunjukkan bahwa penurunan drastis
dalam kematian di jalan raya remaja yang terkait dengan alkohol setelah dimulainya acara
kelulusan.

Untuk mendorong aktivitas fisik pada orang dewasa, faktor-faktor pendukung lingkungan
adalah program yang menekankan pada kurang olah raga dan semakin memburuk tiap harinya;
gaya hidup aktivitas fisik, ketersediaan fasilitas olahraga; biaya yang murah; dan lingkungan
yang mendukung untuk aktivitas fisik itu sendiri.

GAMBAR 5.3.

Kematian terkait kendaraan bermotor di antara penduduk berusia 15-19 tahun yang melibatkan
remaja yang mengemudi di bawah pengaruh alkohol selama periode kelulusan, 15 Mei - 15 Juni
1975-1984, di Maine. [Dari C.Mowatt, et al., Morbidity and Mortality Weekly Report 34
(1985): 233-5.]

KETERAMPILAN BARU

Istilah keterampilan seperti yang di terangkan di sini mengacu pada kemampuan


seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang membentuk perilaku yang berhubungan dengan
kesehatan. Keterampilan untuk promosi kesehatan mencakup kemampuan untuk mengendalikan
faktor risiko personal suatu penyakit, keterampilan dalam penggunaan perawatan medis yang
tepat, dan keterampilan dalam mengubah lingkungan. Contohnya termasuk penggunaan teknik
relaksasi yang tepat dan kemampuan untuk melakukan pengeluaran yang tepat, penggunaan
berbagai instrumen medis dan prosedur diagnostik yang sering diperlukan dalam program
perawatan diri, dan penggunaan efektif dari suara yang memilih dan yang membangun koalisi
dan masyarakat Mengorganisir potensi untuk membawa perubahan di lingkungan atau
komunitas tersebut.

Untuk setiap prioritas perilaku yang diidentifikasi dalam diagnosis


perilaku,keterampilan yang dibutuhkan harus diidentifikasi. Untuk pencegahan merokok,
keterampilan yang dibutuhkan adalah menahan tekanan teman sebaya untuk merokok, sedangkan
untuk berhenti merokok keterampilan yang di sebutkan adalah mengatasi dan relaksasi. Untuk
aktivitas fisik, keterampilan dalam penetapan tujuan yang fleksibel dapat meningkatkan
kepatuhan terhadap program latihan.

Program promosi kesehatan yang bekerja untuk meningkatkan kemampuan orang


untuk mengubah lingkungan mereka perlu mengetahui apakah orang tersebut memiliki
keterampilan untuk mempengaruhi organisasi atau komunitas mereka. Termasuk mungkin
keterampilan dalam pengorganisasian masyarakat, pembangunan koalisi, penggalangan dana,
negosiasi, bekerja dengan media, menulis, dan berbicara.
Menilai sejauh mana anggota populasi target memiliki keterampilan yang memungkinkan
dapat memberi perencana wawasan yang berharga tentang komponen-komponen program yang
mungkin. Kegagalan untuk mempertimbangkan dampak dari faktor-faktor yang memungkinkan
pada pencapaian tujuan perilaku dapat menyebabkan masalah serius yang mengancam
keberhasilan program.

REINFORCING FACTORS (FAKTOR PENGUAT)

Faktor-faktor yang memperkuat adalah konsekuensi dari tindakan yang menentukan


apakah pelaku menerima umpan balik positif (atau negatif) dan didukung oleh dukungan sosial
setelah itu terjadi. Faktor-faktor penguat mencakup dukungan sosial, pengaruh teman sebaya,
dan saran serta umpan balik oleh pelayanan kesehatan. Faktor-faktor penguat juga termasuk
konsekuensi fisik dari perilaku, yang mungkin terpisah dari konteks sosial. Contohnya termasuk
perasaan kesejahteraan (atau rasa sakit) yang disebabkan oleh latihan fisik dan pengurangan
gejala pernapasan setelah penggunaan obat asma yang benar.

