Anda di halaman 1dari 68

ABSTRAK

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL OTOMATIS


UNTUK PROSES PENGERINGAN BIJI KOPI MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER ARDUINO UNO

Oleh

Ahmad Yonanda

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan di provinsi Lampung, karena memiliki nilai ekonomis yang
cukup tinggi serta memiliki peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian.
Pada kenyataannya sebagian besar petani kopi di provinsi Lampung memiliki
kendala dalam proses pengeringan yaitu ketergantungan dengan cuaca sehingga
waktu pengeringan menjadi lebih lama. Pengeringan yang terlalu lama
mengakibatkan kualitas kopi yang kurang baik sehingga nilai jual kopi ikut
menurun yang berakibat para petani merugi.

Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pengeringan kopi, salah
satunya dengan cara otomasi. Otomasi memiliki tujuan memberikan kemudahan,
meningkatkan efektifitas kerja sistem sehingga produktifitas meningkat dan biaya
produksi menurun. Maka dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan dan
pengujian sistem alat kontrol pengatur suhu otomatis pada ruang pengering kopi
berbasis mikrokontroler Arduino uno agar dapat diperoleh proses pengeringan
kopi yang lebih berkualitas.

Langkah-langkah proses pembuatan meliputi, perangkat keras dan perangkat


lunak. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa, sistem
kontrol otomatis dapat berjalan dengan baik untuk berbagai beban pengeringan
yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil pengujian dengan beban biji
kopi 4 kg dan 8 kg suhu ruang pengering kopi tetap terjaga.

Kata kunci: Kopi, Pengeringan, Otomasi, Mikrokontroler


ABSTRACT

FABRICATION AND TESTING OF AUTOMATIC CONTROL SYSTEM


FOR COFFE BEANS DRYING PROCESS USING MICROCONTROLLER
WITH ARDUINO UNO

By

Ahmad Yonanda

Coffee is a type of crop that has been long cultivated in Lampung province
because it has a high economic value and has an important role for the economic
growth. In fact, most coffee farmer in Lampung province has problems in coffee
drying process, because there is a dependency with weather for sundrying, so it
become longer to produce a good dryed coffee bean. Long drying produce poor
quality coffee, so that it decreased the selling value and incured losses for the
farmer.

Therefore it was necessary to improve the coffee drying process, with automation.
The purpose of automation is making easier and increases the effectiveness of the
drying system so the productivity will be higher and the costs of production
decreased. In this research, the fabrication and testing system by means of
automatic temperature control in coffee drying chamber using microcontroller
with Arduino uno. By doing so, higher quality of coffee drying process can be
obtained use the system.

Fabrication and testing, the automatic control system for coffee beans drying using
microcontroller with Arduino uno including hardware and software. The research
shows that, automatic control system can work properly for a variety of the
weight.

Keywords: Coffee, Drying, Automation, Microcontroller


PEMBUATAN DAN PENGUJIAN SISTEM KONTROL OTOMATIS
UNTUK PROSES PENGERINGAN BIJI KOPI MENGGUNAKAN
MIKROKONTROLER ARDUINO UNO

Oleh
AHMAD YONANDA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin


Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
1. l:r : i .' I r: ..:.

,J.urusan,
,..] l

fflk,.ultq!

:l.,iirr

.'.,,'ffi til :

l. Komisi Pembimbing
-l:iiririt,i.itiriil

::::. . r,:tir+:i.: '::'i:::.

2.',, Ke,t14 J.114qqq le!+ih Mesin


'::.'

t'r
-l
'ls

-il
:!l

MENGESAHKAII
r
f,
t' l. Tim Penguji
I
{- Ketua : Martinus, S.T., M.Sc.
I

)lr

Fakultas Tek*ik Universitas fi*rnpung


Kr:EX
a\ a-
!':'-j'
:- '

.{.-.+' .i^ -.;-:


;}'
i- €:=+FF 6F
=$=-"";=--',ff
*,
€<
E
I [til-+r'.=+5+**
14: 'i'Y\
-\--'{

i}

]F

Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 29 Januari 2015


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 10

Januari 1993 sebagai anak ke tiga dari pasangan Bapak

Arum Binang dan Ibu Erlina.

Pendidikan penulis diawali dari Taman Kanak-Kanak

Armatatani kec. Tanjung senang, Bandar lampung pada

tahun 1997, kemudian melanjutkan di Sekolah Dasar

Negeri 3 Labuhan dalam, Bandar lampung pada tahun 1998 dan diselesaikan pada

tahun 2004. Pada tahun 2004 melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Al-

kautsar, Bandar lampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Kemudian pada

tahun 2007 melanjutkan di Sekolah Menengah Atas Al-kautsar, Bandar lampung

diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai

mahasiswa Program Studi S1 Teknik Mesin di Jurusan Teknik Mesin Fakultas

Teknik Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.

Selama duduk dibangku kuliah, penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan

Prestasi Akademik (PPA) oleh DIKTI dari tahun 2011 hingga 2013. Penulis aktif

dalam beberapa lembaga kemahasiswaan yaitu dalam Himpunan Mahasiswa

Teknik Mesin (HIMATEM) Universitas Lampung sebagai anggota Divisi

Penelitian dan Pengembangan pada periode 2012-2013.


Selain itu, penulis juga pernah menjadi anggota Forum Silaturahim dan Studi

Islam (FOSSI) Fakultas Teknik pada periode 2012 - 2013. Kemudian penulis

juga pernah menjadi asisten dosen Praktikum Teknik Pendingin.

Penulis melakukan Kerja Praktik di PT. Krakatau steel divisi Cold Rolling Mill

(CRM) pada tanggal 2 September sampai 2 Oktober 2013, dengan judul “Analisa

jenis dan berat cacat serta faktor penyebab terjadinya cacat pada baja lembaran

dingin (strip) di line recoiling divisi CRM PT. Krakatau Steel Cilegon-Banten”.

Penulis mengambil konsentrasi pilihan pada bidang Konversi Energi. Pada tahun

2014, penulis melakukan penelitian dengan judul “Pembuatan dan Pengujian

Sistem Kontrol Otomatis Untuk Proses Pengering Biji Kopi Dengan Pengolahan

Basah Menggunakan Mikrokontroler Arduino uno”, dengan bantuan dosen

pembimbing utama yaitu Bapak Martinus, S.T., M.Sc dan dosen pembimbing

kedua yaitu bapak Harmen, S.T., M.T. serta bapak Dr. Amrizal, S.T., M.T.

sebagai dosen penguji.

Pada tanggal 29 Januari 2015 penulis telah menyelesaikan tugas akhirnya dan

telah melaksanakan sidang skripsi.


Dengan kerendahan hati
dan
harapan menggapai ridho-Nya
kupersembahkan karya kecilku ini untuk

Ayahanda: “Arum Binang” dan Ibunda: “Erlina”


Atas segala pengorbanan yang tak terbalaskan, kesabaran, keikhlasan,
doa, cinta dan kasih sayangnya

Kakak dan Adik-Adikku


Alm. Nora Frasisca, S.Pd
Yulia Putri, S.Pd.
Arlini Putri
Brig.Pol. Dafri Indra bangsawan, S.H
Nayla Khairina
Sumber inspirasi dan kebanggaan

Keluarga Besar Penulis

Teman-teman Seperjuangan Penulis


Teknik Mesin 2010

Almamater tercinta
Motto

Jangan pernah malu dengan kegagalan , karena kegagalan itulah


akan menjadikan kamu menjadi yang lebih dewasa dan guru yang
paling baik.

Simpan keluhan seperti engkau menyimpan aibmu. Jangan biarkan


orang lain tahu bagaimana susahnya kau bejuang, sebab manusia
menilai hanya sebatas luar, kau kan disebut “tukang mengeluh”.
Nanti, akan ada saatnya kau tunjukan pada dunia bahwa kaupun
pantas diberi “tepuk tangan”

Orang-orang hebat banyak berasal dari anak muda yang tadinya


banyak masalah, tapi segera memperbaiki diri.

(Ahmad Yonanda)
SANWACANA

Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada

Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Shalawat serta salam juga

disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang akan kita tungu syafa’atnya di

yaumil akhir nanti.

Skripsi dengan judul “ Pembuatan dan Pengujian Sistem Kontrol Otomatis Untuk

Proses Pengering Biji Kopi Menggunakan Mikrokontroler Arduino uno”, ini dapat

diselesaikan berkat partisipasi, bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak.

Sebagai rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik

Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Eng. Shirley Savetlana, S.T., M.Met. selaku Ketua Jurusan Teknik

Mesin Universitas Lampung yang telah membantu kelancaran skripsi ini,

dimana skripsi ini dibuat saat Bapak Harmen S.T., M.T. masih menjabat

sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung sampai September

2014 dan dilanjutkan Ibu Dr. Eng. Shirley Savetlana, S.T., M.Met. sebagai

Ketua Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.


3. Bapak Martinus, S.T., M.Sc selaku dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan, pengetahuan, saran, serta nasehat selama proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Harmen, S.T., M.T. selaku dosen Pembimbing Pendamping atas

kesediaannya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan saran dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Dr. Amrizal, S.T., M.T. selaku dosen Pembahas yang telah bersedia

menyempatkan waktunya dan memberikan masukan sebagai penyempurnaan

penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Amrul. S.T., M.T. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak masukan dan motivasi dalam kegiatan akademik.

7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin atas ilmu yang diberikan selama

penulis melaksanakan studi, baik materi akademik maupun teladan dan

motivasi untuk masa yang akan datang.

