Pendahuluan
Pengertian dari risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai
dampak pada pencapaian tujuan. Sedangkan manajemen risiko adalah budaya, proses
dan struktur yang diarahkan untuk mewujudkan peluang peluang sambil mengelola efek
yang tidak diharapkan atau kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko.
Manajemen risiko bertujuan untuk minimalisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya terjadinya kerudgian dengan teori
accident model dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai. Kejadian
kerugian tersebut, sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya
manajemen risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun ‘accident’.
Resiko yang berpeluang menimbulkan bahaya adalah resiko bahaya radiasi. Terjadi
gangguan kesehatan akibat pemanfaatan radiasi dari dampak paling ringan sampai
dengan berat baik genetik maupun somatik. Bahaya radiasi dampak berdampak pada
orang yang terkena radiasi dan secara genetik berdampak pada keturunannya. Radiasi
bersifat mengionisasi sel tubuh yang dapat merusak selsampai jaringan sementara
radiasi tidak terlihat, tidak berbau dan tidak terasa.
Oleh karena itu rumah sakit menerapkan pinsip keselamatan pasien berkewajiban
untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh resiko strategis dan operasional
termasuk area managerial, fungsional, pelayanan dan area klinis. Penerapan manajemen
resiko suatu Rumah Sakit akan berdampak pada pelaksanaan keselamatan
pasien,Rumah Sakit dan pencapaian sasaran mutu pelayanan.
Untuk itu maka perlu disusun manajemen resiko di instalasi radiologi untuk
meminimalisasi dan meniadakan risiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi bahaya
yang ada.
2. Latar Belakang
Salah satu pelayanan medis spesialis penunjang di rumah sakit adalah radiolog
(Permenkes Nomor 56, 2014 ). Radiologi ini memanfaatkan sinar X untuk keperluan
diagnosis baik radiologi diagnostik maupun radiologi intervensional ( Perka BAPETEN
Nomor 8, 2011). Sinar X merupakan jenis radiasi pengion yang dapat memberikan
manfaat dan juga paparan radiasinya dapat merusak atau merubah sel sel dan jaringan
bahan kematian ( Wibowo, dkk 2013 ). Interaksi sinar radiasi dan sel sel tubuh manusia
akan menyebabkan terjadinya berbagai reaksi kimia. Hal ini dikarenakan efek somatik /
non somatik dan efek genetik/ stokastik. Apabila jumlah energi radiasi yang diserap atau
diterima (dosis) melebihi dosis ambang (Threshold Limit Value) dapat terjadi efek
deterministik.
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 33 tahun 20017 tentang Keselamatan
Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif, setiap orang atau badan yang akan
memanfaatkan tenaga nuklir seperti tenaga yang berasal dari sumber radiasi pengion
wajib memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir dan memenuhi persyaratan keselamatan
radiasi. Persyaratan keselamatan radiasi meliputui (1) persyaratan manajemen; (2)
persyaratan proteksi radiasi; (3) persyaratan teknik; (4) verifikasi keselamatan yang
bertujuan untuk mencapai keselamatan pekerja dan anggota masyarakat.
Kita menyadari bahwa tidak hanya pengurangan resiko saja yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan masyarakatnya. Perlunya evaluasi
berkelanjutan, fokus pada kepentingan pasien, dan komponen komponen lain
membentuk sebuah kerangka kerja baru yang disebut clinical governance. Manajemen
resiko merupakan salah satu pilar penerapan clinical governance dalam institusi
pelayanan kesehatan
Manajemen resiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi resiko secara sistemik, evaluasi dan penataan resiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organisasi maupun individu, dengan penekanan pada
perubahan budaya kerja dari reaksioneer dan penanggulangan menjadi pencegahan dan
pengelolaan. Resiko yang dicegah dalam pengelolaan manajemen resiko berupa resiko
klinis dan non klinis. Disamping manajemen resiko terkait penggunaan sumber radiasi,
Rumah Sakit harus menerapkan manajemen pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial.
Infeksi nosokmial adalah infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah
sakit yang dapat terjadi setiap saat dan setiap tempat selama proses perawatan.
Adapun kegiatan managemen resiko meliputi :
a. Kepatuhan terhadap standar yang berlaku dan peraturan perundang undangan
b. Kepatuhan terhadap standar manajemen fasilitas, radiasi dan program pencegahan
dan pengendalian infeksi
c. Tersedianya APD sesuai pekerjaan dan bahaya yang dihadapi
d. Orientasi terhadap semua staf pelayanan radiodiagnostik, imaging dan radiologi
intervensional (RIR) tentang praktek dan prosedur keselamatan
e. Pelatihan ( inservice training ) bagi staf untuk pemeriksaan baru dan menangani
bahan berbahaya produk baru.
