Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PRAKTEK KERJA

OCR (OVER CURRENT RELAY) DAN GFR (GROUND FAULT RELAY)


SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA MAIN TRANSFORMATOR DI
PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SAGULING

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktik

Oleh :
Novianti Prita Larasati Ndaru
E.5051.1300941

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
PT. INDONESIA POWER-UP SAGULING

Disusun Oleh :

Novianti Prita Larasati Ndaru

1300941

Disetujui oleh,

Koordinator Praktek Industri Dosen Pembimbing

Tommi Hariyadi, S.T., M.T Dr .Jaja Kustija, M.sc


NIP.19820428 200912 1 006 NIP. 19591231 198503 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pend. Teknik Elektro

Dr.Hj. Budi Mulyanti. MSIE

NIP.19630109 199402 2 001


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

OCR (OVER CURRENT RELAY) DAN GFR (GROUND FAULT RELAY)


SEBAGAI PROTEKSI ARUS LEBIH PADA MAIN TRANSFORMATOR DI
PT. INDONESIA POWER UNIT PEMBANGKITAN SAGULING

Waktu pelaksanaan : 16 Januari s/d 16 Maret 2017


Telah diperiksa dan disahkan oleh:

SPS Pemeliharaan Pembimbing Lapangan

Jajang Sujana Rudi Satriana


NIP. 6585041K3 NIP. 7720420111

Mengetahui,
Manager Sipil dan Lingkungan
PT. Indonesia Power UP Saguling

Haryanto

NIP. 638487K3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik pada waktu yang
tepat. Tidak lupa sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada baginda Rasulullah
SAW dan kepada para sahabat, keluarga serta umatnya hingga akhir zaman.
Pengalaman merupakan suatu hal yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Sehingga dengan kerja praktik ini diharapkan mahasiswa mendapatkan
pengalaman di dalam dunia kerja. Selama melaksanakan kerja praktik dan menyusun
laporan ini, penulis banyak mendapatkan manfaat baik berupa pengetahuan,
kerterampilan maupun hal lain yang berkaitan dengan sistem kerja perusahaan di
bidang sistem tenaga listrik.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan kegiatan kerja praktik dan proses


pembuatan laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Segenap keluarga atas limpahan do’a, dukungan dan semangat yang tidak
pernah padam.
2. Ibu Dr. Hj. Budi Mulyanti, M.Si selaku Ketua Departemen Pendidikan
Teknik Elektro Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Bapak Tommi Hariyadi, ST., M.T. selaku Koordinator Praktik Industri
Departemen Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
4. Bapak Dr. Jaja Kustija, M.Sc selaku dosen pembimbing dari Departemen
Pendidikan Teknik Elektro yang dengan ikhlas membimbing, memberikan
arahan kepada penulis dalam melaksanan Praktik Industri dan
menyelesaikan laporan Praktik Industri ini.
5. Bapak Rudi Satriana selaku Supervisor Pemeliharaan Listrik PT. Indonesia
Power UP Saguling yang telah membimbing dalam terlaksananya program
Praktek Industri.
6. Bapak Ahmad Ramdani, Bapak Sugeng Widodo, Bapak Cepi, Bapak Jaja,
Bapak Dadang dan Bapak Ega Surya sebagai staff karyawan yang dengan
sabar dan senang hati telah membimbing penulis dalam melaksanakan kerja
praktik.
7. Kepada rekan kerja Rizqi Adri Fauzan dan Nirwan Muhammad yang telah
membantu selama kerja praktik berlangsung.
8. Kepada seluruh rekan-rekan Teknik Elektro Universitas Pendidikan
Indonesia angkatan 2013 yang terus memberi semangat.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis baik dalam melaksanakan maupun menyelesaikan pelaksanaan dan
laporan kerja praktik ini.
Semoga laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi pada
khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
laporan kerja praktik ini masih terdapat banyak kekurangn. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan untuk menghasilkan laporan yang lebih baik.

Bandung, Februari 2017

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi saat ini, ketersediaan energi listrik harus terpenuhi
dengan sangat baik. Karena telah kita ketahui bahwasannya hampir semua kegiatan
manusia membutuhkan energi listrik.
Untuk memenuhi keandalan ketersediaan dan penyaluran energi listrik,
kebutuhan sistem proteksi yang memadai sangat mutlak diperlukan. Fungsi
peralatan sistem proteksi adalah untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan
bagian jaringan yang terganggu dari bagian lain yang masih dalam keadaan normal
serta sekaligus mengamankan bagian ini dari kerusakan yang dapat menyebabkan
kerugian yang lebih besar.
Over Current Relay (OCR) dan Ground Fault Relay (GFR) adalah relay
pengaman arus lebih yang bekerja karena adanya besaran arus dan terpasang pada
Jaringan Tegangan Tinggi, Tegangan menengah juga pada pengaman
Transformator tenaga. Relay ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik
akibat adanya gangguan phasa-phasa untuk OCR dan gangguan phasa-tanah untuk
GFR.
OCR dan GFR adalah suatu relay yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan
arus yang melewatinya. Fungsi OCR dan GFR adalah untuk mengamankan
peralatan terhadap gangguan hubung singkat antar phasa, hubung singkat satu
phasa ketanah dan dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih. OCR dan GFR
digunakan sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi, pengaman cadangan
generator, transformator daya dan saluran transmisi.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun maksud dan tujuan penulisan dari laporan kerja praktek di PT.
Indonesia Power Unit Pembangkitan Saguling:
1. Bagaimana sistem proteksi Main Transformator pada PT. Indonesia
Power UP Saguling?
2. Bagaimana prinsip kerja relay arus lebih (OCR dan GFR) pada PT.
Indonesia Power UP Saguling?
3. Bagaimana karakteristik relay arus lebih (OCR dan GFR) pada PT.
Indonesia Power UP Saguling?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan laporan Kerja Praktik ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui sistem proteksi Main Transformer pada
PLTA PT. Indonesia Power UP Saguling
2. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari relay arus lebih (OCR dan
GFR) pada PT. Indonesia Power UP Saguling
3. Mengetahui karakteristik relay arus lebih (OCR dan GFR) pada PT.
Indonesia Power UP Saguling
1.4. Manfaat Kerja Praktik
Adapun manfaat dari penulisan laporan Kerja Praktik ini adalah:
 Manfaat teoritis:
Laporan ini diharapkan mampu memberikan sumbangan teoritis terkait
relay arus lebih pada mahasiswa maupun khalayak umum yang
berkecimpung dalam bidang kelistrikan khususnya Listrik Tenaga agar
lebih memahami tentang Relay arus lebih.
 Manfaat praktis:
Dapat mengetahui prinsip kerja, penggunaan dan pengaturan relay arus
lebih, dan karakteristik relay arus lebih dalam sistem proteksi tenaga
listrik.
1.5.Batasan Masalah
Hal-hal yang akan dibahas dalam laporan ini adalah pembahasan
mengenai komponen-komponen utama sistem pembangkitan listrik pada
PLTA Saguling secara umum dan mengetahui prinsip dasar sistem proteksi
Relay arus lebih Transformator di PLTA Saguling.
Dalam penulisan laporan ini, penulis hanya menjelaskan tentang
pengujian dan prinsip kerja Relay Arus Lebih (OCR dan GFR) pada Main
Tranformator 2 (MTR 2) dengan menggunakan relay type Mitshubishi SOC
3AA – R3S.

1.6.Metode Pengukuran Data


Metode yang digunakan merupakan metode eksperimen, sedangkan
teknik-teknik yang digunakan sebagai berikut :
1. Studi pustaka.
2. Observasi lapangan.
3. Wawancara.
4. Data yang didapat dari perusahaan

1.7.Waktu dan Tempat Kerja Praktik


Tempat : PLTA PT. Indonesia Power Unit Pembangkit Saguling
Alamat : Jl. Komplek PLN Cioray, Tromol Pos No. 7 Rajamandala
Kabupaten Bandung Barat 40754, Indonesia.
Waktu : 16 Januari 2017 s.d 16 Maret 2017
1.8. Struktur Laporan Penulisan
Untuk memudahkan dalam membaca dan memahami laporan praktik industri
ini, maka disusun struktur organisasi laporan sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup
bahasan, metode pengumpulan data, waktu dan tempat praktikum, dan
struktur organisasi laporan.
2. BAB II PROFIL PT. INDONESIA POWER
Berisi tentang sejarah singkat perusahan, tujuan visi misi dan nilai
perusahaan, lokasi pembangkit, struktur organisasi, serta iklim kerja di
PT. Indonesia Power.
3. BAB III KAJIAN PUSTAKA
Berisi tentang teori dasar mengenai Sistem Pembangkit Listrik Tenaga
Air (PLTA), komponen utama sistem pembangkit listrik tenaga air,
transformator, sistem proteksi, OCR dan GFR.
4. BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang temuan data trafo MTR 2 dan data relay arus lebih,
prinsip kerja Over Current Relay dan Ground Fault Relay pada PT.
Indonesia Power UP Saguling.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang didasarkan pada hasil
dan pembahasan yang diperoleh, serta perbandingan antara studi pustaka
secara umum dan hasil yang di dapat secara langsung di PT. Indonesia
Power UP Saguling.
BAB 2
PROFILE PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat PT. Indonesia Power UP Saguling


Pada awal tahun 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan
perlunya deregulasi pada sector ketenagalistrikan. Langkah kea rah deregulasi tersebut
diawali dengan berdirinya Paiton Swasta 1, yang dipertegas dengan dikeluarkannya
Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber daya swasta
melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian, pada akhir 1993, Menteri
Pertambangan dan Energi (MPE) kerangka dasar kebijakan (saran dan kebijakan
pengembangan sub sector ketenagalistrikan) yang merupakan pedoman jangka panjang
restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.

PT. Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik terbesar


di Indonesia dengan delapan unit pembangkitan utama dibeberapa lokasi strategis di
Pulau Jawa dan Pulau Bali serta satu unit yang bergerak dibidang jasa pemeliharaan
yang disebut Unit Jasa Pembangkitan (UJP).