8. Ayah, Mama, Alm. eses Nora , uni Yuli, atin Dafri, dan adik Arlini serta

ponakan Nayla kairina, atas doa, kasih sayang, motivasi, dukungan dan

pengorbanannya selama penulis menjalani pendidikan di Universitas

Lampung.

9. Keluarga Besar dan saudara-saudara penulis yang senantiasa memberikan

motivasi dan doa.

10. Mas Marta, Mas Dadang dan Mas Nanang yang telah membantu baik dalam

proses pengambilan data maupun seminar.

11. Harry, Abe (abdurahman), budi (Teknik Elektro 2010) yang telah membantu

dalam tugas akhir ini.


12. Rekan–rekan satu tim TA pengering kopi : Yulian Nugraha, Ramli, Chikal

Noviansyah, dan Ramlan (angkatan 2012).

13. Rekan–rekan senior Teknik Mesin: kak Nandar, kak Ardiansyah (alumni

2006), bang Bahar (alumni 2007), kak Dimas, bang Jaya, bang Andareas,

bang Yoan, bang La, (alumni 2008), kak Yoga pratama, kak Yusuf, Aprilian

(angkatan 2008) atas partisipasinya dalam kelancaran skripsi ini.

14. Rekan-rekan Teknik Mesin angkatan 2010: Rabi’ah, Bowo, Bondan, Baron,

Galih koritawa, Doni, Yayang, Galih pamungkas, Salpa, Mario, Imron,

Agung Ap, Rendy, Ilham, Yoga, Irvan, teman-teman D3 dan rekan-rekan

lainnya Teknik Mesin 2010 yang tidak bisa disebut namanya satu persatu atas

partisipasinya dalam kelancaran skripsi ini. Semoga kebersamaan ini tetap

terjaga hingga akhir hayat, “Solidarity Forever”.

15. Rekan-rekan Badminton Crew: Pak Pardi, pak Siswanto, pak Zul, Pak

Manurung, Riyon, Budi, Marco, Bolem, Kodam, Bili, Amad, Yusuf, Dimas,

Nazar, dan Nazam yang telah memberikan motivasi untuk penulis.

16. Rekan-rekan Crew: Riko, Ery, Reza, Leo, Topan, Tyas pramono, Amad,

Yoga, Oyin, Bangkit, Juniro, Inop, Pandu, Uyung, Aris, Nazam, Juned,

Dimas dan kumpulan Tugu Muda yang telah memberikan dukungan juga

teguran untuk penulis sehingga tercapainya skripsi ini.

17. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Lampung.

18. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu,

yang telah ikut serta membantu dalam penyelesaian skripsi ini.


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun

dari semua pihak. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua yang

membaca dan bagi penulis sendiri.

Bandar Lampung, Januari 2015

Penulis,

Ahmad Yonanda
i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................ i

DAFTAR TABEL ............................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... vi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian .................................................................... 3

1.3 Batasan Masalah .................................................................... 3

1.4 Sistematika Penulisan ............................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kopi ......................................................................... 5

2.2 Jenis-Jenis Kopi ...................................................................... 6

2.2.1 Kopi arabika .................................................................. 6

2.2.2 Kopi robusta ................................................................... 7

2.3 SNI (Standar Nasional Indonesia) Kopi .................................. 8

2.4 Proses Pengolahan Kopi ......................................................... 9

2.4.1 Pengolahan cara kering ................................................. 9

2.4.2 Pengolahan cara basah ................................................... 12


ii

2.5 Metode Pengeringan Kopi ...................................................... 17

2.5.1 Pengeringan alami ......................................................... 17

2.5.2 Pengeringan buatan ....................................................... 18

2.5.3 Pengeringan kombinasi alami dan buatan ..................... 19

2.6 Otomasi .................................................................................... 20

2.6.1 Penggunaan sistem otomasi ............................................ 21

2.6.2 Konfigurasi pengendalian ............................................... 22

2.7 Mikrokontroler ........................................................................ 24

2.7.1 Pengertian mikrokontroler ............................................. 24

2.7.2 Arduino uno .................................................................... 24

2.8 Sensor ...................................................................................... 25

2.8.1 Sensor DHT-21 ............................................................... 26

2.82 Sensor LM-35 ................................................................. 27

2.9 Aktuator ................................................................................... 28

2.9.1 Liquid Crystal Display (LCD) ....................................... 29

2.9.2 Relay .............................................................................. 30

2.9.3 Buzzer ............................................................................. 31

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 33

3.1.1 Tempat penelitian .......................................................... 33

3.1.2 Waktu penelitian............................................................. 33

3.2 Alat dan Bahan ........................................................................ 34

3.2.1 Alat ................................................................................ 34

3.2.2 Bahan ............................................................................. 35


iii

3.3 Diagram Alir Penelitian (Flow Chart) .................................... 36

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................. 38

3.4.1 Mekanisme sistem pengering ........................................ 38

3.4.2 Otomasi sistem pengeringan ......................................... 39

3.4.3 Desain kontrol sistem pengeringan ............................... 40

3.4.4 Pembuatan perangkat keras ........................................... 42

3.4.5 Pembuatan perangkat lunak ........................................... 42

3.5 Prosedur Pengamatan dan Pengujian ...................................... 43

3.5.1 Alat kontrol otomatis ..................................................... 43

3.5.2 Ruang pengering tanpa beban ........................................ 43

3.5.3 Ruang pengering menggunakan beban .......................... 43

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan ................................................................................ 44

4.1.1 Perangkat keras .............................................................. 45

4.1.2 Perangkat lunak .............................................................. 53

4.2 Hasil Pengujian ........................................................................ 58

4.2.1 Pengujian alat kontrol otomatis ..................................... 58

4.2.2 Pengujian keakuratan sensor LM-35 .............................. 59

4.2.3 Pengujian ruang pengering tanpa beban ........................ 60

4.2.4 Pengujian ruang pengering menggunakan beban .......... 61


iv

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ................................................................................. 66

5.2 Saran ....................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Spesifikasi persyaratan mutu biji kopi ......................................... 8

3.1 Jadwal kegiatan penelitian ............................................................ 33

4.1 Hasil pengukuran voltase pada aktuator ...................................... 58


vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Buah kopi .................................................................................. 5

2.2 Buah kopi robusta ......................................................................... 7

2.3 Alur proses pengolahan kopi secara kering (dry process) ......... 10

2.4 Alur proses pengolahan kopi secara basah (wet process) .......... 13

2.5 Diagram blok sistem kontrol ...................................................... 20

2.6 Diagaram blok pengendali feedback .......................................... 22

2.7 Blok diagram I/O untuk konfigurasi sistem inferential ............. 23

2.8 Arduino uno ............................................................................... 25

2.9 Sensor DHT-21........................................................................... 26

2.10 Sensor suhu LM-35 ................................................................... 27

2.11 LCD (liquid crystal display) ....................................................... 29

2.12 Relay ........................................................................................... 30

2.13 Rangkaian prinsip kerja relay ..................................................... 31

2.14 Buzzer ......................................................................................... 31

3.1 Diagram alir (flow chart) penelitian ........................................... 37

3.2 Skema ruang pengering .............................................................. 38

3.3 Rancangan sistem otomasi sensor temperatur............................ 40

3.4 Rancangan sistem otomasi sensor kelembaban.......................... 41

4.1 Rangkaian keseluruhan sistem kontrol otomatis ........................ 45


vii

4.2 Foto rangkaian keseluruhan sistem kontrol otomatis ................. 46

4.3 Rangkaian power supply ............................................................ 47

4.4 Rangkaian sensor ....................................................................... 48

4.5 Rangkaian LCD .......................................................................... 49

4.6 Rangkaian driver motor exhaust fan .......................................... 50

4.7 Rangkaian driver motor HE fan ................................................. 51

4.8 Rangkaian driver buzzer ............................................................ 52

4.9 Sistem loop otomasi keseluruhan sistem.................................... 53

4.10 High level state diagram keseluruhan sistem............................. 54

4.11 Diagram alur pembuatan program arduino ............................... 55

4.12 Penulisan program untuk sistem pengeringan biji kopi ............. 56

4.13 Hasil pembacaan suhu dan kelembaban

a. Data logger ............................................................................ 57

b. LCD ....................................................................................... 57

4.14 Grafik perbandingan pengukuran suhu antara sensor LM-35

dengan termometer .................................................................... 59

4.15 Grafik pengujian ruang pengering tanpa beban ......................... 60

4.16 Grafik pengujian lama waktu pengeringan terhadap temperatur

Pengeringan ............................................................................... 61

4.17 Grafik perubahan suhu terhadap respon waktu ......................... 62

4.18 Grafik pengujian lama waktu pengeringan terhadap kadar air .. 63

4.19 Grafik perbandingan waktu pengeringan kopi secara tradisional

dengan mekanis ......................................................................... 64


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki banyak jenis macam perkebunan, salah satunya yaitu

perkebunan kopi. Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah

lama dibudidayakan di Indonesia khususnya di provinsi Lampung. Kopi di

provinsi Lampung memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi serta memiliki

peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian sehingga sebagian besar

penduduk di provinsi Lampung bekerja dibidang pertanian, khususnya

perkebunan kopi (Hasan, 2009).

