Spiritual Dan Proaktif Koping PDF
Spiritual Dan Proaktif Koping PDF
Ardiman Adami
Abstract
27 2006. Scales for measurement were proactive coping inventory (Greenglass,2002) and
Spiritual Transedence Scale (Piedmont, 1999). Realiability of proactive inventory and spiritual
Data tested by Pearson's correlation product moment via SPSS for windows. Result of
the research showed that spirituality and proactive copmg are having very significant
correlation coefficients 0. 741 (p=0.000). It mean that spirituality influence the emergence of
Bencana ini merupakan peristiwa katastroplk memprihatinkan. Selain menderita Iuka fisik,
dan traumatis terburuk yang pemah terjadi di para korban yang selamat (survivor'} juga
gelombang tsunami yang melanda Provinsi berdampak pada kondisi psikis dan spiritual
Aceh dan Sumatrera Utara di penghujung mereka. Banyak analisis telah memaparkan
Desember 2004 yang menewaskan sekitar berbagai hal tentang realitas bencana yang
Yogyakarta kali ini telah menewaskan lebih keterpurukan. Upaya rehabilitasi tersebut,
dari 6.000 jiwa serta meluluhlantakkan ribuan tentunya tidak lepas dari pemahaman yang
dan Kabupaten Bantul. Khusus wilayah bencana dan pasca-bencana. Oalam hal ini,
Bantul, sebanyak 4.143 korban tewas dan tentunya penting untuk diperhatikan pula
779.287 jiwa lainnya harus tinggal di tenoa bagaimana kondisi psikis dan spiritual
yang secara langsung menjadi korban psikologis sekaligus rasa sakit yang
Penanganan stres pada survivor telah membuat Iuka psikis yang dalam.
akibat gempa di Yogyakarta memang tidak Apalagi kejadiannya begitu mendadak dan
sehari-hari. Apalagi kondisi trauma, kondisi rumahnya yang dibangun dengan berbagai
fisik dan mental, aspek kepribadlan masing usaha hancur berantakan. Tak pelak kondisi
masatah penyesuaian perilaku dan seperti rasa takut, cemas, duka cita yang
membawa dampak psikologis yang cukup kehilangan kontrol, frustrasi sampal depresi
berat. Geban yang dihadapi oleh survivor bermuara pada kemampuan indMdu dalam
mereka tentang kehidupan dan realistis. Gejala-gejala terse but adalah reaksi
menyebabkan tekanan pada jiwa mereka. wajar dari pengataman yang tidak wajar.
Kejadian gempa di Yogyakarta menjadi Tentunya hal ini tidak bisa dibiarkan begitu
beban dan tekanan tersendiri bagi para saja. Mereka memerlukan cara yang tepat
survivorkarena musibah lnl baru pertama kali untuk mengatasi masalah yang dialami.
dialami oleh survivor dan merupakan Dalam hal ini, konsep coping
kejadian yang tidak terduga sama sekali. merupakan ha! yang penting untuk
Bagi sebagian orang yang luput dari dibicarakan. Konsep coping menunjuk pada
maul, menerima kenyataan bahwa dirinya berbagai upaya, baik mental maupun
telah kehilangan banyak hal akibat gempa perilaku, untuk menguasai, mentoleransi,
adatah hal yang menyakitkan dan sutit mengurangi, atau meminimalisasikan suatu
diterima. Meski terasa lebih ringan karena situasi atau kejadian yang penuh tekanan.
bencana ini melanda banyak orang, namun Dengan kata lain, coping merupakan suatu
perubahan yang begitu mendadak dan proses di mana individu berusaha untuk
penghidupan selanjutnya, cukup sulit untuk menekan akibat dari masalah yang sedang
diterima. Hal ini terlihat pada beberapa dihadapinya. Beragam cara dilakukan.