Unit pembangkitan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Unit Pembangkitan (UP) Suralaya


2. Unit Pembangkitan (UP) Periok
3. Unit Pembangkitan (UP) Saguling
4. Unit Pembangkitan (UP) Kamojang
5. Unit Pembangkitan (UP) Mrica
6. Unit Pembangkitan (UP) Semarang
7. Unit Pembangkitan (UP) Perak & Grat
8. Unit Pembangkitan (UP) Bali
PT. Indonesia Power terus melakukan upaya-upaya penambahan kapasitas
pembangkit baik di pulau Jawa maupun diluar pulau Jawa dengan kapasitas 10.000
MW tahap 1.
PT. Indonesia Power dipercaya PT. PLN (Persero) untuk mengelola empat
Pembangkit OM/UBOH yaitu:
1. PLTU Banten I Suralaya
2. PLTU Banten II Labuan
3. PLTU Banten III Lontar
4. PLTU Jabar III Pelabuhan Ratu

Gambar 2.1 Area Pengusahaan Pembangkit PT. Indonesia Power


Berdasarkan Gambar 2.1 mengenai area pengusahaan pembangkit PT.
Indonesia Power yaitu total hasil produksi yang diperoleh sebesar 8.977 MW untuk
seluruh pulau Jawa dan Bali. UP Suralaya memberikan hasil produksi paling besar
yaitu 3.400 MW dengan presentase 37,87% dari total hasil produksi yang diperoleh
PT. Indonesia Power. Sedangkan hasil produksi yang paling kecil yaitu UP Mrica
sebesar 3-6 MW dengan presentase sebesar 3,41% dari total hasil produksi yang
diperoleh dari PT. Indonesia Power.
Kiprah PT. Indonesia Power dalam pengembangan usaha penunjang dibidang
pembangkit tenaga listrik juga dilakukan dengan membentuk anak perusahaan PT.
Cigondo Daya Bersama (saham 99,9%) yang bergerak dalam bidang jasa pelayan dan
menejemen energi dengan penerapan konsep cogeneration dan distributed generation.
PT. Indonesia Power juga mempunyai saham 60% di PT. Arta Daya Coalindo yang
bergerak dibidang juga usaha perdagangan batu bara. Aktivitas kedua anak perusahaan
ini diharapkan dapat lebih menunjang peningkatan pendapatan perusahaan dimasa
mendatang.
Adapun visi dan misi PT. Indonesia Power adalah sebagai berikut:
1. Visi
Menjadi perusahaan energi terpercaya yang tumbuh berkelanjutan.
2. Misi
Menyelenggarakan bisnis pembangkitan tenaga listrik dan jasa terkait yang
bersahabat dengan lingkungan.

2.2 Logo PT. Indonesia Power


Logo atau lambang merupakan bagian dari identitas perusahaan, sedangkan
yang dimaksud dengan identitas perusahaan adalah suatu cara atau hal yang
memungkinkan perusahaan dapat dikenal dan dibedakan dari perusahaan lain.
PT. Indonesia Power mempunyai logo atau lambing yang dijadikan sebagai
identitas perusahaan dengan tujuan agar konsumen atau public pada umumnya mudah
mengenal dan mengingat perusahaan. Adapun logo yang dimiliki PT. Indonesia Power
adalah bertuliskan Indonesia dan Power. Selanjutnya bentuk logo PT. Indonesia Power
dapat dilihat pada gambar.
Gambar 2.2 Logo PT. Indonesia Power
Lambang mempunyai arti penting karena lambing merupakan identitas bagi
setiap perusahaan. Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power merupakan
cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya secara keseluruhan. Nama
Indonesia Power merupakan nama yang kuat untuk melambangkan lingkuo usaha
perusahaan sebagai Power Utility Company di Indonesia.
2.2.1 Bentuk Logo PT. Indonesia Power
Karena nama yang kuat, Indonesia dan Power ditampilkan dengan
menggunakan jenis huruf yang tegas dan kuat, future book/regular dan future bold.
Aplikasi bentuk kilayan petir pada huruf “O” melambangkang “Tenaga Listrik” yang
merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
Titik/bulatan merah (red dot) diujung kilat petir merupakan symbol perusahaan
yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PJB 1. Titik ini merupakan symbol
yang digunakan sebagian besar materi komunikasi perusahaan dengan symbol yang
kecil ini, diharapkan identitas perusahaan dapat langsung terwakili.
2.2.2 Warna Logo PT. Indonesia Power
Warna merah di aplikasikan pada kata Indonesia, menunjukan identitas yang
kuat dan kokoh sebagai pemilik seluruh sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik
guna dimanfaatkan di Indonesia, dan juga di luar negeri.
Warna biru di aplikasikan pada kata power, pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan diaplikasikan
2.3 Sejarah Unit Pembangkit (UP) Saguling
Unit Pembangkitan Saguling merupakan salah satu Unit Pelaksana
Pengusahaan yang berada dibawah PT. Indonesia Power dan sebelumnya bernama
PLN sector Saguling terbentuk sesuai surat PLN Pusat No. 064/DIR/1984 tanggal 10
Mei 1984 yang mengelola PLTA Saguling.
Dengan adanya perubahan struktur organisasi dalam rangka menuju kearah
spesialisasi, maka keluar surat keputusan pimpinan PLN Pembangkitan dan Penyaluran
Jawa bagian barat No. 006.K/023/KJB/1991 tanggal 28 Februari 1991 dan SK Direksi
PT. PLN PJB I NO. 001.K/030/DIR/1995 tanggal 16 Oktober 1995, yaitu yang semula
mengelola 1 (satu) Unit PLTA ditambah 7 (tujuh) Unit PLTA.
PLTA Saguling terletak sekitar 30 km sebelah barat kota Bandung dan 100 km
sebelah tenggara kota Jakarta dengan kapasistas terpasang 4 x 175,18 MW dan
produksi listrik rata-rata per tahun = 2.156 GWH (CF = 35,12%).
Fungsi PLTA Saguling dalam sistem kelistrikan Jawa dan Bali, selain untuk
memikul beban puncak juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem.hal ini
memungkinkan dengan diterapkannya peralatan LFC (Load Frequency Control) di
PLTA Saguling.
Sampai saat ini telah beroperasi 3 PLTA sistem kaskade di aliran sungai
Citarum dan salah satunya adalah PLTA Saguling yang lokasinya berada paling hulu.
Sedangkan dibagian hilirnya berturut-turut adalah PLTA Cirata dan PLTA Jatiluhur.
Energi Listrik yang dihasilkan PLTA Saguling disalurkan melalui GITET
Saguling dan diinterkoneksikan ke sistem Jawa dan Bali melalui Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV untuk selanjutnya melalui GI-GI dan Gardu
Distribusi disalurkan ke konsumen.
Untuk menjaga keandalan unit pembangkit, maka dilaksanakan pemeliharaan,
baik yang bersifat rutin, predictive maintenance maupun periodik. Begitu pula untuk
mengetahui lebih dini jika terjadi kelainan-kelainan pada kondisi penggunaan air,
secara rutin dilaksanakan pemantauan instrumentasi (monitoring) yang meliputi
monitoring survey, geoteknik, instrumentasi dam dan sedimentasi. Dalam rangka
pelestarian lingkungan dilakukan pemantauan kualitas air waduk, menghijaukan
daerah aliran sungai dan pembersihan sampah/gulma air secara rutin.
Sedangkan untuk pemantauan curah hujan di DAS Citarum (Saguling) dan
debit air masuk waduk serta air keluar pembangkit di monitor dengan telemetering.
Dengan adanya perubahan struktur organisasi dalam rangka menuju kearah
persialisasi, maka keluar surat keputusan pemimpin PLN pembangkitan dan
penyaluran Jawa bagian barat No. 006.K/023/KJB/1991 tanggal 28 Februari 1991
2.3.1 Visi dan Misi UP Saguling
PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki visi yaitu “Menjadi Unit Bisnis
Pembangkit Hydro dengan kinerja kelas dunia dan peduli lingkungan”. Untuk
mewujudkan visi tersebut PT. Indonesia Power UP Saguling menetapkan misi yaitu
“Mengelola Bisnis Pembangkit Hydro dan memberdayakan sumber daya melalui
kemitraan, guna menjamin kontinuitas dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka
panjang”.
Perbedaan visi dan misi antara PT. Indonesia Power dengan UP Saguling yaitu
PT. Indonesia Power memiliki cakupan yang luas yaitu menjadi perusahaan public
sedangkan untuk visi UP Saguling dipersempit menjadi pembangkit hydro, tetapi visi
dan misi UP Sagluling masih tetap mengacu pada visi PT. Indonesia Power yaitu
menjadi perusahaan dengan kinerja kelas dunia dan peduli lingkungan dan misi PT.
Indonesia Power yaitu mengelola untuk mengembangkan perusahaan dalam jangka
panjang.
2.3.2 Kelebihan PLTA Saguling
Beberapa kelebihan PLTA Saguling yaitu:
1. Waktu pengoperasian relative lebih cepat (15 menit)
2. Sistem pengoperasian mudah mengikuti beban dan frekuensi yang diinginkan oleh
sistem penyaluran
3. Biaya produksi relative lebih murah, karena menggunakan air dan tidak perlu
dibeli.
4. Putaran turbin relative lebih rendah dan tidak berhubungan dengan panas, sehingga
tingkat kerusakan peralatan menjadi lebih kecil.
5. PLTA adalah jenis pembangkit yang ramah lingkungan, tanpa melalui proses
pembakaran sehingga tidak menghasilkan limbah bekas pembakaran.
6. PLTA yang dilengkapi dengan waduk dapat difungsikan secara multiguna.
2.3.3 Sub Unit PLTA Saguling
UP Saguling membawahi 8 (delapan) sub unit pembangkitan, yaitu:
1. PLTA Saguling
2. PLTA Kracak
3. PLTA Ubrug
4. PLTA Plengan
5. PLTA Lamajan
6. PLTA Cikalong
7. PLTA Bengkok & Dago
8. PLTA Parakankondang
Tabel pengolaan delapan Unit Pembangkitan Saguling berikut daya terpasang
dan total yang dihasilkan, yaitu sebagai berikut.
No PLTA Tahun Operasi Daya Terpasang Total
1 Saguling 1985, 1986 4 x 175,18 700,72
2 Kracak 1827, 1956 3 x 6,30 18,90
3 Ubrug 1924 2 x 5,94 18,90
1950 1 x 6,48
4 Plengan 1922 3 x 1,08 6,87
1982 1 x 2,02
1996 1 x 1,61
5 Lamajan 1925, 1934 3 x 6,52 19,56
6 Cikalong 1961 3 x 6,52 19,20
7 Bengkok & Dago 1923 3 x 1,05 3,85
1 x 0,7
8 Parakan Kondang 1955 2 x 2,49 9,90
2 x 2,46
Jumlah Daya Terpasang 797,36
MW
Tabel diatas menjelaskan mengenai PLTA yang dikelola oleh UP Saguling
Unit tertua dan termuda yaitu PLTA Plengan dengan kapasitas 6,87 MW yang terletak
di daerah Bandung Selatan kira-kira 33 km dari pusat kota Bandung. PLTA Plengan
memanfaatkan energi air dari sungai Cipanunjang (yang mendapat suplesi dari sungai
Cilaki), situ Cileunca (yang mendapat suplesi dari situ Cipanunjang, sungai Cilaki Beet
dan Cibuniayu), sungai Cisangkuy dan Cisarua. PLTA Plengan pertama beroperasi
pada tahun 1922 dengan daya terpasang 1,61 MW sebelumnya PLTA Plengan telah
menambah pembangkit pada tahun 1950 dengan daya terpasang 2,02 MW. Namun
untuk jumlah total daya terpasang yang paling besar yaitu PLTA Saguling dengan
jumlah 4 pembangkiit dengan daya terpasang sebesar 175,18 memiliki total daya
terpasang sebesar 700,72 MW.
Peran teknis PLTA Saguling pada sistem Jawa-Bali, yaitu:
1. Pemikul beban puncak
2. Pengatur tegangan
3. Pengatur frekuensi
4. Pemasok awal daya listrik (bila terjadi black out)
2.4 Komponen Utama PLTA Saguling
Untuk menunjang aktivitas produksi listrik di PLTA Saguling, maka
digunakan beberapa alat utama, sebagai berikut:
1. Waduk dan Bendungan
Waduk adalah kolam besar tempat menyimpan air sediakan untuk berbagai
kebutuhan. Waduk dapat terjadi secara alami maupun dibuat manusia. Waduk
buatan dibangun dengan cara membuat bendungan yang dialiri air sampai waduk
tersebut penuh.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau atau tempat rekreasi. Seringkali bendunngan juga digunakan
untuk mengalirkan air ke sebuah pembangkit listrik tenaga air. Kebanyakan dam
memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan
secara bertahap atau berkelanjutan.

