Anda di halaman 1dari 3

Triana Hanifa Julianti

J1C016009

Analisis Teori Lacan Dalam Anime Princess Mononoke

Pada tahun 1953 Lacan membuat sebuah teori yang ia berikan dalam Kongres Institut Universitas
Roma. Konsep yang dikenalkannya ini yaitu, sebuah konsep mengenai psikoanalisis lanjutan dari
teori Sigmund Freud. Konsep ini mengemukakan mengenai tatanan simbolik, Lacan hendak
memetakan wilayah ketidak sadaran manusia. Yang dimaksud Lacan dengan ranah simbolik
adalah struktur penandaan dan bahasa.
Dalam tugas kali ini, saya akan memetakan salah satu karakter dalam anime Princess Mononoke
yaitu Nona Eboshi menjadi sebuah objek penelitian yang dianalisis kedalam teori Lacan. Teori
Lacan sendiri menyebutkan bahwa manusia mengalami 3 tahap dalam kehidupannya yaitu, Fase
Pre-Odipal yang terjadi pada ranah riil, yang kedua fase cermin yang terjadi pada ranah Imajinasi,
dan yang terakhir adalah Fase Simbolik.

 Fase Pre-Odipal ranah Riil

Problematik yang sering terjadi


pada ranah ini adalah Identifikasi
Diri. Dunia dalam diri manusia
yang belum terbahasakan, terjadi
pada masa seorang anak berusia 0-
6 bulan. Sang anak belum mampu
membedakan dirinya dari orang tua,
serta belum bisa menyadari batasan.
Serta yang ada hanyalah
pemenuhan utuh untuk diri sendiri
dan kesatuan yang sempurna.

Jika saya menganalisis anime Princess Mononoke ini, fase ini berada saat Nona Eboshi
menjelaskan mengapa ia dan para perempuan di desa membuat senjata jarak jauh untuk mematikan
para hewan, pada menit 39:50. Dalam dialognya ‘Senjata yang dibuat akan membunuh monster
dan menembus baju baja para samurai’ yang dibalas dengan para pemanah besi ‘Hati-hati! Nona
Eboshi ingin menguasai dunia’. Disini
menunjukan bahwa Nona Eboshi seperti
seorang bayi, yang tidak memetingkan
kehidupan hewan sekitar desa, yang tidak
memiliki hasrat merasakan kehilangan
terhadap makhluk hidup lain. Ia hanya
memikirkan kebutuhan dirinya dan
masyarakat desa serta para pekerja besi
.

 Fase Cermin pada Ranah Imajiner

Fase ini ditandai dengan proses yang disebut dengan tahap cermin. Terjadi saat sang anak
berusia 6-18 bulan. Masa ini merupakan masa peralihan dari tubuh terfragmentasi pada
gambaran totalitas. Si anak akan membuat identifikasi imajiner dengan gambar tersebut.
Pada tahap ini subjek beralih dari ‘Kebutuhan Primer’ ke ‘Tuntutan’. Kebutuhan dapat
dipenuhi namun tuntutan tidak dapat terpuaskan.

Dalam anime ini fase cermin terhadap ranah imajiner berada pada menit ke 42:17. Dimana
Eboshi Sama tidak merasa puas dengan Kebutuhan Primer yang sudah didapatkannya.
Sehinggan tuntutan dalam hidupmya bertambah. Ranah Imajiner ini ditunjukan pada dialog
Ashitaka kepada Nona Eboshi ‘Bahkan kau juga ingin mengambil hutan dewa rusa?’ yang
dibalas Nona Eboshi dengan kalimat ‘Tanpa para dewa kuno, mereka hanyalah para hewan
buas. Dengan hilangnya hutan dan serigala serigala itu tanah ini akan menjadi kaya’.
 Fase Simbolik

Realitas yang sudah diungkapkan melalui bahasa. Fase simbolis ini merupakan
kerangka Impersonal yang berlaku dalam masyarakat. Sebuah arena dimana setiap orang
mengambil tempat didalamnya. Tahap ini terjadi pada anak berusia 18 bulan – 4 tahun.
Tatanan simbolik merupakan ranah makna sosial, logika dan difrensiasi yang diterima
didalam diri si anak, serta mulai menampilkan keinginan dan membentuk sebuah subjek
manusiawi.

Jika anime ini dianalisis,


maka fase simbolik dalam
anime ini berada pada saat
menit ke 78:15. Dimana
Nona Eboshi sedang
memberikan perintah
kepada para wanita
pembuat senjata, mengenai
rencananya yang akan
mengalahkan pasukan
khusus penjaga hutan.
Disinilah fase ketika Nona Eboshi sudah menunjukan ke AKU annya, yaitu sebagai
seorang pemimpin sebuah desa, dan juga sebagai seorang panutan yang siap mengajari
setiap warganya bertarung dengan segala kemungkinan yang akan terjadi kepada desa.

Anda mungkin juga menyukai