DEFLEKSI
Oleh:
Puji syukur penulis ucapkan pada Allah SWT.yang telah memberikan kesehatan
pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat
beriring salam tidak lupa kita haturkan pada nabi besar Muhammad Saw. Karena berkat
beliau kita dapat hidup di mana penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam penyusunannya,penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang
telah memberikan dukungannya,kasih dan kepercayaan yang begitu besar. Semoga semua
ini bisa memberikan kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari laporan praktikum penulis ini bebas dari
kekurangan dan kesalahan,namum selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membamgun agar tugas laporan praktikum ini dapat
lebih baik lagi. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih,semoga laporan ini bisa
bermanfaat.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Peralatan................................................................................................................. 22
ii
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi ....................................................................................... 3
Gambar 2. 2 Skema defleksi pada cantilever .......................................................... 4
Gambar 2. 3 Defleksi Vertikal ................................................................................ 5
Gambar 2. 4 Defleksi Horisontal ............................................................................ 5
Gambar 2. 5 Tumpuan Engsel ................................................................................. 6
Gambar 2. 6 Tumpuan Rol ...................................................................................... 7
Gambar 2. 7 Tumpuann Jepit .................................................................................. 7
Gambar 2. 8 Pembebanan Terpusat ........................................................................ 8
Gambar 2. 9 Pembebanan Terbagi Merata .............................................................. 8
Gambar 2. 10 Pembebanan Bervariasi Uniform ..................................................... 8
Gambar 2. 11 Batang Tumpuan Sederhana............................................................. 9
Gambar 2. 12 Batang Kartilever ............................................................................. 9
Gambar 2. 13 Batang Overhang.............................................................................. 9
Gambar 2. 14 Batang Menerus ............................................................................... 9
Gambar 2. 15 Defleksi aksial ................................................................................ 10
Gambar 2. 16 Defleksi Kantilever ........................................................................ 11
Gambar 2. 17 Defleksi Lateral Secara Tegak Lurus Penampang ......................... 11
Gambar 2. 18 Defleksi Karena Adanya Momen Puntir ........................................ 12
Gambar 2. 19 Defleksi Pada Balok ....................................................................... 12
Gambar 2. 20 Kurva Tegangan Regangan ............................................................ 13
Gambar 2. 21 Metode Integrasi Ganda ................................................................. 14
Gambar 2. 22 Sketsa Metode Luas Momen .......................................................... 16
Gambar 2. 23 Metode Superposisi ........................................................................ 18
Gambar 2. 24 Dial Indikator ................................................................................. 20
Gambar 2. 25 Mistar Ingsut .................................................................................. 21
Gambar 3.1 Alat Penguji ....................................................................................... 22
Gambar 3.2 Dial Indicator .................................................................................... 22
Gambar 3.3 Tumpuan Rol ..................................................................................... 23
Gambar 3.4 Tumpuan Engsel ................................................................................ 23
iv
Gambar 3.5 Tumpuan Jepit ................................................................................... 24
Gambar 3.6 Mistar ................................................................................................ 24
Gambar 3.7 Beban ................................................................................................. 25
Gambar 3.8 Batang Silindris ................................................................................. 25
Gambar 3.9 Plat pendek ........................................................................................ 25
Gambar 3.10 Plat panjang ..................................................................................... 26
Gambar 3.11 Mengukur panjang alat uji .............................................................. 26
Gambar 3.12 Pengujian dengan tumpuan jepit-rol ............................................... 26
Gambar 3.13 Setting jam ukur pada posisi nol ..................................................... 27
Gambar 3.14 Pengujian dengan pembebanan pada bagian tengah ....................... 27
Gambar 3.15 Pengukuran nilai simpangan pada benda uji ................................... 27
Gambar 3.16 Pembebanan di ujung batang........................................................... 28
Gambar 3.17 Tumpuan engsel rol dan pembebanan di tengah batang ................. 28
Gambar 4.1 Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian tengah batang ............... 29
Gambar 4.2 Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian ujung batang................. 29
Gambar 4.3 Tumpuan Engsel-Rol dan beban pada bagian tengah batang ............ 31
Gambar 4.4 Grafik jepit rol beban tengah ............................................................. 34
Gambar 4.5 Grafik jepit rol beban ujung .............................................................. 34
Gambar 4.6 Grafik engsel rol beban tengah.......................................................... 35
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR NOTASI
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Manfaat
1. Praktikan mengetahui fenomena defleksi (lendutan) yang terjadi pada
batang prismatik.