Pada kenyataannya sebagian besar petani kopi di provinsi Lampung memiliki

kendala dalam proses pengeringan kopi. Dimana proses pengeringan kopi masih

dilakukan secara tradisional dan sederhana, yaitu pengeringan menggunakan

panas matahari. Karena hanya bergantung pada panas matahari pada saat

penjemuran, apabila cuaca hujan atau mendung saja maka penjemuran kopi tidak

akan maksimal dikarenakan waktu penjemuran menjadi lebih lama. Penjemuran

yang terlalu lama mengakibatkan kualitas kopi kurang baik sehingga nilai jual

kopi ikut menurun yang berakibat para petani merugi (Nuryani, 2010).

Pengeringan kopi lebih baik menggunakan mesin pengering dengan beberapa

alasan seperti, tenaga kerja yang lebih sedikit dari pada proses pengeringan kopi
2

secara tradisional sehingga biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dan proses

pengering tidak tergantung dari cuaca sehingga lebih cepat serta lebih kontinyu

pengeringannya, dari pada pemakaian sinar matahari atau cara dijemur. Dalam

proses pengeringan pada mesin pengering, temperatur pengeringan harus dijaga

yaitu pada temperatur sesuai dengan standar pengeringan biji kopi agar

menghasilkan proses pengeringan kopi yang lebih berkualitas (Rahardjo, 2012).

Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dalam proses pengeringan kopi, salah

satunya dengan cara otomasi. Otomasi adalah proses yang secara otomatis

mengontrol operasi dan perlengkapan sistem dengan perlengkapan mekanik atau

elektronika yang dapat mengganti manusia dalam mengamati dan mengambil

keputusan. Otomasi memiliki tujuan memberikan kemudahan, meningkatkan

efektifitas kerja sistem sehingga produktifitas meningkat dan biaya produksi

menurun (Martinus, 2012).

Dari dasar inilah perlu adanya suatu alat mesin pengering kopi yang sudah

dilengkapi dengan sistem kontrol pengatur suhu otomatis, agar menghasilkan

proses pengeringan kopi yang lebih berkualitas. Dikarenakan proses pengeringan

kopi yang dilakukan oleh para petani masih dengan cara tradisional dan kurang

efektif. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang “Pembuatan

dan Pengujian Sistem Kontrol Otomatis untuk Proses Pengering Biji Kopi

Menggunakan Mikrokontroler Arduino uno”.


3

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah membuat sistem alat kontrol pengatur

suhu otomatis pada ruang pengering kopi berbasis mikrokontroler Arduino uno,

agar dapat diperoleh proses pengeringan kopi yang lebih berkualitas.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang diberikan agar penelitian ini lebih fokus dan

terarah dalam hal penganalisaan yaitu sebagai berikut:

1. Sistem kontrol dengan berbasis mikrokontroler Arduino uno.

2. Proses pengolahan kopi cara basah (wet process).

3. Tidak melakukan perancangan boiler, heat exchanger, dan ruang

pengering.

4. Sensor yang digunakan pada penelitian ini adalah sensor temperatur dan

sensor kelembaban udara.

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:

BAB I : PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang, tujuan, batasan masalah, dan sistematika

penulisan dari penelitian ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisikan tentang teori yang berhubungan dan

mendukung masalah yang diambil.


4

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri atas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian,

yaitu tempat penelitian, bahan penelitian, peralatan penelitian, prosedur

pembuatan dan diagram alir pelaksanaan penelitian.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisikan hasil penelitian dan pembahasan dari data-data yang

diperoleh setelah pengujian.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Berisikan hal-hal yang dapat disimpulkan dan saran-saran yang ingin

disampaikan dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat referensi yang dipergunakan penulis untuk menyelesaikan

laporan Tugas Akhir.

LAMPIRAN

Berisikan pelengkap laporan penelitian.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kopi

Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama

dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi. Kopi berasal

dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri baru

dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar

daerah asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab (Rahardjo, 2012).

Gambar 2.1 Buah kopi

(Yusnan, 2012)

Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan

berenergi. Pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar

3000 tahun (1000 SM) yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat

ini menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh

berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih


6

dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Di samping rasa dan aromanya yang menarik,

kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker, diabetes, batu

empedu, dan berbagai penyakit jantung (Danarti dan Najayati, 2004).

2.2 Jenis-Jenis Kopi

Varietas kopi merujuk kepada subspesies kopi. Biji kopi dari dua tempat yang

berbeda biasanya juga memiliki karakter yang berbeda, baik dari aroma (dari

aroma jeruk sampai aroma tanah), kandungan kafein, rasa dan tingkat keasaman.

Ciri-ciri ini tergantung pada tempat tumbuhan kopi itu tumbuh, proses produksi

dan perbedaan genetika subspesies kopi. Terdapat dua jenis kopi yang telah

dibudidayakan di provinsi Lampung yakni kopi arabika dan kopi robusta

(Cahyono, 2012).

2.2.1 Kopi arabika

Kopi arabika masuk ke Indonesia pada tahun 1696 yang dibawa oleh

perusahaan dagang Dutch East India Co. dari Ceylo (Yahmadi, 2007). Kopi

arabika merupakan kopi yang paling banyak dikembangkan di dunia

maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang

memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 meter dari permukaan laut.

Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh subur di daerah tinggi

sampai ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut. Jenis kopi ini

cenderung tidak tahan serangan penyakit karat daun (Hemileia vastatrix),

namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat (Cahyono,

2012).
7

2.2.2 Kopi robusta

Kopi robusta atau yang disebut dengan Coffea canephora, pada awalnya

hanya dikenal sebagai semak atau tanaman liar yang mampu tumbuh hingga

beberapa meter tingginya. Hingga akhirnya kopi robusta pertama kali

ditemukan di Kongo pada tahun 1898 oleh Emil Laurent. Namun terlepas dari

itu ada yang menyatakan jenis kopi robusta ini telah ditemukan lebih dahulu

oleh dua orang pengembara Inggris bernama Richard dan John Speake pada

tahun 1862 (Yahmadi, 2007).

Gambar 2.2 Buah kopi robusta

(Yahmadi, 2007)

Kopi robusta banyak dibudidayakan di Afrika dan Asia. Kopi robusta dapat

dikatakan sebagai kopi kelas 2, karena rasanya yang lebih pahit, sedikit asam,

dan mengandung kafein dalam kadar yang jauh lebih banyak. Selain itu,

cakupan daerah tumbuh kopi robusta lebih luas dari pada kopi arabika yang

harus ditumbuhkan pada ketinggian tertentu. Kopi ini dapat ditumbuhkan di

dataran rendah sampai ketinggian 1.000 meter diatas permuakaan laut. kopi

jenis ini lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini

menjadikan kopi robusta lebih murah (Cahyono, 2012).


8

2.3 SNI (Standar Nasional Indonesia) Kopi

Buah kopi setelah dibuang kulit, daging buah serta kulit tanduknya menghasilkan

kopi beras. Kopi beras yaitu kopi biji kering berwarna seperti telur asin dan

biasanya dijual atau diekspor. Secara umum kopi beras mengandung air, gula,

lemak, selulosa, kafein, dan abu.

Sejak tahun 1990, standar mutu kopi di Indonesia telah diterapkan berdasarkan

system nilai cacatnya yang mengacu pada SNI 01 – 2907 – 2008. Standar mutu

sangat penting untuk dijadikan sebagai petunjuk dalam pengawasan mutu kopi.

Berikut tabel spesifikasi persyaratan mutu biji kopi bedasarkan SNI 01-2907-

2008.

Tabel 2.1 Spesifikasi persyaratan mutu biji kopi


No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Kadar air (b/b) % Maksimal 12
2. Kadar kotoran % Maksimal 0.5
3. Serangga hidup - Bebas
4. Biji berbau busuk dan ada Bebas
-
kapang
5. Biji berukuran besar, tidak lolos Maksimal lolos 2.5
ayakan lubang bulat ukuran %
diameter 7.5 mm (b/b)
6. Biji ukuran sedang lolos lubang Maksimal lolos 2.5
%
ukuran diameter 6.5 mm (b/b)
7. Biji ukuran kecil lolos ayakan Maksimal lolos 2.5
lubang bulat ukuran diameter 6.5
m, tidak lolos ayakan lubang %
bulat ukuran diameter 5.5 mm
(b/b)

Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.
9

2.4 Proses Pengolahan Kopi

Rahardjo (2012) menyatakan bahwa, kopi yang sudah dipetik harus segera diolah

lebih lanjut dan tidak boleh dibiarkan begitu saja selama lebih dari 12 sampai 20

jam. Bila kopi tidak segera diolah dalam jangka waktu tersebut maka kopi akan

mengalami fermentasi dan proses kimia lainnya yang bisa menurunkan mutu dari

kopi tersebut. Apabila terpaksa belum diolah, maka kopi harus direndam terlebih

dahulu dalam air bersih yang mengalir. Menurut Ciptadi dan Nasution (1985),

proses pengolahan kopi dibagi menjadi dua yaitu proses olah kering (dry process)

dan proses olah basah (wet process).

2.4.1 Pengolahan cara kering

Menurut Ciptadi dan Nasution (1985), metode pengolahan cara kering cocok

untuk pengolahan ditingkat petani dengan lahan yang tidak luas atau

kapasitas olahan yang kecil. Untuk perkebunan besar pengolahan kopi cara

kering hanya khusus untuk kopi buah yang berwarna hijau, kopi yang

mengambang, dan kopi yang terserang bubuk. Perbedaan mengenai cara

pengolahan yang dilakukan oleh petani dan yang dilakukan oleh perkebunan-

perkebunan menyebabkan perbedaan mutu kopi yang dihasilkan.