Manfaat sosial (seperti pengakuan), manfaat fisik (seperti kenyamanan, kenyamanan,


menghilangkan ketidaknyamanan atau rasa sakit), imbalan nyata (seperti manfaat ekonomi atau
penghindaran biaya), dan imbalan imajiner atau perwakilan (seperti peningkatan penampilan,
kemandirian). rasa hormat, atau pergaulan dengan orang yang dikagumi yang menunjukkan
perilaku) semuanya memperkuat perilaku. Faktor-faktor penguat juga termasuk konsekuensi
buruk dari perilaku, atau "hukuman," yang dapat menyebabkan kepunahan perilaku positif.
Penguatan negatif adalah konsekwensi dari perilaku alternatif yang salah. Untuk individu, ini
mungkin termasuk "tinggi" yang memberi penghargaan kepada penyalah guna narkoba,
peninggalan ketegangan yang mensekwensi perokok, atau penyamaran emosi yang mengarah
pada makan kompulsif. Untuk organisasi, ini mungkin memasukkan keuntungan yang diperoleh
dari mempromosikan produk berbahaya atau savinggs yang diperoleh dari seorang pencemar
dalam proses pembuatan. Perubahan perilaku organisasi dapat diperkuat dengan insentif dan
denda pajak atau denda yang mendukung produk yang tidak berpolusi atau mencegah yang
berpolusi.

Untuk setiap perilaku prioritas dari diagnosis perilaku, faktor penguat yang penting dapat
ditentukan. Untuk penghentian merokok, misalnya, bala bantuan dapat dicari dalam bentuk
dukungan sosial dari teman sebaya dan pasangan dan saran dari penyedia layanan kesehatan. ""
Iklan rokok dan alkohol memberikan penguatan perwakilan untuk terus merokok atau minum.
Dukungan keluarga dan pasangan, saran dan rekomendasi oleh penyedia layanan kesehatan,
adalah penguat untuk kepatuhan terhadap program kegiatan fisik. Antisipasi penguatan (atau
hukuman) dapat terjadi sebelum perilaku. Penguatan yang diantisipasi tersebut mempengaruhi
kinerja perilaku selanjutnya.

Penerimaan sosial (atau ketidaksetujuan) dengan demikian dapat menjadi faktor penguat.
Beberapa faktor penguat yang menyediakan penguatan sosial dapat menjadi faktor pendukung.
jika mereka menghasilkan dukungan sosial yang berkelanjutan, seperti bantuan keuangan atau
transportasi, atau bahkan saran yang ramah.Penguatan juga dapat berubah-ubah, seperti
memodelkan perilaku setelah kepribadian televisi atau orang yang menarik dalam iklan yang
tampaknya menikmati perilaku tersebut.

Sumber penguatan, tentu saja bervariasi tergantung pada tujuan dan jenis programnya
baik pada pengaturan. Dalam program promosi kesehatan kerja, misalnya, penguatan dapat
diberikan oleh rekan kerja, pengawas, pemimpin serikat pekerja, dan anggota keluarga. Dalam
pengaturan pendidikan pasien, penguatan dapat berasal dari perawat, dokter, sesama pasien dan
anggota keluarga.

Apakah penguatan itu positif atau mengecewakan tergantung pada sikap dan perilaku
orang-orang penting, beberapa di antaranya akan lebih berpengaruh daripada yang lain dalam
mempengaruhi perilaku. Misalnya, dalam program pendidikan kesehatan sekolah menengah
atas, di mana penguatan mungkin berasal dari teman sebaya, guru, pengelola sekolah, dan orang
tua, kelompok mana yang paling berpengaruh? Meskipun tidak ada jawaban yang tepat untuk
pertanyaan itu, penelitian tentang perilaku remaja menunjukkan bahwa remaja perokok,
peminum minuman keras, dan perilaku mengonsumsi narkoba paling dipengaruhi oleh ajakan
dari teman, terutama teman baik. Keyakinan sikap orangtua dan praktik, terutama yang
dilakukan ibu, menempati posisi kedua di antara pengaruh sosial yang memengaruhi status
kesehatan anak remaja.

Orang - orang dapat bervariasi secara signifikan tidak hanya menurut pengaturan tetapi
juga menurut tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Perilaku remaja yang lebih muda
(kelas 6-8) sehubungan dengan merokok tampaknya lebih banyak dipengaruhi oleh orang tua dan
remaja yang lebih tua (kelas 9-11) daripada teman sebaya dan saudara kandung.

