Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PERITONITIS

Di susun oleh:

ALFIATUS SULAMAH

(14401.16.17002)

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY

PESANTREN ZAINUL HASAN

PROBOLINGGO

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Peritonitis adalah inflamasi membrane serosa yang melingkupi rongga
abdomen beserta organ – organ didalamnya ( Dailey BJ, 2017).
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum-lapisan membrane serosa rongga
abdomen dan meliputi visera merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi
dalam bentuk akut maupun kronis atau kumpulan tanda dan gejala, diantaranya
nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tanda-tanda umum
inflamasi. Pasien dengan peritonitis dapat mengalami gejala akut, penyakit ringan
dan terbatas, atau penyakit berat dan sistemikengan syok sepsis.(Ardi.2012)

B. ETIOLOGI
1. Infeksi bakteri
Organisme berasal dari pennyakit saluran gestasional atau pada wanita dari
organ reproduktif internal. Bakteri paling umum yang terkait adalah E.coli,
klebsiella, proteus, dan pseudomonas.
2. Sumber eksternal seperti cidera atau trauma ( misal luka tembak atau luka
tusuk ) atau inflamasi yang luas yang berasal dari organ luar peritoneum.
3. Penyakit gastrointestinal : appendicitis, ulkus perforasi, diverticulitis dan
perforasi usus, trauma abdomen (luka tusuk atau tembak) trauma tumpul
(kecelakaan ) atau pembedahan gastrointestinal.
4. Proses bedah abdominal dan dialysis peritoneal.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri terutama diatas daerah yang meradang.
2. Peningkatan kecepatan denyut jantung akibat hipovolemia karena perpindahan
cairan kedalam peritoneum.
3. Mual dan muntah.
4. Abdomen yang kaku.
5. Ileus paralitik ( paralisis saluran cerna akibat respon neurogenik atau otot
terhadap trauma atau peradangan ) muncul pada awal peritonitis.

2
6. Tanda – tanda umum peradangan misalnya demam, meninngkatnya sel darah
putih.
7. Dehidrasi.
8. Lemas.
9. Nyeri tekan pada daerah abdomen..
10. Bising usus berkurang.
11. Nafas dangkal.
12. Tekanan darah menurun.
13. Takikardi.
14. Berkeringat dingin.
D. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Anatomi

2. Fisiologi
a. Rongga mulut
Rongga mulut merupakan awal saluran pencernaan, proses
pencernaan dimulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan
dipecah kedalam partikel kecil dan dicampur dengan enzim – enzim
pencernaan. Didalam mulut terdapat saliva yang mengandung mucus
yang fungsinya membantu melumasi makanan saat dikunyah.

3
b. Esophagus
Esophagus memiliki panjang ± 25 cm dan terletak di
mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang punggung dan
posterior terhadap trakea dan jantung. Otot halus didinding esophagus
berkontraksi dalam urutan irama dari eshofagus kea rah lambung untuk
mendorong bolus makanan sepanjang saluran. Selama proses
peristaltic esophagus, sfingter esophagus bawah rileks dan mengkinkan
bolus makanan masuk kelambung kemudian sfingter esophagus
menutup dengan rapat untuk mencegah refluk muntah isi llambung ke
esophagus.
c. Lambung
Terletak dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah
tubuh, tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah suatu
kantong yang dapat berdistensi dengan kapasitas ± 1.500 ml.
lambung terdirii dari 4 bagian yaitu kardia ( jalan masuk ),
fundus, korpus, dan pirolus. Lambung mensekresi cairan yang
sangat asam, cairan ini mempunyai pH serendah 1 dan
memperoleh keasamannya dari asam hidroklorida yang
disekresikan oleh kelenjar lambung. Fungsi sekresi asam untuk
memecah makanan menjadi komponen yang lebih dapat
diabsorsi dan untuk membantu destruksi bbakteri pencernaan.
Lambung dapat menghasilkan sekresi kira – kira 2,4 liter / hari.
d. Usus halus
Adalah bagian dari system pencernaan makanan yang
berpangkal pada pirolus dan berakhir pada sekum, memiliki panjang
2/3 dari panjang total saluran pencernaan. Bagian permukaan usus
halus untuk sekresi dan absorsi. Usus halus dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Duodenum
Duodenum adlah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm berbentuk sepatu kuda dan kepalanya
mengelilingi kepala pancreas. Saluran empedu dan
saluran pancreas masuk kedalam duodenum pada suatu
lubang yang disebut ampula hepatopankreatika 10 cm
dari pylorus.
4
2) Yeyunum
Yeyunum menempati 2//5 sebelah atas dari usus halus.
3) Ileum
Ileum menempati 3//5 akhir dari usus halus.

Dinding usus halus terdiri dari atas 4 lapisan yang sama dengan lambung
yaitu :

1) Dinding lapisan luar adalah membrane serosa, yaitu


peritoneum yang membalut usus dengan erat.
2) Dinding lapisan berotot terdiri atas dua lapisan serabut
yaitu lapisan luar terdiri lapisan tebalterdiri atas serabut
sirkuler. Diantara kedua lapisan serabut berotot terdapat
pembuluh darah, pembuluh limfe dan plexus saraf.
3) Dinding sub mukosa, terdapat antara otot sirkuler dan
lapisan terdalam yang merupakan pembatasnya.dinding
sub mukosa ini terdiri dari jaringan areolar dan berisi
banyak pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan
plexus saraf yang disebut plexus miessner.