Para petani kopi umumnya hanya mengenal cara pengolahan kering. Prinsip

pengolahan ini adalah buah kopi yang sudah dipetik lalu dikeringkan dengan

panas matahari sampai buahnya menjadi kering, selama 14 sampai 20 hari.

Kopi yang telah dikeringkan dapat disimpan sebagai kopi glondongan dan

sebelum dijual kopi tersebut ditumbuk atau dikupas dengan huller untuk

menghilangkan kulit tanduk dan kulit arinya (Rahardjo, 2012).


10

Adapun secara berurutan tahapan pengolahan kopi cara kering dapat dilihat

pada skema berikut:

Panen

Sortasi Buah

Pengeringan

Pengupasan kopi

Sortasi Biji Kering

Pengemasan dan penyimpanan

Gambar 2.3 Alur proses pengolahan kopi secara kering (dry process)

(Ciptadi dan Nasution, 1985)

Menurut Ciptadi dan Nasution (1985) bedasarkan gambar 2.3, alur proses

pengolahan kopi secara kering atau dry process melalui beberapa proses

berikut ini:

1. Sortasi buah

Sortasi buah kopi sebetulnya sudah dimulai dilakukan sejak pemetikan,

tetapi harus diulangi pada waktu pengolahan. Sortasi pada awal

pengolahan ini dilakukan setelah kopi datang dari kebun. Kopi bewarna

hijau, hampa, dan terserang bubuk disatukan, sedangkan yang bewarna

merah dipisahkan. Tingkat kematangan buah yang dapat dicirikan dengan

warna kulit buah akan mempengaruhi kualitas biji kopi yang dihasilkan.

Buah kopi yang dipetik saat matang akan menghasilkan kualitas biji kopi
11

yang lebih baik daripada kopi yang belum masak atau lewat masak. Cara

pemisahan buah kopi yaitu bedasarkan berat jenis, dengan perendaman

buah kopi dengan air di dalam bak. Pada perendaman tersebut buah kopi

yang masih muda dan terserang bubuk akan mengapung, sebaliknya buah

yang sudah tua akan tenggelam. Setelah ditiriskan kemudian dilakukan

pengeringan. Di tingkat petani, karena kebutuhan ekonomi kadang-kadang

tidak dilakukan sortasi lebih dahulu, melainkan semua buah kopi hasil

pemetikan langsung dikeringkan dengan penjemuran.

2. Pengeringan

Kopi yang sudah dipetik dan disortasi harus sesegera mungkin dikeringkan

agar tidak mengalami proses kimia yang bisa menurunkan mutu. Kopi

dikatakan kering apabila waktu diaduk terdengar bunyi gemerisik.

Beberapa petani mempunyai kebiasaan merebus kopi gelondong lalu

dikupas kulitnya, kemudian dikeringkan. Kebiasaan merebus kopi

gelondong lalu dikupas kulit harus dihindari karena dapat merusak

kandungan zat kimia dalam biji kopi sehingga menurunkan mutu. Apabila

udara tidak cerah pengeringan dapat menggunakan alat pengering

mekanis. Pengeringan memerlukan waktu 2-3 minggu dengan cara

dijemur.

3. Pengupasan kulit (hulling)

Pengupasan kulit atau hulling pada pengolahan kering bertujuan untuk

memisahkan biji kopi dari kulit buah, kulit tanduk dan kulit arinya.

Hulling dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas (huller).


12

4. Sortasi biji kering

Tujuan sortasi untuk membersihkan biji kopi dari kotoran dan benda asing

seperti tanah, debu, ranting, kerikil, serangga, dan sortasi bedasarkan

ukuran. Biji kecil berukuran 8 mesh biji tidak lolos ayakan dengan ukuran

3 x 3mm sedangkan biji dengan ukuran besar yaitu 3,5 mesh biji tidak

lolos ayakan ukuran 5,6 x 5,6 mm. Sortasi ini biasanya dilakukan oleh

reprocessor dan eksportir untuk mendapatkan kopi yang memenuhi

syarat mutu. Sortasi dapat dilakukan dengan mesin Catador, dengan

pemisahannya bedasarkan sfesifikasi grafiti dan trommol zeaf bedasarkan

ukuran biji.

2.4.2 Pengolahan cara basah

Ciptadi dan Nasution (1985) menyatakan bahwa untuk pengolahan basah,

buah kopi yang sudah dipetik selanjutnya dimasukan kedalam pulper untuk

melepaskan kulit buahnya. Dari mesin pulper buah yang sudah terlepas

kulitnya kemudian dibiarkan ke bak dan direndam selama beberapa hari

untuk fermentasi. Setelah direndam buah kopi lalu dicuci bersih dan akhinya

dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan dijemur dipanas matahari atau

dengan menggunakan mesin pengering. Kemudian dimasukan ke mesin

huller atau ditumbuk untuk menghilangkan kulit tanduknya, akhirnya

dilakukan sortasi.

Perbedaan mengenai cara pengolahan kopi yang dilakukan oleh petani

(tradisional) dan yang dilakukan oleh perkebunan (modern) menyebabkan

terjadinya perbedaan mutu kopi yang dihasilkan. Biasanya pengolahan secara


13

basah hanya digunakan untuk mengolah kopi yang baik atau bewarna merah

(Rahardjo, 2012). Adapun secara berurutan tahapan pengolahan kopi cara

basah dapat dilihat pada skema berikut :

Panen Pilih

Sortasi Buah

Pengupasan kulit buah merah (pulper)

Fermentasi

Pencucian

Pengeringan

Pengupasan kulit kopi (huller)

Sortasi Biji Kering

Pengemasan dan penyimpanan

Gambar 2.4 Alur proses pengolahan kopi secara basah (wet process)

(Ciptadi dan Nasution, 1985)

Menurut Ciptadi dan Nasution (1985) bedasarkan gambar 2.4 alur proses

pengolahan kopi secara basah atau wet process melalui beberapa proses

berikut ini:

1. Sortasi buah

Sortasi buah dimaksudkan untuk memisahkan kopi merah yang berbiji dan

sehat dengan kopi yang hampa dan terserang bubuk. Cara pemisahan buah

kopi yaitu bedasarkan berat jenis, dengan perendaman buah kopi dengan

air di dalam bak. Pada perendaman tersebut buah kopi yang masih muda

dan terserang bubuk akan mengapung, sebaliknya buah yang sudah tua
14

akan tenggelam. Buah kopi yang tenggelam selanjutnya disalurkan ke

mesin pulper, sedangkan buah kopi yang terapung akan diolah secara

kering.

2. Pengupasan kulit buah

Pengupasan kulit buah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin

pengupas kulit buah (pulper). Dengan cara air dialirkan kedalam silinder

bersamaan dengan buah yang akan dikupas. Sebaiknya buah kopi

dipisahkan atas dasar ukuran sebelum dikupas.

3. Fermentasi

Proses fermentasi bertujuan untuk melepaskan daging buah berlendir yang

masih melekat pada kulit tanduk dan pada proses pencucian akan mudah

terlepas, sehingga mempermudah proses pengeringan. Untuk proses

fermentasinya yaitu dilakukan secara kering dan basah.

a. Fermentasi kering

fermentasi kering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, biji kopi

digundukan dalam bentuk gunungan kecil (kerucut) atau dapat langsung

dikeringkan. Untuk cara yang pertama, setelah pencucian terlebih

dahulu kopi digundukan atau ditumpuk dalam bentuk gunungan kecil

(kerucut) yang ditutup karung goni. Di dalam gundukan itu segera

terjadi proses fermentasi alami. Agar proses fermentasi berlangsung

secara merata, maka perlu dilakukan pengadukan dan pengundukan

kembali sampai proses fermentasi dianggap selesai yaitu bila lapisan

lendir mudah terlepas.


15

Cara yang kedua yaitu, setelah melalui pencucian terlebih dahulu, biji

kopi dapat langsung dikeringkan dengan tujuan untuk menghilangkan

lendir yang melekat pada biji kopi tersebut. Proses pengeringan

dilakukan dengan temperatur 50 – 55◦C sampai kadar air mencapai

40%. Setelah itu dilanjutkan dengan mencuci kembali biji kopi tersebut.

b. Fermentasi basah

setelah biji tersebut melewati proses pencucian pendahuluan segera

ditimbun dan direndam dalam bak fermentasi. Bak fermentasi ini

terbuat dari bak plester semen dengan alas miring. Ditengah-tengah

dasar dibuat saluran dan ditutup dengan plat yang berlubang-lubang.

Perendaman dilakukan selama 12 jam dan setiap 3 jam airnya diganti.

Selama proses fermentasi dengan bantuan kegiatan jasad renik, terjadi

pemecahan komponen lapisan lendir tersebut, maka akan terlepas dari

permukaan kulit tanduk biji kopi.

4. Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan lapisan sisa lendir dan kotoran

lainnya yang masih tertinggal setelah fermentasi atau setelah keluar dari

mesin pulper. Untuk kapasitas kecil, pencucian dikerjakan secara manual

di dalam bak atau ember, sedangkan kapasitas besar perlu dibantu mesin

pencuci agar pencucian lebih cepat.

