DOSEN PEMBIMBING:
Aulia Azizah, S.K.M.,M.P.H
Desember, 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
ridho-Nyalah kami selaku kelompok B2 mengenai tugas pembuatan makalah
“Gambaran Pola Asuh Ibu Terhadap Status Karies Siswa SDN 1 Komet
Banjarbaru” yang dilaksanakan pada Blok 18 ini dapat menyelesaikan makalah
yang merupakan hasil dari diskusi kami bersama. Kami mengharapkan makalah
ini dapat bermanfaat untuk pembelajaran selanjutnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih terutama kepada ibu Aulia Azizah,
S.K.M., M.P.H selaku dosen pembimbing kelompok skill B2. Kami sangat
menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan pada makalah ini, karenanya
dengan terbuka kami memohon maaf atas segala kekurangan kami dan kami
bersedia menerima saran serta masukkan dari pembaca. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan gigi berupa karies merupakan penyakit yang paling banyak
dijumpai didalam rongga mulut, sehingga menjadi masalah utama pada kesehatan
gigi dan mulut. Perilaku ibu berperan penting pada pemeliharaan kesehatan gigi
anak, dikarenakan ibu merupakan orang terdekat dengan anak. Riskesdas 2018
didapatkan data pada provinsi kalimantan selatan proporsi penduduk yang
bermasalah gigi dan mulut berupa gigi rusak, berlubang dan sakit sebesar 46,90%.
Berdasarkan kelompok usia, maka didapatkan bahwa proporsi penduduk usia 5-9
tahun yang paling banyak mengalami masalah kerusakan gigi sebesar 56,17%.
Faktor utama penyebab karies pada anak-anak adalah host (gigi yang
bersangkutan), saliva dan diet makanan. Menyikat gigi dengan benar serta
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride merupakan strategi untuk
mengingatkan daya tahan gigi dan mengurangi pertumbuhan serta aktivitas
bakteri. Perilaku yang benar dalam menyikat gigi mengacu pada FDI (Federation
Dentaire Internationale) yaitu perilaku menyikat gigi setiap hari, minimal, dua
kali sehari yaitu sesudah makan pagi dan sebelum tidur.
Proporsi penduduk Indonesia yang berperilaku baik dan benar dalam menyikat
gigi secara Nasional hanya sebesar 2,8% sedangkan di Kalimantan selatan sebesar
5,0%. Proporsi penduduk Kota Banjarbaru yang menyikat gigi dengan baik dan
benar sebesar 2,06% terendah diantara kabupaten/kota di Kalimantan Selatan,
pada usia 5-9 dan proporsi menyikat gigi dengan baik dan benar secara Nasional
sebesar 1,4% dan di Kalimantan Selatan sebesar 2,91%. Rendah proporsi
menyikat gigi dengan baik dan benar pada anak berkaitan dengan rendahnya
angka konseling kebersihan gigi yang dilakukan orang tua yaitu 8,3% (Nasional)
dan 6,6% (Kalimantan Selatan). Kondisi tersebut dapat mengakibatkan rendahnya
perilaku pola asuh ibu tentang menyikat gigi dengan baik dan benar kepada
anaknya.
Perilaku menyikat gigi pada anak dipengaruhi oleh pengetahuan ibu mengenai
menjaga kesehatan gigi. Kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan
1
2
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi : 60
N
n = 1+Ne2
60
n = 1+(60.0,052 )
60
n = 1+(60.0,0025)
N
n = 1+0,15
n = 52,17 ≈ 53
3
4
7. Unsur kimia
Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi
masih dalam penelitian. Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentase karies
gigi adalah fluor (Tarigan, 2016).
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Orang tua dianggap memiliki pengetahuan untuk mengajarkan anaknya
berbagai hal dasar mengenai menjaga kesehatan tubuh. Penanaman perilaku
kesehatan gigi dan mulut seharusnya dimulai sejak usia dini dan dimulai dari
lingkungan keluarga. Masa anak-anak merupakan awal pembentukan perilaku,
oleh sebab itu diharapkan orang tua dapat mendidik anaknya untuk berperilaku
yang benar memelihara kesehatan gigi dan mulutnya (Rizaldy dkk, 2017).
