Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ENTREPRENER MENGANAI BUSINESS MODEL

CANVAS (VALUE PROPOSITION)

NAMA : NADIYAH D.J

NIM : 2201781943

KELOMPOK : 4 (EMPAT)

JAKARTA

2020

BINUS UNIVERSITY
Abstrak

Makalah ini bertujuan menganalisis pengembangan model bisnis , menggunakan


business model canvas sebagai alat untuk mengindentifikasinya bisnis model yang ada.
Business Modal Canva terdapat gambaran Sembilan elemen pada business model yang
terdiri atas customer segment, value propotion, Customer relationship, customer segment,
chanels, revenue stream, cost structure, key activities, key resource, key partners.
Business Modal Canva ini juga bertujuan untuk pengembagan usaha atau mengantisipasi
kegagalan. Jika usaha tersebut gagal berarti ada yang salah dengan Business Modal
Canvanya. Demi bangkit kembali dari kegagalannya maka Business Modal Canvanya
diperbaiki terlebih dahulu. Tetapi tidak semuanya pengusaha mengerti mengenai Business
Modal Canva. Bahkan terdengar aneh menurut mereka. Model bisnis ini akan mengetahui
kelemahan dan kelebihan dari sebuah bisnis yang dijalankan serta untuk mengetahui
strategi apa yang bisa dijalankan kedepannya. Serta mengenalkan juga kepada pengusaha-
pengusaha mengenai Business Modal Canva tersebut

Kata Kunci: Enterpreneurship,Business Model Canvas, Kantong.Inc, Value Proposition

PENDAHULUAN

Di Indonesia pada saat ini sudah mulai terjadi fase krisis global bagi
masyarakatnya dimana lapangan pekerja semakin berkurang tetapi para sumber daya
manusianya terus bertambah sehingga menyebabkan terjadinya banyak pengangguran dan
kemiskinan. Maka dari itu banyak sekali masyarakat yang beralih dari pekerja menjadi
pengusaha atau pembisnis demi beratahannya terhadap krisis global.

Namun banyak juga masyarakat yang berpikiran bahwa menjadi seorang


pengusaha sangatlah susah salah satu kesulitannya yaitu modal yang besar. Tetapi ada
juga masyarakat yang berpikir bahwa menjadi seorang pengusaha tidak perlu modal yang
besar bisa mulai merintis dari bawah atau dari usaha kecil-kecilan dulu sebelum menjadi
usaha yang besar dan sukses.

Ketika mendengar kata entrepreneur, yang terlintas di dalam pikiran adalah


pengusaha, bisnis, uang, untung dan rugi, Padahal pada dasarnya entrepreneurship tidak
selalu berhubungan dengan uang. Entrepreneurship adalah sebuah mindset atau pola pikir
yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang.

Seorang entrepreneur dituntut untuk memiliki pola piker yang berbeda dengan
orang pada umumnya. Seorang entrepreneur akan lebih sering menggunakan otak
kanannya sehingga sering menghasilkan kreativitas-kreativitas baru, selalu memotivasi
dirinya dan orang lain, dan selalu menyikapi segala keadaan dengan senyuman bahkan
membuat berbagai halangan menjadi peluang. Entrepreneur akan melihat masalah sebagai
suatu tantangan. Kegagalan yang terjadi bukanlah akhir dari segalanya, melainkan
menajdi pembelajaran dan pemicu semangat.

Sebagai Seorang entrepreneur pasti punya strategi demi mengantsipasi


kegagalannya yaitu dengan cara menggunakan Business Modal Canva (BMC). Dimana
hal tersebut digunakan untuk sebuah perencanaan dalam membangun sebuah usaha agar
terlihat jelas bagaimana usaha tersebut bisa berjalan dengan baik.

Business Modal Canva juga sebagai pedoman bagi para pengusaha untuk
mengembangkan usahanya dengan baik sehingga dapat mengantisipasi sebuah kegagalan
atau kerugian dalam usaha dan juga agar terarah usaha yang akan dijalankan. Seorang
pengusaha pasti tidak asing lagi dengan Business Modal Canva yang terdiri dari 9 block
untuk mempermudah pembagian setiap bagiannya

Mulai dari pembagian objek apa yang akan dijadikan usaha, siapa yang menjadi
konsumen dari usaha tersebut, dengan cara apa usaha tersebut ditawarkan kepada
konsumen, bekerja sama dengan siapa untuk menunjang usaha tersebut, dan lain-lain.
Maka dari itu makalah ini akan membahas mengenai Business Modal Canva (BMC)
secara spesifik.

LITERATUR RIVIEW

Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis dan pertama kali diperkenalkan pada
awal abad ke-17 oleh ekonom Perancis, Richard Cantillon. Menurutnya, entrepreneur
adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to combine
them”.

Sementara entrepreneurship bahasa inggris sendiri didefinisikan sebagai the art or


science of innovation and risk-taking for profit in business, atau dapat diartikan
sebagai suatu seni atau ilmu tentang inovasi dan pengambilan keputusan untuk meraih
keuntungan dalam bisnis.

Lloyd E. Shefsky, dalam bukunya yang berjudul "Entrepreneurs are Made Not
Born", mendefinisikan bahwa wiraswasta terdiri dari tiga suku kata, yaitu: entre, pre, dan
neur. Menurut akar Bahasa Latinnya, entre berarti masuk, pre berarti sebelum, dan neur
berarti pusat syaraf. Jadi, wiraswasta didefinisikan sebagai seseorang yang memasuki
dunia bisnis-bisnis apa saja yang tepat pada waktunya untuk membentuk atau mengubah
pusat syaraf (nerve center) bisnis tersebut secara substansial.

Dalam bahasa indonesia terdapat dua terjemahan untuk kata entrepreneur, yaitu
wiraswasta dan wirausaha. Wiraswasta atau wirausaha berasal dari bahasa sanskerta
yaitu; wira: utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan
produktif. Dari asal kata tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada orang-orang
yang dapat berdiri sendiri.

Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak


bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang yang
bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang yang
mempunyai usaha sendiri.

Lantas, usaha merupakan semua aktivitas yang mencari keuntungan dengan


mengusahakan kebutuhan barang dan jasa kepada orang lain (Nickles, McHugh, dan
McHugh, 1996).

Definisi-definisi lain dari para ahli tentang kewirausahaan adalah menurut


Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008): “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatu
yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko
keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang
dihasilkan, sertra kepuasan dan kebebasan pribadi”.

Serta Nasrullah Yusuf (2006): “Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko


untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk
menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang
dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan- tantangan
persaingan.”

Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang
yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha
baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap
mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-
tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau
dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai
terhadap tugas dan tanggungjawabnya.

Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif
dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan
pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu, kewirausahan adalah kemampuan
kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses.

Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang


baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif
untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya,
kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam
mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif.

Seorang pengusaha harus mengetahui apa itu model bisnis. Model bisnis memiliki
posisi di antara strategi bisnis dan proses bisnis (Bask, Tinnila, dan Rajahonka, 2010).
Sehingga dapat diartikan bahwa model bisnis adalah suatu ekspresi dari strategi
perusahaan dalam bentuk yang konkret. Salah satu bisnis model adalah Business Model
Canvas.

Pentingnya menggunakan Business Model Canvas kepada para pengusaha dan


para akademisi(Hong dan Fauvel, 2013). Business Model Canvas sudah digunakan
secara luas dalam berbagai pemetaan bisnis, sebagai suatu kerangka kerja (framework),
untuk memetakan bisnis agar menghasilkan kinerja yang lebih optimal (Royan, 2014)

Business Model Canvas pertama kali diperkenalklan oleh Alexander


Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation. Dan dalam buku Business
Model Generation ini, Alexander Osterwalder menjelaskan sebuah framework sederhana
dalam mempresentasikan elemen-elemen penting yang terdapat dalam sebuah model
bisnis secara sederhana dan mudah dimengerti.

Business Model sendiri menjelaskan bahwa mengenai dasar pemikiran bagaimana


sebuah business diciptakan, diberikan dan ditangkap nilainya (Osterwalder dan
Pigneur, 2010, hal 14). Business Model Canvas terbagi menjadi “Nine Building Blocks”
yaitu sembilan elemen untuk memudahkan seorang pengusaha dalam membuat atau
membangun dan mengembangkan ide bisnis nya agar menjadi lebih terarah. Sembilan
elemen itu terdiri dari :

1. Customer Segmentation

Segment mendefinisikan kelompok orang atau organisasi suatu perusahaan yang


memiliki keinginan sama (Kotler, 2005). Sedangkan menurut Osterwalder dan Pigneur
(2010, hal 20-21) Seorang pelanggan adalah hal yang penting bagi suatu perusahaan
untuk mengambil suatu keuntungan, serta tanpa adanya seorang pelanggan maka
perusahaan tersebut tidak dapat berjalan dan berkembang dengan baik.

2. Value Proposition

Mengambarkan gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan nilai


tambah pada produk yang diberikan (Barlie, Polesi, 2010). Sedangkan menurut
Osterwalder dan Pigneur (2010, hal 22), proporsisi nilai menggambarkan bagaimana
pelanggan dapat beralih dari perusahaan satu ke perusahaan lain melalui produk atau
layanan yang ditawarkan oleh perusahaan berbeda dengan kompetitornya.

3. Channels
Chanel menggambarkan hubungan perusahaan dapat menjalankan komunikasi
dengan pelanggannya dengan menawarkan proposisi produk atau layanan yang
ditawarkan (Osterwalder & Pigneur, 2010).

4. Customer Relationship

Hubungan dengan pelanggan diatur sesuai dengan segment customer, karena


setiap segmen memiliki perbedaan (Osterwalder & Pigneur, 2010).

5. Revenue Stream

Pendapatan perusahaan yang diterima dari masing-masing segment yang


menampilkan keadaan keuangan perusahaan yang diperoleh. (Osterwalder & Pigneur,
2010).

6. Key Resources

Aset yang paling penting yang membuat bisnis itu berjalan, setiap model bisnis
membutuhkan sumber daya. Sumber daya dikategorikan empat

a. Fisik

b. Intelektual

c. Human

d. Financial

(Osterwalder & Pigneur, 2010).

7. Key Activities

Aktivitas yang paling penting yang membuat bisnis itu berjalan, setiap model
bisnis membutuhkan aktivitas utama. (Osterwalder & Pigneur, 2010).

8. Key Partnership

Mitra usaha dalam bisnis seperti supplier yang menjadikan bisnis dapat berjalan
dengan baik .(Osterwalder & Pigneur, 2010).

9. Cost Structure

Menjelaskan komponen biaya sehingga bisnis dapat berjalan.(Osterwalder &


Pigneur, 2010)
PEMBAHASAN

1. Penjelasan Mengenai Business Model Canvas

Bisnis Model atau disebut juga Business Canvas adalah suatu kegiatan yang
memberikan gambaran rasional yaitu bagaimana cara menciptakan,menyampaikan dan
menangkap nilai dari perusahaan atau bisnis kepada konsumen akhir. Bisnis model ini
bisa dirancang sesuai dengan kebutuhan, tergantung bisnis apa yang akan dikehendaki.

Oleh sebab itu, business model harus disesuaikan dengan keperluan yang ada.
Bisnis model memberikan gambaran tentang perencanaan strategis bisnis yang ada, baik
untuk masa lalu, sekarang, maupun masa depan. Ide yang sudah dibuat sebelumnya akan
berjalan dengan baik jika sudah mengetahui peta perjalanan ide bisnis tersebut.

Tentunya, hal itu berhubungan dengan pendapatan dan biaya (revenue and cost)
yang akan dikeluarkan selama proses penyampaian produk atau jasa kepada konsumen
akhir. Penting untuk diketahui bahwa pendapatan harus lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkan.