Perubahan perilaku yang bertahap dan mudah dibalik lebih mungkin diperkuat oleh
kesuksesan. Ketika orang mencoba mengurangi konsumsi garam, mereka mentolerir langkah-
langkah kecil menuju diet rendah garam lebih mudah daripada langkah-langkah yang lebih besar;
jadi langkah-langkah kecil lebih tepat untuk diperkuat oleh kesuksesan mereka. Pengurangan
besar dalam garam di setiap langkah cenderung untuk menghukum daripada memperkuat.
Pertimbangkan, misalnya, langkah-langkah yang dapat diambil untuk mencapai diet rendah
garam Ini dapat ditambahkan satu per satu, setelah penguasaan langkah sebelumnya:
mengasinkan hanya setelah mencicipi, mengurangi garam dalam memasak, menghilangkan
garam meja, membeli produk makanan rendah garam, dan, akhirnya, iklim memasak garam.
Perilaku untuk mempengaruhi lingkungan atau mempengaruhi kondisi juga merupakan respon
untuk Reinforcing Factors. Dukungan sosial bisa mendukung tindakan individu untuk bekerja
sama dengan atau bergabung dengan kelompok-kelompok advokasi yang berusaha untuk
memengaruhi perubahan ini. Dukungan semacam itu juga dapat diberikan oleh warga
masyarakat, penyedia layanan kesehatan, dan praktisi pendidikan kesehatan atau promosi
kesehatan. Seorang agen perubahan komunitas yang tidak memiliki dukungan seperti itu menjadi
berkecil hati, mengalami "kelelahan" dan sebagai akibatnya meninggalkan usahanya.

Perencana program harus hati-hati menilai faktor-faktor penguat untuk memastikan


bahwa peserta program memiliki peluang maksimum untuk umpan balik yang mendukung untuk
perilaku baru mereka. Tanpa umpan balik seperti itu, program memiliki lebih sedikit peluang
momentum berkelanjutan dan kesuksesan akhirnya.

Memilih faktor dan Menetapkan prioritas

Inti dari fase diagnosis pendidikan dan organisasi sebelumnya adalah memilih faktor-faktor
predisposising, penguatan dan pemungkin yang, jika dimodifikasi, akan membantu mewujudkan
perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yang ditargetkan dan perubahan lingkungan.
Proses ini memiliki tiga langkah dasar (1) mengidentifikasi dan menyortir faktor ke dalam tiga
kategori, (2) menetapkan prioritas di antara kategori, dan (3) menetapkan prioritas dalam
kategori tersebut. Faktor spesifik yang dipilih oleh proses ini dari dasar untuk tujuan
pembelajaran dan tujuan organisasi masyarakat, yang kemudian mengarah pada pemilihan bahan
dan metode untuk implementasi program. jika program dirancang dengan baik dan
diimplementasikan dengan hati-hati, kemungkinannya tinggi bahwa tujuan akan dipenuhi dan
perilaku sasaran dan lingkungan dimodifikasi.

LANGKAH 1. Mengidentifikasi dan menyortir

Daftar faktor-faktor penyebab yang awalnya diidentifikasi untuk setiap perilaku dan target
lingkungan harus selengkap mungkin untuk membantu perencana menghindari mengabaikan
faktor-faktor penentu penting. baik metode informal maupun formal dapat digunakan untuk
mengembangkan daftar.

Metode informal. tim yang ditugaskan tanggung jawab untuk merancang rencana intervensi
biasanya telah mendidik dugaan dan hipotesis tentang alasan mengapa orang berperilaku dengan
cara yang diinginkan. anggota kelompok yang berisiko (konsumen atau populasi sasaran) dapat
membantu terlibat dalam perencanaan pada saat ini; informasi dan wawasan mereka tentang
perilaku mereka sendiri; sikap; keyakinan ; nilai-nilai; dan hambatan untuk mencapai tujuan
yang dinyatakan paling relevan. wawancara intensif, diskusi kelompok informal, kelompok
nominal, kelompok fokus, panel, dan kuesioner dapat memberikan data yang bermanfaat.

Metode yang sama untuk mengeliminasi informasi dapat digunakan dengan staf yang
terlibat dalam penyampaian intervensi dan dengan orang-orang di lembaga yang menyediakan
Layanan terkait. Orang-orang tersebut dapat menyarankan penyebab potensial perilaku
berdasarkan wawasan dari pengalaman pribadi mereka dengan efek dari sumber daya agensi atau
komunitas, layanan, dan operasi. Perekaman data secara sistematis akan membuat informasi ini
berguna dan dapat diambil kembali.

Bertukar pikiran dan proses kelompok nominal adalah teknik yang berguna untuk
menghasilkan data tentang hambatan terhadap perubahan perilaku. Langkah penting dalam fase
PRECEDE ini adalah memilah faktor berdasarkan apakah mereka memiliki efek negatif atau
positif. Efek negatif harus diatasi, dan efek positif dapat dibangun di atas dan diperkuat.