5. Pengeringan

Kopi yang sudah dicuci selanjutnya akan dikeringkan dengan tujuan

menurunkan kadr air menjadi 12%. Dengan kadar air tersebut, kopi tidak

akan mudah pecah saat dilakukan hulling. Pengeringan pada proses biji
16

semi basah mengacu kepada cara pengeringan secara basah. Sedangkan

untuk pengeringan biji kopi labu (biji kopi yang masih ada lendir),

dilakukan dua tahap sebagai berikut :

a. Pengeringan awal

proses pengeringan dapat dilakukan dengan penjemuran selama 1-2 hari

sampai kadar air mencapai sekitar 40 %, dengan tebal lapisan kopi

kurang dari 3 cm dengan alas dari terpal atau lantai semen. Setelah

kadar air mencapai 40 % biji kopi dikupas kulitnya sehingga diperoleh

biji kopi beras.

b. Pengeringan lanjutan

proses pengeringan dilakukan dalam bentuk biji kopi beras sampai

kadar air 12 % (untuk olah basah).

6. Pengupasan kulit kopi

Pengupasan kulit tanduk pada kondisi biji kopi yang masih relatif basah

(kopi labu) dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pengupas

(huller). Agar kulit tanduk dapat dikupas maka kondisi kulit harus cukup

kering walaupun kondisi biji yang ada didalamnya masih basah.

Pengupasan dimaksudkan untuk memisahkan biji kopi dari kulit tanduk.

7. Sortasi biji

Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kopi berdasarkan ukuran, cacat

biji dan benda asing. Sortasi ukuran dapat dilakukan dengan ayakan

mekanis maupun dengan manual. Cara sortasi biji yaitu dengan

memisahkan biji-biji kopi cacat agar diperoleh massa biji dengan nilai

cacat sesuai dengan ketentuan SNI 01-2907-2008.


17

2.5 Metode Pengeringan Kopi

Kombinasi suhu dan lama pemanasan selama proses pengeringan pada

komoditi biji-bijian dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan biji.

Suhu udara, kelembaban relatif udara, aliran udara, kadar air awal bahan dan

kadar akhir bahan merupakan faktor yang mempengaruhi waktu atau lama

pegeringan (Brooker dan Hall, 1974). Menurut Aak (1980), metode pengeringan

kopi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Pengeringan dengan sinar matahari, dengan cara semua biji kopi diletakkan

dilantai penjemuran secara merata.

2. Pengeringan dengan menggunakan mesin pengering (buatan), dimana pada

mesin pengering tersebut terdiri atas tromol besi dengan

dindingnya berlubang – lubang kecil.

3. Kombinasi cara alami dengan buatan.

2.5.1 Pengeringan alami

Danarti dan Najayati (2004) menyatakan bahwa, pengeringan secara alami

yaitu dengan penjemuran menggunakan matahari. Pengeringan secara

alami hanya dilakukan pada musim kemarau, karena pengeringan ini

tegantung dari cuaca. Apabila cuaca tidak baik mengakibatkan kopi cacat,

bejamur dan berbau apek. Proses pengolahan kopi secara pengeringan

alami dibagi menjadi dua, yaitu dengan proses olah basah dan kering.

Untuk proses olah kering pengeringan biji kopi untuk mencapai kadar air

12% yaitu tergantung dengan cuaca, pada waktu cuaca cerah pengeringan

dilakukan selama 2 sampai apabila cuaca mendung bahkan sampai 3


18

minggu. Sedangkan dengan proses olah basah pengeringan biji kopi untuk

mencapai kadar air 12% biasanya antara 4 sampai 7 hari, hal ini juga

bergantung pada cuaca saat penjemuran. Menurut Aak (1980), Sistem

pengeringan alami dilakukan dengan cara mula-mula kopi dihamparkan

dilantai penjemur dengan ketebalan sekitar 4 cm. Setiap 1-2 jam hamparan

kopi dibolak-balik dengan alat menyerupai garu yang terbuat dari bambu agar

kopi cepat kering dan merata. Semakin cepat kering maka mutu kopi semakin

baik, karena frementasi cepat berakhir.

Menurut Hasan (2009) pada pengeringan alami, panas yang dipancarkan oleh

matahari sebagian banyak yang hilang pada saat melalui atmosfir dan

kehilangan itu tergantung dari cuaca. Hanya sekitar 45% sinar sampai di bumi

dan kehilangan panas tersebut bisa karena radiasi dan perbedaan elevasi yang

satu dengan yang lain. Dari 45% ini hanya sekitar 7 – 13% yang dapat

dipakai untuk pengeringan kopi basah, karena efisiensi yang rendah maka

untuk pengeringan dengan cara penjemuran diperlukan tempat yang luas.

2.5.2 Pengeringan buatan

Sistem pngeringan secara buatan dilakukan dengan alat pengering yang

membutuhkan waktu lebih singkat di bandingkan dengan cara alami. Alat

pengering yang dilakukan pada perkebunan besar adalah mesin pengering

otomatis dan rumah pengering (tungku). Prinsip pengeringan mekanis ini

adalah pemanasan kopi melalui udara atau uap panas di dalam ruang tertutup.

Selama menggunakan otomatis tidak perlu pengadukan sedangkan dengan

pengering tungku harus dilakukan pengadukan (Aak, 1980).


19

Menurut Rahardjo (2012) pada perkebunan, pengeringan kopi lebih banyak

dilakukan menggunakan mesin pengering dengan alasan utamanya adalah:

1. Dengan naiknya ongkos buruh, maka biaya relatif lebih kecil karena

perlu tenaga kerja lebih sedikit dari pada penjemuran.

2. Pemakaian mesin pengering tidak tergantung dari cuaca sehingga lebih

cepat pengeringannya.

3. Effiseinsi panas yang lebih tinggi dari pada pemakaian sinar matahari

atau cara dijemur.

Dalam proses pengeringan biji kopi, uap yang terkandung dalam biji kopi

tidak langsung keluar saat biji kopi dimasukan keruangan pengering. Proses

penguapan berlangsung saat temperatur yang diinginkan tercapai yaitu 50°C.

Jika temperatur ruangan semakin tinggi maka kadar biji kopi akan cepat

kering tetapi kualitas kopi yang dihasilkan kurang baik.

2.5.3 Pengeringan kombinasi alami dan buatan

Pengeringan kombinasi alami dan buatan dilakukan dengan cara

menjemur kopi diterik matahari hingga kadar air mencapai 40%.

Kemudian kopi dikeringkan lagi secara buatan sampai kadar air mencapai

12%. Alat pengering yang digunakan ialah mesin pengering otomatis

ataupun dengan rumah (tungku) pengering. Prinsip kerja kedua alat hampir

sama yaitu pemanasan kopi dengan uap atau udara di dalam ruang tertutup

(Aak, 1980).
20

2.6 Otomasi

Otomasi adalah proses yang secara otomatis mengontrol operasi dan perlengkapan

sistem dengan perlengkapan mekanik atau elektronika yang dapat mengganti

manusia dalam mengamati dan mengambil keputusan. Ide dasar otomasi ini yaitu

penggunaan elektrik atau mekanik untuk menjalankan mesin atau alat tertentu

disertai otak yang mengendalikan mesin atau alat tersebut sehingga produktifitas

meningkat dan biaya produksi menurun.

Otomasi memiliki tujuan memberikan kemudahan, meningkatkan efektifitas kerja

sistem dan meningkatkan jaminan keselamatan kepada para operator. Sistem yang

dirancang untuk melakukan empat fungsi pengendalian yaitu mengatur,

membandingkan, menghitung dan mengkoreksi. Perbedaan yang ada yaitu pada

pengoperasian sistem, dimana sistem pengendalian otomatis tidak lagi dikerjakan

oleh operator, tetapi sepenuhnya dikerjakan oleh sebuah kontrol (Martinus, 2012).

Sistem

INPUT G(s) OUPUT

R(s) C(s)

Gambar 2.5 Diagram blok sistem kontrol


(Martinus, 2012)

Diagram (gambar 2.5) menunjukan diagram model matematis suatu sistem.

R(s) = transformasi Laplace dari input

C(s) = transformasi Laplace dari output

G(s) = transformasi Laplace dari hubungan input dan output dari sistem.
21

2.6.1 Penggunaan sistem otomasi

Ada beberapa alasan dalam penggunaan sistem otomasi antara lain sebagai

berikut:

1. Meningkatkan produktifitas perusahaan

Peningkatan produktifitas ini ditandai dengan lebih besarnya output per

jam-orang apabila sistem otomasi manufaktur diterapkan.

2. Tingginya biaya tenaga kerja

Kecenderungan meningkatnya biaya kerja di dunia industri mendorong

pengusaha untuk menginvestasikan fasilitas otomasi yang relatif mahal.

Sistem otomasi dapat meningkatkan laju produksi menyebabkan harga

perproduk lebih rendah.

3. Kurangnya tenaga kerja untuk kemampuan tertentu

Ini juga akibat dari industri pelayanan sehingga semakin sulit untuk

mendapatkan tenaga kerja dengan skill tertentu. Dengan sistem otomasi

manufaktur, jumlah dan kemampuan yang dibutuhkan untuk menghasilkan

produk berkualitas lebih rendah.

4. Tenaga kerja cenderung berpindah ke sektor pelayanan.

Kecenderungan di negara maju khususnya Amerika Serikat, di mana

tenaga kerja lebih menyukai sektor pelayanan.

5. Keamanan

Dengan otomasi manufaktur pekerjaan lebih aman, artinya keamanan

akibat kecelakaan kerja saat operasi produksi ataupun perpindahan

operator pada saat produksi lebih terjamin.


22

6. Tingginya harga bahan baku

Mahalnya harga bahan baku sebagai input produksi, membutuhkan

efisiensi pemakaian bahan baku. Dengan otomasi manufaktur dapat

mengurangi bahan baku yang terbuang.

7. Meningkatkan kualitas produk.

Otomasi tidak hanya dapat menghasilkan produk pada laju yang lebih

cepat, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas produk dibandingkan

dengan menggunakan metode manual.