Fungsi usu halus adalah mencerna dan mengabsorsi khime dari lambung isi
duodenum yaitu alkali.

EMPEDU

Empedu diperlukan untuk pencernaan lemak yang dimulsikan untuk


membantu kerja lipase. Sifatnya alkali dan membantu membuat makanan
yang keluar dari lambung yang asam menjadi netral.

PANKREAS

Getah pancreas berisi 3 jenis enzim pencernaan yang memecah 3 jenis


makanan. Amylase mencerna hidrat karbon, mengubah zat tepung menjadi
disakharida. Lipase adalah enzim yang memecah lemak menjadi gliserin
dan asam lemak. Tripsin merupakan enzim pembeku susu mengubah
protein menjadi pepton.

5
5. Usus besar.
Usus besar atau kolon memiliki panjang kira – kira 1,5 meter. Reflleks
gastrokolik terjadi ketika makanan masuk kelambung dan menimbulkan
peristaltic didalam usus besar. Reflek ini menyebabkan defekasi atau
pembuangan air besar.
Dalam 4 jam setelah makan, materi sisa residu melewati ileum terminalis dan
dengan perlahan melewati bagian proksimal kolon melalui katub ileosekal.
Katup ini secara normal tertutup, membantu mencegah isi kolon mengalir
kembali ke usus halus. Populasi bakteri adalah komponen utama dari usus
besar. Bakteri membantu menyelesaikan pemecahan materi sisa dan garam
empedu. Dua jenis sekresi kolon ditambah pada materi sisa mucus dan larutan
elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan bikarbonat yang bekerja untuk
menetralisasi. Prosedur akhir yang terbentuk melalui kerja bakteri kolonik.
Mucus ini melindungi mukosa kolon dari isi interluminal dan juga
memberikan perlekatan untuk missal fekal.
6. Rectum : defekasi, feces, dan flatus.
Rectum terletak 10 cm dibawah dari usus besar dimuali pada kolon
sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Saluran ini berakhir kedalam anus
yang dijaga oleh otot internal dan eksternal. Rectum serupa dengan kolon
tetapi dindingnya yang berotot lebih tebal dan membrane mukosanya memuat
lipatan – lipatan membujur yang disebut kolumna morgagni. Semua ini
menyambung kedalam saluran anus. Didalam saluran anus ini serabut otot
sirkuler menebal membentuk otot sfingter anus internal. Sel – sel yang
melapisi saluran anus berupa sifatnya epithelium bergaris menggantikan sel –
sel silinder. Sfingter eksterna menjaga saluran anus dan orifisium supaya
tertutup. Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi.

6
E. PATOFISIOLOGI
1. Pathway

Invasi kuman kelapisan Respon peradangan pada → PERITONITIS


peritoneum oleh berbagai peritoneum dan organ
kelainan pada system didalamnya
gastrointestinal dan ←
penyebaran infeksi dari
organ didalam abdomen
atau perforasi organ pasca ↓ ↓
trauma abdomen.
Respon sistemik Penurunan aktivitas
fibrinolituik intra
abdomen
↓ ↓
Peningkatan suhu tubuh Pembentukan eksudat
fibrinosa atau eksudat
di peritoneum
↓ ↓
Hipertermi Abses

↓ ↓
Invasi bedah laparatomi Respon local saraf terhadap → Distensi abdomen
inflamasi
↓ ↓
Preoperative Pasca operatif Nyeri Akut
↓ ↑
↓ ↓
Cemas, gelisah Port de entri pasca bedah Kerusakan jaringan
pasca bedah
↓ ↓
Ansietas Resiko infeksi
↓ ↓
Gangguan gasstrointestinal Syok sepsis
↓ ↓
dehidrasi ← Mual, muntah, kembung, Respon kardiovaskuler
anoreksia
↓ ↓ ↓
Resiko ketidakseimbangan Intake nutrisi tidak adekuat Curah jantung ↓
cairan
↓ ↓
Ketidakseimbangan nutrisi Suplai darah ke paru ↓
kurang dari tubuh