Perencana harus kritis dalam menerima asumsi penyedia layanan kesehatan tentang
faktor-faktor predisposising pasien atau klien. Beberapa penyedia layanan mungkin mengartikan
perilaku yang berbeda dari harapan mereka sebagai pengelompokan dari kemalasan, sikap apatis,
atau ketidaktahuan. Generalisasi semacam ini tidak membantu menjelaskan perilaku yang
dipermasalahkan. Karakterisasi ini hanya menggambarkan perilaku yang ingin mereka jelaskan.
"Menyalahkan korban" dapat muncul karena kesalahpahaman, komunikasi yang buruk,
"kejenuhan" atau rasionalisasi. Sistem mungkin salah, bukannya bersabar. Di sisi lain "Sistem
menyalahkan" dapat timbul karena frustrasi dengan organisasi dan manajemen layanan, dan ini
bisa sama tidak produktifnya dengan menempatkan semua tanggung jawab untuk perubahan
pada individu. Tujuan penilaian pada tahap ini bukan untuk memperbaiki kesalahan atau
tanggung jawab, tetapi untuk menginventarisir semua target perubahan potensial yang dapat
memperbaiki situasi.

Metode formal. Pencarian melalui literatur yang relevan dapat menghasilkan informasi
tentang sikap budaya dan sosial dan deskripsi penelitian yang mendefinisikan dampak faktor-
faktor spesifik pada perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Misalnya, analisis segmen
pasar untuk menguji keyakinan dan persepsi yang dimiliki orang dewasa yang dapat
memengaruhi perilaku olahraga mereka mendapati bahwa (1) orang umumnya salah informasi
tentang frekuensi, intensitas, dan durasi aktivitas yang diperlukan untuk memperoleh manfaat
kardiovaskular; (2) dokter seseorang adalah rujukan paling penting tentang olahraga; dan (3)
subyek tidak menganggap manfaat kesehatan dari olahraga sama pentingnya dengan manfaat
intrinsik, psikologis, atau emosional. Pencarian semacam itu juga dapat menghasilkan barang-
barang yang dapat digunakan dalam survei atau untuk memulai sistem penyimpanan catatan
yang pada akhirnya akan menjadi dasar untuk evaluasi program.

Daftar periksa dan kuesioner adalah cara terstruktur untuk mengumpulkan dan mengatur
informasi dari individu dan kelompok penting. Ini dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan, sikap, dan kepercayaan serta persepsi layanan. Zapka dan mamon melakukan studi
formal mengenai faktor-faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat yang terkait dengan
pemeriksaan payudara sendiri di kalangan wanita kampus di kampus universitas. Analisis
mereka menggambarkan aplikasi formal metode survei untuk proses penyortiran. Survei formal
lainnya yang menerapkan model PRECEDE telah diterbitkan dan dapat digunakan dalam
penilaian di masa depan sebagai sumber instrumen survei yang dikembangkan dan data
perbandingan.

Direktori sumber daya komunitas yang tersedia sering disusun oleh lembaga
perencanaan. Direktori ini sangat membantu ketika faktor-faktor pendukung sedang diperiksa.
Data pemanfaatan dari organisasi perawatan kesehatan dan catatan kehadiran dari lembaga juga
mungkin tersedia. Survei organisasi masyarakat juga dapat dilakukan, seperti yang
direkomendasikan dan dirinci dalam serangkaian handboks intervensi Komunitas CDC.

Jika perencana mengalami kesulitan dalam menentukan apakah suatu faktor merupakan
predisposisi, memungkinkan dan memperkuat, mereka harus mendaftarnya dalam semua
kategori yang mungkin berlaku. Tiga kategori ini tidak saling eksklusif; suatu faktor dapat secara
tepat ditempatkan di lebih dari satu. Keluarga mungkin memiliki kecenderungan untuk
melakukan diet, misalnya, dan dapat memperkuat (secara negatif atau positif) perilaku itu setelah
dilakukan. Kami tidak ingin mendefinisikan kategori dengan kaku sehingga PRECEDE menjadi
titik debat akademik. Tujuan dari kategori ini adalah untuk mengurutkan faktor-faktor penyebab
menjadi tiga kelas target untuk intervensi berikutnya sesuai dengan tiga kelas besar strategi
intervensi; komunikasi langsung untuk mengubah faktor predisposisi, komunikasi tidak langsung
(melalui keluarga, teman sebaya, guru, pengusaha, penyedia layanan kesehatan) untuk mengubah
faktor penguat, dan strategi organisasi atau pelatihan untuk mengubah faktor-faktor pendukung.