Program ini dibuat sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah NO. 29 tahun
2018 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi Pengion dan Bahan Nuklir, dengan
mempertimbangkan Peraturan Pemerintah NO. 8 tahun 2011 tentang Keselamatan
Radiasi dalam penggunaan pesawat Sinar-X Radiodiagnostik dan Intervensional serta
Perka BAPETEN No. 4 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan radiasi dalam
pemanfaatan Tenaga Nuklir.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meminimalisasi dan meniadakan resiko yang ditimbulkan oleh berbagai potensi
bahaya yang ada di Instalasi Radiologi RS.
b. Tujuan Khusus
1) Mengurangi resiko terhadap pemanfaatan radiasi pengion
2) Mengawasi dan memonitor resiko terhadap petugas, pasien, masyarakat dan
lingkungan
3) Meningkatkan keamanan dan keselamatan fungsi fasilitas tenaga nuklir yang ada
di RS bagi petugas radiasi, pasien, masyarakat umum dan lingkungan area
pelayanan
4) Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya Keselamatan dan
Keamanan Kerja (K3) di Rumah Sakit
5) Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
6) Peningkatan mutu pelayanan dan produktifitas Rumah Sakit
4. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
DAFTAR RISIKO
UNIT RADIOLOGI RS RISA SENTRA MEDIKA LOMBOK TIMUR
Identifikasi Risiko Evaluasi Risiko Pengelolaan Risk
No. Jenis Risiko Sumber Identifikasi Dampak Probabilitas Detektibilitas Risk score
risiko owner/PIC
1. Kebocoran radiasi melalui Rapat rutin unit 5 3 30 Manajemen Radiologi
pintu ruang pemeriksaan radiologi fasilitas RS
Radiologi
2. Kerusakan fasilitas karena Rapat rutin unit 4 1 16 Manajemen Radiologi
force mayor radiologi fasilitas RS
3. Terjadi kebocoran Alat Rapat rutin unit 5 1 10 Manajemen Radiologi
Pelindung Diri (APD) radiologi fasilitas RS
radiasi
4. Petugas menerima dosis Rapat rutin unit 5 1 10 Manajemen Radiologi
radiasi melewati Nilai Batas radiologi fasilitas RS
Dosis (NBD) yang
ditetapkan
5. Terjadinya kebocoran Rapat rutin unit 5 1 10 Manajemen Radiologi
tabung sinar X radiologi fasilitas RS
6. Tidak ada tanda/peringatan Rapat rutin unit 3 2 6 Manajemen Radiologi
bahaya radiasi radiologi fasilitas RS
7. Tanda bahaya radiasi untuk Rapat rutin unit 3 2 6 Manajemen Radiologi
wanita hamil radiologi fasilitas RS
8. Petugas/masyarakat Rapat rutin unit 3 2 6 Manajemen Radiologi
berada di dalam medan radiologi fasilitas RS
radiasi tanpa menggunakan
APD
9. Penggunaan sumber Rapat rutin unit 3 1 3 Manajemen Radiologi
radiasi yang tidak memiliki radiologi fasilitas RS
izin pemanfaatan dan
terkalibrasi rutin
10. Kebocoran radiasi akibat Rapat rutin unit 3 1 3 Manajemen Radiologi
kebocoran dinding radiologi fasilitas RS
konstruksi ruang fasilitas
tenaga nuklir
DAMPAK
PELUANG
Minimal / sangat rendah Minor / rendah Moderat / sedang Mayor / besar Ekstrem/ katastropik
Jarang 1 2 3 4 5
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin sekali 4 8 12 16 20
Hampir pasti 5 10 15 20 25
4) Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi dilakukan maka tahapan selanjutnya pengelolaan risiko dengan cara menghilangkan atau menekan
pada level terendah dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul.
Skor Kriteria Keterangan
15-25 Tinggi Pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen puncak dengan telaah lebih lanjujt dengan menghindari
risiko atau mengurangi risiko yang meliputi al :
1. Menghentikan kegiatan
2. Tidak melakukan kegiatan
3. Membuat kebijakan
4. Membuat SPO
5. Mengganti/menarik atau membeli alat
6. Melaksanakan prosedur
7. Pengadan, perbaikan dan pemeliharaan bangunan dan instrumen yang sesuai dengan persyaratan
8. Pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan prosedur dan persyarataan
9. Pembuatan dan perbaharuan prosedur, standar, dan check list
10. Pelatihan penyegaran personil/petugas, seminar, pembahasan, kasus, leaflet, stiker dan poster.
8-12 Bermakna Pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen puncak dan tindakan perbaikan segera dilakukan dngan
mengurangi resiko melalui al :
1. Membuat kebijakan
2. Membuat SPO
3. Mengganti/menarik atau membeli alat
4. Melaksanakan prosedur
5. Pengadaan, perbaikan dan pemeliharaan bangunan dan instrument yag sesyai dengan persyaratan
6. Pengadaan bahan habis pakai sesuai dengan prosedur dan persyaratan
7. Pembuatan dan pembaharuan prosedur, standard an check list
8. Pelatihan penyegaran personil/petugas, seminar pembahasan kasus, leaflet, stiker dan poster
4-6 Sedang Dilakukan perbaikan secepatnya dengan tidak diperlukan adanya keterlibatan pihak manajemen puncak
dengan cara mengekploitasi resiko meliputi al :
1. Usulan revisi SPO terkait dengan kasus yang terjadi
2. Memantau pelaksanaan SPO yang sudah ada
3. Mengusulkan perbaikan dan pemeliharaan
1-3 Rendah Dilakukan tindakan perbaikan yang dapat dijadwalkan kemudian serta penanganan cukup dilakukan
dengan prsedur yang ada
b. Pelaporan tentang risiko
Pelaporan tentang risiko melalui:
1) Pelaporan ionsiden yang menggunakan format pelaporan yang telah baku
(dikeluarkan dari KKPRS), sudah ada SPO dan sudah di sosialisasikan kepada
staf RS. Setiap insiden yang terjadi disemua unit yang berhubungan dengan
keselamatan pasien dilaporkan kepada Tim KPRS secara tertulis,
menggunakan format pelaporan insiden. Jenis Insiden Keselamatan Pasien
(IKP): KNC, KTC, KTD, KPC.