Gambar 2.3 Waduk dan Bendungan PT IP UP Saguling


Waduk dan Bendungan di PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
Waduk Bendungan
Duga Muka Air Maksimum: +643,00 m Type: Urugan batu dengan inti kedap
air
Duga Muka Air Minimum: +623,00 m Tinggi: 99,00 m
Luas Waduk (+643m): 48,695 Ha Elevasi Puncak Bendungan: 650,20 m
Isi Seluruhnya: 875 Juta m3 Panjang Puncak: 301,40 m
Isi Efektif: 611,5 Juta m3 Isi Tubuh Bendungan: 2,79 m3
2. Gedung Pusat Pengendalian Bendungan
DCC (Dam Control Center) adalah sebuah gedung pusat pengendali bendungan
yang didalamnya terdapat peralatan kontrol serta komponen penunjang lainnya
untuk mengendalikan debit air waduk saguling termasuk mengendalikan intake
serta spillway.

Gambar 2.4 Gedung Pusat Pengendali Bendungan PT. IP UP Saguling


Panjang : 18,00 m
Lebar : 18,00 m
Tinggi : 18,70 m
Peralatan atau Instalasi:
a. Sistem pengukuran Hydrologi jarak jauh
b. Sistem peringatan pelepasan air
c. Sistem telekomunikasi
d. Sistem pemrosesan data dam
e. Sistem perlengkapan pengamatan Meteorologi
f. Sistem pengoperasian pintu-pintu pengambil air dan pelimpah
3. Bangunan Pengambil Air (Intake)
Bangunan pengambil air atau intake adalah sebuah struktur yang digunakan
untuk melepaskan air secara teratur untuk suplai air pada PLTA.
Bangunan pengambil air (intake) di PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
Type : Menara
Lebar : 50 m
Panjang : 29 m
Kapasitas air masuk (Maks) : 224 m3/det
Pintu : 2 buah
Masing-masing ukuran : Lebar = 5,8m ; Tinggi = 5,8 m
4. Saluran Pelimpah (Spillway)
Saluran pelimpah atau katup adalah struktur yang digunakan untuk
menyediakan aliran yang terkendali dari bendungan atau tanggul ke daerah hilir,
biasanya menjadi sungai yang dibendung. Saluran pelimpah melepas banjir
sehingga air tidak melebihi dan merusak bahkan menghancurkan bendungan,
kecuali selama periode banjir, air tidak biasanya mengalir di atas sebuah katup.

Gambar 2.5 Saluran Pelimpah PT. IP UP Saguling


Saluran pelimpah (spillway) di PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki
spesifikasi sebagai berikut:
Type : Pelimpah samping
Kapasitas : 2.400 m3/det
Pintu : 3 buah
Masing-masing ukuran : Lebar = 10 m; Panjang = 8,3 m
5. Tangki Pendatar (Surge Tank)
Tengki pendatar (surge tank) adalah tangki yang berfungsi untuk penampungan
air jika kemungkinan bahaya yang timbul pada pipa pada instalasi tersebut
misalnya terjadinya water hammer akibat penutupan katup secara cepat.

Gambar 2.6 Tangki Pendatar PT. IP UP Saguling


Tangki pendatar di PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Diameter No. 1 : 12 m
Tinggi : 103,6 m
Diameter No. 2 : 12 m
Tinggi : 98,60 m
6. Saluran atau Terowongan Air
Saluran atau terowongan air pada UP Saguling berfungsi sebagai penyalur
aliran air dari bangunan pengambil air ke tangki pendatar dan pipa pesat.
Saluran terowongan air di PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki spesifikasi
sebagai berikut:
Diameter No. 1 : 5,80 m
Panjang : 4.689,18 m
Diameter No. 2 : 5,80 m
Panjang : 4.689,74 m
Debit Maksimum: 224 m3/det
7. Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat adalah saluran yang digunakan untuk mengalirkan air dari kolam
tandu ke rumah pembagkit

Gambar 2.7 Pipa Pesat PT. IP Saguling


PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki pipa pesat dengan spesifikasi sebagai
berikut:
Diameter No. 1 : 4,30 – 2,83 m
Panjang : 1.880 m
Diameter No. 2 : 4,30 – 2,83 m
Panjang : 1.774 m
8. Gedung Pusat Pembangkitan (Power House)
gedung pusat pembangkit (power house) adalah sebuah bangunan dimana
mesin dan peralatan pembangkit tenaga listrik berada di dalamnya. Power house
(PH) ini terletak ±15 km dari bendungan. Peralatan yang terdapat pada PH adalah
turbin, generator, trafo utama dan alat pendukung lainnya.

Gambar 2.8 Gedung Pusat Pembangkit PT. IP Saguling


Spesifikasi gedung pusat pembangkit atau power house PT. Indonesia Power UP
Sauling yaitu:
Type :semi bawah tanah ( 2 lantai diatas tanah ,5 lantai dibawah tanah)
Ukuran : Panjang = 104,4m
Lebar = 32,5 m
Tinggi = 42, 5 m
9. Turbin
Turbin adalah sebuah mesin berputar yang mengambil energi dari fluida. Fluida
bergerak mnenjadikan baling-balingberputar dan menghasilkan energi untuk
menggerakan motor.
Spesifikai tubin PT. Inonesia Power UP Saguling yaitu:
Merk : Toshiba
Type : Francis Vertical
Kapasitas : 4 x 178, 8 MW
Putaran : 333 rpm
Debit pada Head Normal : 4 x 54,8 m3/det
Head (Maks, Normal, Min): 363,6/355,7/343,4 m
10. Generator
Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari
sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.
Proses ini dikenal sebagai pembangkit listrik.
Spesifikasi generator PT. Indonesia Power UP Saguling, yaitu:
Merk : Mitshubisi
Type : Setengah paying, 3 phasa, synchronous
Kapasitas : 4 x 206,1 MVA
Tegangan : 16,5 kV
Arus : 7,212 Amp
Frekuensi : 50 Hz
Putaran : 333 rpm

Gambar 2.9 Generator PT. Indonesia Power UP Saguling


11. Transformator Utama
Transformator utama merupakan jenis transformator step up yang berfungsi
untuk menaikan tegangan keluaran/ output generator sebesar 16,5 kV menjadi
tegangan sistem 500 kV.