Kemudian dalam proses perencanaan, kegiatan dan pesan pendidikan dan organisasi
khusus untuk masing-masing faktor dirancang berdasarkan penilaian Anda tentang pentingnya
mereka sebagai penentu hasil yang diinginkan. Kemudian kategori di mana faktor jatuh membuat
perbedaan. Sebagai contoh, desain pesan, peluang belajar, dan strategi organisasi yang diarahkan
pada keluarga berbeda menurut apakah keluarga dipandang penting dalam menciptakan
penghargaan untuk memperkuat perilaku atau memberikan dukungan keuangan untuk
memungkinkan perilaku tersebut.

Daftar pada titik ini mungkin terlihat seperti yang ada di tabel 5.1 yang menunjukkan
faktor positif dan negatif stan yang terkait dengan mengurangi gejala sisa infeksi tenggorokan
streptokokus pada populasi anak prasekolah. Pada akhir bab ini, Anda akan mengubah beberapa
faktor ini menjadi tujuan pembelajaran dan sumber daya, yang merupakan pernyataan tujuan
langsung dari program promosi kesehatan. Tujuan-tujuan tersebut harus dicapai untuk
mendapatkan perubahan perilaku dan lingkungan, yang merupakan tujuan menengah dari
program. Tujuan perilaku dan lingkungan harus dicapai jika Anda berharap untuk mencapai
peningkatan kesehatan atau peningkatan kualitas hidup - tujuan akhir dari program ini.

Tabel 5.1

Klasifikasi faktor penyebab perilaku

Tujuan Perilaku

Dalam waktu tiga hari sejak manisfestation awal sakit tenggorokan, 80 persen anak-anak dalam
program prasekolah Hobbit akan menjalani biakan tenggorokan berdasarkan swab yang diambil
oleh orang tua.

Kelompok sasaran untuk tujuan pembelajaran adalah orang tua dari anak-anak prasekolah,
majikan orang tua, kerabat, dan dokter, dan personel prasekolah
Faktor Predisposisi

Positif Negatif
Sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai: ibu Sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai: sakit
menghargai kesehatan anak; para ibu telah tenggorokan tidak penting; para ibu merasa
bersedia untuk menggunakan layanan bahwa sakit tenggorokan bersifat sementara;
kesehatan secara teratur. para ibu merasa bahwa sakit tenggorokan
Pengetahuan: Ibu dapat membaca termometer tidak memiliki konsekuensi serius dan tidak
dan menentukan suhu; anak-anak sudah ada hubungan antara radang tenggorokan dan
cukup besar untuk melaporkan sakit gejala sisa.
tenggorokan.

Faktor Penguat

Positif Negatif
Guru dapat mengidentifikasi anak-anak yang Majikan ibu tidak bermurah hati tentang cuti
sakit; guru berhubungan baik dengan orang karena sakit anak; nenek (atau pengasuh bayi)
tua; dokter telah mengatur interaksi positif menganggap sakit tenggorokan tidak penting
dengan kelompok; guru dan tenaga medis dan sementara.
mendorong dan mendukung orang tua dalam
mengambil usap tenggorokan.

Faktor Pemungkin

Positif Negatif
Ibu memiliki termometer di rumah; klinik Biaya resep rejimen penisilin; guru tidak
dekat; asuransi mengurangi biaya kunjungan dapat membawa anak ke dokter; orang tua
tindak lanjut. Kit swab tenggorokan untuk harus tinggal di rumah bersama anak atau
digunakan di rumah tersedia; klinik mengatur pengasuh karena tidak ada ruang
memberikan kultur dan analisis dalam tiga isolasi prasekolah.
hari; keterampilan dalam swabbing mudah
dipelajari.

LANGKAH 2 Menetapkan prioritas di antara kategori.

Semua penyebab dalam inventaris lengkap untuk beberapa perilaku tidak dapat diatasi
secara bersamaan. keputusan tentang faktor mana yang menjadi objek intervensi, dan dalam
urutan apa, oleh karena itu diperlukan.

Satu dasar yang mungkin untuk menetapkan prioritas di antara ketiga jenis faktor tersebut
adalah perkembangan. misalnya, layanan skrining HIV harus memiliki fasilitas dalam operasi
dan layanan yang tersedia sebelum menciptakan permintaan untuk layanan tersebut.