2) Pelaporan kecelakaan kerja antara lain laporan tertusuk jarum, yang dilaporkan
ke K3 dan poli karyawan
c. Manajemen Risiko Klinis
Setiap minggu (setiap hari senin) dilakukan pembahasan laporan insiden
keselamatan pasioen oleh Tim KPRS, Manajmen RS, Unit Quality dan Assurance
dan unit terkait untuk tindaklanjut insiden yang terjadi. Setiap insiden dilakukan risk
matrix grading, yaitu dilakukan Investigasi Sederhana/FMEA.
d. Investigasi KTD
Penyelidikan KTD dan tindak lanjut dengan pembahasan melalui RCA. Setelah
dilakukan RCA pelaporan RCA dilaporkan kepada manajemen untuk mendapatkan
masukan masukan dan persetujan rekomendasi yang telah disimpulkan oleh Tim
RCA, juga dilaporkan kepada unit sebagai pemblajartan agar tidak terulang insiden
yang sama.
e. Manajemen klaim
Rumah sakit melakukan pengelolaan terhadap comlplain atau saran customer yang
masuk ke RS, baik secara lisan/tertulis.
1) Unit CS dan front Desk mengumpulkan/ menampung saran customer/complain
2) Unit CS dan front Desk meneruskan saran customr dan atau complain ke unit
terkait untuk dilakukan tindak lanjut /bersama unit QA melakukan pembahasan
saran customer/complain dengan unit terkait untuk mencari akar masalah dan
dilakukan tindak lanjut agar tidak terulang kembali. Bila complain berhubungan
dengan pelayanan medis, maka unit CS dan front Desk akan berkoordinasi
dengan Tim KPRS dan Medical Staf Division.
9. Evaluasi dan Tindak Lanjut
Evaluasi Manajemen Risiko dibuat tiap akhir tahun dan dilaporkan kepada pimpinan
RS dan di feedback ke unit terkait. Tindak lanjut berdasarkan hasil evaluasi dan
sebagai acuan untuk program peningkatan mutu dan keselamatan rumah sakit.
10. Pelaporan
Pelaporan kegiatan disusun setelah kegiatan selesai dilaksanakan dan dilaporkan
kepada pimpinan rumah sakit dan di feedback ke unit terkait.
LAMPIRAN:
Extreme
Sering terjadi (beberapa
Moderate Moderate High Extreme
x/tahun) (4)
No Kegiatan
Target Lokasi Pelaksana Jadwal
. Keselamatan dan Keamanan Rumah Sakit
1 Memiliki petugas proteksi radiasi yang mempunyai ijin 1 orang / unit Radiologi PPR 1 tahun sekali
sebagai petugas radiasi dari Badan Pengawas
2 Menyediakan pemantau daerah kerja dan lingkungan Radiologi PPR 1 tahun sekali
yang dapat berfugsi dengan baik sesuai dengan jenis
radiasi yang digunakan
3 Pemantauan paparan radiasi di area kerja dan Radiologi FISMED 6 bulan sekali
lingkungan
4 Membuat desain fasilatas alat sinar x sesuai dengan Radiologi FISMED Fasilitas baru
ketentuan yang dipersyaratkan oleh Bapeten
Keselamatan Petugas, Pasien, dan Masyarakat
1 Membuat program quality assurance Radiologi TIM QC 1 tahun sekali
2 Membuat program quality control Radiologi TIM QC 1 tahun sekali
3 Melakukan kalibrasi pesawat sinar X Radiologi BPFK 1 tahun sekali
4 Melakukan pengujian fungsi atau kinerja pesawat Radiologi BPFK 2 tahun sekali
sinar X
5 Melakukan kaliobrasi peralatan dosimetri Radiologi BATAN 1 tahun sekali
6 Menyediakan peralatan protksi radiasi Radiologi PPR
7 Pemantauan dosis perorangan Radiologi PPR 3 bulan sekali
8 Pemeriksaan kesehatan berkala Radiologi PPR 1 tahun sekali
9 Menyimpan dan mencatat dosis hasil pemantauan Radiologi PPR 30 tahun
daerah kerja
10 Pendidikan dan pelatihan K3 terhadap radiasi Radiologi PPR Orientasi staf baru