PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan perubahan
paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini
berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-
negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan
pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini
sendiri.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan definisi oleh para ahli diatas menganai profesi, mari kita lihat mengapa keperawatan itu
sebagai profesi.
Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan ( nursing science )
yang mencakup ilmu – ilmu dasar ( alam, sosial, perilaku ),ilmu biomedik,ilmu kesehatan
masyarakat,ilmu keperawatan dasar,ilmu keperawatan klinis dan ilmu keperawatan komunitas.
Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan mempunyai standar kompetensi
yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai dengan S3 akan dikembangkan.
3. Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik Dalam Bidang Profesi
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional. Oleh karena itu
sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari sistem pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan pelayanan kesehatan.
Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi profesi ini sangat menentukan keberhasilan
dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi serta mampu berperan aktif dalam
upaya membangun keperawatan profesional dan berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di
Indonesia. Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI, dengan
aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi keperawatan di dunia dengan nama
internasional Council Of Nurse (ICN).
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional selalu menunjukkan sikap dan tingkah
laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.
6. Otonomi
Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina dan mendudukkan peran
dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam pembangunan kesehatan serta tetap
berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada
kepentingan masyarakat.
Contoh:
Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien dalam
membuat suatu pilihan.
Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau penyimpangan.
Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki informasi tersebut.
Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudah tidak bersedia
menjelaskannya.
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari
kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri
dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi.
Contoh : Perawat menasehati klien tentang program pelatihan utnuk memperbaiki kesehatan secara
umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila klien dalam keadaan resiko serangan jantung.
Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
Contoh: Seorang perawat sedang bertugas sendirian di suatu unit RS, kemudian ada seorang klien baru
masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan bantuan perawat tersebut. Agar perawat tidak
menghindar dari satu klien ke klien yang lainnya maka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan
faktor2 dalam situasi tersebut, kemudian bertindak pd prinsip keadilan.
Contoh: Seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi darah bertentangan
dengan keyakinannya, mengalami perdarahan hebat akibat penyakit hati yang kronis. Sebelum kondisi
klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau
dilakukan tranfusi darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi perdarahan
hebat, dokter seharusnya menginstruksikan untuk memberikan tranfusi darah. Dalam hal ini, akhirnya
tranfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang
bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip maleficience.
Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi
harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat
beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan
prognosis klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best”
sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang
kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Contoh: Ny. Ita seorang wanita lansia usia 60 tahun, dirawat diRS dengan berbagai macam fraktur
karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam kecelakaan tersebut masuk ke RS yang sama
dan meninggal. Ny. Ita bertanya berkali-kali kepada perawat tentang keadaan suaminya. Dokter ahli
bedah berpesan kepada perawatnya untuk tidak mengatakan kematian suami Ny. Ita kepada Ny. Ita,
perawat tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan menyatakan keprihatinannya kepada
perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa intruksi dokter harus diikuti.
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang lain.
Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar
dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Contoh :
Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.
Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Otoritas (autority) yaitu memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang akan memengaruhi
proses asuhan melalui peran professional.
Contoh:
1. Seorang perawat berhadapan dengan suatu pilihan antara pulang ke rumah karena sudah berjanji
dengan anaknya untuk pergi ke suatu tempat atau tetap berada di rumah sakit untuk menolong klien
memenuhi kebutuhannya dalam keadaan gawat.
2. Seorang ibu meminta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang pada anaknya yang
telah koma delapan hari. Keadaan seperti ini, perawat menghadapi masalah posisinya dalam
menentukan keputusan secara moral.
3. Seorang klien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk pengaman waktu berjalan, ia
ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini perawat menghadapi masalah upaya menjaga keselamatan
klien yang bertentangan dengan kebebasan klien
4. Seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika. Dalam posisi ini
perawat tersebut beradadalam pilihan apakah akan mengatakan hal inisecara terbuka atau diam karena
diancamakan dibuka rahasia yg dimilikinya bila melaporkan pada orang lain.
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur,
jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum
yang berlaku.
1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui belajar terus-
menerus.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran
profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan
delegasi kepada orang lain.
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan
perilaku profesional.
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan mendukung
berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam
mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan pelayanan
keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan memelihara kondisi kerja
yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengetahui definisi, ciri profesi kita dapat menganalisis bahwa keperawatan di indonesia dapat
dikatakan sebagai suatu profesi. Karena memiliki ciri-ciri dari profesi yaitu mempunyai body of
knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan/organisasi profesi,
pemberlakuan kode etik keperawatan, otonomi, dan motivasi bersifat altruistik.
B. Saran
Setelah mengetahui tentang keperawatan sebagai profesi perawat diharapka untuk lebih meningkat
kulitas kerja sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang profesional dibidangnya.