Jika itu terjadi, bisnis akan mendapatkan keuntungan. Business model atau
business canvas terbagi menjadi beberapa macam model. Pembagian ini terjadi karena
masing-masing model memiliki karakter dan tujuan yang berbeda sesuai dengan bentuk
bisnis yang dibuat. Namun, tujuan utamanya tetap sama, yakni memudahkan dalam
memahami dinamika dan berbagai sumber inspirasi dalam membuat peta bisnis. Terdapat
lima macam model bisnis yaitu :

1. Unbundling Business Model

Konsep ini menyatukan tiga inti bisnis menjadi satu bisnis tetapi
tetap dikontrol dengan departemen yang berbeda, yaitu departemen yang
berhubungan dengan konsumen (customer relationship), inovasi produk dan
infrastruktur. Business model memiliki sembilan macam struktur bisnis yang
masing-masing memiliki tujuan dan tugas yang berbeda. Jadi, model bisnis ini
menempatkan tiga inti bisnis yaitu :

1. Customer Relationship : key partnership, key activities, key

Resources

2. Product Innivation : Value proportion

3. Infrastructure : customer relationship, channel, customer

segment
2. The Long Tail Business Model

Model ini digunakan untuk menjual produk yang berbeda dalam


jumlah yang banyak. Untuk itu, dibutuhkan strategi khusus untuk menjualnya.
Strategi itu bisa dipetakan dalam bentuk bisnis model sesuai dengan target dan
harapan yang diinginkan. Untuk itu, bisnis itu harus menonjolkan beberapa
produk dulu yang kemungkinan sangat diminati dan akan laku dipasaran.
Katakan bahwa bisnis tersebut memiliki dua atau tiga produk yang unggulan.
Jadi, arahkan fokus terlebih dahulu beberapa produk tersebut.

3. Multi Sided Platform

Ini adalah bentuk bisnis yang unik. Dalam satu platform atau satu
bisnis, terdapat dua, tiga atau lebih grup atau kelompok konsumen yang saling
bergantungan satu sama lain. Semuanya saling bekerjasama dalam
mensukseskan bisnis.

Tiga segmen konsumen yang paling menguntungkan yaitu advertiders, web


surfers dan content creators. Tidak diragukan lagi bahwa kini manusia tidak
bisa jauh dari teknologi. Teknologi telah memudahkan aktivitas dan
pekerjaan.

4. Free as a Business Model

Seiring dengan kemajuan teknologi, banyak orang yang


memanfaatkan momentum tersebut. Salah satu nya dengan cara menciptakan
website atau sosial media yang gretis. Artinya, pengguna website, aplikasi,
atau media sosial tersebut. Semakin banyak orang yang menggunakan hal
tersebut, maka nilai produk yanh ditawarkan pun menjadi mahal.

5. Open Business Model

Peta bisnis ini dirancang dengan maksud menjalin kerjasama


dengan rekan bisnis dari luar. Bisa dari luar kedalam atau dari dalam ke luar.
Tujuannya untuk bekerjasama dan saling bertukar ide atau aset yang dimiliki.
Jika kita bekerja sama dengan pihak lain yang melakukan bisnis serupa maka
akan terjadi brain stroming dan kemungkinan anda sukses sangat besar.
Komponen model bisnis yaitu :

• Siapa yang dilayani (who it serves)

• Apa yang ditawarkan (what it provides)

• Bagaimana cara menghasilkan produk (how it provides its product)

• Bagaimana menghasilkan uang atau laba (how it creates money)

• Bagaimana membedakan dirinya secara strategis terhadap pesaing

Bisnis model diperlukan karen untuk memudahkan para perencana dan


pengambil keputusan di unit usaha dengan melihat hubungan logis antar komponen,
Membantu menguji konsistensi hubungan antar komponennya, Membantu menguji
pasar dan asumsi yang digunakan, Menunjukkan seberapa radikal suatu perubahan
dilakukan dan konsekuensinya.

Magaretta (2002): “model bisnis membantu para pemilik serta


profesionalnya menggagas bisnis di tingkat abstrak dan kemudian mengujinya di
tingkat nyata. Setelah itu, strategi bisnis disusun untukmembuat perusahaan secara
strategis terhadap pesaing-pesaingnya” (Harvard Business Review, 2002). Model
bisnis tidak sama dengan strategi bisnis.

Business Model Canvas pertama kali dikembangkan oleh Alexander


Osterwalder dalam bukunya yang berjudul Business Model Generation. Dan dalam
buku Business Model Generation ini, Alexander Osterwalder mencoba menjelaskan
sebuah framework sederhana untuk mempresentasikan elemen-elemen penting yang
terdapat dalam sebuah model bisnis secara sederhana dan mudah dimengerti. Intinya
bahwa model bisnis itu terdiri dari 9 elemen yang disebut sebagai 9 building blocks.

Business Model Canvass adalah sebuah alat (tools) yang digunakan untuk
mensederhanakan konsep model bisnis yang rumit dan kompleks agar dapat
dimanfaatkan oleh sebuah organisasi / wirausahawan untuk membuat,
mendiskusikan, dan memahami sebuah model bisnis dengan lebih sistematis.

Dalam salah satu referensi menyebutkan pengertian Model Bisnis


Kanvas adalah sebuah management startegi bisnis yang memungkinkan kita untuk
menggambarkan, mendesain kemudian mengerucutkan beberapa aspek bisnis
menjadi satu strategi bisnis yang utuh. Jika dilihat sepintas, sebenarnya alur model
bisnis kanvas nampak cukup sederhana. Secara garis besar, alurnya mengalir dari
satu elemen bisnis menuju elemen penting berikutnya.
Beberapa cara penggunaan Business Model Canvas:

1. Visual Thinking

Cara terbaik menggunakan BMC adalah dengan membuat poster berukuran


besar dan menempelkannya di dinding. Setelah itu founder dapat
menggunakan sricky note seperti post-it untuk mengisi 9 elemen. Sticky
note memungkinkan group thinking karena setiap orang dalam tim dapat
berpartisipasi aktif.