Tabel a. Kuesioner No. 1 Saya membiasakan anak untuk menyikat gigi setiap hari
Tabel b. Kuesioner No. 2 Saya membiasakan anak untuk menyikat gigi setelah
sarapan pagi
Tabel c. Kuesioner No. 3 Saya membiasakan anak untuk menyikat gigi sebelum
tidur di malam hari
12
Tabel d. Kuesioner No. 4 Saya membiasakan anak untuk tidak makan makanan
yang manis
Tabel e. Kuesioner No. 5 Ketika anak saya mengeluh saki gigi, saya segera
membawanya ke dokter gigi
Tabel g. Kuesioner No. 7 Saya rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali
Tabel i. Kuesioner No. 9 Saya membiasakan anak menyikat gigi sejak dini
Tabel j. Kuesioner No. 10 Saya membiasakan anak menyikat gigi dengan durasi
minimal 2 menit
16
Dari tabel 3.1 dapat diketahui bahwa 88,68% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di
SDN Komet 1 Banjarbaru menjawab benar mengenai membiasakan anak untuk
menyikat gigi setiap hari. 50,94% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1
Banjarbaru menjawab benar mengenai membiasakan anak untuk menyikat gigi
setelah sarapan pagi. 79,25% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1
Banjarbaru menjawab benar mengenai membiasakan anak untuk menyikat gigi
sebelum tidur di malam hari. 43,40% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1
Banjarbaru menjawab benar mengenai membiasakan anak untuk tidak makan
makanan yang manis. 64,15% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1
18
Banjarbaru menjawab benar bahwa ketika anak mengeluh sakit gigi, saya segera
membawanya ke dokter gigi.
84,91% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1 Banjarbaru menjawab
benar bahwa membiasakan anak untuk sikat gigi dua kali sehari. 41,51% ibu dari
siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1 Banjarbaru menjawab benar mengenai rutin ke
dokter gigi setiap 6 bulan sekali. 35,85% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet
1 Banjarbaru menjawab benar bahwa mengawasi penyikatan gigi anak. 83,02%
ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1 Banjarbaru menjawab benar bahwa
membiasakan anak menyikat gigi sejak dinI. 28,30% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di
SDN Komet 1 Banjarbaru menjawab benar bahwa membiasakan anak menyikat
gigi dengan durasi minimal 2 menit.
Kategori Jumlah
Benar 318
Salah 212
Tabel 3.3 Hasil Kuesioner Gambaran Pola Asuh Ibu terhadap Status Karies Siswa
SDN Komet 1 Banjarbaru
212
318
Ya Tidak
19
= (47 + 27 + 42 + 23 + 34 + 45 + 22 + 19 + 44 + 15) : 53
= 318 : 53 = 6
= 60%
Dari analisis Skala Guttman, hasil yang diperoleh adalah 60%, sesuai tabel
interpretasi terletak pada rentang Cukup (jika>atau = 5).
Nilai Jumlah
Decay 217
Extraction 41
Filling 24
Tabel 3.4 Hasil Survei Status Kesehatan Gigi def-t Modifikasi WHO Pada Siswa-
Siswi SDN 1 Komet Banjarbaru
8%
15%
77%
INDEKS def-t
70
60
50
40
30
20
10
0
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Kategori def-t
Sangat rendah 0,8-1,1
Rendah 1,2-2,6
Sedang 2,7-4,4
Tinggi 4,5-6,5
Sangat tinggi >6,5
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑+𝑒+𝑓
Indeks def-t =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎
217+41+24
=
53
282
=
53
= 5,32 (Tinggi)
Pengetahuan kesehatan gigi orang tua tinggi namun indeks def-t yang tinggi
dapat dipahami sebagai hasil dari pembentukan perilaku yang tidak hanya oleh
dipengaruhi domain pengetahuan namun juga domain sikap. Tidak adanya
pengaruh dari pengetahuan orang tua terhadap status kesehatan gigi dan mulut
anak, kemungkinan besar untuk responden dengan tingkat pengetahuan yang baik
tidak bisa sepenuhnya menjadikan kondisi anak dengan status kesehatan gigi dan
mulut yang baik. Adanya tingkat pengetahuan dalam kondisi kategori baik
kemungkinan besar orang tua hanya sebatas mengetahui dan memahami saja
tanpa diikuti oleh tingkat pengetahuan selanjutnya minimal sampai dengan tahap
aplikasi. Orang tua tidak mampu menggunakan tingkat pengetahuan yang
dimilikinya untuk mengaplikasinya dalam kehidupan nyata (Sutomo dkk, 2017).
Pada penelitian ini kita dapat mengetahui bahwa hal tersebut dapat ditunjukkan
terdapat 35,85% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1 Banjarbaru yang
mengawasi penyikatan gigi pada anak, 28,30% ibu yang membiasakan anak
menyikat gigi dengan durasi minimal 2 menit, 43,40% ibu yang membiasakan
anak untuk tidak makan makanan yang manis dan 41,51% ibu yang rutin untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap 6 bulan
sekali.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Bloom mengenai tingkatan pengetahuan
yang dimulai dari mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Tahu artinya sebagai pengikat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.termasuk kedalaman tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, dan sebagainya. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi riil. Aplikasi ini dapat
diartikan penggunaan hukum hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain (Sutomo dkk, 2017).