Gambar 2.10 Trafo Utama PT. Indonesia Power UP Saguling


Spesifikasi trafo utama pada PT. Indonesia Power UP Saguling, yaitu:
Merk : Mitshubisi
Type : 3 phase special, OPAF, pasangan luar
Kapasitas : 2 x 412,2 MVA
Rasio Tegangan : 16,5 / 500 kV
12. Switchyard (Serandang Hubung)
Switchyard merupakan tempat interkoneksi jaringan SUTET Jawa-Bali yang di
dalamnya terdapat jalur transmisi Jawa-Bali dan pembangkit-pembangkit lain.
Komponen yang ada di dalam switchyard seperti PMT, disconnecting switch dan
lain-lain.
Spesifikasi Switchyard PT.Indonesia Power UP Saguling adalah sebagai berikut:
Tipe : GCB 1,5 Break
Kapasitas : 550 KV, 4000 A
Distribusi Jaringan : 2 crt ke Gandul, 2 crt ke Bandung, 2 crt ke Cirata

Gambar 2.11 Switchyard PT. Indonesia Power UP Saguling


2.5 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UP Saguling

Pembangkit Listrik Tenaga Air UP Saguling merupakan perusahaan milik


negara yang dikelola oleh PLN dibawah departemen pertambangan dan energi.
Berikut merupakan struktur Organisasi UP Saguling:
Tabel 2.2. Struktur organisasi PT. Indonesia Power UP Saguling
GENERAL
MANNAGER

MANAGER OPERASI MANAGER ENJINIRING MANAGER SIPIL DAN MANAGER


DAN PEMELIHARAAN LINGKUNGAN ADMINISTRASI

SPS SENIOR PEMELIHARAAN SPS SENIOR SISTEM SPS SENIOR GEOTEKNIK SPS SENIOR ADMINISTRASI
PLTA SAGULING INFORMASI DAN HIDROLOGI WADUK KEPEGAWAIAN

SPS SENIOR PERENCANAAN, SPS SENIOR CONDITION SPS SENIOR PEMELIHARAAN SPS SENIOR
PENGENDALIAN OPERASI BASED MAINTENANCE SIPIL PENGEMBANGAN
DAN PEMELIHARAAN KOMPETENSI

SPS SENIOR OUTAGE SPS SENIOR KEAMANAN, SPS SENIOR PERENCANAAN


SPS SENIOR OPERASI PLTA LINGKUNGAN DAN HUMAS INVENTORY DAN
SAGULING PENGADAAN

SPS SENIOR PERENCANAAN


SPS SENIOR K3 SPS SENIOR PENGADAAN
UNIT DAN KINERJA
BARANG DAN JASA

SPS SENIOR GUDANG SPS SENIOR RELIABILITY SPS SENIOR AKUNTANSI


DAN SYSTEM OWNER DAN ANGGARAN

SPS SENIOR SUB UNIT PLTA


SPS SENIOR KEUANGAN DAN
PAJAK

SPS SENIOR UMUM

 General Manager
 Manager Operasi dan Pemeliharaan
 Manager Enjiniring
 Manager Sipil dan Lingkungan
 Manager Administrasi
 Manager Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Operasi PLTA Saguling
 Supervisor Senior Perencanaan dan Pengendalian Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Pemeliharaan PLTA Saguling
 Supervisor Senior K3
 Supervisor Senior Gudang
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA

 Manager Enjiniring
 Supervisor Senior Reliability dan System Owner
 Supervisor Senior Perencanaan Unit dan Kinerja
 Supervisor Senior Condition Based Maintenance
 Supervisor Senior Outage
 Supervisor Senior Sistem Informasi
 Ahli Madya Enjiniring Mesin
 Ahli Madya Enjiniring Listrik
 Ahli Madya Enjiniring Kontrol dan Instrumen
 Ahli Madya Enjiniring K3 dan Lingkungan
 Ahli Madya Enjiniring Sipil
 Ahli Madya Sistem Manajemen Terintegrasi
 Ahli Madya Manajemen Risiko
 Manager Sipil dan Lingkungan
 Supervisor Senior Pemeliharaan Sipil
 Supervisor Senior Keamanan, Lingkungan dan Humas
 Supervisor Senior Geoteknik dan Hidrologi Waduk

 Manager Administrasi
 Supervisor Senior Keuangan dan Pajak
 Supervisor Senior Akuntansi dan Anggaran
 Supervisor Senior Administrasi Kepegawaian

 Supervisor Senior Pengembangan Kompetensi


 Supervisor Senior Perencanaan Inventory dan Pengadaan
 Supervisor Senior Pengadaan Barang dan Jasa
 Supervisor Senior Umum
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA Plengan
 Pelaksana Senior Administrasi Umum
 Supervisor Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA Lamajan
 Pelaksana Senior Administrasi Umum
 Supervisor Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA Cikalong
 Pelaksana Senior Administrasi Umum
 Supervisor Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA Bengkok
 Pelaksana Senior Administrasi Umum
 Supervisor Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA Kracak
 Pelaksana Senior Administrasi Umum
 Supervisor Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA Ubrug
 Pelaksana Senior Administrasi Umum
 Supervisor Operasi dan Pemeliharaan
 Supervisor Senior Sub Unit PLTA Parakan Kondang
 Pelaksana Senior Administrasi Umum
 Supervisor Operasi dan Pemeliharaan
BAB 3

KAJIAN TEORI

3.1. Proses Pembangkitan Listrik Pada PLTA Saguling


Berikut adalah proses pembangkitan listrik PLTA Saguling dimulai dari
pengumpulan air hingga di konversikan menjadi energi listrik dan di distribusikan ke
jaringan transmisi:
a. Air dari aliran sungai Citarum dikumpulkan pada waduk Saguling, yang mana
air dikumpulkan pada musim hujan untuk persediaan dan pemakaian air pada
musim kemarau atau waktu beban puncak. Isi efektif dari waduk Saguling
sebesar 609 x 103 m3.
b. Setelah itu air yang ditampung pada waduk saguling di bending. Bendungan
berfungsi untuk membendung aliran sungai sehingga terkumpul sejumlah air
dan digunakan sesuai kebutuhan. Semua fasilitas bendungan dikontrol melalui
Dam Control Center (DCC).
c. Apabila air yang ditampung pada waduk melebihi kapasitas penampungan,
maka air akan dibuang melalui spillway (saluran pelimpah). Perkiraan air yang
harus dibuang adalah 1,2 kali debit air pada saat banjir.
d. Air yang ditampung pada waduk, akan dialirkan menuju penstrock (pipa besar)
melalui intake yang dilengkapi dengan pintu air untuk pengaturan dan
penyaringan air. Kapasitas maksimum air masuk sebesar 224 m3/s.
e. Pada penstock terdapat surge tank (tangki pendatar/ pipa tegak), yang berfungsi
untuk melindungi saluran penstock dari fluktuasi tekanan air pada saat jumlah
air yang disuplaikan ke turbin berubah-ubah dengan tiba-tiba akibat gerakan
yang cepat dari pintu-pintu turbin.
f. Setelah melewati main invet valve, air masuk ke dalam turbin air melalui spiral
case (rumah keong), yang berfungsi untuk menahan daya hidrolik air dan
mendistribusikan air ke runner melalui sudut tetap. Setelah air didistribusikan
ke turbin air, maka runner akan berputar. Besarnya debit air yang masuk untuk
memutar turbin air, diatur dengan guide vane.
g. Turbin yang digunakan pada PLTA Saguling bertipe Francis dengan vertical
shaft, memiliki putaran sebesar 333 rpm dan debit maksimum 54,8 m3/s.
h. Saat runner berputar, maka putaran turbin air ditransmisikan melalui poros
turbin-generator, sehingga saat turbin berputar maka generator ikut berputar
dan menghasilkan energi listrik.
i. Listrik yang dihasilkan dari generator dialirkan menuju CB (Circuit Breaker)
dengan tegangan 16,5 kV pada MTR untuk didistribusikan pada jaringan.

3.2. Peralatan Bantu Pada PLTA Saguling


1. Sistem Supply Tekanan Oil Governor
Sistem ini terdiri dari 2 pompa, satu digunakan pada kondisi normal dan
satu pompa lagi sebagai pompa standby. Setiap pompa di desain untuk
menyuplai 105% kebutuhan oli untuk didistribusikan ke servomotor guide
vane untuk satu kali menutup penuh membutuhkan waktu 40 detik tanpa
membutuhkan tekanan dari pressure tank.
2. Sistem Supply Tekanan Oli Inlet Valve
Sistem ini terdiri dari 2 pompa, satu digunakan pada kondisi normal dan
satu pompa lagi digunakan dalam kondisi standby. Setiap pompa didesain
untuk menyuplai kebutuhan oli untuk menutup dan membuka penuh inlet
valve dalam 18 detik tanpa suplai oli dari pressure tank. Oli beroprasi pada
tekanan 70 kg/cm2. Ketika tekanan oli turun sampai 66 kg/cm2 pompi oli yang
standby akan beroprasi dan mengirimkan oli ke pressure tank sampai tekanan
oli mencapai 72 kg/cm2.
3. Sistem Main Water Supply
Sistem ini terdiri dari 2 pompa, satu digunakan pada kondisi normal,
dan satu pompa lagi sebagai pompa standby dan 2 stainer yang berkerja secara
otomatis, satu digunakan pada kondisi normal, dan satu pompa lagi sebgai
pompa standby. Pompa MWS tersebut memompakan air dari draft tube ke
beberapa bagian yang memerlukan pendingan air, yaitu pendingin air cooler
generator, thrust bearing generator, upper guide bearing generator, turbin
guide bearing generator, dan turbin guide bearing. Kemudian air tersebut
akan dibuang lagi ke draft tube.
4. Sistem supply air head tank
Supply air head tank diperlukan pada beberapa keperluan, yaitu:
- Shaft seal turbin
- Pemadam kebakaran pada transformer
- Hydrant di power house
5. Sistem supply udara kompresi
Sistem ini terdiri dari 2 pasang compressor udara dan 2 main air
recievers untuk 4 unit generator. Satu pasang sistem control air compressed
terdiri dari 2 kompresor, satu digunakan pada kondisi normal dan satu lagi
digunakan dalam kondisi standby dan satu lagi main receiver untuk 2 unit.
Satu main receiver menyuplai udara bertekanan ke beberapa peralatan untuk
2 unit generator, yaitu:
- Governor oil pressure tank
- Inlet valve iol pressure tank
- Generator air break
- Generator circuit braker
- Disconnecting switch
6. Sistem drainase power house
Kebocoran pada tubin, sistem pendingin dan kain-lain ditampung
kedalam drainage pit yang berada di dasar power house. Air dari drainage pit
dipindahkan ke tail race oleh pompa drainage. Sistem ini terdiri dari 2 pompa,
satu digunakan pada kondisi normal dan satu lagi digunakan pada kondisi
standby. Pengoprasian pompa tersebut dikontrol oleh float switch yang berada
di drainage pit.
7. Sistem dewatering draft tube
Sistem dewatering draft tuber berfungsi untuk memompa air yang
berada di draft tube secara langsung ke tail race oleh 2 pompa. Dua pompa
dewatering tersebut digunakan untuk 4 unit generator. Pompa ini dioprasikan
secara manual dari motor control center dan dapat juga dioprasikan dengan
menekan tombol switch yang terdapat pada pompa tersebut.
8. Sistem supply oli pelumas
Sistem ini berfungsi untuk menyuplai dan mengosongkan oli ke atau
dari bearing oil reservoir. Sistem ini memiliki 2 tanki oli, 2 pompa dan 1 head
oil tank untuk 4 generator. Unit oli pelimas dapat dijalankan dan dimatikan
secara manual dengan menekan tombol switch pada motor control center.
9. Sistem water flow meter
Water flow meter disediakan untuk mendeteksi debit air yang keluar
dari turbin