2. Praktikan mampu membandingkan solusi teoritik dengan hasil
eksperimen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 (a) Balok sebelum terjadi deformasi, (b) Balok dalam konfigurasi
terdeformasi
3
4
Pemilihan atau desain suatu batang sangat bergantung pada segi teknik di
atas yaitu kekuatan, kekakuan dan kestabilan.
Suatu batang kontinu yang ditumpu pada bagian pangkalnya akan
melendut jika diberi suatu pembebanan. Secara umum persamaan dari defleksi
dapat dilihat pada kurva defleksi dari sebuah batang prismatik. Jika dilihat pada
kurva dibawah ini, maka defleksi V
2. Tumpuan Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanyadapat menerima gaya reaksi vertikal.
Alat ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.
Penghubung yang terlihat pada gambar dibawah ini dapat melawan gaya
hanya dalam arah AB rol. Pada gambar dibawah hanya dapat melawan
7
beban vertical. Sedang rol-rol hanya dapat melawan suatu tegak lurus pada
bidang cp.
3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.
Suatu batang kontinu yang ditumpu akan melendut jika mengalami beban
lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang terdiri atas:
1. Defleksi Aksial
Defleksi aksial terjadi jika pembebanan pada luas penampang.
P
dari hukum hooke: E
A
P
L L0 / L0 E
A
P
E / L0
A
P
E / L0
A
Pl0
AE
2. Defleksi Kantilever dan Lateral
Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus pada luas penampang.
11
1. Deformasi Elastis
Deformasi elastis adalah perubahan yang terjadi bila ada gaya yang
bekerja, serta akan hilang bila beban ditiadakan. Dengan kata lain bila
beban ditiadakan, maka benda akan kembali ke bentuk dan ukuran semula
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah perubahan bentuk yang permanen, meskipun
bebannya dihilangkan. Pada tinjauan mikro, deformasi plastis
mengakibatkan putusnya ikatan atom dengan atom tetangganya dan
membentuk ikatan yang baru dengan atom lainya. Jadi jika beban
dilepaskan atom ini tidak kembali ke ikatan awalnya.
ds d
Dimana r adalah jari-jari kurva sepanjang busur ds. Karena kurva elastis
sangat datar, ds pada prakteknya sama dengan dx: sehingga peroleh
persamaan :
1 d d
atau
ds dx
1 d2y
dx 2
....................................................... (Eq. 2.1.1)
Dimana rumus lentur yang terjadi adalah
1 𝑀
= 𝐸𝐼 ............................................................... (Eq. 2.1.2)
𝜌
1
Dengan menyamakan harga dari persamaan diatas, kita peroleh
𝑑2
𝐸𝐼 𝑑𝑥 2 = 𝑀 ....................................................... (Eq. 2.1.3)
karena ds = r dq , maka
1 𝑀 𝑑𝜃 𝑀
= 𝐸𝐼 = atau 𝑑𝜃 = 𝐸𝐼 𝑑𝑠 ............................(Eq. 2.1.7)
𝜌 𝑑𝑠
16
Pada banyak kasus praktis kurva elastis sangat datar sehingga tidak ada
kesalahan serius yang diperbuat dengan menganggap panjang ds =
proyeksi dx. Dengan anggapan itu kita peroleh :
𝑀
𝑑𝜃 = 𝐸𝐼 𝑑𝑥........................................................(Eq. 2.1.8)
Jarak dari B pada kurva elastis (diukur tegak lurus terhadap kedudukan
balok original) yang akan memotong garis singgung yang ditarik kekurva
ini pada setiap titik lain A adalah jumlah pintasandt yang timbul akibat
garis singgung kekurva pada titik yang berdekatan. Setiap pintasan ini
dianggap sebagai busur lingkaran jari-jari x yang dipisahkan olehsudut dq :
dt = xdq
17
3. Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva defleksi balok adalah persamaan diferensial
linier, yaitu semua faktor yang mengandung defleksi w dan turunannya
dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian
persamaan untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di
superposisi. Jadi defleksi balok akibat beberapa beban yang bekerja
bersama-sama dapat dihitung dengan superposisi dari defleksi akibat
masing-masing beban yang bekerja sendiri-sendiri
M
w ''
EIy
Q
w '''
EIy
q
wIV
EIy
w( x ) w1( x ) w2( x )
Berlaku analog
elestitas yang tinggi namun memiliki kekuatan yang baik. Oleh karena itu,
diperlukan analisa lendutan batang untuk mengetahui defleksi yang terjadi
pada material atau batang-batang penyusun pesawat tersebut, untuk
mencegah terjadinya defleksi secara berlebihan yang menyebabkan
perpatahan atau fatik karena beban terus-menerus.
4. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak bertumpuan
sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau dapat
dianggap dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu, saat
mengangkat material kemungkinan untuk terjadi defleksi. Pada
konstruksinya sangat besar karena salah satu ujungnya bebas tak
bertumpuan. Disini analisa lendutan batang akan mengalami batas tahan
maksimum yang boleh diangkut oleh alat pengangkut tersebut.
Sebagai contoh, jika jarum panjang pada skala besar bergerak sejauh 6
strip dan jarum pendek bergerak pada skala 3 maka artinya hasil pengukurannya
adalah 3,06 mm. Pengukuran ini diperoleh dari :
Skala dan ring dial indikator dapat berputar ke angka 0 agar lurus dengan
penunjuk. Penghitung putaran ukur jam berfungsi menghitung jumlah putaran
penunjuk. Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan dial indicator adalah
keadaan permukaan benda yang akan diukur harus bersih, posisi spindel dial
(ujung peraba) tegak lurus pada permukaan komponen yang diperiksa, dan
metode pengukuran yang digunakan.
21
3.1 Peralatan
Peralatan dan bahan yang di gunakan dalam praktikum defleksi yaitu :
1. Alat Penguji
Alat penguji adalah alat yang digunakan untuk menguji defleki pada
benda.
22
23
Spesifikasi:
1. Satuan panjang : mm
2. Ketelitian : 0,01 mm
3. Tumpuan Rol
Tumpuan rol adalah alat yang digunakan untuk menguji dengan tumpuan
rol.
3. Set posisi jam ukur pada posisi nol ketika batang uji tanpa diberi
pembebanan.
Gambar 4.1 Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian tengah batang
Tabel 4.2 Tumpuan Jepit Rol beban Tengah
PosisiPengujian DefleksiPengujian DefleksiTeoritis
BatangUji
(mm) (mm) (mm) Keterangan
No.
X1 X2 X3 X1 X2 X3 X1 X2 X3
1 100 250 150 1.35 2.5 1.18 1.388 2.961 2.01 Silindris
2 100 250 150 0.32 3.19 1.52 1.454 3.102 2.105 Panjang
3 100 250 150 0.12 0.58 0.25 0.314 0.67 0.454 Pendek
Gambar 4.2 Tumpuan Jepit-Rol dan beban pada bagian ujung batang
29
31
Gambar 4.3 Tumpuan Engsel-Rol dan beban pada bagian tengah batang
50 × 3𝑚𝑚3
=
12
= 112,500 𝑚𝑚4
𝑏ℎ3
𝐼𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘 =
12
50 × 5𝑚𝑚3
=
12
= 520,833 𝑚𝑚4
Mencari nilai P pada batang
𝑃𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 1 ,2,3 = 𝑚 × 𝑔
= 1,12 𝑘𝑔 × 9,81 𝑚/𝑠 2
= 10,987 𝑁
10,987 𝑁 × 100𝑚𝑚
= (3(700𝑚𝑚)² − 4(100𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚 × 30,679𝑚𝑚2
= 1.388 𝑚𝑚
𝑝.𝑥
𝛿𝑋2 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑟𝑖𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48.𝐸.𝐼
10,987 𝑁 × 250𝑚𝑚
= (3(700𝑚𝑚)² − 4(250𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚 × 30,679 𝑚𝑚2
= 2.961 𝑚𝑚
𝑝.𝑥
𝛿𝑋3 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑟𝑖𝑠 = (3. 𝑙² − 4𝑥²)
48.𝐸.𝐼
10,987 𝑁 × 150𝑚𝑚
= (3(700𝑚𝑚)² − 4(150𝑚𝑚)2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚 × 30,679 𝑚𝑚2
= 2.010 𝑚𝑚
33
10,987 𝑁𝑥 100𝑚𝑚
= 4
(1002 − 3502 )
6𝑥350𝑥200000 𝑁/𝑚𝑚 × 30,679 𝑚𝑚
= 0,873 𝑚𝑚
𝑝.𝑥
𝛿𝑋2 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑟𝑖𝑠 = (𝑥² − 𝑎²)
6.𝑎.𝐸.𝐼
10,987 𝑁𝑥 250𝑚𝑚
= 4
(2502 − 3502 )
6𝑥350𝑥200000 𝑁/𝑚𝑚 × 30,679 𝑚𝑚
= 1.165 𝑚𝑚
𝑝.𝑥
𝛿𝑋3 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑟𝑖𝑠 = (2. 𝑎. 𝑏 + 3. 𝑏. 𝑥 − 𝑥²)
6..𝐸.𝐼
10,987 𝑁𝑥 200𝑚𝑚