2. Iterasi dengan cepat

Iterasi adalah proses dimana founder ”keluar dari kantor / ruangannya” dan
mencoba memvalidasi idenya, kemudian kembali ke kantor untuk
memperbaiki model bisnis dan produknya berdasarkan feedback yang
didapat dari market. Dengan sifat ringkas dan menyeluruh dari BMC,
founder dapat dengan cepat melakukan iterasi ini.

3. Dengan cepat melihat kaitan 9 komponen

Dengan cara ini, tim dapat menemukan hubungan dari peluang pasar atau
proposisi nilai unik. Sehingga diharapkan tim dapat mendokumentasikan
ide-ide baru sebagai hipotesis baru untuk menguji BMC sebagai iterasi
baru.

4. Memaksa tim dengan ringkas menyampaikan pikirannya

Tim dipaksa menjelaskan dengan tepat dan ringkas apa yang akan mereka
uji atau yang akan mereka tindak lanjuti pada iterasi berikutnya, karena
informasi-informasi dicatat dengan pendek pada post-it.

5. Memudahkan startup untuk membaginya dengan partner / rekan


kerja

Karena BMC disajikan dalam bentuk poster besar dan ditempel pada
dinding, maka mudah untuk berbagi melalui foto atau mengambil poster
dari dinding untuk diperlihatkan pada pihak lain yang berkepentingan.
Keuntungan Business Model Canvas:

1. Bisa dipakai untuk semua jenis model bisnis, seperti :travelling,


restoran, hotel, perkebunan, mining, dan sebagainya.

2. Cepat mengetahui keseluruhan kekuatan dan kekurangan bisnis.

3. Proses analisa kebutuhan dan profit dapat dilakukan dengan cepat.

4. Memetakan bisnis untuk mengetahui kelemahan sejak dini dan


memahami kekuatan bisnis dari sudut pandang yang benar.

5. Pemetaan BMC menggambarkan secara sistematis bisnis yang


kemudian dapat digunakan untuk pengambilan keputusan pengembangan
manajemen strategis bisnis.

Penyebab mengapa sebuah model bisnis dapat gagal bersaing :

1. Solving and Irrelevant Customer Jobs atau Value Proposition yang


dianggap tidak penting oleh sebuah Customer Segments, yaitu sebuah
Value Proposition yang tidak menyelesaikan sebuah masalah pelanggan
(customer problems) meskipun Value Proposition yang telah dibuat
merupakan sebuah inovasi baru atau solusi dari sebuah permasalahan
pelanggan, namun solusi yang ditawarkan merupakan (produk atau jasa)
dianggap kurang/ bahkan tidak penting sebelumnya oleh sebuah customer
segements. Contoh:

Ø Segway sebuah produk yang inovatif namun dianggap sebagai produk


yang tidak menyelesaikan sebuah customer problem.

Ø Newton sebuah produk personal assistant yang dianggap kurang penting


pada waktu pertama kali diluncurkannya.

Ø Flo TV sebuah handheld tv yang kurang dapat diterima di pasar juga


merupakan contoh dari sebuah Value Proposition yang tidak dianggap
penting oleh sebuah Customer Segments

2. Flawed Business Model, yaitu sebuah business model yang lemah.


Lemah disini dapat diartikan jika model bisnis yang telah dibuat ternyata
membutuhkan biaya akuisisi pelanggan lebih besar dibandingkan dengan
perolehan atau omset dari pelanggan. Meskipun Value Proposition yang
ditawarkan mampu menyelesaikan sebuah customer problem namun hasil
yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya akusisi pelanggan yang
dianggap terlampau tinggi.
Contoh:

· Customer Acquisition Cost > Customer Lifetime Value

· Kodak dengan Kamera Digital

3. External Threats, yaitu ancaman dari lingkungan eksternal. Adanya


ancaman dari kompetitor yang mampu menawarkan Value Proposition
dengan model bisnis yang sama dengan biaya yang lebih murah, adanya
keunggulan teknologi yang tidak mampu diikuti oleh sebuah organisasi
disaat kompetitor menerapkan teknologi baru tersebut atau mungkin karena
pertimbangan konsumen yang menganggap model binis kurang ramah
terhadap lingkungan dsb.

4. Poor Execution atau eksekusi yang lemah, yaitu meskipun sebuah


model bisnis yang telah dibuat merupakan model bisnis yang benar namun
karena kelemahan eksekusi dari model bisnis tersebut maka sebuah model
bisnis dapat saja gagal. Lemahnya tim manajemen juga mampu
menghambat dan menggagalkan sebuah model bisnis.

2. Pembahasan Sembilan Elemen Pada Business Model Canvas


1. Customer Segment

Alexander Ostewalder mendefinisikan bahwa customer segments dalam


Business Model Canvas adalah sebagai berikut, Customer segments:“the
group of people, users, or organizations you are creating value for, whose
problems you are helping solve or needs you are helping satisfy” customer
segments adalah mereka (individu / grup) yang memiliki masalah / cita – cita
tertentu dan sedang kita bantu agar masalah tersebut selesai / cita – citanya
tercapai

Customer segment memiliki kata kunci pain people / ambitious people.


Jadi siapa orang sakit yang ingin kita sembuhkan sakitnya atau orang ambisius
yang ingin kita bantu meraih cita – citanya? Selama ini, untuk memetakan
customer segment, umumnya kita diajarkan untuk menarget pelanggan
berdasarkan,

Demografi, misalnya usia, gender, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan,


dan lain sebagainya Behavior, seperti misalnya tidak suka menonton TV, tidak
suka makan daging, memiliki hobi membaca buku, dan sebagainya Untuk
mengisi business model canvas, selain memperhatikan aspek – aspek tersebut,
kita juga perlu memperhatikan satu aspek lagi yaitu,

Customer goals, seperti misalnya ingin terlihat lebih cantik, lebih elegan,
mendapatkan nilai bagus, lebih berkelas. Business Process, yaitu proses bisnis
dalam menghasilkan keuntungan, seperti misalkan menjual langsung, B2B,
B2C, Double-Sided Market, dan lain sebagainya.