2.6.2 Konfigurasi pengendalian

Ada tiga tipe konfigurasi pengendalian, antara lain sebagai berikut:

1. Feedback control configuration

Konfigurasi ini mengukur secara langsung variabel yang dikendalikan

untuk mengatur harga variabel yang dimanipulasi. Tujuan pengendalian ini

yaitu mempertahankan variabel kendali pada level yang diinginkan. Pada

pengaturan tetutup, aksi pengendalian dipengaruhi oleh sinyal kesalahan

penggerak (selisih antara sinyal referensi dengan sinyal umpan balik).

Sistem pengaturan kalang tertutup melibatkan umpan balik negatif. Secara

umum, diagram blok sistem pengaaturan ini dapat dilihat pada gambar 2.6.

MASUKAN KELUARAN
PENGENDALI PROSES

FEED BACK

Gambar 2.6 Diagram blok pengendali feedback

(Martinus, 2012)
23

2. Feedforward control configuration

Konfigurasi sistem pengendali feedforward memanfaatkan pengukuran

langsung pada disturbance untuk mengatur harga variabel yang akan

dimanipulasi. Tujuan pengendalian adalah mempertahankan variabel

output yang dikendalikan pada nilai yang diharapkan.

3. Inferential Control Configuration

Konfigurasi sistem pengendali inferential memanfaatkan data hasil

pengukuran output sekunder (secondary measurement) untuk mengatur

harga variabel yang akan dimanipulasi. Hal ini dilakukan karena variabel

output yang akan dikendalikan tidak dapat diukur secara langsung. Tujuan

pengendalian ini adalah mempertahankan variabel unmeasured output

tersebut pada harga yang ditetapkan pada set point.

Aktuator
Kontrol Sistem Keluaran
Aktuator

SENSOR

SENSOR

Gambar 2.7 Blok diagram I/O untuk konfigurasi sistem inferential

(Martinus, 2012)
24

2.7 Mikrokontroler

2.7.1 Pengertian mikrokontroler

Mikrokontroler adalah salah satu bagian dasar dari suatu sistem komputer.

Meskipun mempunyai bentuk yang jauh lebih kecil dari suatu komputer

pribadi dan komputer mainframe, mikrokontroler dibangun dari elemen –

elemen dasar yang sama. Secara sederhana, komputer akan menghasilkan

output spesifik berdasarkan input yang diterima dan program yang

dikerjakan.

Seperti umumnya komputer, mikrokontroler adalah alat yang mengerjakan

instruksi-instruksi yang diberikan kepadanya. Artinya, bagian terpenting dan

utama dari suatu sistem terkomputerisasi adalah program itu sendiri yang

dibuat oleh seorang programmer. Program ini menginstruksikan komputer

untuk melakukan jalinan yang panjang dari aksi – aksi sederhana untuk

melakukan tugas yang lebih kompleks yang diinginkan oleh programmer

(Sutanto, 2005).

2.7.2 Arduino uno

Arduino uno adalah sebuah board mikrokontroler yang didasarkan pada

ATmega328 (datasheet). Arduino uno mempunyai 14 pin digital input/output,

6 input analog, sebuah osilator Kristal 16 MHz, sebuah koneksi USB, sebuah

power jack, sebuah ICSP header, dan sebuat tombol reset. Arduino uno

memuat semua yang dibutuhkan untuk menunjang mikrokontroler, mudah

menghubungkannya ke sebuah komputer dengan kabel USB atau

mensuplainya dengan sebuah adaptor AC ke DC atau baterai.


25

Gambar 2.8 Arduino uno

(Foto, Ahmad Yonanda)

Arduino uno berbeda dari semua board Arduino sebelumnya, Arduino uno

tidak menggunakan chip driver FTDI USB-to-serial. Sebaliknya, fitur-fitur

Atmega16U2 (Atmega8U2 sampai ke versi R2) diprogram sebagai sebuah

pengubah USB ke serial. Revisi 2 dari board Arduino uno mempunyai sebuah

resistor yang menarik garis 8U2 HWB ke ground, yang lebih mudah untuk

diletakkan ke dalam DFU mode (Romano, 2012).

2.8 Sensor

Sutanto (2005) menjelaskan bahwa, sensor adalah suatu alat yang merubah dari

besaran fisika menjadi besaran listrik. Suhu merupakan suatu besaran, karena

dapat diukur, dipantau dan dapat digunakan dalam hampir setiap sistem fisik.

Besaran itu harus dapat diwakili nilainya secara efisien dan akurat agar dapat

dimanfaatkan dengan baik. Pada dasarnya ada dua cara untuk mewakili nilai

besaran tersebut, yaitu secara digital dan analog.


26

2.8.1 Sensor DHT-21

Salah satu contoh sensor digital yang dapat mengukur suhu dan kelembaban

udara adalah sensor DHT-21. Sensor ini sangat mudah digunakan bersama

dengan Arduino. Memiliki tingkat stabilitas yang sangat baik serta fitur

kalibrasi yang sangat akurat. Koefisien kalibrasi disimpan dalam OTP

program memory, sehingga ketika internal sensor mendeteksi sesuatu maka

module ini menyertakan koefisien tersebut dalam kalkulasinya. Teknologi ini

memastikan keandalan tinggi dan sangat baik stabilitasnya dalam jangka

panjang.

Gambar 2.9 Sensor DHT-21

(Kalman, 2013)

Pada gambar 2.9 menunjukan sensor DHT-21 memiliki 3 warna kabel yaitu

warna merah, kuning, dan hitam. Kabel warna merah dihubungkan dengan

power supply 5 volt, warna hitam dihubungkan ke ground sedangkan warna

kuning dihubungkan dengan pin input digital Arduino. Sensor ini

menggunakan kabel-tunggal serial terintegrasi untuk menjadi cepat dan

mudah untuk digunakan, memiliki daya rendah serta transmisi jarak hingga

20 meter (Kalman, 2013).


27

2.8.2 Sensor LM-35

Salah satu komponen yang bisa digunakan untuk mengukur suhu adalah LM-

35DZ. Sensor suhu LM-35 salah satu jenis sensor yang merubah besaran suhu

ke besaran listrik dalam bentuk tegangan. LM-35 memiliki seri integrated

circuit (IC) yang mengandung tiga buah pin. Yaitu pin Vs yang dihubungkan

dengan power 5v, untuk pin Vout dihubungkan dengan arduino sedangkan

pin GND dihubungkan dengan tegangan negatif atau ground.

Gambar 2.10 Sensor suhu LM-35

(Foto, Ahmad Yonanda)

Bentuk fisik dari sensor suhu LM-35 merupakan chip IC dengan kemasan

bervariasi, pada umumnya kemasan sensor suhu LM-35 adalah dalam bentuk

kemasan TO-92 (gambar 2.10). IC LM-35 adalah sensor suhu yang bersifat

linier dengan perubahan 10mV/°C. Sensor ini dapat mengukur suhu antara

-55°C sampai dengan +150°C dengan akurasi kurang lebih 0,5°C. Tegangan

sumber yang diperlukan (Vs) berkisar antara 4 hingga 30V DC. Tegangan

keluaran bergantung pada tegangan sumber. Sebagai contoh, jika tegangan

sumber adalah 5V, tegangan keluaran terbesar adalah 5V yang dicapai saat

suhu sama dengan 100°C (Kadir, 2012).


28

2.9 Aktuator

Kadir (2012) menyatakan bahwa, aktuator adalah bagian keluaran untuk

mengubah energi suplai menjadi energi kerja yang dimanfaatkan. Sinyal keluaran

dikontrol oleh sistem kontrol dan aktuator bertanggungjawab pada sinyal kontrol

melalui elemen kontrol terakhir. Jenis lain dari bagian keluaran digunakan untuk

mengindikasi status kontrol sistem aktuator adalah elemen yang mengkonversikan

besaran listrik analog menjadi besaran lainnya. Misalnya kecepatan putaran dan

merupakan perangkat elektromekanik yang menghasilkan daya gerakan sehingga

dapat menghasilkan gerakan pada robot untuk meningkatkan tenaga mekanik.

Aktuator dapat melakukan hal tertentu setelah mendapat perintah dari kontroler.

Misalnya pada suatu robot pencari cahaya, jika terdapat cahaya sensor akan

memberikan informasi kepada kontroler yang kemudian akan memerintahkan

kepada aktuator untuk bergerak mendekati arah cahaya. Dengan kata lain

aktuator adalah sebuah peralatan mekanis untuk menggerakkan atau mengontrol

sebuah sistem yang biasa digunakan sebagai proses lanjutan dari keluaran suatu

proses olah data yang dihasilkan oleh suatu sensor atau kontroler.

Aktuator dalam perspektif kontrol dapat dikatakan sebagai :

1. Aktuator sebagai pintu kendali ke sistem

2. Aktuator sebagai pengubah sinyal listrik menjadi besaran mekanik

3. Batasan aktuator riil sebagai sinyal kemudi terkecil, saturasi.

Aktuator atau peranti yang menghasilkan gerakan output pada suatu alat kontrol.

Motor kipas, pneumatika, hidrolika dan relay adalah contoh dari aktuator. Selain

gerakan output, pada suatu alat kontrol sering kali diperlukan dalam bentuk lain,
29

misalnya display untuk menampilkan keadaan sensor ataupun aktuator. Display

dapat berupa LED, seven segment ataupun LCD. Berikut ini adalah contoh dari

aktuator yaitu LCD, relay, dan buzzer.