survivor gempa yang belum bisa menerima Namun, semua bermuara pada perubahan
kenyataan bahwa dirinya telah kehilangan kognitrf maupun perilaku guna memperoleh
sikap mudah tersinggung bila orang bertanya musibah, biasanya ia akan mendekat kepada
mengenai gempa atau kondisi dirinya setelah Tuhan dengan meningkatkan ibadah dan
gempa terjadi, menjadi mudah marah akan perbuatan baik lainnya. Hal ini diperlihatkan
hal-hal kecil, kehilangan semangat untuk oleh sebagian besar warga Bantul yang
hidup, dan menjadi terlalu pasrah akan mengaku tawakal dengan memasrahkan
psikologis kepada beberapa survivordi RSU menjadikan mereka semakin dekat kepada
PKU Muhammadiyah Yogyakarta (18- Tuhan serta menyadari berbagai dosa dan
20/06/2006). penulis blsa menyaksikan kesalahan yang telah diperbuat selama lni.
survivor yang mengatami berbagai tekanan peringatan keras Tuhan kepada manusia
yang telah lama berkubang dalam dosa dan oleh Graham, dkk. {2001) menunjukkan
mereka senantiasa hidup da1am nuansa dihadapi. Penelitian ini menyarankan bahwa
keimanan kepada Tuhan. Mereka akan spiritualitas dapat memiliki peran yang
memaknai aktivitasnya dalam kehidupan ini sangat penting dalam mengatasi stres.
sebagai ibadah kepada Tuhan. Mereka pun Spiritualitas dapat melibatkan sesuatu di luar
akan semakin tegas dan konsisten dalam sumber-sumber yang nyata atau mencari
sikap dan langkah hidupnya serta semakin terapi untuk mengatasi situasi-situasi yang
terikat dengan aturan Sang Pencipta dengan penuh tekanan di dalam hidup seseorang.
perasaan ridha dan tenteram. Perasaan itu Kesehatan spiritual mencakup penemuan
akan menjadikannya kuat dalam makna dan tujuan dalam hidup seseorang;
Mereka dapat mengambil hikmah atas yang lebih tinggi ( The Higher Power),
musibah yang menimpanya, tidak putus asa, merasakan kedamaian, atau merasakan
ditemui pasca-bencana sebagai tantangan Shaver, dan Kirkpatrick (Graham, dkk. 2001)
untuk memulai kehidupan baru. Mereka mencatat tiga peran spiritualitas dalam
menganggap bahwa bencana bukan akhir proses coping, yaitu menawarkan makna
menjadi suatu pengalaman positif yang terbesar dalam mengatasi siluasi, dan
makna luar biasa kepada realitas kehidupan, selamanya pula orang berhasil mencapai
agama akan mampu mengarahkan individu tujuan serta berhasil menghindarkan sesuatu
untuk memberikan penerimaan tulus alas yang tidak diinginkannya setelah mengalami
musibah yang terjadi. Kondisi tersebut suatu musibah.
memungk.inkan individu untuk memaknai
mencapai suatu tujuan tertentu pada masa Aspinwall dan Taylor {1997)
yang akan datang. mengungkapkan bahwa perilaku proaktif
Emmons {2000) mengungkapkan merupakan suatu proses di mana seseorang
bahwa spiritualitas bermanfaat dalam upaya mengantisipasi penyebab stres yang
untuk memecahkan berbagai permasalahan berpotensi mengganggu keseimbangan
dalam kehidupan. Spiritualitas dapat emosinya dan bertindak dalam rangka
memprioritas-ulangkan tujuan-tujuan mencegah hal tersebut terjadi dalam dirinya.