Menurut Alexander Ostewalder dan Pigneur Customer Segment


membagi dua segmen berdasarkan kebutuhan, perilaku konsumen yaitu
segmen kelas menengah atas dan segmen kelas menengah bawah. Tipe dari
customer segment yaitu :

1. Mass Market, bisnis model yang tidak membedakan segmen

pelanggan. Tipe ini hanya terfokus pada penentuan segmentasi

pasar, nilai proposisi, kerjasama, dan juga saluran distribusi

2. Niche Market, bisnin model yang memiliki target pasar yang

hanya melayani segmen pelanggan tertentu atau lebih spesifik.

3. Segmented, bisnis model yang membedakan kebutuhan dan

masalah yang berbeda pada pelanggan.


4. Diversified, bisnis model yang melayani dua atau lebih dengan

kebutuhan yang berbeda dan saling bergantung satu sama lain

2. Value Propositions

Ini adalah sekat yang merupakan keunggulan produk, apa saja


sesungguhnya poin-poin yang dapat mendatangkan manfaat yang ditawarkan
perusahaan bagi customer segment-nya. Hal ini menjadi kesempatan bagi
Anda untuk menjabarkan kekuatan dan keunggulan yang membedakan bisnis
Anda dengan bisnis yang lain.

3. Channels

Sederhananya, channel adalah media yang bisnis Anda gunakan


untuk men-deliver solusi yang kamu tawarkan untuk sampai ke konsumen.
Channel ini bisa berupa website, online advertisement, aplikasi, bahkan
seorang sales person. Untuk mempelajari lebih dalam mengenai channel
marketing di era modern, kamu bisa simak dalam tulisan strategi marketing
era digital. Fungsi dari channels sendiri adalah :

1. Meningkatkan kesadaran kepada pelanggan atas produk dan jasa

yang ditawarkan oleh perusahaaan

2. Membantu pelanggan dalam mengevaluasi proposisi nilai dari

perusahaan

3. Memungkinkan bagi pelanggan dalam membelu produk atau jasa

yang lebih spesifik

4. Memberikan proposisi nilai perusahaan kepada pelanggan

5. Memberikan layanan pendukung pasca pembelian kepada

pelanggan

4. Customer Relationship

Customer relationship adalah cara-cara yang bisa Anda gunakan


untuk berkomunikasi dengan customer segments. Biasanya, banyak orang
yang bingung membedakan antara customer relationship atau channels. Kata
kuncinya adalah relationship. Customer relationship soal hubungan, kalau
channel soal cara Anda menjangkau customer segments.

Dalam menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan dapat


dilakukan tiga cara yaitu :
1. Customer Acquisition : uatu proses yang mengacu pada
langkah, upaya dan sumber daya yang terlibat dalam menarik
pelanggan untuk yang pertama kalinya dalam bisnis Anda.” Artinya,
jika Anda menghasilkan penjualan dari pelanggan yang tidak pernah
melakukan pembelian sebelumnya, itu artinya Anda telah berhasil
menjalani proses akuisisi pelanggan tersebut.

2. Customer Retention : bagaimana cara menarik pelanggan untuk


membeli produk yang kedua kalinya. Strategi marketing umumnya
hanya berfokus pada bagaimana menarik lebih banyak pelanggan
baru. Sedangkan pada customer retention lebih fokus pada
bagaimana caranya untuk menghasilkan lebih banyak keuntungan
melalui pelanggan yang sebelumnya telah bertransaksi dengan
Anda. Dengan kata lain, strategi ini ditujukan khusus untuk
pelanggan yang telah dimiliki.

3. Upselling : mendorong konsumen untuk membeli model yang


lebih mahal dalam brand atau kategori produk yang sama, atau
untuk menambah model asli dengan fitur tambahan. Saat upselling,
kuncinya adalah menjaga kebutuhan dan keinginan konsumen Anda.

Customer Relationship dibagi menjadi 6 bagian yaitu :

1. Personal Assistant, komunikasi yang terjadi antara pelanggan


dengan petugas pelayanan pelanggan agar pelanggan mendapatkan
bantuan selama proses penjualan atau setelah pembeliaan selesai.

2. Dedicated Personal Assistance, yaitu dengan menugaskan


seseorang yang khusus dalam melayani pelanggan secara
individual.

3. Self Service, yaitu pelanggan tidak berhubungan langsung


dengan perusahaan tetapi perusahaan menyediakan sarana yang
diperlukan oleh pelanggan dalam membantu dirinya sendiri.

4. Automated Service, yaitu hubungan yang menggabungkan


proses layanan mandiri dengan layanan otomatis

5. Communities, yaitu perusahaan membangun hubungan antar


sesama anggota dengan membentuk sebuah komunitas untuk saling
bertukan pikiran dalam mengetahui keinginan dari pada
pelanggannya.

6. Co-Creation, membangun sebuah hubungan dengan konsumen


untuk menciptakan sebuah nilai proposisi yang baru.
5. Revenue Streams

Revenue streams adalah sumber-sumber pendapatan perusahaan.


Perusahaan membutuhkan revenue stream supaya tetap hidup. Setiap
perusahaan harus memikirkan revenue stream. Revenue stream bisa berasal
dari layanan yang bersifat sekali bayar atau one fee project. Untuk one fee
project ini perusahaan akan mencharge lebih mahal untuk menjaga kas
perusahaan bisa bertahan lama. Terdapat dua tipe revenue streams yaitu :

1. Transaction Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari sekali


pembayaran dari pelanggan.

2. Recurring Revenues, yaitu transaksi yang diperoleh dari


pembayaran yang masih berkelanjutan untuk memberikan value
proposition kepada pelanggan dan menyediakan layanan customer
support kepala pelanggan setelah pembelian.

Dalam menghasilkan pendapatan terdapat beberapa cara yang dilakukan


yaitu :

1. Asset Sale, yaitu perusahaan menjual asetnya untuk mendapatkan


pendapatan

2. Usage Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari berapa banyak


pelanggan yang menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan
oleh perusahaan.