Pola asuh orangtua akan mempengaruhi sikap seorang anak. Menurut teori L
Green sikap termasuk dalam predispocing factors, yang mempengaruhi
23
terbentuknya perilaku. Tetapi Pengetahuan yang baik, sikap yang baik, belum
tentu tindakan yang dilakukan baik juga.Hal ini terjadi karena pengetahuan dan
sikap sebatas perilaku tertutup, artinya masih terbatas dalam bentuk perhatian,
perasaan, persepsi. Sedangkan tindakan merupakan perilaku terbuka, artinya telah
dilakukan atau telah di praktekkan. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan
sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas
atau sarana dan prasarana (Isnanto dan Rahayu, 2014).
Adanya sikap yang kurang pada diri orang tua akan menjadikan tingkat
kesehatan gigi dan mulut anak dalam keadaan sedang dan kurang. Adanya
keadaan ini menunjukkan bahwa sikap orang tua dalam hal ini sudah memberikan
pernyataan evaluatif terhadap adanya upaya pemeliharaan untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut, di mana tentu saja evalusi yang dilakukan bermakna
positif, artinya orang tua sudah beranggapan bahwa menjaga kesehatan gigi dan
mulut merupakan suatu hal positif (Sutomo dkk, 2017).
Pengaruh tindakan orang tua di bidang kesehatan gigi dalam keadaan baik
menjadikan kondisi tingkat kesehatan gigi dan mulut anak dalam keadaan baik.
Adanya kondisi ini menunjukkan bahwa orang tua sudah mampu melakukan
tindakan pemeliharaan gigi dengan baik dan benar. Adanya tindakan yang
dilakukan oleh orang tua tersebut sekaligus bisa memberikan contoh pada anak
mengenai cara-cara melakukan tindakan membersihkan gigi. Tindakan yang
dilakukan oleh orang tua jauh lebih bermakna memberikan pengaruh daripada
sekedar nasihat. Sebagaimana dalam teori yang menjelaskan bahwa perilaku, cara
mendidik anak, dan kebiasaan ibu dapat dijadikan contoh bagi anak, disamping itu
keteladanan sikap dan tindakan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
lebih efektif dari kata-kata atau nasihat. Dalam hal ini peran ibu sangat
menentukan dalam mendidik anak, karena ibu adalah orang yang paling dekat
dengan anak. Ibu merupakan tokoh panutan utama bagi anak, maka diharapkan
ibu dapat ditiru (Sutomo dkk, 2017).
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai indeks def-t
termasuk dalam kategori tinggi dan nilai presentase tertinggi mengenai pola asuh
ibu yaitu 88,68% ibu dari siswa kelas 1,2,3 di SDN Komet 1 Banjarbaru
menjawab benar mengenai membiasakan anak untuk menyikat gigi setiap hari,
sedangkan presentase terendah yaitu 28,30% pada ibu dari siswa kelas 1,2,3 di
SDN Komet 1 Banjarbaru menjawab benar bahwa membiasakan anak menyikat
gigi dengan durasi minimal 2 menit.
4.2 Saran
Orang tua perlu melakukan pemantauan kepada anak untuk menyikat gigi
dengan baik dengan memberikan pengetahuan mengenai cara menyikat gigi yang
benar, frekuensi menyikat gigi dan cara menyikat gigi yang baik dan benar untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut. Orangtua perlu melakukan tindakan
pencegahan yang lebih baik dilakukan adalah pencegahan primer dengan cara
modifikasi kebiasaan anak dan perlindungan terhadap gigi.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Nama Anak :
Dengan ini saya menyatakan setuju untuk menjadi responden penelitian dari
Kelompok B2 yang berjudul “Gambaran Perilaku Ibu Pada Pola Asuh Anak
Terhadap Karies Pada Siswa SDN Komet 1 Banjarbaru.” Saya mengerti
bahwa penelitian ini tidak akan berakibat buruk terhadap saya dan keluarga saya.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga oleh peneliti dan hanya
akan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Responden
( )
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Afiati R, Adhani R, Ramadhani K, Diana S. Hubungan Perilaku Ibu Tentang
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Status Karies Gigi Anak.
Dentino Jurnal Kedokteran Gigi. Maret 2017; 2(1): 56-62.
Isnanto dan Rahayu D. Hubungan Pola Asuh Orang tua dengan Status Kebersihan
Gigi dan Mulut Pada Siswa Tunanetra.Jurnal Kesehatan Gigi. Agustus
2014; 2(2): 214-221.
Sutomo B, Santosa B, Maula NA. Pengaruh Perilaku Orang Tua Terhadap Status
Kebersihan Gigi Anak Di Sdn 03 Karangjati.Jurnal Kesehatan Gigi.
Desember 2017; 4(2): 21-26.
Tarigan R. Karies Gigi Edisi 2. Jakarta: EGC; 2013.