2.9.1 Liquid Crystal Display (LCD)

LCD dapat menampilkan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh

sistem. LCD mempunyai kemampuan untuk menampilkan tidak hanya

angka, huruf abjad, kata-kata tapi juga simbol- simbol. LCD mempunyai dua

bagian penting yaitu backlight yang berguna jika digunakan pada malam hari

dan contrast yang berfungsi untuk mempertajam tampilan.

Gambar 2.11 LCD (liquid crystal display)

(Foto, Ahmad Yonanda)

Prinsip kerjanya ialah ketika elektroda diaktifkan dengan medan listrik,

molekul organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri dengan

elektroda dari segmen. Lapisan sandwich memiliki polarizer cahaya vertikal

depan dan polarizer cahaya horisontal belakang yang diikuti dengan lapisan

reflektor. Cahaya yang dipantulkan tidak dapat melewati molekul-molekul

yang telah menyesuaikan diri dan segmen yang diaktifkan terlihat menjadi

gelap dan membentuk karakter data yang ingin ditampilkan (Kadir, 2012).
30

2.9.2 Relay

Kadir (2012) menyatakan bahwa, relay adalah saklar (switch) yang

dioperasikan secara listrik dan merupakan komponen elektromekanikal yang

terdiri dari dua bagian utama yaitu elektromagnet (coil) dan

mekanikal (seperangkat kontak switch). Relay menggunakan prinsip

elektromagnetik untuk menggerakkan kontak saklar sehingga dengan arus

listrik yang kecil (low power) dapat menghantarkan listrik yang bertegangan

lebih tinggi.

Gambar 2.12 Relay

(Foto, Ahmad Yonanda)

Menurut Kadir (2012), kontak poin relay terdiri dari 2 jenis yaitu :

1. Normally close yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada

di posisi tertutup.

2. Normally open yaitu kondisi awal sebelum diaktifkan akan selalu berada di

posisi terbuka.
31

Gambar 2.13 Rangkaian prinsip kerja relay

(Frey, 2013)

Berdasarkan gambar 2.13, sebuah besi (iron core) yang dililit oleh kumparan

coil yang berfungsi untuk mengendalikan besi tersebut. Apabila kumparan

coil diberikan arus listrik, maka akan timbul gaya elektromagnet yang

kemudian menarik armature untuk berpindah dari posisi sebelumnya (NC) ke

posisi baru (NO) sehingga menjadi saklar yang dapat menghantarkan arus

listrik di posisi barunya (NO). Posisi dimana Armature tersebut berada

sebelumnya (NC) akan menjadi open atau tidak terhubung. Pada saat tidak

dialiri arus listrik, armature akan kembali lagi ke posisi Awal (NC). Coil

membutuhkan arus listrik yang relatif kecil untuk mengaktifkan

elektromagnet dan menarik contact point ke posisi close (Frey, 2013).

2.9.3 Buzzer

Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah

getaran listrik menjadi getaran suara. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer

hampir sama dengan loud speaker. Jadi buzzer juga terdiri dari kumparan

yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus
32

sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau

keluar tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya.

Gambar 2.14 Buzzer

(Foto, Ahmad Yonanda)

Karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan

akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara

bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai

indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah

alat (Kadir, 2012).


III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

3.1.1 Tempat penelitian

Penelitian dan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Termodinamika

dan Mekatronika, Teknik Mesin Universitas Lampung. Selanjutnya proses

pengukuran kadar air biji kopi dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil

Pertanian (THP) Universitas Lampung.

3.1.2 Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli hingga November 2014 dengan jadwal

kegiatan tersusun pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian


Juli Agustus September Oktober November
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi Literatur
`
2 Perancangan (desain)

Pembelian alat dan


3
bahan
Pembuatan sistem
4
kontrol
5 Eksperimen
Pembuatan laporan
6
akhir
34

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Solder listrik

Solder listrik digunakan untuk menempelkan timah pada papan PCB dan

rangkaian elektronika lainya.

2. Breadboard

Breadboard digunakan sebagai tempat rangkaian percobaan sebelum

dipindah ke papan PCB.

3. Termometer

Fungsi termometer ialah sebagai perbandingan persentase ketepatan

dengan sensor suhu yang digunakan.

4. Multimeter digital

Multimeter digital berfungsi untuk mengukur arus dan tegangan pada

rangkaian otomatis yang akan dibuat.

5. Adaptor

Adaptor yang akan digunakan dalam penelitian ini ialah adaptor dengan

tegangan 5 volt. Adaptor berfungsi sebagai power supply tambahan pada

rangkaian yang akan dibuat, karena pada power supply Arduino uno tidak

cukup untuk mensuplai power pada sensor dan aktuator.


35

3.2.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Timah solder listrik

Timah solder digunakan sebagai perekat komponen elektronik pada PCB.

2. Kabel listrik

Jenis kabel listrik yang akan digunakan yaitu jenis kawat. Kabel ini

berfungsi sebagai penghubung komponen elektronik ke komponen-

komponen rangkaian lain.

3. PCB

PCB digunakan sebagai papan tempat meletakan komponen elektronik

secara permanen.

4. Sensor

Sensor yang digunakan adalah sensor temperatur udara dan sensor

kelembaban yaitu menggunakan sensor LM-35 dan DHT-21.

5. Mikrokontroler

Mikrokontroler yang digunakan dalam penelitian ini ialah Arduino uno.

Mikrokontroler berfungsi sebagai alat pengendali sistem yang sebelumnya

di isi program terlebih dahulu.

6. Aktuator

Aktuator ini meliputi LCD, Buzzer, relay dan motor kipas.


36

3.3 Diagram Alir Penelitian (Flow Chart)

Adapun alur proses penelitian yang akan dilakukan ialah sebagai berikut:

Mulai

Studi
literatur

Menentukan sensor dan aktuator


yang akan digunakan.
1. Sensor yang akan digunakan:
sensor DHT-21& LM-35
2. Akuator yang akan digunakan:
1 buah buzzer
1 buah LCD 16x2
2 buah motor fan
2 buah relay

Menentukan otomasi sistem


pengeringan

Mendesain kontrol sistem


pengeringan

Membuat perangkat keras

Membuat perangkat lunak

Belum Apakah
rancangan
sudah benar ?

Sudah

A
37

Memasukan listing program


Pemeriksaan
menggunakan software arduino

Pengujian, meliputi:

1. Alat kontrol otomatis.


2. Ruang pengering tanpa beban
3. Ruang pengering menggunakan beban

Gagal Pengujian

Berhasil

Pengambilan data menjadi


tabel dan grafik

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan dari penelitian

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir (flow chart) penelitian


38

3.4 Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi mekanisme sistem

pengering, otomasi sistem pengering, desain kontrol sistem, pembuatan perangkat

keras dan pembuatan perangkat lunak.

3.4.1 Mekanisme sistem pengering

Proses ini merupakan proses yang utama sebelum melanjutkan ke tahap

berikutnya. Adapun mekanisme kerja alat sistem kontrol ini yaitu di dalam

ruang pengering menggunakan sensor DHT-21 dan LM-35. Dimana sensor

DHT-21 ialah sebagai sensor kelembaban udara sedangkan, LM-35 sebagai

sensor suhu. Masing-masing sensor mempunyai fungsi yang berbeda-beda.

Sensor suhu berfungsi untuk menjaga suhu di dalam ruang pengering agar

tetap 50◦C. Sedangkan sensor kelembaban berfungsi untuk membaca nilai

kelembaban udara atau kandungan uap air di dalam ruang pengering.

Gambar 3.2 Skema ruang pengering


39

Ruang pengering kopi ini terdiri dari 2 buah kipas yaitu, kipas 1 yang

dipasang pada bagian atas ruang pengering sebagai exhaust dan kipas 2 yang

dipasang di bawah heat exchanger (HE). Pada saat proses awal pengeringan,

biji kopi dimasukan ke dalam ruang pengering. Dalam waktu tertentu,

kandungan air dalam biji kopi akan menguap. Artinya uap air yang

terkandung pada biji kopi yang dipanaskan dengan suhu 50◦C akan keluar.

Uap air tersebut dibuang keluar melalui exhaust fan, sehingga uap air yang

ada di ruangan pengering langsung menuju keluar agar tidak mengendap ke

biji kopi.

Untuk mengetahui kadar air biji kopi selama proses pengeringan berlangsung,

maka dilakukan pengukuran kadar air biji kopi secara manual. Artinya selama

proses pengeringan berlangsung maka setiap jamnya, diambil sampel biji

kopi untuk diuji ke laboratorium dengan tujuan mengetahui waktu proses

pengeringan untuk mencapai kadar air biji kopi 12%. Apabila proses

pengeringan kopi telah selesai maka sistem akan mengeluarkan peringatan

yang berupa bunyi yang keluar dari buzzer.

3.4.2 Otomasi sistem pengeringan

Otomasi sistem pengeringan terdiri dari pengaturan suhu pada ruang

pengering. Pengaturan suhu dilakukan dengan cara menjalankan kipas keluar

dan kipas heat exchanger. Pada kipas heat exchanger terdapat pengatur

putaran kipas yaitu dengan adanya switch 0, 1, 2 dan 3. Pada switch 0 kipas

tidak berputar (OFF), kemudian switch 1 putaran kipas rendah (low).