3. Subcription Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari menjual


service secara terus menerus.

4. Lending atau Leasing, yaitu pendapatan yang didapat dengan


cara memberikan kepda seseorang hak eksklusif untuk
menggunakan asset tersebut dalam periode tertentu dan selama
penyewaan tersebut dikenakan biaya sewa yang harus dibayarkan
kepada pemilik aset.

5. Licensing, yaitu pendapatan yang didapan dari pemberian hak


intelektual dari perusahaan agar orang yang membeli lisensi tersebut
dapat memakai perusahaan merekadalam membuka usaha yang
sama.

6. Brokerages Fee, yaitu pendapatan yang didapat dari layanan


perantara yang besar biaya diperoleh dari besarnya persentasi yang
telah disepakati sebelumnya antara penjual dan pembeli.
7. Advertising, yaitu pendapatan yang diperoleh dari mengiklankan
suatu produk, merek ataupun jasa.

6. Key Resources

Key Resources adalah sumber daya milik organisasi yang digunakan untuk
mewujudkan proposisi nilai. Sumber daya umumnya berwujud manusia,
teknologi, peralatan, channel maupun brand. Buku ini menyajikan sebuah
contoh perusahaan penerbangan yang fenomenal dalam memanfaatkan sumber
daya yang dimiliki untuk memberikan nilai yang dijanjikan kepada pelanggan.
Sumber daya utama dibagi menjadi empat kategori yaitu :

1. Physics, yaitu meliputi gedung, mesin, tanah dan kendaraan

2. Intellectual, yaitu meliputi hak intelektuan, hak paten dan hak merek

3. Human, yaitu sumber daya manusia yang merupakan bagian penting


dalam sebuah perusahaan, pada industry kreatif dan padat karya sumber
daya utamanya adalah manusia itu sendiri.

4, Financial, yaitu keuangan yang mencerminkan kinerja dari sebuah


perusahaan atau perputaran uang yang terjadi dalam perusahaan tersebut.

7. Key Activities

Key activities adalah semua aktivitas yang berhubungan dengan


produktivitas bisnis yang berkaitan dengan sebuah produk, di mana kegiatan
utamanya adalah menghasilkan proposisi nilai. Kategori Key Activities yaitu :

1. Production, aktifitas yang berhubungan dengan perancangan,


pembuatan dan pengiriman produk.

2. Pemecahan masalah, aktifitas yang berhubungan dengan masalah yang


timbul dari produk tersebut. Perusahaan harus mengatasi masalah yang
timbul tidak hanya pada produk tetapi perusahaan juga harus memenuhi
keinginan dari pelanggan agar produk mereka dapat diterima oleh
pelanggan.

3. Platform, model bisnis yang aktifitas utamanya berhubungan dengan


jaringan dan sebagian besar perusahaan yang bergerak di bidang teknologi
informasi
8. Key Partnership

Key partners adalah pihak-pihak yang bisa Anda ajak kerjasama dengan
tujuan: Optimization and Economy: motivasi berpartner untuk mengoptimalkan
alokasi sumber daya dan aktivitas mengingat sebuah perusahaan tidak perlu
memiliki semua sumber daya dan melakukan kegiatannya sendirian.

Reduction of Risk and Uncertainty: mengurangi risiko dan ketidakpastian


dalam lingkungan persaingan. Acquisition of particular resources and activities:
mengakuisisi perusahaan lain untuk meningkatkan kemampuan kinerja
perusahaan. Kategori di dalam key partners :

Strategic Alliance between non-competitors: kerjasama dengan perusahaan yg


tidak sejenis.

Coopetition: kerjasama dengan perusahaan kompetitor.

Joint ventures to develop new business: kerjasama untuk membentuk usaha


baru.

Buyer supplier relationship: hubungan hanya sebagai pembeli dan penjual


biasanya terjadi pada motif optimization and economy of scale.

Terdapat tiga motivasi utama dalam membangun sebuah kemitraan yang baik :

1. Optimization and economic of scale yaitu untuk mengoptimalkan


alokasi dari sumber daya dan aktivitas bisnis.

2. Reduction of risk and uncertainty yaitu kerjasama yang bertujuan


untuk mengurangi resiko dalam persaingan yang kompetitif dan memiliki
ciri dari ketidakpastian.

3. Acquisition of particular resources and activity yaitu perusahaan


yang memiliki sumber dayanya sendiri dan melakukan kegiatan bisnis
mereka seusuai dengan model bisnisnya.

9. Cost Structure

Cost structure adalah rincian biaya-biaya terbesar yang harus Anda


keluarkan untuk melakukan key activities dan menghasilkan value proposition.
Kategori di dalam cost structure :

1. Cost-driven: sensitif terhadap harga bahan baku.

2. Value-driven: perusahaan tidak terlalu memikirkan harga


produksi/bahan baku karena yang dijual adalah nilai/seni/status/gaya hidup.
3. Fixed cost: biaya-biaya tetap yang muncul yang tidak tergantung pada
jumlah produksi

4. Variable cost: biaya-biaya yang muncul bervariasi sesuai jumlah yang


diproduksi

5. Economies of scale: perusahaan dapat meminimalisasi biaya produksi

6. Economies of scope: keunggulan biaya lebih murah saat operasi


perusahaan

3. Pembahasan Value Proposition

Value proposition canvas (VPC) merupakan alat untuk membantu kita


menciptakan value untuk customer. Tujuan dari VPC adalah untuk membantu membuat
sketsa baik secara lebih rinci dengan sederhana namun kuat dan terstruktur. Melalui
visualisasi, perusahaan akan memiliki percakapan strategis yang lebih baik dan akan
mempersiapkan untuk menguji kedua blok tersebut.