{reprioritization of goals). Terlebih lagi, Menurut Schwarzer (Greenglass,
pribadi yang spiritual lebih mudah 2001 ), proactive coping adalah suatu
menyesuaikan diri pada saat menangani pencapaian tujuan menuju sikap mandiri dan
kejadian-kejadian traumatis. Mereka pun perbaikan diri dengan berusaha
lebih bisa menemukan makna dalam krisis merealisasikan tujuan tersebut melalui
traumatis dan memperoleh panduan untuk proses pengaturan diri untuk mencapai
memutuskan hal-hal tepat apa saja yang lujuan yang diinginkan dan menjelaskan apa
harus dilakukan. yang memotivasi seseorang dalam
Sebuah penelitian yang dilakukan mencapai tujuan tersebut. serta
berkomitrnen terhadap diri sendiri untuk perilaku individu untuk mencapai tujuan
akhir. Proactive coping memfokuskan pada untuk beri majinasi ataupun melakukan
perbaikan kualitas hidup (perso,,a/ quality of refleksi alas pengalaman yang telah lalu
personal dalam memanajemen kehidupan tujuan yang berorie ntasi pada aksi yang
dengan pengaturan diri (self regulatory) telah terjadwal dan telah disusun dengan
ditunjukkan dengan tiga hal utama, yaitu: beberapa bagian masalah y ang lebih
diri dalam rangka pencapaian tujuan. me ncegah seg ala bentuk kemungkinan
dentifikasi
i masalah dengan dukungan dukungan emosional dari orang-orang
efikasi diri individu dalam me1ihat resiko, di G reenglass (2002) membagi faktor
mana tuntutan dan hambatan se1ama proses faktor yang mempengaruhi proactive coping
bahwa proactive roping terdiri dari enam memberikan kootrol pada semua kejadian
dukungan sosial (social support) dalam (2000) mengatakan bahwa terfalu sederhana
pengalaman yang dialami oleh diri sendiri tingkah laku yang pasif dan statis yang
maupun orang lain, serta dukungan dimiliki seseorang, atau perilaku yang terikat
manusia memiliki potensi yang meliputi slsi memungkinkan seseorang untuk bisa
digunakan mestinya tidak lagi memandang spiritualitas dapat dipahami sebagai sebuah
digunakan secara luas. Namun demikian, beragam tingkah laku individu. Lebih jauh,
istilah ini memiliki makna yang beragam, Piedmont (2001) mendefinisikan spiritualitas
tergantung pada waktu, tempat, dan bldang sebagai usaha individu untuk memahami
keilmuan di mana istilah ini digunakan. sebuah makna yang luas akan pemaknaan
Menurut Stoll (Emmons, 2000), deskripsi dari pribadi dalam konteks kehidupan setelah
spiritualitas sangat beragam dan hampir mati (eschatological). Hal ini berarti bahwa
tidak ada satu definisi yang disepakati sebagai manusia, kita sepenuhnya sadar
bersama. Oleh karena itu, deflnisi akan kematian (mortality). Oengan demikian,
spiritualitas tergantung pada perspektif apa kita akan mencoba sekuat tenaga untuk
agama dan spirituatitas, istilah spirit memiliki Lebih lanjut, Piedmont (2001)
a. Karakter dan inti dari jiwa-jiwa manusia, spiritualitas yang disebutnya sebagai
serta pengalaman dari keterkaitan jiwa individu untuk berada di luar pemahaman
jiwa tersebut yang merupakan dasar dirinya akan waktu dan tempat, serta untuk
utama dari keyakinan spiritual. "Spirit" melihat kehidupan dari perspektif yang lebih
merupakan bagian terdalam dari jiwa, luas dan objektif. Perpektif transendensi
dan sebagai alat komunikasi atau sarana terse but merupakan suatu perspektif di mana
b. "Spirit" mengacu pada konsep bahwa kesimpulan akan alam semesta. Konsep ini
semua "spirif yang saling berkaitan terdiri atas tiga aspek, yaitu:
{conciousness and intellect) yang leblh yakni sebuah perasaan gembira dan
transenden.