3.3. Tranformator Daya

Transformator adalah suatu alat listrik statis yang dipergunakan untuk


mengubah tegangan bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan digunakan
untuk memindahkan energi dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian lainnya tanpa
mengubah frekuensi. Tranformator disebut peralatan statis karena tidak ada bagian
yang bergerak atau berputar, tidak seperti motor atau generator.dalam bentuknya yang
paling sederhana, transformator terdiri atas dua kumparan dan daru indukstansi
mutual. Dua kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan sekunder.
Kumparan primer adalah kumparan yang menerima daya dan dinyatakan
sebagai terminal masukan dan kumparan sekunder adalah kumparan kumparan yang
melepas daya dan dinyatakan sebagai terminal keluaran. Kedua kumparan dibelit pada
suatu inti yang terdiri atas material magnetic berlaminasi. Secara sederhana
transformator dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu lilitan primer, lilitan sekunder dan
inti besi.
Lilitan primer merupakan bagian transformator yang terhubung dengan sumber
energi (catu daya). Lilitan sekunder merupakan bagian transformator yang terhuung
dengan rangkaian bebean. Sedangkan inti besi merupakan bagian transformator yang
bertujuan untuk mengarahkan keseluruhan fluks magnet yang dihasilkan oleh lilitan
primer agar masuk ke lilitan sekunder.

Gambar 3.1 Bagian-bagian Transformator


Keterangan Gambar:
U1 : Tegangan Primer
U2 : Tegangan Sekunder
I1 : Arus Primer
I2 : Arus Sekunder
Ep : GGL Induksi pada kumparan primer
Es : GGL Induksi pada kumparan Sekunder
Np : Lilitan primer
Ns : Lilitan sekunder
Φb : Fluks magnet bersama
Z : Beban
3.4.1. Prinsip Dasar Transformator
Transformator terdiri dari dua gulungan kawat yang terpisah satu sama lain,
yang dibelikan pada inti yang sama. Daya listrik dipisahkan dari kumparan primer ke
kumparan sekunder dengan perantaraan garis gaya magnet (fluks magnet) yang
dibangkitkan oleh aliran listrik yang mengalir melalui kumparan primer. Untuk dapat
membangitkan tenaga listrik pada kumparan sekunder, fluks magnet yang dibangkitkan
oleh kumparan primer harus berubah-ubah. Untuk mengetahui hal ini, aliran listrik
yang mengalir melalui kumparan primer haruslah aliran listrik bolek-balik. Saat
kumparan primer dihubungkan ke sumber listrik AC, pada kumparan primer timbul
gaya gerak magnet (GGM) bersama bolak-balik juga. Dengan adanya GGM ini di
sekitar kumparan primer timbul fluks magnet bersama dan pada ujung-ujung kumparan
sekunder timbul gaya gerak listrik (GGL) induksi sekunder. Hal ini mengakibatkan
timbul gaya gerak magnet pada kumparan sekunder dan akibatnya pada beban timbul
tegangan sekunder.
3.4.2. Bagian-Bagian Transformator dan Fungsinya
a. Bagian Utama
1. Inti Besi
Inti besi (electromagnetic circuit) digunakan sebagai media
jalannya fluks yang timbul akibat induksi arus bolak-balik pada
kumparan yang mengelilingi inti besi sehingga dapat menginduksi
kembali ke kumparan yang lain. Dibentuk dari lempengan-lempengan
besi tipis berisolasi yang disusun sedemikian rupa.
2. Kumparan transformator
Kumparan transformator adalah beberapa lilitan kawat
berisolasi yang membentuk suatu kumparan atau gulungan.
Kumparan tersebut terdiri dari kumparan primer dan kumparan
sekunder yang diisolasi baik terhadap inti besi maupun terhadap antar
kumparan dengan isolasi padat seperti karton, pertinak, dan lain-lain.
Kumparan tersebut sebagai alat transformasi tegangan dan arus.
3. Minyak Transformator
Di dalam sebuah transformator terdapat dua komponen yang
secara aktif “membangkitkan” energi panas, yaitu besi (inti) dan
tembaga (kumparan). Bila energi panas tidak disalurkan melalui suatu
sistem pendinginan akan mengakibatkan besi maupun tembaga akan
mencapai suhu yang tinggi, yang akan merusak nilai isolasinya. Untuk
maksud oendinginan itu, kumparan dan inti dimasukan ke dalam suatu
jenis minyak yang dinamakan minyak transformator.
Minyak transformator mempunyai fungsi ganda, yaitu
pendinginan dan isolasi. Fungsi isolasi ini mengakibatkan berbagai
ukuran dapat diperkecil. Perlu dikemukakan bahwa minyak
transformator harus meiliki mutu yang tinggi dan senantiasa berada
dalam keadaan bersih. Disebabkan energi panas yang dibangkitkan
dari inti maupun kumparan, suhu minyak akan naik. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada minyak
transformator.
4. Bushing
Bushing merupakan komponen penting dari transformator yang
berada di bagian luar transformator. Fungsinya sebagai penghubung
antara kumparan transformator dengan jaringan di luar transformator.
Bushing terdiri dari sebuah konduktor yang terhubung dengan
kumparan yang berada di dalam transformator dan konduktor tersebut
diselubungi oleh bahan isolator. Bahan isolator berfungsi sebagai
media isolasi antara konduktor bushing dengan badan tangki utama
transformator. Secara garis besar, bushing terdiri dari empat bagian
utama, yaitu konduktor, isolator, klem koneksi, dan aksesoris.
5. Tangki Konservator
Saat terjadi kenaikan suhu oprasi pada transformator, minyak
isolasi akan memuai sehingga volumenya bertambah. Sebaliknya saat
terjadi penurunan suhu oprasi, maka minyak akan menyusut dan
volume minyak akan turun. Konservator digunakan untuk
menampung minyak pada saat transformator mengalami kenaikan
suhu. Seiring dengan naik turunnya volume minyak di konsevator
akibat pemuaian dan penyusutan minyak, volume udara didalam
konservator pun akan bertambah dan berkurang.
Penambahan atau pembuangan udara di dalam konservator akan
berhubungan dengan udara luar. Agar minyak isolasi transformator
tidak terkontaminasi oleh kelembapan dan oksigen dari luar, maka
udara yang akan masuk ke dalam konservator akan difilter melalui
silica gel. Untuk menghindari agar minyak trado tidak berhubungan
langsung dengan udara luar, maka saat ini konservator dirancang
dengan menggunakan brether bag/rubber bag, yaitu sejenis balon
karet yang dipasang di dalam tangki konservator.
b. Peralatan Bantu
1. Pendingin
Pendingin pada transformator berfungsi untuk menjaga agar
transformator bekerja pada suhu rendah. Pada inti besi dan kumparan-
kumparan akan timbul panas akibat rugi-rugi tembaga. Panas tersebut
mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan dan hal ini akan
merusak isolasi. Maka untuk mengurangi kenaikan suhu yang
berlebihan tersebut transformator perlu dilengkapi dengan sistem
pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator. Secara
alamiah media pendingin (minyak isolasi) mengalir karena perbedaan
suhu tangki minyak dan sirip-sirip transformator (radiator). Untuk
mempercepat pendinginan transformator dilengkapi dengan kipas
yang dipasang di radiator transformator dan pompa minyak agar
sirkulasi minyak lebih cepat dan pendinginan lebih optimal.
2. Tap Changer
Tap changer merupakan alat penstabil tegangan keluaran pada
sisi sekunder transformator daya. Prinsip kerja alat ini adalah dengan
mengubah jumlah kumparan primer yang memiliki input tegangan
yang berubah-ubah untuk mendapatkan nilai tegangan output yang
konstan.
3. Alat pernapasan (Dehydrating Breather)
Perubahan temperature didalam maupun diluar transformator
mengakibatkan perubahan pada temperature pada minyak isolasi
transformator. Kualitas isolasi minyak transformator akan menurun
bila dalam kandungan minyak tersebut terdapat banyak kandungan
gas dan air. Gas-gas dan air tersebut berasal dari kelembaban dan
kontaminasi oksigen dari udara luar. Saat level temperature minyak
meningkat, maka transformator akan mendesak udara untuk keluar
dari transformator.
Sebaliknya, saat level temperature minyak menurun, maka
udara luar akan masuk kembali ke dalam transformator. Untuk
mencegah terjadinya kontaminasi minyak transformator terhadap
udara luar yang masuk kembali ke transformator, maka sebuah
transformator daya dilengkapi dengan alat pernapasan berupa tabung
yang berisi zat Kristal (silica gel) yang terpasang di bagian luar
transformator.
4. NGR (Neutral Grounding Resistance)
NGR adalah sebuah tahanan yang dipasang serial dengan netral
sekunder pada transformator sebelum terhubung ke ground/tanah.
Tujuan dipasangnya NGR adalah untuk mengontrol besarnya arus
gangguan yang mengalir dari sisi netral ke tanah. Ada dua jenis NGR,
yaitu liquid dan solid. Resistor pada liquid menggunakan larutan air
murni yang ditampung di dalam bejana dan ditambahkan garam
(NaCl) untuk mendapatkan nilai resistansi yang diinginkan.
Sedangkan solid terbuat dari stainless steel, FeCrAl, Cast Iron,
Copper Nickel atau Nichrome yang diatur sesuai nilai tahanannya.
5. Indikator-indikator
Indikator transformator terdiri dari:
 Indicator suhu minyak
 Indicator permukaan minyak
 Indicator suhu winding
 Indicator kedudukan tap
3.4.3. Gangguan-Gangguan Pada Transformator
1. Gangguan Dalam
Gangguan dalam (internal faults) adalah gangguan yang disebabkan
karena adanya gangguan yang terjadi di dalam transformator, gangguan itu
antara lain:
a. Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal yang dapat
disebabkan oleh:
· Cara penyambungan konduktor yang tidak baik
· Kontak-kontak listrik yang tidak baik
· Kerusakan isolasi antara inti baut
b. Gangguan pada sistem pendingin. Sebagaimana diketahui, banyak
transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai
isolasi yang sekaligus merupakan bahan pendingin. Suatu kenyataan
adalah bahwa terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam
transformator, maka dalam minyak itu akan terbentuk sejumlah gas.
c. Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja parallel
d. Gangguan hubung singkat
Pada umumnya gangguan ini dapat dideteksi karena akan selalu timbul
arus maupun tegangan yang tidak normal/tidak seimbang. Jenis
gangguan ini antara lain, hubung singkat antar belitan, yaitu:
· Hubung singkat antara kumparan dengan tanah
· Hubung singkat dua fasa, dan
· Kerusakan pada isolator transformator
2. Gangguan Luar
Jenis gangguan luar (external faults) ini dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu:
- Hubung singkat luar
Hubung singkat jenis ini terjadi di luar transformator daya, misalnya:
hubung singkat di bus, hubung singkat di feeder dan gangguan hubung
singkat di sistem yang merupakan sumber bagi transformator daya
tersebut. Gangguan ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang sangat
besar, mencapai beberapa ratus kali arus nominalnya.
- Beban luar (overload)
Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada beban
nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih besar 100 %, transformator
daya akan mendapat pemanasan lebih. Kondisi ini memungkinkan tidak
segera menimbulkan kerusakan pada transformator daya, tetapi apabila
berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan umur isolasi
bertambah pendek.
Keadaan beban lebih berbeda dengan keadaan arus lebih. Pada beban
lebih, besar arushanya kira-kira 10 % di atas nominal dan dapat diputuskan
setelah berlangsung beberapa puluh menit. Sedangkan pada arus lebih,
besar arus mencapai beberapa kali arus nominal dan harus secepat
mungkin diputuskan.
3.5. Sistem Proteksi Tenaga Listrik
Pada sistem tenaga listrik, sistem proteksi adalah alat perlindungan atau isolasi
pada bagian yang memungkinkan akan terjadi gangguan atau bahaya. Tujuan utama
proteksi adalah untuk mencegah terjadinya gangguan atau memadamkan gangguan
yang telah terjadi dan melokalisirnya dan membatasi pengaruh-pengaruhnya, biasanya
dengan mengisolir bagian-bagian yang terganggu tanpa mengganggu bagian-bagian
yang lain.
Sistem proteksi ini mendeteksi konsdisi abnormal dalam suatu rangkaian listrik
dengan mengukur besaran-besaran listrik yang berbeda antara kondisi normal dengan
kondisi abnormal. Ada beberapa kriteria yang perlu diketahui pada pemasangan suatu
sistem proteksi dalam suatu rangkaian sistem tenaga listrik, yaitu:
a. Sensitifitas (kepekaan)
Sensitifitas adalah kepekaan relay proteksi terhadap segala macam
gangguan dengan tepat yakni gangguan yang terjadi di daerah
perlindungannya. Sensitifitas suatu proteksi ditentukan oleh nilai terkecil
dari besaran penggerak saat peralatan proteksi mulai beroprasi. Nilai
terkecil besaran penggerak berhubungan dengan nilai minimum arus
gangguan dalam daerah yang dilindunginya.
b. Selektifitas dan diskriminatif
Selektif berarti suatu sistem proteksi harus dapat memilih bagian sistem
yang harus diisolir apabila relay proteksi mendeteksi gangguan. Bagian
yang dipisahkan dari sistem yang sehat sebisanya adalah bagian yang
terganggu saja. Diskriminatif berarti suatu sistem proteksi harus mampu
membedakan antara kondisi normal dan kondisi abnormal, ataupun
membedakan apakan kondisi abnormal tersebut terjadi di dalam atau di
luar daerah proteksinya.
c. Kecepatan
Sistem proteksi perlu memiliki tingkat kecepatan sebagaimana ditentukan
sehingga meningkatkan mutu pelayanan, keamanan manusia, peralatan dan
stabilitas oprasi.
d. Keandalan
Suatu sistem proteksi dapat dikatakan andal jika selalu berfungsi
sebagaimana yang di harapkan. Sistem proteksi tersebut dikatakan tidak
andal bila gagal bekerja pada saat dibutuhkan dan bekerja pada saat
proteksi itu tidak seharusnya bekerja.
e. Ekonomis
Suatu perencanaan teknik yang baik tidak terlepas tentunya dari
pertimbangan nilai ekonomisnya. Suatu relay proteksi yang digunakan
hendaknya ekonomis mungkin dengan tidak mengesampingkan fungsi dan
keandalannya.
3.5.1. Tipe Proteksi
Ada dua kategori yang dikenal yaitu proteksi utama (main protection) dan
proteksi pembantu (back up protection). Proteksi utama adalah pertahanan utama dan
akan membebaskan gangguan pada bagian yang akan diproteksi secepat mungkin.
Mengingat keandalan 100% tidak hanya dari perlindungan tetapi juga dari trafo arus,
trafo tegangan dan pemutus rangkaian yang tidak dapat dijamin, untuk itu diperlukan
perlindungan pembantu (auxiliary protection) pada alat proteksi tersebut. Proteksi
pembantu bekerja bila relay utama gagal dan tidak hanya melindungi daerah berikutnya
dengan perlambatan waktu yang lebih lama daripada relay utamanya.
Gambar 3.2 Konsep Diagram Sebuah Relay
3.6. Jenis-jenis Proteksi Transformator Daya
Relay yang biasa digunakan pada sebuah transformator daya sebagai pengaman
pada saat terjadi gangguan adalah:
1. Relay Buchollz
Relay buchollz dipasang pada pipa main tank ke konservator ataupun
dari OLTC ke konservator tergantung design trafonya apakah dikedua pipa
tersebut dipasang relay buchollz. Relay buchollz berfungsi untuk mendeteksi
dan mengamankan gangguan di dalam transformator yang menimbulkan gas.
Selama transformator beroperasi normal, relay akan terisi penuh dengan
minyak. Pelampung akan berada pada posisi awal.