Faktor-faktor pendukung organisasi yang menyediakan layanan dan dapat diakses harus
mendahului upaya pendidikan untuk membuat orang-orang cenderung menggunakannya. Orang-
orang tidak memperhatikan perilaku untuk mengurangi risiko kesehatan jika mereka tidak sadar
bahwa ada risiko. Kepercayaan pada kedekatan risiko dan implikasi harus dikembangkan untuk
sumber daya yang memungkinkan untuk dimanfaatkan. Faktor-faktor penguat tidak dapat
berperan sampai perilaku terbukti. Dengan demikian, untuk program komunitas, faktor-faktor
pendukung, predisposisi, dan penguat harus diterjemahkan ke dalam intervensi dalam urutan itu.
Situasi yang berbeda mungkin memerlukan urutan perkembangan yang berbeda.

Beberapa faktor pendukung harus dihilangkan dalam waktu lama melalui upaya
organisasi masyarakat, tekanan legislatif, dan realokasi sumber daya.Ketika itu terjadi,
kekhawatiran kelompok sasaran dasar mungkin harus ditunda selama berbulan-bulan. Dalam
kasus seperti itu, populasi yang memiliki kecenderungan demikian dapat dimobilisasi untuk
mendukung legislasi atau pengembangan organisasi.

Beberapa faktor sulit untuk diatasi karena kebijakan dan mandat lembaga. Suatu agensi
dapat dibatasi kegiatan yang terkait dengan satu set faktor. Sebuah rumah sakit mungkin tidak
memiliki personel untuk menghubungi keluarga di rumah dan mungkin harus bergantung pada
agensi lain untuk melakukan tugas tersebut.Suatu sistem sekolah dapat dikendalikan oleh
keputusan dewan pendidikan bahwa pendidikan AIDS hanya dapat diajarkan dalam kelas-kelas
tentang perkawinan dan keluarga, dan diskusi dan penyediaan kontrasepsi bukan tanggung jawab
sekolah.

Bekerja pada beberapa faktor dapat dan harus dilanjutkan secara bersamaan. Kerjasama
dengan badan yang tepat untuk membangun layanan rehabilitasi bagi pecandu alkohol, misalnya,
dapat bertepatan dengan meningkatnya kampanye informasi umum di seluruh masyarakat
mengenai biaya alkoholisme dan kemanjuran pengobatan. Pada saat layanan ini beroperasional
diatur untuk informasi spesifik tentang jenis dan ketersediaan layanan.

LANGKAH 3 MENETAPKAN PRIORITAS DALAM KATEGORI

Dalam tiga kategori penyebab perilaku, faktor dapat dipilih untuk intervensi
menggunakan kriteria yang sama seperti yang digunakan pada pemilihan perilaku prioritas
tinggi: pentingnya dan kemampuan untuk berubah.

Pentingnya. Pentingnya dapat diperkirakan dengan menilai prevalensi, kedekatan, dan


kebutuhan sesuai dengan logika, data pengalaman, dan teori. Prevalensi bertanya, seberapa luas
atau sering faktornya? jika faktor yang diidentifikasi sangat luas atau sering terjadi, faktor
tersebut harus berkualitas sebagai pertimbangan prioritas. Misalnya, jika 80 persen siswa dalam
sistem sekolah percaya bahwa merokok itu glamor, maka menyikapi keyakinan dalam kampanye
antirokok harus memiliki prioritas yang jauh lebih tinggi daripada jika keyakinan itu hanya
dimiliki oleh 10 persen siswa.

Tanya Kedekatan, seberapa mendesak atau mendesak faktornya? mengetahui gejala


serangan jantung dan apa yang dibutuhkan untuk menyelamatkan hidup korban adalah contoh
pengetahuan yang memiliki konsekuensi langsung untuk orang yang berisiko tinggi terkena
serangan jantung. Tipe imigrasi lainnya menyangkut hubungan antara faktor dan kelompok yang
berisiko. Jika sekelompok orang dewasa percaya tidak ada hubungan antara radang tenggorokan
dan penyakit jantung rematik, mengubah keyakinan itu adalah tujuan prioritas tinggi jika orang
dewasa adalah orang tua dari anak-anak yang berisiko tinggi. Bukan prioritas tinggi jika orang
dewasa adalah orang tua dari senior yang lulus.