alam semesta (nature of life) dengan diajukan dalam penelitian ini adalah ada
sebuah keyakinan bahwa seseorang gempa bumi di Bantu!. Semakin tinggi tingkal
merupakan bagian dari realitas manusia spiritualitas survivor gempa, semakin tinggi
religiusitas. Meskipun agama secara tradisi mati (eschatologicaf). Hal ini berarti bahwa
bersumber dari ha1·hal di mana spiritualitas sebagai manusia, kita sepenuhnya sadar
berkembang, namun sudah jamak untuk akan kematian (morla/ity) dan kemudian "
seseorang melalui seni, puisi, atau alam. tujuan dan pemaknaan akan kehidupan yang
didukung secara empiris oleh penelitian spiritualitas suMVOI' bencana gem pa bumi di
Woods dan tronson (1999). Mereka Bantul. Oalam hal ini, spiritualitas yang
spiritual dan orang yang religius. Subjek yang yakni spiritualitas yang berkaitan dengan
cenderung melihat s!si spiritualitasnya yang terhadap keberadaan Tuhan atau suatu
berhubungan dengan institusi, tradisi. dan kekuatan yang lebih tinggi (The Higher
sebagai alat untuk menjadi saling berkailan penulis merumuskan Skala Spiritualitas yang
bentuk hubungan manusia dengan dimensi (1999). Skala ini terdiri atas tiga aspek, yaitu
yang lebih tinggi (The Higher Power) dan prayer fulfiflment (pengamalan ibadah),
Hasil analisis ujicoba alat ukur semakin rendah skor yang diperoleh, maka
43 aitem dinyatakan sahih dari 58 item yang yang dilakukan oleh subjek.
diujicobakan. Aitem yang sahih tersebut Sementara itu, hasil analisis uji coba
memiliki korelasi aitem-totat yang bergerak alat ukur terhadap Skala Proactive Coping
dari 0,268 sampai 0,789. sedangkan aitem pada SurvivorGempa diperoleh hasil 32 item
yang gugur sebanyak 15 item adalah item dinyatakan sahih dari 68 aitem yang
yang memiliki korefasi item-total kurang dari diujicobakan. Item yang sahih tersebut
0,25. Sementara itu, reliabilitas Skala memifiki korelasi item-total yang bergerak
Spirltualitas dapat diketahui dengan dari 0,253 sampai 0,772. Sedangkan item
menggunakan teknik Alpha Cronbanch pada yang gugur sebanyak 36 item adatah item
SPSS 12.0 for Windows. Koeflsien reliobititas yang memiliki korelasi item-total kurang dari
proactive coping sebesar 0,933. Hal tersebut 0,25. Sementara itu, reliabilitas Skala
menampakkan variasi error sebesar6, 7 %. Alpha Cronbanch pad a SPSS 12. 0 for
oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang menunjukkan bahwa tingkat konsistensi atau
hendak dicapai dengan cara kepercayaan s e bes a r 90,9 % dan
mengintegrasikan kualitas personal yang menampakkan variasi error sebesar 9, 1 %.
ada pada diri baik itu berupa kemampuan Subjek penelitian yang berpartisipasi
membuat suatu perencanaan strategis, dalam penelitian ini adalah warga Bantul
kemampuan untuk mengantisipasi stres yang mengalami peristiwa bencana gempa
yang akan terjadi selama proses pencapaian bumi. Dalam proses penelitian, subjek yang
tujuan tersebut, kemampuan untuk digunakan berdomisili di tujuh pedukuhan di
melakukan refleksi serta kemampuan untuk Kabupaten Bantul, Yogyakarta, yaitu: Ousun
mencari dukungan dari lingkungannya, di
Blunyahan, D e sa Pendowoharjo,
mana ketika proses pencapaian tujuan Kecamatan Sewon (19 orang), Ousun
tersebut individu menemui resiko atau
Ngentak, Desa Wijirejo, Kecamatan Pandak
sesuatu yang mengancam dirinya, individu
(10 orang), Dusun Prayan, Oesa Srimulyo,
melihatnya sebagai sesuatu atau hal yang
Kecamatan Piyungan (8 orang), Desa Priyan,
menantang untuk dihadapi (Greenglas,
Kecamatan Trirenggo (16 orang), Dusun
2001). Penelitian ini ingin mengungkap balk Plebengan, Desa Sidomulyo, Kecamatan
atau buruknya proactive coping yang Bambanglipuro (19 orang), Ousun Turi, Desa
dilakukan oleh survivorbencana gempa bumi Sidomufyo, Kecamatan Bambanglipuro (8
dJBantul. orang), Desa Karanggayam, Kecamatan
Untuk mengungkap ba i k atau Bantul (12 orang). Oengan demikian, jumlah
buruknya proactive coping yang dilakukan subjek dalam penelitian ini adalah 92 orang.