Gambar 3.3 Relay Buchollz


Bila terjadi gangguan yang terkecil didalam tangki transformator,
misalnya hubung singkat dalam kumparan, maka akan menimbulkan gas. Gas
yang terbentuk akan berkumpul dalam relay pada saat perjalanan menuju
tangki konservator, sehingga level minyak dalam relay turun dan akan
mengerjakan kontak alarm (kontak pelampung atas). Bila level minyak
transformator turun secara perlahan-lahan akibat dari suatu kebocoran, maka
pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyak
tersebut terus berlanjut, maka pelampung bawah akan memberikan sinyal trip.
Bila terjadi busur api yang besar, kerusakan minyak akan terjadi dengan cepat
dan timbul surja tekanan pada minyak yang bergerak melalui pipa menuju ke
relay buchollz.
2. Relay Jansen
Tap changer adalah alat yang terpasang pada transformator yang
berfungsi untuk mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban maupun
variasi tegangan pada sistem masuknya (input). Tap changer umumnya
dipasang pada ruang terpisah pada ruang terpisah dengan ruang untuk tempat
kumparan, dimaksudkan agar minyak tap changer tidak bercampur dengan
minyak tangki utama. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila
terjadi gangguan pada sistem tap changer, digunakan pengaman yang biasa
disebut relay jansen (buchollz-nya tap changer).
Relay buchollz tap changer (jansen) untuk mengamankan ruangan
beserta isinya dari diverter switch. Relay jansen bekerja apabila ada desakan
tekanan yang terjadi akibat flash over antar bagian bertegangan atau baguan
bertegangan dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan
eksternal.
Gambar 3.4 Relay Jansen
Prinsip kerja dari relay jansen adalah adanya aliran minyak yang deras,
ada tekanan minyak sehingga minyak mengalir ke konservator, goncangan
minyak yang cukup besar dan semua itu menyebabkan katup akan berayun dan
mengerjakan kontak triping dan akhirnya akan melepas gangguan.
3. Relay Tekanan Lebih (Sudden Pressure Relay)
Relay tekanan lebih berfungsi hampir sama seperti relay buchollz yaitu
mengamankan transformator dari gangguan insternal. Bedanya relay ini hanya
bekerja apabila terjadi kenaikan tekanan gas tiba-tiba yang disebabkan oleh
hubung singkat

Gambar 3.5 Relay Sudden Pressure


Berikut adalah komponen dan cara kerja dari relay tekanan lebih:
 Tipe Membran
Plat tipis yang didesain sedemikian rupa yang akan pecah bila
menerima tekanan melebihi desainnya. Membrane ini hanya sekali
pakai sehingga bila pecah harus segera diganti yang baru.
 Pressure Relief Valve
suatu katup yang ditekan oleh sebuah pegas yang didesain sedemikian
rupa sehingga apabila terjadi tekanan didalam transformator melebihi
tekanan pegas maka akan membuka dan membuang tekanan keluar
bersama-sama sebagian minyak. Katup akan menutup kembali apabila
tekanan didalam transformator turun atau lebih kecil dari tekanan
pegas.
4. Relay HV/LV Winding Temperature dan HV/LV Oil Temperature
Relay HV/LV temperature bekerja apabila suhun kumparan trafo
melebihi setting dari pada relay HV/LV Winding, besarnya kenaikan suhu
adalah sebanding dengan factor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan
kerja relay suhu kumparan/winding ini dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alar (winding temperature alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (winding temperature trip)