Berikut adalah gambaran untuk VPC :

Tujuan dari VPC adalah untuk membantu perusahaan dalam merancang Value
Propositions dengan benar yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pekerjaan yang
harus dilakukan dan membantu memecahkan masalah mereka. VPC merencanakan
pekerjaan dengan cara yang lebih sistematis. Untuk blok customer segments dipecah
menjadi 3 blok lagi yaitu customer jobs, gain, dan pain, sedangkan untuk value
propositions terdiri dari products & services, pain relievers, dan gain creators.

1. Customer Jobs

Blok dari customer jobs berguna untuk mengetahui pekerjaan dari pelanggan yang
ingin diselesaikan dengan produk atau jasa perusahaan. Pekerjaan dapat berupa tugas dari
pelanggan untuk dikerjakan dan diselesaikan, masalah yang coba untuk dipecahkan, atau
kebutuhan yang ingin dipenuhi. Untuk mempermudah dalam menjawab pekerjaan
pelanggan, dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Pekerjaan fungsional apa saja yang pelanggan ingin selesaikan?


(menyelesaikan tugas tertentu, memecahkan suatu masalah)

2. Pekerjaan sosial apa saja yang pelanggan ingin lakukan? (ingin terlihat
lebih baik, mendapatkan kekuasaan atau status)

3. Pekerjaan emosional apa saja yang pelanggan ingin selesaikan? (merasa


lebih baik, merasa aman)

4. Apa saja kebutuhan dasar dari pelanggan yang ingin dipenuhi?


(komunikasi, kemudahan)

2. Customer Gain

Blok dari customer gain berguna untuk menjelaskan manfaat yang diharapkan,
atau diinginkan oleh pelanggan. Keinginan yang dimaksud termasuk fungsionalitas,
keinginan sosial, emosi, dan penghematan biaya. Untuk mempermudah dalam menjawab
keinginan pelanggan, dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Penghematan apa yang membuat pelanggan senang? (waktu, uang, atau


usaha)

2. Hasil apa yang pelanggan harapkan lebih dari harapannya? (kualitas,


jumlah, atau kemudahan)

3. Bagaimana solusi sekarang menyenangkan pelanggan? (tambahan fitur,


kinerja, atau kualitas)

4. Apa saja yang pelanggan cari? (desain, harga murah, atau fitur lengkap)

Setelah menjawab beberapa pertanyaan tentang keinginan pelanggan, perusahaan perlu


mengurutkan keuntungan-keuntungan apa saja yang relevan dengan pelanggan atau
produk sehingga perusahaan dapat mengetahui prioritas utama kepada pelanggan.

3. Customer Pain

Blok dari customer pain berguna untuk menggambarkan emosi negatif, biaya yang
tidak diinginkan, situasi, dan risiko yang bisa dialami sebelum, selama, atau setelah
pekerjaan selesai. Untuk mempermudah dalam menjawab penderitaan pelanggan, dapat
menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang menurut pelanggan mahal? (waktu yang lama, modal uang
terlalu besar, atau upaya cukup besar)
2. Apa yang membuat pelanggan merasa buruk? (frustasi, terganggu, tidak
nyaman)

3. Bagaimana solusi sekarang ketika berkinerja buruk? (fitur tidak sesuai,


kinerja buruk, cepat rusak)

4. Apa saja kesulitan utama dan tantangan dari pelanggan? (kesulitan


mendapatkan sesuatu, resistensi)

5. Risiko apa yang pelanggan takutkan? (uang, risiko teknis, atau sosial)

Sama dengan blok costumer gain, setelah menjawab seluruh pertanyaan, dilakukan
pengurutan mulai dari yang paling relevan berdasarkan pelanggan. Dengan mengetahui
kelemahan atau ketakutan dari pelanggan, diharapkan produk yang ditawarkan dapat
menjawab.

3. Products & Services

Blok dari Value Propositions yang pertama adalah produk dan servis. Langkah
pertama untuk mengisi blok produk dan servis adalah menulis semua proporsisi nilai dari
produk atau servis. Produk atau jasa yang ditawarkan membantu pelanggan memperbaiki
pekerjaan fungsional, sosial, dan emosional. Setelah menuliskan semua proporsisi nilai
dari produk, cocokkan mana saja nilai yang sesuai dengan kepentingan pelanggan apakah
penting atau tidak penting. Dengan menyelesaikan blok ini, perusahaan dapat
mengevaluasi proporsisi value yang sebelumnya pada business model canvas hanya
dituliskan tanpa dicocokkan dengan kebutuhan pelanggan.

4. Pain Relievers

Blok Pain Relievers menjelaskan bagaimana produk atau jasa dari perusahaan
meringankan penderitaan pelanggan. Blok Pain Relievers menghilangkan atau
mengurangi dari blok customer pain yang berhubungan dengan situasi yang tidak
diinginkan, risiko pelanggan pada saat sebelum, selama, dan sesudah pekerjaan selesai.
Pertanyaan yang perlu dijawab oleh perusahaan berhubungan dengan pertanyaan yang
telah ada di customer pain. Beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah mereka menjadi lebih hemat? (waktu, uang, atau usaha)

2. Menjadikan pelanggan lebih baik?

3. Menyelesaikan performa kerja yang buruk?

4. Mengeleminasi risiko yang ditakuti oleh pelanggan?


5. Gain Creators

Blok Gain Creators menjelaskan bagaimana produk atau jasa dari perusahaan
membuat pelanggan diuntungkan. Blok ini harus dapat menjawab pertanyaan yang
terdapat pada blok customer gain. Berikut adalah pertanyaan yang terdapat pada gain
creators:

1. Apakah mereka menjadi lebih hemat? (waktu, uang, atau usaha)

2. Menghasilkan solusi melebihi harapan pelanggan?

3. Membuat pekerjaan pelanggan menjadi lebih mudah?

4. Memberikan hasil positif yang cocok untuk pelanggan?

Hal-hal yang dapat berkontribusi untuk nilai proporsisi adalah :

1. Newness : sebuah produk baru yang diciptakan yang belum pernah ada
sebelumnya dan memiliki keunikan

2. Performance : bagaimana meningkatkan kinerja suatu produk atau


layanan yang ditawarkan

3. Customization : bagaimana perusahaan dapat menyesuaikan produk


atau jasa sesuai dengan kebutuhan pelangganya agar mendapat nilai lebih.