= 𝑁
(2 𝑥 350 𝑥350) + (3𝑥350𝑥 200 − 2002 )
6𝑥200000 𝑚𝑚
× 30,679 𝑚𝑚4
= 6.447 𝑚𝑚
= 4.348 𝑚𝑚
𝑃𝑋1
𝛿𝑋2 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑟𝑖𝑠 = 48𝐸𝐼 (3𝑙 2 − 4𝑋12 )
10,987 𝑁 × 250 𝑚𝑚2
= 2 4
(3(700𝑚𝑚)2 − 4(250 𝑚𝑚2 )2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚 × 30,679 𝑚𝑚
= 5.407 𝑚𝑚
𝑃𝑋1
𝛿𝑋3 𝑠𝑖𝑙𝑖𝑛𝑑𝑟𝑖𝑠 = 48𝐸𝐼 (3𝑙 2 − 4𝑋12 )
10,987 𝑁 × 150 𝑚𝑚2
= (3(700𝑚𝑚)2 − 4(150 𝑚𝑚2 )2 )
48 × 200000 𝑁/𝑚𝑚2 × 30,679 𝑚𝑚4
= 4.742 𝑚𝑚
34
Dari pengolahan data yang sudah dilakukan maka didapatkan grafik sebgai
berikut :
4 Batang 1
2 Batang 2
0.879 1.165
0.002 0.0034 Batang 3
0
0 200 400 600
-2
Posisi Pengukuran
Defleksi Teoritis
5
4.652
4.3484.025
4
3 2.581 3.249 Batang 1
2 2.957 Batang 2
1 Batang 3
0
0 200 400 600
Posisi Pengukuran
Berdasarkan posisi pengujian, maka posisi paling ujung akan menunjukkan nilai
defleksi teoritis tinggi.
Dan dari grafik tumpuan engsel-rol dengan pembebanan ditengah,
menunjukkan specimen batang sillindris mengalami defleksi teoritis lebih tinggi,
plat hijau mengalami defleksi teoritis kedua dan yang paling rendah adalah plat
silver. Berdasarkan posisi pengujian, maka posisi paling tengah akan
menunjukkan nilai defleksi teoritis tinggi.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan beberapa waktu yang
lalu adalah sebagai berikut :
1. Hal-hal yang mempengaruhi besarnya nilai defleksi adalah beban yang
diberikan,tumpuan yang di gunakan dan peletakan beban juga sangat
berpengaruh terhadap beesar nya nilai defleksi atau lendutan yang di
hasilkan. Selain itu yang sangat berpengaruh terhadap besarnya nilai
defleksi adalah besarnya nilai kekakuan suatu material yang di
gunakan. Pada saat pembebanan di letakan di bagian ujung suatu
material dan titik tumpu berada pada bagian tengah maka nilai defleksi
yang di hasilkan akan semakin besar karna besarnya nilai pembebanan
yang di berikan berbanding terbalik dengan niali kekakuan material .
Hasil defleksi yang ditampilkan bukan merupakan titik maksimumnya.
Tumpuan pembebanan diujung merupakan jenis tumpuan yang paling
beresiko terjadinya retak. Apabila tetap ingin menggunakan jenis
tumpuan ini dibutuhkan bahan dengan tingkat kekakuan yang tinggi.
2. Hasil pengukuran yang diamati oleh praktikan dalam menentukan
defleksi dengan solusi teoritik tidak sama. Itu disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain, posisi peletakan titik pengamatan pada saat
pengukuran langsung. Pengukuran yang dilakukan secara manual
tentunya akan menimbulkan kurang akuratnya hasil pengamatan yang
dilakukan. Contohnya, pemberian titik yang akan diamati tidak sesuai
dengan angka yang di inputkan ke dalam table pengamatan.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada pembaca sebagai berikut:
1. Pastikan kedataran permukaan poros dan pelat antara tumpuan engsel dan
rol, karena kedataran permukaan sangat mempengaruhi hasil perhitungan.
2. Perlu adanya ketelitian dalam proses peletakan beban dan memposisikan
dial indicator karena itu sangat mempengaruhi error yang terjadi.
36
DAFTAR PUSTAKA
Spotts, M.F. 1998. Design of Machine Elements 7th. New Jersey : Prentice-
Hall, Inc.
William T. Thomson.1998.Theori Of Vibration With Application Practice.
Hall Int: London.
LAMPIRAN