oleh survivorbencana gempa bumi di Bantul, Data yang dihasilkan da l am
penulis merumuskan Skala Proactive Coping penelitian ini dianalisis dengan
pada Survivor Gempa yang mengacu pada menggunakan teknik product moment dari
Proactive Coping Inventory y a ng Pearson. Proses analisis menggunakan
HASIL PENELITIAN
Melihat hasil yang tertera dalam tabel dengan memasrahkan segalanya kepada
di atas, tampak bahwa pada kedua variabel Tuhan. Mereka bersyukur masih diberl
dalam kategori tinggi, yakni dalam hal tingkat semakin dekat kepada Tuhan serta
bahwa antara spiritualitas dan proactive Tuhan kepada manusia yang telah lama
coping pada survivor gempa diperoleh berkubang dalam dosa dan dusta. Hal ini
koefisien korelasi r,., = 0,741 dengan p = sesuai dengan konsep prayer fulfillment
0,000 (p < 0,01). Hal tersebut menunjukkan (pengamalan ibadah), yaitu sebuah
bahwa terdapat hubungan positif yang perasaan gembira dan bahagia yang
sangat signifikan antara spiritualitas dan disebabkan oleh keter1ibatan diri dengan
gempa bumi di Bantu!. Semakin tinggi mana para korban berusaha mencari rasa
spiritualitas survivor gempa, semakin tinggi tenang dan tentram sebagai efek dari
survivor gempa, semakin rendah proactive Tuhan. Kepasrahan inilah yang akan
Berdasarkan hasil anatisis data yang Keyakinan ini akan mendorong individu
diperoleh dari lapangan, ter1ihat bahwa untuk berusaha semaksimal mungkin dan
coping pada survivor gempa (r. = 0,741). has ii akhir yang terbc!ik.
penderitaan dan kerugian yang lebih besar. Spiritualitas bisa melibatkan sesuatu di luar
pada po!a interaksi interpersonal antara terapi untuk mengatasi sltuasl-srtuasi yang
individu dengan orang lain, termasuk penuh tekanan di dalam hidup seseorang.
ditunjukkan rnelalui sikap meringankan makna dan tujuan dalam hidup seseorang;
penderitaan orang lain dan tidak mengandalkan Tuhan atau suatu kekuatan
mementingkan kepentingan diri sendiri yang lebih tinggi (The Higher Power),
dalam bentuk dukungan sosial berupa Hasil penelitian ini jug a menunjukkan
untuk memelihara keadaan psikologis coping pad a survivor gem pa adalah sebesar
tinggi, maka la akan mengalami hal yang spiritualitas terhadap proactive coping pada
positif dalam hidupnya, mempunyai harga survivor gem pa tergolong tinggi. Sedangkan
diri yang tebih tinggi, dan mempunyai sisanya 45, 1 % dipengaruhi oleh faktor-faktor
mereka senantiasa hidup dalam nuansa bentuk proactive coping ini akan memberikan
keimanan kepada Tuhan. Mereka akan penerimaan yang tulus atas musibah yang
memaknai aktivitasnya dalam kehidupan ini diafami, mengurangi kesedihan dan tekanan
sebagai ibadah kepada Tuhan. Mereka pun psikologis, membantu dalam menemukan
akan semakin tegas dan konsisten dalam makna positif dari pengalaman dan
terikat dengan aturan Sang Pencipta dengan meningkatkan keimanan kepada kekuasaan
perasaan ridha dan tenteram. Perasaan itu Tuhan, di mana pada saat bersamaan dapat
akan menjadikan mereka kuat dalam meningkatkan spiritualitas dalam diri mereka.