Gambar 3.6 Relay HV/LV


Relay HV/LV Oil tempature bekerja apabila suhu minyak trafo
melebihi setting dari pada relay HV/LV oil. Besarnya kenaikan suhu adalah
sebanding dengan factor pembebanan dan suhu udara luar trafo. Urutan kerja
relay suhu minyak/oil dibagi 2 tahap:
 Mengerjakan alarm (oil temperature alarm)
 Mengerjakan perintah trip ke PMT (oil temperature trip)
5. Relay Arus Lebih (Over Current Relay)
Relay arus lebih bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus yang
melebihi suatu nilai pengaman yang telah ditentukan dan dalam jangka waktu
yang telah diterapkan. Relay arus lebih akan pick up jika besar arus melebihi
nilai setting yang telah ditentukan. Pada proteksi transformator daya, relay
arus lebih digunakan sebagai tambahan bagi relay differensial untuk
memberikan tanggapan terhadap gangguan luar. Relay ini digunakan untuk
mengamankan peralatan terhadap gangguan dan beberapa hal dapat digunakan
sebagai pengaman beban lebih.

Gambar 3.7 Relay Over Current PT. Indonesia Power UP Saguling


6. Relay Tangki Tanah
Relay tangki tanah berfungsi untuk mengamankan trafo hubung singkat
antara fasa dengan tangki trafo dan titik netral trafo yang ditanahkan. Relay
tangki tanah yang terpasang, akan mendeteksi arus gangguan dari tangki trafo
ketanah, jika terjadi kebocoran isolasi dari belitan trafo ke tangki, arus yang
mengalir ketanah akan dideteksi relay arus lebih melalui CT. relay akan
mentripkan PMT di kedua sisi (TT dan TM). Jadi arus gangguan kembali
kesistem melalui pembumian trafo.

Gambar 3.8 Relay Tangki Tanah


7. Restricted Earth Fault (REF)
Relay gangguan tanah terbatas atau restricted earth fault (REF)
berfungsi untuk mengamankan tranformator bila ada gangguan satu fasa ke
tanah didekat titik netral transformator yang tidak dirasakan oleh relay
differensial.
Gambar 3.9 Relay Earth Fault
8. Relay Differensial
Relay differensial berfungsi untuk mengamankan transformator
terhadap gangguan hubung singkat yang terjadi di dalam daerah pengaman
transformator. Relay ini merupakan pengaman utama (main protection) yang
sangat selektif dan cepat sehingga tidak perlu dikoordinir dengan relay lain
dan tidak memerlukan time delay.

Gambar 3.10 Relay Differensial


Prinsip dari relay ini yaitu membandingkan arus yang masuk
keperalatan dengan arus yang keluar dari peralatan tersebut.
3.7. Tujuan Pemasangan Relay Proteksi Transformator Tenaga
Maksud dan tujuan pemasangan relay proteksi proteksi pada
transformator daya adalah untuk mengamankan peralatan/sistem sehingga kerugian
akibat gangguan dapat dihindari atau dikurangi menjadi sekecil mungkin dengan cara:
1. Mencegah kerusakan transformator akibat adanya gangguan/ketidak normalan
yang terjadi pada transformator atau gangguan pada bay transformator.
2. Mendeteksi adanya gangguan atau keadaan abnormal lainnya yang dapat
membahayakan peralatan atau sistem
3. Melepaskan (memisahkan) bagian sistem yang terganggu atau yang
mengalami keadaan abnormal lainnya secepat mungkin sehingga kerusakan
instalasi yang terganggu atau dilalui arus gangguan dapat dihindari atau
dibatasi seminimum mungkin dan bagian sistem lainnya tetap dapat beroprasi.
4. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya.
5. Memberikan pelayanan keandalan dan mutu listrik yang terbaik kepada
konsumen.
6. Mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.
BAB 4
TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Main Transfomer


Main Transformer atau transformer utama adalah suatu peralatan yang
sangat vital yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya. Pada trafo utama PT. Indonesia Power UP Saguling trafo
mengubah tegangan dari 16,5 KV menjadi 500 KV yang nantinya akan di salurkan
pada saluran transmisi dan selanjutnya tegangan diturunkan kembali untuk disalurkan
ke saluran distribusi.
PT. Indonesia Power UP Saguling memiliki 2 buah Main Transformer
(MTR), masing-masing 1 buah MTR digunakan untuk menopang 2 buah unit generator
dan turbin. Pada laporan praktik kerja lapangan ini, penulis memfokuskan untuk
membahas relay arus lebih pada MTR 2 pada PT. Indonesia Power UP Saguling.

Gambar 4.1 Main Transformer 2 (MTR 2) PT. Indonesia Power UP Saguling


Adapun spesifikasi Main Transformer 2 (MTR 2) pada PT. Indonesia
Power UP Saguling adalah sebagai berikut:
Type: SFFP-412200/500
Rated power: 412.2/206.1-206.1 MVA
Rated voltage: 525/16.5-16.5 kV
Vector group: YNd1d1
Frequency: 50 Hz
No. of phase: 3
Type of cooling ODAF
Sound pressure level: 80 dB(A)
Insulation level: LI/LIC/SI/AC
1U 1V 1W 1550/1705/1300/680 kV
N 95/105/-/38 kV
2U 2V 2W 3U 3V 3W 95/105/-/38 kV
Temperature rise:
Top oil 60 K
Avg. winding 65 K
Standard: IEC 60076
Installation site: Outdor, below 1000m
Insulation oil:
Manufacturer: NYNAS, Sweden
Type: Libra
De-energized Tap Changer:
Manufacturer MR Germany
Type 3Xdui822-72.5
Tabel 4.1 Spesifikasi MTR 2 PT. Indonesia Power UP Saguling
Gambar 4.2 Spesifikasi MTR 2 PT. IP UP Saguling
4.2. Sistem Proteksi Main Transformator Pada PT. Indonesia Power UP
Saguling
Sistem proteksi pada PT. Indonesia Power UP Saguling merupakan
kumpulan relay untuk mendeteksi adanya short circuit dan ground fault pada trafo
utama. Kedua macam relay tersebut mempunyai skema, satu untuk trafo utama saja
(T87A + T87FA), dan yang lainnya untuk trafo utama plus EHV branch bus (T87B +
T87FB). Berikut ini adalah diagram dari dua skema protektif proteksi pada PT.
Indonesia Power UP Saguling adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3 Skema Relay PT. Indonesia Power UP Saguling
1. Proteksi Utama pada PT. Indonesia Power UP Saguling
Device Number Type Specification
T87A MTP-A131 50Hz, TAP 0.58~1.74A, DC110V
T87B MTP-A141 50Hz, TAP 0.58~1.74A, DC 110V

2. Back-up Proteksi pada PT. Indonesia Power UP Saguling


Device Number Type Specification
T51-1 SOC3AA-R3S 50Hz, L-TAP 0.8~2.4A, H-TAP
4~16A, 0.5~ sec, DC12V
T51-2 SOC3AA-R3S Ditto
T51-N SOC1DA-R6S 50Hz, L-TAP 0.4~1.2A, H-TAP
2~8A sec, DC12V
Tabel 4.2 Proteksi utama dan back-up proteksi pada PT. IP UP Saguling
4.3. Relay Arus Lebih
Relay arus lebih merupakan relay yang bekerja terhadap arus lebih. Relay ini akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setting arusnya (I sett). Relay ini bekerja dengan
membaca input berupa besaran arus kemudian membandingkan dengan nilai setting, apabila
nilai arus setting terbaca oleh relay melebihi nilai setting, maka relay akan mengirim perintah
trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu
yang diterapkan pada setting.
Relay arus lebih OCR (Over Current Relay) memproteksi instalasi listrik
terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteksi terhadap gangguan fasa tanah
digunakan relay arus lebih gangguan tanah atau Ground Fault Relay (GFR). Prinsip kerja GFR
sama dengan OCR, yang membedakan hanyalah pada fungsi dan elemen sensor arus. OCR
biasanya memiliki 2 atau 3 sensor arus (untuk 2 atau 3 fasa) sedangkan GFR hanya memiliki
1 sensor arus (satu fasa). Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang
mendeteksi besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus.