Kebutuhan didasarkan pada pertimbangan bahwa suatu faktor mungkin memiliki


prevalensi rendah tetapi masih harus ada perubahan perilaku atau di lingkunganya. Jika suatu
hasil tidak dapat dicapai tanpa faktor tertentu, faktor itu layak mendapat prioritas. Pengetahuan
seringkali diperlukan meskipun tidak cukup untuk menghasilkan suatu tindakan. Sulit untuk
membayangkan pengguna narkoba suntikan yang menyerah obat untuk menghindari AIDS tanpa
memahami bagaimana kotor tidak perlu dapat menularkan HIV, atau untuk membayangkan
seseorang melakukan dirinya sendiri ke peran pasien tanpa kesadaran akan penyakit, namun
minimal. Pengetahuan tentang resep latihan diperlukan bagi seseorang untuk berpartisipasi
dalam program pengkondisian anaerob. Beberapa kepercayaan juga dapat dianggap perlu. orang-
orang yang seharusnya tampil sendiri di permukaan medis harus percaya (betapapun sedikit)
bahwa profesional kesehatan dapat membantu meringankan masalah. Seseorang yang berusaha
berhenti merokok harus percaya bahwa merokok itu berbahaya, setidaknya untuk hubungan
sosialnya jika tidak untuk kesehatan.

Kemampuan berubah. Bukti perubahan kemampuan suatu faktor dapat diperoleh dari
melihat hasil dari program sebelumnya. Penilaian perubahan dapat juga dibuat dengan
menggunakan teknik yang ditetapkan dalam literatur. Rokeach, misalnya, mengemukakan
hierarki di mana kepercayaan lebih mudah diubah daripada sikap, dan sikap lebih mudah diubah
daripada nilai.

Kita juga dapat menganalisis perubahan dan prioritas faktor sesuai dengan teori tentang
tahapan dalam adopsi dan difusi inovasi.Teori ini didasarkan pada pekerjaan dalam komunikasi
dan pengalaman yang luas di bidang pertanian, pendidikan keluarga berencana dan kesehatan
masyarakat. Perubahan perilaku dianalisis dari waktu ke waktu, dan tahap-tahap di mana
perilaku diadopsi diamati pada tingkat individu dan masyarakat. Individu melewati kesadaran
berlabel, minat, persuasi, keputusan, dan adopsi. ketika tahap ini dipetakan dalam suatu populasi
atau sistem sosial, mereka mengikuti pola prevalensi atau difusi kumulatif yang terlihat seperti
serangkaian kurva berbentuk S yang semakin rata.

Pada gambar 5.4 lima tahap adopsi dan empat kelompok adopter mengidentifikasi titik
waktu ketika berbagai metode dan saluran komunikasi lebih atau kurang efektif. Identifikasi
tahapan memungkinkan perencana promosi kesehatan untuk mencocokkan strategi intervensi
yang paling tepat dengan tahap penerima program. Misalnya, media massa paling efisien dengan
inovator dan pengguna awal, tetapi metode penjangkauan seperti kunjungan rumah diperlukan
oleh pengguna akhir. Tergantung pada persentase populasi yang telah mengadopsi perilaku
kesehatan pada titik waktu tertentu, perubahan relatif dari perilaku pada populasi yang tersisa
adalah pasti oleh teori difusi ini.

Observabilitas juga mempengaruhi kemampuan berubah. Jika faktor tersebut dapat


diamati dan dapat ditunjukkan, iklim untuk orang lain ditetapkan dan upaya mereka diperkuat.
Sebagai contoh, perhatikan penekanan yang semakin meningkat pada tidak merokok dalam
pertemuan publik. Komunikasi massa sering dapat digunakan untuk mempromosikan pesan yang
mendukung perilaku tertentu. Fungsi media, dalam hal demikian, bukan untuk memotivasi tetapi
untuk memperkuat.

Persentase kumulatif populasi

Mayoritas terlambat, tahap kesadaran

Mayoritas awal, percobaan minat

Pengadopsi awal, keputusan

Inovator, adopsi

Pengenalan inovasi
GAMBAR 5.4

Lima tahap adopsi untuk empat kelompok pengguna dari waktu ke waktu selama difusi suatu
inovasi.

MENULIS TUJUAN PEMBELAJARAN DAN SUMBER DAYA

Tujuan pembelajaran menulis dan sumber daya sama dengan tujuan perilaku menulis,
seperti yang disajikan dalam bab 4. Tujuan pembelajaran menentukan faktor-faktor dan
keterampilan predisposisi yang akan menjadi target intervensi. Mereka juga akan memberikan
kriteria untuk evaluasi program. tujuan sumber daya menentukan faktor-faktor pendukung
lingkungan yang harus ada pada akhir program.