Pola nafas tidak efektif ← Kompensasi tubuh


dengan ↑ RR
2. Narasi
Peritonitis disebakan oleh kebocoran dari organ abdomen kedalam
rongga abdomen biasanya sebagai akibat dari infeksi bakteri, trauma
abdomen, perforasi usus yang menyebabkan inflamasi.
Peritonitis menyebakan penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen.
Produksi eksudat fibrinosa merupakan mekanisme terpenting dari system
pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri dalam jumlah yang
sangat banyak. Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya
merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi pembentukan
abses sehingga butuh tindakan pembedahan.
Pada pembedahan laparatomi dapat menyebabkan penurunan kemampuan
untuk batuk sehingga sekret meningkat dan menyebabkan gangguan jalan napas.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. GDA : alkaliosis respiratori dan asidosis mungkin ada
b. SDP meningkat kadang – kadang lebih besar dari 20.000 SDM mungkin
meningkat, menunjukkan hemokonsentrasi.
c. Hemoglobin dan hematokrit mungkin rendah bila terjadi kehilangan darah
2. Protein / albumin serum : mungkin menurun karena penumpukan cairan ( diintra
abdomen )
3. Amylase serum : biasanya meningkat
4. Elektrolit serum : biasanya meningkat
5. X – ray
a. Foto polos abdomen 3 posisi ( anterior, posterior, lateral )
b. Foto dada : dapat menyebabkan peninggian diafragma
c. Parasentesis : contoh cairan peritoneal dapat mengandung darah, pus / eksudat,
emilase, empedu, dan kretinum.
d. CT abdomen dapat menunjukkan pembentukan abses.
G. PENATALAKSANAAN
1. Penggantian ciran koloid dan elektrolit.
2. Analgesic untuk nyeri, antiemetic untuk mual dan muntah.
3. Intubasi dan penghisapan usus untuk menghilangkan distensi abdomen.
4. Terapi oksigen dengan nasal kanul atau masker untuk memperbaiki fungsi ventilasi.
5. Kadang dilakukan intubasi jalan napas dan bantuan ventilator jika diperlukan.
6. Terapi antibiotic massif ( sepsis merupakan penyebab kematian utama )
7. Tindakan pembedahan diarahlan pada eksisi ( apendik), reseksi, memperbaiki
(perforasi), dan drainase ( abses).
8. Pada sepsis yang luas perlu dibuat diversi fekal.

H. ASUHAN KEPERAWATAN secara TEORI


1. PENGKAJIAN
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah
kanan dan menjalar ke pinggang.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal diawali
terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus, dan
sirosis hepatis dengan asites.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post operasi,
operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan seperti ruptur
limpa dan ruptur hati.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini disebabkan oleh
bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka kemungkinan diturunkan ada.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem pernafasan (B1)
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan serta
menggunakan otot bantu pernafasan.

9
2) Sistem kardiovaskuler (B2)
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia vaskular
karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular akibat pasien syok
(neurogenik, hipovolemik atau septik), akral : dingin, basah, dan pucat.
3) Sistem Persarafan (B3)
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya
mengalami penurunan kesadaran.
4) Sistem Perkemihan (B4)
Terjadi penurunan produksi urin.
5) Sistem Pencernaan (B5)
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat proses
patologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat iritasi
peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan gerakan
peristaltic usus turun (<12x/menit).
6) Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6)
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan aktivitas.
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami kelelahan, dan
turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Pola nafas tidak efektif b/d
2) Nyeri akut b/d inflamasi
3) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d mual muntah

10
3. INTERVENSI

Diagnosa
No Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan

1. Pola Nafas tidak efektif Setelah dilakukan  Dipnea membaik MANAJEMEN JALAN NAPAS
 Observasi
tindakan keperawatan  Penggunaan alat
1. Monitor pola napas
selama 2 X 24 dipnea bantu nafas membaik
2. Monitor bunyi nnapas tambahan
membaik.  Pernafasan cuping
3. Monitor sputum
hidung membaik
 Teraupeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan napas
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
4. Berikan oksigen jika perlu
 Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik jika perlu
2. Nyeri Akut b/d inflamasi Setelah dilakukan  Keluhan nyeri MANAJEMEN NYERI
 Observasi
tindakan asuhan menurun
1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
keperawatan selama 2x24  Kemampuan
durasi,frekuensi,kualitas, intensitas nyeri
jam tingkat nyeri menuntaskan
2. Identifikasi skala nyeri
menurun aktivitas
3. Identifikasi nyeri non verbal
meningkat
 Teraupetik
 Frekuensi nadi
1. Berikan tehnik non farmakologi (terapi
membaik
musik, terapi pijat, kopres hangat/dingin)
 Pola napas
2. Fasilitasi istirahat tidur
membaik
3. Control lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik

12
3. Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan  Haluaran urin MANAJEMEN CAIRAN
elektrolit b/d mual muntah tindakan keperawatan membaik  Observasi
selama 2 X 24 jam klien  Dehidrasi menurun 1. Monitor status dehidrasi
tidak mengalami  Tekanan darah 2. Monitor BB harian
dehidrasi membaik 3. Monitor hasil pemeriksaan Lab
 Denyut nadi radikal 4. Monitor status hemodinamik
membaik  Teraupeutik
1. Catat intake output dan hitung balance cairan
2. Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberiandiuretik, jika
perlu

13
14
DAFTAR PUSTAKA

Taufan, Tamara, Dara dkk. (2016). TEORI ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT


DARURAT. Yogyakarta : nuhamedika.

Amin, Hardi. ( 2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis


dan Nanda Nic – Noc. Jogjakarta : Mediaction

Afif,Muhammad,alfian.(2018). Gawat Darurat Medis dan Bedah.Surabaya :


Airlangga

Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018

Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Cetakan ke II
2018

Tim Pokja SIKI DPP PPNI Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Cetakan ke
II 2018

Anda mungkin juga menyukai