Sedangkan switch 2 putaran kipas normal. Pada switch 3 putaran kipas

maksimum (high). Pada saat proses awal pengeringan dimulai, maka


40

kipas heat exchanger akan berputar pelan (switch 1) dan kipas keluar

(exhaust fan) dalam posisi OFF atau mati, dimaksudkan agar suhu dalam

ruang pengering naik dengan cepat. Apabila suhu dalam ruang pengering

lebih dari 50◦C, maka sitem akan memberi perintah untuk menghidupkan

kipas keluar dan kemudian switch kipas heat exchanger berpindah posisi

yang awalnya posisi switch 1 berpindah ke switch 3. Dengan tujuan untuk

membuang panas yang berlebihan melalui exhaust fan serta menurunkan

panas yang masuk ruang pengering melalui pengontrolan switch tersebut agar

panas di dalam ruang pengering tetap stabil.

3.4.3 Desain kontrol sistem pengeringan

Adapun desain kontrol sistem yang akan dibuat dalam penelitian yaitu

rancangan loop sistem otomasi ruang pengering. Rancangan tersebut meliputi

loop sistem otomasi sensor temperatur dan kelembaban.

LCD

Data logger

HX fan

Set point
suhu Mikro Exhaust Proses
Pengeringan Temperatur
Kontroler fan

Sensor
Temperatur

Gambar 3.3 Rancangan sistem otomasi sensor temperatur


41

Sistem loop pada gambar 3.3 menggunakan sifat loop tertutup, artinya

sistem kendali yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung

terhadap aksi pengendaliannya (Martinus, 2012). Dimana pada proses awal,

sistem akan membaca sensor temperatur pengeringan. Apabila nilai

temperatur pengeringan belum sesuai dengan set point yang ditentukan

maka sistem akan terjadi looping terus-menerus antara sensor (input) dan

kipas (aktuator) sampai temperatur pengeringan sesuai dengan nilai set

point yang telah ditentukan.

LCD

Data logger

Kelembaban Sensor Mikro Proses


kelembaban Kontroler Kelembabann
Pengeringan

Gambar 3.4 Rancangan sistem otomasi sensor kelembaban

Sistem loop pada gambar 3.4 menggunakan sifat loop terbuka, artinya

sistem kontrol terbuka keluarannya tidak dapat digunakan sebagai umpan

balik dalam masukan (Martinus, 2012). Selain sistem membaca sensor

temperatur pada proses pengeringan, sistem juga membaca sensor

kelembaban. Sensor kelembaban akan diproses oleh mikrokontroler,

selanjutnya sistem mendeteksi tingkat kelembaban di dalam ruang

pengering. besarnya nilai temperatur dan kelembaban pengeringan akan

ditampilkan di layar LCD dan data logger.


42

3.4.4 Pembuatan perangkat keras

Tahap ini meliputi semua proses yang mengacu pada pembuatan perangkat

keras yang terdiri dari pembuatan elektronika dan mekanis. Pembuatan

perangkat elektronika meliputi pembuatan rangkaian keseluruhan sistem,

rangkaian power supply, rangkaian sensor, rangkaian LCD dan rangkaian

aktuator. Sedangkan pembuatan mekanis meliputi perencanaan rangkaian,

percobaan sementara, pembuatan papan rangkaian tercetak (PRT), serta

pemasangan komponen yang terhubung pada mikrokontroler.

3.4.5 Pembuatan perangkat lunak

Tahap ini mencakup semua hal yang berkaitan dengan perangkat lunak bagi

sistem. Termasuk listing program yang digunakan pada tugas akhir ini

dibuat menggunakan software Arduino 1.0.5 dengan bahasa pemrograman C

untuk target mikrokontroler Arduino uno. Bahasa C merupakan perangkat

lunak yang menjadi bagian dari sistem yang berupa program yang mengatur

kerja dari mikrokontroler Arduino uno dan keseluruhan perangkat keras

(hardware) yang dihubungkan dengan mikrokontroler Arduino uno.

Langkah-langkah pembuatan perangkat lunak tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Membuat loop sistem kontrol (flowchart) dari program yang akan dibuat.

2. Membuat program menggunakan pemrograman C dengan referensi

diagram blok dari sistem kontrol yang akan dibuat.

3. Mengkompilasi program yang dibuat sampai tidak terjadi kesalahan.

4. Pengisian program.
43

3.5 Prosedur Pengamatan dan Pengujian

Setelah prosedur penelitian dilakukan maka, proses selanjutnya yaitu pengamatan

apakah loop berjalan dengan baik atau tidak. Apabila tidak sesuai, maka

dilakukan peninjauan kembali atau dilakukan proses trouble shooting. Kemudian

setelah semuanya selesai selanjutnya dilakukan pengujian. Pengujian yang

dilakukan meliputi pengujian alat kontrol otomatis, pengujian ruang pengering

tanpa beban, dan pengujian ruang pengering menggunkan beban.

3.5.1 Alat kontrol otomatis

Pengujian alat kontrol otomatis ini bertujuan untuk mengetahui apakah kipas

keluar (exhaust fan) dan kipas HE (heat exchanger fan) serta buzzer berjalan

sesuai yang diperintahkan sistem.

3.5.2 Ruang pengering tanpa beban

Pengujian ruang pengering tanpa beban biji kopi dilakukan dengan 2 cara

yaitu ruang pengering tanpa kontrol dan dengan kontrol otomatis. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu ruang pengering tanpa kontrol

dan dengan kontrol.

3.5.3 Ruang pengering menggunakan beban

Pengujian ruang pengering dilakukan dengan menggunakan beban biji kopi

yang berbeda yaitu beban biji kopi 4 kg dan 8kg. Hal ini bertujuan untuk

melihat pengaruh beban pengeringan terhadap lama waktu pengeringan dan

penurunan kadar air biji kopi.


V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian terhadap keseluruhan sistem kontol otomatis untuk

proses pengeringan biji kopi yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sistem kontrol otomatis pengeringan biji kopi menggunakan mikrokontroler

Arduino uno dapat berjalan dengan baik untuk berbagai beban pengeringan

yang berbeda. Hal ini dapat ditunjukan dari hasil pengujian dengan beban biji

kopi 4 kg dan 8 kg suhu ruang pengering kopi tetap terjaga.

2. Lama pengeringan tergantung pada suhu pengeringan dan jumlah beban atau

kopi yang dikeringkan. Hal ini terlihat dalam hasil pengujian untuk nilai 12%

kadar air, dengan beban biji kopi 4 kg yaitu selama 7 jam sedangkan dengan

beban biji kopi 8 kg yaitu selama 10 jam.

3. Proses pengeringan kopi yang sudah dilengkapi dengan sistem kontrol

pengatur suhu otomatis, lebih baik dibandingkan secara konvesional atau

manual karena suhu pengeringan akan lebih terjaga sehingga menghasilkan

proses pengeringan kopi yang lebih berkualitas.


67

5.2 Saran

Untuk lebih memaksimalkan dalam pembuatan sistem kontol otomatis untuk

proses pengeringan biji kopi, disarankan untuk melakukan hal berikut:

1. Pada proses pengeringan perlu adanya grain moisture sensor untuk mengetahui

kadar air dari biji kopi secara langsung.

2. Perlu adanya sensor kelembaban yang memiliki tingkat respon lebih cepat,

karena sensor DHT-21 memiliki respon pembacaan yang lambat.

3. Sebelum menentukan sensor yang akan yang digunakan dalam suatu

pembuatan alat, sebaiknya melakukan pembacaan datasheet sensor terlebih

dahulu. Hal itu dikarenakan agar tidak salah dalam menentukan atau memilih

sensor yang akan gunakan.


DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1980. Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius: Yogyakarta.

Brooker, FW dan CW Hall. 1974. Drying Cereal Grains. The AVI publishing

Company, Inc. Wesport: USA.

Cahyono, Bambang. 2012. Sukses Berkebun Kopi. Penerbit Mina: Jakarta.

Ciptadi dan MZ Nasution. 1985. Pengolahan Kopi. Agro Industri Press: Bogor.

Danarti dan Najayati, S. 2004. Kopi : Budidaya dan Penanganan Pasca Panen.

Penebar Swadaya: Jakarta.

Frey, Adam. 2013. Connecting and Breadboarding. http://www.arduino-info.

wikispaces.com. Diakses pada 29 April 2014.

Hasan, Achmad. 2009. Mesin Pengering produk Pertanian bertenaga Panas

Bumi. PT Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.

Kadir, Abdul. 2012. Panduan Praktis Mempelajari Aplikasi Mikrokontroler dan

Pemrogramannya menggunakan Arduino. Edisi pertama. CV Andi

Offset: Yogyakarta.

Kalman, R. E. 2013. Dht-21 sensor components. http://www.engineersgarage.com

Diakses pada 29 April 2014.


Martinus. 2012. Buku Ajar Mekatronika. Universitas Lampung: Lampung.

Nuryani, Fitri. 2010. Budidaya Tanaman Kopi di Provinsi Lampung. PT

Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan

Robusta. Penebar Swadaya: Jakarta.

Romano, Zeo. 2012. Arduino Uno. http://www.arduino.cc. Diakses pada 29 April

2014.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 2008. Biji Kopi. SNI 01-2907-2008.

Sutanto, Hermawan. 2005. Konsep Mikrokontroler. http://www.mikrokontroler.

tripod.com. Diakses pada 29 April 2014.

Yahmadi, Mudrig. 2007. Rangkaian Perkembangan dan Permasalahan Budidaya

& Pengolahan Kopi di Indonesia. PT Bina Ilmu Offset: Jawa Timur.

Yusnan, Taufan. 2012. Budidaya Kopi. http://www.zanuarishak.blogspot.com.

Diakses pada 28 April 2014.

Anda mungkin juga menyukai