Contoh tujuan pembelajaran ditunjukkan pada tabel 5.2. Faktor-faktor predisposisi dan
pemungkin yang dianalisis pada tabel 5.1 telah disajikan kembali dalam hal tujuan pembelajaran
untuk orang tua. Perhatikan variasi dalam berapa banyak dalam contoh ini. Biasanya
memungkinkan untuk menciptakan pengetahuan tingkat tinggi. Seringkali, lebih dari 90 persen
populasi tertentu dapat disadarkan dari suatu fakta. persentase yang lebih kecil dari mereka yang
sadar akan percaya bahwa fakta itu relevan, penting, atau bermanfaat. Tidak semuanya
mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tindakan yang
direkomendasikan. Oleh karena itu, jika 60% populasi diharapkan untuk mengadopsi perilaku,
maka perlu untuk mengembangkan keterampilan di 70% membangun kepercayaan kesehatan di
80%, dan untuk membuat pengetahuan dari masalah atau rekomendasi dalam 90% atau lebih.

Fenomena ini menyertai difusi dari setiap praktik kesehatan. Gambar 5.5 menunjukkan
persentase orang selama fase awal kampanye anti-merokok A.S yang menyadari bahwa merokok
adalah berbahaya, yang tertarik untuk melakukan sesuatu tentang hal itu, dan yang telah berhenti
merokok. Pada tahun 1970 antara 80 dan 90% dari kelompok sasaran telah menyadari bahaya
merokok;

TABEL 5.2

Contoh tujuan pembelajaran berdasarkan faktor predisposisi dan pemungkin yang dianalisis pada
tabel 5.1

Masalah

Mengajarkan orang tua untuk membersihkan tenggorokan yang sakit dan menyeka untuk
kultur tenggorokan.

Sasaran kelompok orang tua


Pengetahuan
Pada akhir periode masalah, 90 persen orang tua.
(A) akan mengidentifikasi sakit tenggorokan dan demam sebagai radang tenggorokan potensial,
(B) akan mengidentifikasi penyeka tenggorokan yang diperlukan untuk menentukan apakah
radang menyertai sakit tenggorokan,
(C) dapat menyatakan obat untuk radang tenggorokan,
(D) dapat menyatakan bahwa resep tersedia di klinik.
Keyakinan
Pada akhir program, 80 persen orang tua
(A) akan percaya bahwa konsekuensi dari radang tenggorokan bisa serius,
(B) akan percaya bahwa obatnya tersedia,
(c) akan percaya bahwa mereka dapat mengambil tindakan yang mengarah pada identifikasi dan
perawatan berkala,
(D) akan percaya bahwa serangkaian langkah ini akan mengurangi potensi penyakit lebih lanjut.
Keterampilan
Pada akhir periode program, 70 persen orang tua
(a) akan dapat menyeka tenggorokan anak,
(b) akan dapat mengembalikan penyeka ke laboratorium klinik.
Agak kurang dari 50% sudah bisa berhenti merokok. Jelas pada titik ini bahwa upaya lebih lanjut
diperlukan untuk meningkatkan jumlah orang yang mau mencoba berhenti dan untuk membantu
mereka yang ingin menjadi sukses. Juga jelas bahwa sedikit yang bisa diperoleh dengan
melanjutkan program yang hanya menekankan peningkatan kesadaran. Analisis tren historis
semacam ini dapat membantu dalam menetapkan penekanan yang tepat untuk program promosi
kesehatan.
Kita juga dapat mengamati pada gambar 5.5 bahwa kurva difusi untuk kesadaran, minat, dan
adopsi pengetahuan berhenti merokok, persuasi, dan perilaku serupa dengan kurva untuk
korespondensi awal tahap kurva difusi pada Gambar 5.4 jika gambar 5.5 mencakup periode
waktu yang lebih lama, itu akan menunjukkan tingkat peningkatan adopsi perilaku berhenti
merokok yang dikembangkan antara tahun 1970 dan 1980. Pada tahun 1990, tingkat berhenti
telah turun menjadi 33% mencoba untuk berhenti setiap tahun tetapi hanya 20% yang berhasil,
yang menyumbang penurunan 6% dari perokok. Tetapi perokok baru yang direkrut dari
kelompok remaja dalam pengurangan tahunan bersih perokok saat ini hanya 1%.

Anda mungkin juga menyukai