4. Getting the job done : bagaimana produk atau jasa berfungsi membantu
pelanggan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

5. Design : dengan memiliki desain yang menarik maka suatu produk


memiliki nilai proporsisi yang baik.

6. Brand : pelanggan dapat menemukan nilai suatu produk dari merek


yang telah dikenal oleh masyarakat luas.

7. Price : bagaimana harga dpat ditentukan oleh pesaingnya dan menjadi


dasar dalam menentukan harga produk yang ditawarkan

Maka setelah memahami apa itu value proposition maka didalam produk yang
saya buat juga terdapat nilai proporsisinya. Dimana secara garis besar produk kami
adalah Kantung.Inc yang mana produk ini terbuat dari kain perca sisa yang dibuat
berupa pouch dalam berbagai bentuk dengan desain yang menarik serta mendapatkan
sebuah pin yang mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan
sekitarnya.

Kantung.Inc juga menggunakan pembukus dengan bahan yang ramah lingkungan


dimana pembukusnya tersebut berupa plastik cassava yang terbuat dari singkong serta
plastik ini bisa larut dalam air dan mudah larut juga ditanah karena ada unsur
mikroorganisme nya. Design pouch ini memiliki nilai estetika meskipun terbuat dari
limbah kain hasil konveksi berskala kecil yang telah kami kumpulkan, dibuat secara
handmade oleh penjahit dan juga kami memastikan zero waste fashion dapat
diterapkan dalam produk kami.

Value Proposition pada produk kami adalah :

Value Propositions
1.Bahan dasar kain perca

2.Bahan berkualitas

3.Efisien

4.Ramah Lingkungan
“Protect the Earth, like we protect our loved
ones”

Kantung.Inc adalah butik yang menjual pouch handmade. Tidak seperti produk
pouch lainnya, design pouch kami berbeda satu dengan yang lainnya karena dibuat
handmade dari bahan dasar kain perca. Sangat efisien untuk menaruh barang barang kecil
agar tidak berceceran .
KESIMPULAN

Business Model Canvas pertama kali diperkenalklan oleh Alexander

Osterwalder dalam bukunya Business Model Generation. Dan dalam

buku Business Model Generation ini, Alexander Osterwalder menjelaskan

sebuah framework sederhana dalam mempresentasikan elemen-elemen

penting yang terdapat dalam sebuah model bisnis secara sederhana dan

mudah dimengerti. Intinya bahwa model bisnis itu terdiri dari 9 elemen yang

disebut sebagai 9 building blocks. Business Model Canvas adalah model

gambaran logis bagaimana organisasi menciptakan menghantarkan dan

menangkap sebuah nilai(Osterwalder & Pigneur, 2010) pada model Canvas

membagi Business Model menjadi 9 komponen :

1. Value Proposition

Mengambarkan gabungan antara produk dan layanan yang menciptakan

nilai tambah pada produk yang diberikan (Barlie, Polesi, 2010)

2. Customer Segmentation

Segment mendefinisikan kelompok orang atau organisasi suatu

perusahaan yang memiliki keinginan sama (Kotler, 2005). Model bisnis

harus didesain untuk memenuhi kepuasan pelanggan, perusahaan

mengelompokan beberapa segmen berdasar kebutuhan.

3. Channel

Chanel menggambarkan hubungan perusahaan dapat menjalankan komunikasi

dengan pelangganny(Osterwalder & Pigneur, 2010). Menemukan chanel

yang tepat merupakan hal yang utama dalam sebuah hubungan.

4. Customer Relationship

Hubungan dengan pelanggan diatur sesuai dengan segment customer, karena

setiap segmen memiliki perbedaan (Osterwalder & Pigneur, 2010). Sehingga


perushaan seharusnya memiliki hubungan yang berbeda dengan setiap

segment.

5. Revenue Stream

Pendapatan perusahaan yang diterima dari masing-masing segment.

(Osterwalder & Pigneur, 2010).

6. Key Resources

Aset yang paling penting yang membuat bisnis itu berjalan, setiap model bisnis

membutuhkan sumber daya. Sumber daya dikategorikan empat

a. Fisik

b. Intelektual

c. Human

d. Financial

(Osterwalder & Pigneur, 2010).

7. Key Activities

Aktivitas yang paling penting yang membuat bisnis itu berjalan, setiap model

bisnis membutuhkan aktivitas utama. (Osterwalder & Pigneur, 2010).

8. Key Partnership

Mitra usaha dalam bisnis seperti supplier yang menjadikan bisnis dapat

berjalan dengan baik .(Osterwalder & Pigneur, 2010).

9. Cost Structure

Menjelaskan komponen biaya sehingga bisnis dapat berjalan.(Osterwalder &

Pigneur, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

http://sucihanda.blogspot.com/2017/03/business-model-canvbmc-makalah-business.html

https://arryrahmawan.net/cara-mengisi-blok-customer-segments-pada-business-model-canvas/
https://www.artikelsiana.com/2018/02/pengertian-entrepreneur-ciri-ciri.html

https://karinov.co.id/contoh-bisnis-model-canvas/

https://suarague.com/bmc-101-cara-mengisi-dan-contoh-business-model-canvas-yang-benar/

https://www.kompasiana.com/hewynda/55100a9da33311c137ba7e34/business-model-canvas

https://books.google.co.id/books?id=SeI8DwAAQBAJ&pg=PA36&dq=value+proposition+canvas&hl=id&
sa=X&ved=0ahUKEwiFgK-
Rzp3nAhWZe30KHcw2CZgQ6AEIKTAA#v=onepage&q=value%20proposition%20canvas&f=false

http://bbs.binus.ac.id/international-marketing/2018/08/customer-retention/

https://arryrahmawan.net/cara-mengisi-blok-customer-segments-pada-business-model-canvas/

Anda mungkin juga menyukai