Gambar 4.5 Sambungan (Wiring) 2 OCR dan 1 GFR


4.4. Prinsip Kerja Relay Arus Lebih Pada MTR 2 PLTA Saguling
Prinsip kerja relay arus lebih adalah berdasarkan pengukuran arus, yaitu relay
akan bekerja apabila merasakan arus diatas nilai settingnya. OCR dirancang sebagai
pengaman cadangan trafo jika terjadi gangguan hubung singkat baik dalam trafo (internal
fault) maupun gangguan eksternal (external fault). Oleh karena itu, setting arus OCR (T51-1
dan T51-2) pada MTR 2 PT. Indonesia Power UP Saguling harus lebih besar dari kemampuan
arus nominal trafo yang diamankan (110 – 120%) dari nominal, sehingga tidak bekerja pada
saat trafo dibebani nominal, akan tetapi harus dipastikan bahwa setting arus relay masih tetap
bekerja pada arus hubung singkat fasa-fasa minimum.
Prinsip kerja GFR (T51-N) pada MTR 2 PT. Indonesia Power UP Saguling sama
dengan OCR yaitu berdasarkan penguluran arus, dimana relay akan berkerja apabila
merasakan arus diatas nilai settingnya. GFR dirancang sebagai pengaman cadangan trafo jika
terjadi gangguan hubung singkat fasa terhadap tanah, baik dalam trafo (internal fault) maupun
gangguan eksternal (external fault). Setting arus GFR lebih kecil dari pada OCR, karena nilai
arus hubung singkatnya pun lebih kecil dari pada arus hubung singkat fasa-fasa.
Pada gangguan satu phasa ke tanah, misal phasa A mengalami gangguan akan
menyebabkan kenaikan arus pada phasa A dan drop tegangan di phasa A (menjadi nol)
sedangkan arus pada phasa yang lain menjadi nol yang diikuti dengan kenaikan tegangan
phasa yang lain (phasa B dan phasa C tidak sama dengan nol sedangkan arus phasa B sama
besarnya dengan phasa C yaitu nol ampere).
Relay arus lebih (OCR dan GFR) pada PT. Indonesia Power UP Saguling
merupakan relay 3 phasa dengan karakteristik definite relay yaitu jika relay dialiri arus lebih
relay belum tentu akan trip. Jika arus yang berlebih masuk hanya dalam waktu yang singkat
atau dibawah nilai arus setting maka relay tidak akan trip atau gangguan dapat dibiarkan.
Tetapi jika relay dialiri oleh arus lebih melebihi waktu settingnya, maka relay akan trip dengan
otomatis dan akan memberikan perintah kepada PMT untuk memutus jaringan. Jika sudah
terputus maka langkah selanjutnya ialah mencari tahu penyebab sekaligus memperbaiki
gangguan arus lebih pada trafo yang dapat menyebabkan relay trip. Biasanya pemeriksaan
dan perbaikan ini dilakukan oleh bagian pemeliharaan listrik UP Saguling. Jika dirasa
gangguan sudah dapat dihilangkan maka langkah selanjutnya ialah memberitahu bagian
operator agar mereset relay sehingga relay dapat beroprasi secara normal kembali.
Relay arus lebih pada PT. Indonesia Power UP Saguling merupakan back-up
protection, dimana untuk main protectionnya adalah diferrential relay. Untuk tujuan
keandalan dan keamanan terhadap mal-operasi, relay arus lebih (OCR dan GFR) PT.
Indonesia Power UP Saguling dilengkapi dengan 2 sirkuit independent circuit sebagai sirkuit
utama dan sebagai stopper masing-masing sirkuit dilengkapi dengan pengukuran terpisah.
Gambar 4.6 Relay Arus Lebih T51-2 PT. Indonesia Power UP Saguling
Adapun spesifikasi Relay OCR T51-1 dan T51-2 pada Main Transformer 2 (MTR
2) di PLTA Saguling adalah sebagai berikut:
Type : Mitsubishi / SOC 3AA – R3S
Rating : 50 Hz,1A,48/12 VDC
Setting Range: L = 1 H =4
LT = 5sec HT = 0.5 sec
Lokasi : Protection Panel Room
Adapun spesifikasi Relay GFR T-51 N pada Main Transformator 2 (MTR 2) di
PLTA Saguling adalah sebagai berikut:
Type : Mitsubishi / SOC 3AA – R3S
Rating : 50Hz,5A,48/125 VDC
Setting Range: LT ls = 0.4 x ln
LT ls = 0.05 x ln
Lokasi : Protection Panel Control Room
Gambar 4.7 Dimensi Relay Arus Lebih PT. Indonesia Power UP Saguling
4.5. Jenis-Jenis Relay Arus Lebih
 Non-directional
 Directional
 Kontrol tegangan
 Penahan tegangan
4.6. Karakteristik Relay Arus Lebih
a. Relay Waktu Seketika (Instantaneous Relay)
Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang
mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu
beberapa mili detik (10 – 20 ms). Dapat kita lihat pada gambar dibawah
ini. Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay
arus lebih dengan karakteristik yang lain.
Gambar 4.8 Instantaneous Relay
b. Relay Arus Lebih Waktu Tertentu (Defenite Time Relay)
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi gangguan
hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui settingnya (Is), dan
jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay diperpanjang dengan
waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus yang mengerjakan relay. Relay
arus lebih pada main transformer 2 (MTR 2) PT. Indonesia Power UP
Saguling menggunakan relay arus lebih jenis inverse time relay.

Gambar 4.9 Defenite Time Relay


c. Relay Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time Relay)
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari besarnya arus
secara terbalik (inverse time), makin besar arus makin kecil waktu tundanya.
Gambar 4.10 Inverse Time Relay
Karakteristik ini bermacam-macam dan setiap pabrik dapat membuat karakteristik
yang berbeda-beda karakteristik waktunya dibedakan dalam tiga kelompok yaitu sebagai
berikut:
 Standar Invers
 Very Inverse
 Extremely Inverse
 Long Time Inverse

Hubungan antara arus terhadap waktu untuk beberapa karakteristik di atas ditunjukan
oleh persamaan berikut:

𝐾 𝑥 (𝑇𝑀𝑆)
t= ∝−1
(𝐼⁄𝐼𝑠)

𝐼
𝑡 𝑥 [[ 𝐼𝑠]∝ −1
TMS =
𝐾
Dimana:
t : Waktu trip dalam detik
TMS : Time Multiple Setting
I : Besarnya arus gangguan hubung singkat (A)
 Setelan OCR (Inverse) diambil arus gangguan hubung singkat
terbesar
 Setelan GFR (Inverse) diambil arus gangguan hubung singkat
terkecil

Is : Besarnya arus setting sisi primer (A)


 Setelan OCR (Inverse) diambil (BS) 1,05 s/d 1,3 x Ibeban
 Setelan GFR (Inverse) diambil 6% s/d 12% x Ifault hubung
singkat 1 phasa terkecil.

TMS : Time Multiplier setting


K dan a untuk setiap karakteristik bahwa besarnya seperti pada table dibawah ini:
Karakteristik K A
Standard Inverse 0.14 0.02
Very Inverse 13.5 1.00
Extremly Inverse 80.0 2.00
Long Time Inverse 120 1.00
Tabel 4.3 karakteristik besarnya K dan A

4.7. Pengaman Pada Relay Arus Lebih


Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengaman yang berbeda antara lain:
 Pengamanan hubung singkat fasa-fasa. Relay ini mendeteksi arus dari
fasa-fasa. Oleh karena itu disebut “Relay Fasa”. Karena pada relay
tersebut dialiri oleh arus fasa, maka settingnya (Is) harus lebih besar
dari beban maksimum. Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal
peralatan terlemah).
 Pengamanan hubung fasa-tanah. Arus gangguan saru fasa ke tanah
ada kemungkinan lebih kecil dari arus beban, ini disebabkan karena
gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup
tinggi. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang
tinggi, atau bahkan tidak ditanahkan. Dalam hal demikian, relay
pengaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat mendeteksi
gangguan tanag tersebut. Supaya relay sensitive terhadap gangguan
tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang
tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo
daya. Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya,
berdasarkan komponen simetrisnya arus netral adalah jumlah dari
arus ketiga fasanya. Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat
mengalir jika terdapat jalan kembali melalui tanah (melalui kawat
netral).
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek atau praktik industri secara umum dengan hasil dan
pembahasan yang didapat secara khusus di PT. Indonesia Power UP Saguling dengan
judul “OCR (Over Current Relay) dan GFR (Ground Fault Relay) Sebagai Proteksi
Arus Lebih Pada Main Transformator Di PT. Indonesia Power Unit
Pembangkitan Saguling”, maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Main Transformer atau transformer utama adalah suatu peralatan yang sangat
vital yang berfungsi menyalurkan daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah atau sebaliknya. Pada trafo utama PT. Indonesia Power UP Saguling
trafo mengubah tegangan dari 16,5 KV menjadi 500 KV.
2. Relay arus lebih merupakan relay yang bekerja terhadap arus lebih. Relay ini
akan bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setting arusnya (I sett).
3. Relay arus lebih OCR (Over Current Relay) memproteksi instalasi listrik
terhadap gangguan antar fasa. Sedangkan untuk memproteksi terhadap
gangguan fasa tanah digunakan relay arus lebih gangguan tanah atau Ground
Fault Relay (GFR).
4. Hubungan antara arus terhadap waktu untuk beberapa karakteristik waktu relay
ditunjukan oleh persamaan berikut:
𝐾 𝑥 (𝑇𝑀𝑆)
t= ∝−1
(𝐼⁄𝐼𝑠)

𝐼
𝑡 𝑥 [[ 𝐼𝑠]∝ −1
TMS =
𝐾
5.2. Saran
Dalam pelaksanaan Laporan Kerja Praktik ini dan berdasarkan hasil
pengamatan penulis, terdapat beberapa saran yang perlu diperhatikan untuk
kedepannya bagi universitas maupun untuk perusahaan diantaranya:
a. Untuk Universitas:
1. Penambahan jam praktikum pada mahasiswa/i yang mengontrak Mata
Kuliah Praktikum
2. Pemberian pelatihan atau pembekalan pada mahasiswa/i yang mengontrak
Mata Kuliah Praktik Industri sebelum praktik langsung ke industri
3. Memberikan pedoman bagi mahasiswa/i yang mengontrak Mata Kuliah
Praktik Industri agar selama mahasiswa/i praktik tidak kebingungan
4. Untuk administrasi pembuatan surat agar tidak lama dalam pembuatan surat
izin untuk industri yang bersangkutan
5. Pemilihan dosen pembimbing seharusnya diputuskan sebelum mahasiswa/i
praktik industri
b. Untuk Industri:
1. Memberikan sanksi atau peringatan bagi setiap pegawai yang tidak
menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
2. Menghemat listrik di area kantor
3. Penggantian peralatan lama dengan yang baru
4. Penambahan peralatan untuk meningkatan keandalan di PT. Indonesia
Power UP Saguling
5. Peralatan proteksi perlu diperhatikan dengan cermat, karena sangat
berpengaruh pada kegiatan produksi listrik. Bila ada peralatan proteksi yang
sudah usang dan masih fungsional sebaiknya diganti dengan peralatan
proteksi yang baru sebagai tindakan pencegahan sebelum terjadi kerusakan
yang sangat fatal.

Anda mungkin juga menyukai