musibah yang menimpanya, tidak putus asa, individu menerima apa yang terjadi pada
dan menjadikan hambatan-hambatan yang dirinya, sehingga akan mendorong individu
ditemui pasca-bencana sebagai tantangan untuk mencapai suatu tujuan hidup yang
untuk memulai kehidupan baru. Mereka lebih bermakna.
menganggap bahwa bencana bukan akhir
memiliki makna bagi kehidupan yang akan Berdasarkan hasil penelitian yang
datang. telah dilakukan. maka dapatdisimpulkan hal
Hal tersebut menguatkan penelitian hal sebagai berikut:
sebelumnya yang dilakukan oleh Graham, 1. Ada hubungan positif yang sangat
dkk. (2001) yang menunjukkan bahwa signifikan antara spiritualitas dengan
semakin pen ting spiritualitas bagi seseorang, proactive coping pada survivor bencana
maka semakin besar kemampuannya gempa bumi di Bantul. Semakin tinggi
mengatasi masalah yang dihadapi. tingkat spiritualitas survivor gempa,
Penelitian ini menyarankan bahwa maka semakin tinggi puta proactive
spiritualitas bisa memiliki peran yang sangat
survivor gempa, maka semakin rendah diperlukan, para relawan dan konselor
pula proactive coping yang dilakukannya. dibekali kemampuan untuk melakukan terapi
tingkat spiritualitas yang tinggi dan Terapi ini mencakup tiga tahapan,
proactive coping yang tinggi pula. yaitu tahapan penyadaran diri (seff
tersebut, penetiti mencoba untuk pengenalan citra diri (self identification), dan
subjek memi1iki tingkat spiritualitas yang psikologis, serta membantu para survivor
tinggi. Tingkat spiritualitas tersebut dapat gempa dalam menemukan makna positifdari
dilakukan, sehingga mereka akan mampu 3. Bagi Pejabat Pemerintahan dan Tokoh
Secara kongkrit, beberapa hal yang perlu pemerintahan mulai dari tingkat pedukuhan
ketenangan sebagai media pendekatkan diri dalam masyarakat yang sudah ada setama
kepada Tuhan, (b) senantiasa berdoa dan ini, serta mendukung kegiatan keagamaan
tawakal kepada Tuhan dalam keadaan yang ada di masyarakat dalam rangka
yang dialami, {d) meyakini takdir Tuhan atas masyarakat setempat. lntemalisasi nilai-nilai
setiap musibah yang terjadi, dan (e) menjaga spiritualitas yang kuat pada masyarakat
interaksi yang positif dengan orang lain dan merupakan potensi besar dan kuat dalam
2. Bagi Para Relawan dan Konselor gempa bumi yang telah dibuktikan secara
dan konselor dirasa sangat penting dalam Untuk peneJiUan selanjutnya, perlu
yang dialami oleh para survivorgempa dalam pengambilan data. Peneliti perlu ter1ibat
tersebut berperan penting dalam memelihara menjaw ab angket yang disediakan, sehingga
keadaan psikologis para survivor gempa jawaban yang mereka berikan sesuai
mengharuskan para rerawan dan konselor sehingga alat ukur yang dibuat benar-benar
untuk membeka1i diri dengan pengetahuan mewakili aspek untuk mengungkap hal yang
tidak kaku dalam mengarahkan para survivor Bagi peneliti lain yang tertarik untuk
gempa untuk lebih meningkatkan keimanan meneliti tema yang sama disarankan untuk
15J anuari2005
Adz-Dzakiey, M. H. B. 2004. Konseling dan
dengan Islam: Menuju Psikologi Stein, S. J. & Boo k, H. E. 2004. Ledakan EQ: