Anda di halaman 1dari 59

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELAUARGA DENGAN ANEMIA PADA LANSIA

PENGERTIAN

Keluarga adalah kelompok terkecil dari suatu tatanan kehidupan dalam


masyarakat dan negara. Biasanya merupakan kumpulan dari orang-orang yang
diikat oleh tali perkawinan, darah atupun ikatan adopsi.

Sebagai pranata sosial terkecil, keluarga mempunyai pengaruh yang sangat


besar bagi kehidupan berbangsa dalam segala bidang. Hal ini dikarenakan
keluarga merupakan lingkungan awal atau dasar yang membentuk karakter
atau watak setiap individu keluarga tersebut. Sehingga jelas, apabila out put
dari pembentukan karakter tersebut baik, maka akan menciptakan sumber
daya manusia yang baik, yang selanjutnya dapat membentuk tatanan
kehidupan berbangsa yang baik pula.

Sumberdaya manusia dalam keluarga menjadi refleksi dari kemajuan dan


keberhasilan keluarga tersebut. Apabila diterapkan dalam keluarga inti,
sumberdaya manusia keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Dimana
ketiganya mempunyai peran dan fungsi serta potensi masing-masing.

Pada mulanya, ayah dan ibu itu sendiri merupakan sumberdaya manusia yang
terpisah, keduanya mempunyai pandangan yang mungkin sama atau bahkan
berbeda terhadap sesuatu hal. Tetapi, setelah adanya suatu ikatan, maka
keduanya akan mempersatukan pandangan mereka yang lebih baik, dan pada
akhirnya akan ditanamkan pada sumberdaya manusia yang baru (anak),
sehingga tercipta sumberdaya manusia keluarga baru yang lebih handal.

Kualitas sumberdaya manusia dalam keluarga itu sendiri dipengaruhi oleh


beberapa faktor. Beberapa diantaranya adalah :

- Person as model, tingkat pendidikan sangat berpengaruh dalam hal ini


- Status ekonomi
- Lingkungan

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 1
- Gizi dan program kesehatan
SUMBERDAYA MANUSIA DALAM KELUARGA

a. Pendahuluan
Pembangunan suatu bangsa memerlukan asset pokok yang disebut
sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. kedua
sumberdaya tersebut sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu
bangsa. Begitu pula halnya dengan keluarga. Suatu keluarga harus memiliki
sumberdaya manusia yang baik dengan potensi yang unggul dari setiap
anggota keluarga.

b. Pengertian dan Batasan Sumberdaya Manusia.


Berbicara mengenai sumberdaya manusia, sebenarnya dapat kita lihat dari 2
aspek, yakni aspek kuantitas dan aspek kualitas. Aspek kuantitas menyangkut
jumlah dari sumberdaya manusia tersebut (anggota keluarga), yang bisa
dibilang bahwa hal ini tidak begitu dominan kontribusinya dibadingkan
dengan aspek kualitas. Kuantitas sumberdaya manusia tanpa disertai dengan
kualitas yang baik justru akan menjadi beban dalam suatu keluarga.
Sedangkan aspek kualitas menyangkut mutu dari sumberdaya manusia
tersebut. Hal ini berkaitan dengan kemampuan anggota keluarga, baik
kemampuan fisik maupun nonfisik (kecerdasan dan mentalitas). Status
pendidikan, gizi dan program kesehatan merupakan factor utama dalam
menciptakan kualitas sumberdaya yang baik.

Mengenai kualitas sumberdaya itu sendiri, menyangkut 2 aspek pula, yaitu


aspek fisik (kualitas fisik) dan aspek non fisik (kualitas non fisik) yang
menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan
lain. Oleh sebab itu, Upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam
keluarga ini juga dapat diarahkan kedalam dua aspek tersebut. Untuk
meningkatkan kualitas fisik SDM keluaraga, dapat diupayakan melalui
program-program kesehatan dan gizi. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas
atau kemampuan nonfisik, maka Upaya pendidikan dan pelatihan adalah yang

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 2
paling diperlukan. Upaya-upaya inilah yang dimaksud dengan pengembangan
sumberdaya manusia dalam keluarga.

Sesuai dengan hierarki kebutuhan menurut maslow, yaitu salah satunya


kebutuhan fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia.
Kebutuhan ini bersifat kebendaan atau disebut juga kebutuhan fisik, yakni
berupa kebutuhan sandang, pangan dan papan. Sebagai kebutuhan dasar, maka
dalam pemenuhan ke tiga kebutuhan ini harus terpenuhi secara maksimum.
Dengan demikian, manusia baik secara individu maupun kelompok (keluarga)
seyogyanya mampu untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut secara
optimal. Dalam mencukupi kebutuhan tersebut, tentunya mereka harus bekerja
dan berusaha, yang hal ini dapat dilakukan apabila mereka memiliki
kemampuan ataupun keterampilan yang memadai.

Kemampuan untuk bekerja ini dapat diterima atau dimiliki melaui beberapa
cara, diantaranya

(1). Melalui proses indentifikasi dari orang tua. Anak seorang petani biasanya
akan cenderung memiliki kemampuan dalam bertani yang diturunkan dari
orang tuanya. Begitu pula dengan anak seorang nelayan, mereka tentu mampu
menangkap ikan demi pemenuhan kebutuhan dasarnya.

(2). Berasal dari pengalaman, jelaslah bahwa pengalaman yang didapat


seseorang ini akan lebih menambah kemampuan maupun keterampilan
seseorang. Biasanya kemampuan ini bisa didapat melaui pendidikan,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Sumberdaya


Manusia.
Pengenbangan sumberdaya manusia secara makro dan mikro adalah penting
dalam rangka mencapai tujuan keluarga secara efektif, dan merupakan bentuk
investasi dalam suatu keluarga. Dalam pelaksanaan pengembangan SDM ini
perlu memppertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik dari
dalam maupun dari luar.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 3
1. Faktor internal yang dimaksud mencakup keseluruhan kehidupan keluarga
yang dapat dikendalikan baik oleh kepala keluarga maupun anggota keluarga
yang bersangkutan. Secara terinci faktor-faktor tersebut adalah :
 Misi dan tujuan keluarga
Setiap keluarga memiliki misi dan tujuan yang ingin dicapai. Untuk
mencapai tujuan tersebut diperlukan perencanaan yang baik serta
implementasi dari perencanaan tersebut secara tepat. Pelaksanaan kegiatan
dalam keluarga untuk mencapai tujuan ini maka diperlukan kemempuan
sumber daya manusia dalam keluarga tersebut.

 Strategi pencapaian tujuan


Misi dan tujuan suatu keluarga mungkin mempunyai persamaan dengan
keluarga lain, tetapi strategi untuk mencapai misi dan tujuan tersebut
berbeda. Oleh sebab itu setiap keluarga mempunayi strategi tertentu. untuk
itu maka diperlukan kemampuan anggota keluarga dalam memperkirakan
dan mengantisipasi keadaan yang dapat mempunyai dampak terhadap
keluarga itu sendiri, sehingga strategi yang disusunnya sudah dapat
memperhitungkan yang dampak yang akan terjadi dalam keluarga itu
sendiri, hal ini akan mempengaruhi pengembangan SDM dalam keluaga
itu sendiri.

 Sifat dan jenis kegiatan


Sifat dan jenis kegiatan keluarga sanagt penting pengaruhnya dalam
pengembngan SDM dalam keluarga yang bersangkutan, suatu keluarga
sebagian besar mlaksanakan teknis maka pola pengembangan SDM akan
berbeda dengan keluarga yang bersifat ilmiah. Demikian pula strategi dan
program penegembangan SDM akan berbeda antara keluarga yang
kegiatanya rutin dengan keluarga yang kegiatannya memerlukan inovasi
dan keatif.

 Jenis teknologi yang digunakan


Sudah tak asing lagi bahwa setiap keluarga dewasa ini telah menggunakan
teknologi yang bermacam-macam dari yang paling sederhana sampai yan

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 4
gdenag nyang paling canggih hal ini perlu diperitungkan dalam program
pengembangan SDM dalam keluarga tersebut.

2. Sedangkan factor external yang mempengaruhinyna adalah :


 Keluarga berada dalam lingkungan masyarakat dan tidkaterlepas dari
pengbaruh lingkungan dimana keluarga itu berada, agar suatu keluarga
dapat melakukan misi & tujuannya maka harus memperhitungkan factor-
faktor sosio-budaya masyarakat. Hal ini dapat dipahmi karena suatu
kelurga yang didirikan mempunyai latar belakang sosio-budaya yang
berbeda, oleh sebab itu pengembangan SDM factor ini perlu
dipertibangkan. Factor eksternal ini dipengruhi juga oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sudah barang tentu suatu keluarga harus
mengikuti arus tersebut. Untuk itu maka, keluarga harus mampu memilih
teknologi yang tepat untuk keluarganya yaitu dengan adaptasi anggota
keluarga terhadap kondisi tersebut.
Pendidikan adalah upaya untuk pengembangan SDM dalam keluarga terutama
untuk pengembangan aspek kemampuan intelektual dan kepribadian anggota
keluarga.

Pendidikan dapat diapandang sebagai salah satu bentuk infestasi. Oleh karena
itu setiap keluarga yang ingin berkembang maka pendidikan bagi nggota
keluarganya harus mendapat perhatian yang besar. Pendidikan merupakan
siklus yang harus terjadi secara terus menerus. Hal ini dikarenakan keluarga
harus mampu mengantisipasi perubahan-perubahan diluar keluarga tersebut
untuk itu maka kemampuan SDM setiap anggota keluarga harus ditingkatkan
seirama dengan kemajuan dan perkembangan keluarga.

A. Pandangan keluarga terhadap penigkatan kualitas SDM

1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama pada setiap anak. Dari
keluarga anak mendapat rangsagan, hambatan atau pengaruh yang
pertama- tama daklam pertumbuhan dan perkembangan, baik
perkembangan biologis maupun perkembangan jiwanya dalam
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 5
peningkatan kualitas SDM. Dalam keluarga, anak mempunyai aturan
dan norma-norma bermain dalam hidup bermasyarakat anak dilatih
tidak hanya mengenal tetapi juga menghargai dan mengikuti aturan
dan norma hidup lewat masyarakat melalui kehidupan dalam keluarga.

Meurut A.LS. susilo menjelaskan bahwa keluarga adalah lembaga


pertama dalam kehidupan pertama, tempat ia belajar dan menyatakan
diri sebagai mahluk sosial. (A.LS. Soesilo, 1985 : 19). Disni dilelaskan
bahwa kwluarga umumnya anak ada hubungan interaksi yang intern,
keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral
dan pendidkan kepada anak. Pengalaman interaksi dalam keluarga
akan menentukan pola tingakah laku anak terhadap oarang lain dalam
masyarakat.

Denagn demikian peningkatan SDM slalu diawali dari keluarga yang


juga merupakan tempat awal bagi proses sosialisasi anak.

Pengertian keluarga menurut Sigmun Freud bahwa keuarga adalah :


“perwujudan adaya perkawinan antara pria dan wanita sehingga
keluarga itu merupakan tiga hal yang saling berkaitan. Diantara 3 hal
tersebut, maka keluarga mempunya ikunci sentral. Pengaruh keluarga
sangat besar pada proses perkembangan potensi dan pembeentukan
pribadi anak serta meningkatkan sumber daya keluarga. Ineraksi yang
baik antara orang tua dan anak akan membawa pada keidupan anak
dimasa kini mapun dimasa tuanya.

Denagn demikian bahwa penigkatan kualitas SDM ada ditangan


keluarga, maka jalas bahwa itu penting dalam memberikan pengertian
dan perhatian pada anak. Sudah selayaknya keluarga dalam hal ini
ayah dan ibu menyadari pengaruh dan tanggung jawab pada anak yang
menjadi penerus bangsa dan akan menigkatkan sumber daya manusia.
untuk mengembangkan diri anak secara utuh dan menyeluruh dalam
penigkatan sumber daya manusia, hanya jika dimungkinkan jika
seseorang mempengaruhi suasana, cara dan sarana yang sedemikian
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 6
rupa dalam proses yang perkembangan dirinya menjadi anak yang
mandiri dan dewasa. Sehingga pada prinsipnya dikagakan suatu
keluarga apabila didasari oleh suatu perkawinan yang sah baik aturan
maupun nokrma agama yang pada akhirnya dari keluarga memberikan
peningkatan SDM.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga adalah suatu wadah


diamana dalam lembaga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
terjalin suatu poses sosialisasi primer dalam peningkatn kualitas SDM.
Sentuhan keluarga yang pertama dalam penigkatan SDM itu diperoleh
anak melalui intern keluarga itu sebab keluarga merupakan proses
utama dalam pendidikan, sebelum anak itu terun di dalam lingkungan
sosial budaya, pengaruh itu ber[roses lewat orang tua, kerabat dekat,
tetangga, teman, pendidikan sekolah dan lain-lain.

2. konsep keluarga tentang SDM


pembangunan suatu bagsa merupakan aset pokok yang disebut sumber
daya baik Sumber Daya Manusia maupun Sumber Daya Alam. Namun
sumber daya amnusialah yang lebih penting, sebab pengembangan dari
berbagai sumber, maka manusianya dulu dikembangkan. Dan
tentunnya pengembangan SDM ini diawali dari dalam keluarga itu
sendiri. Diamana pengembangan kualitas keluarga yang baik, jika
memberikan indicator keberhasilan pembangunan bangsa.

Menurut Dr. Soekdjo Notoatmojo tentang konsep SDM adalah : “Suatu


Upaya untuk pengembangan kualitas atau kemampuan SDM, agar
mampu mengelola sumber daya alam. Menyangkut masalah konsep
keluarga dalam peningkatan SDM, maka dilihat dari dua aspek yaitu
kauantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut masalah SDM yang
kurang penting kontribusinya dalam pembangunan dibandinkan
dengan aspek kualitas. Bahkan kuantitas SDM, tanpa disertgai dengan
kualitas yang baik akan menjadi beban bangsa. Sedangkan kualitas

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 7
menyangkut kemampuan, baik kemampuan fisik maupun kemapuan
non fisik.

Masalah SDM dalam keluarga ada dua aspek yang dibangun yaitu
aspek fisik dan non fisik yang menyangkut kemampuan bekerja,
kemampuan berfikir dan keterampilan, olkeh karena itu letaknya
peningkatan kualitas SDM diarah pada dua aspek tersebut melalui
keluarga. Untuk peningkatan kualitas fisik melalui program kesehatan
dan pemberian dan gizi keluarga. Sedangkan untuk peningkatan
kualitas kemampuan non fisik tersebut, maka Upaya pendidikan dan
pelatihan merupakan jaminan akan keberhasilan keluarga tanpa
dikurangi dengan kualitas dari pembinaan orang tua dalam
peningkagan SDM, khususnya peningkatan sumber daya keluarga.

Faktor-faktor yang mempenagruhi peingkatan kualitas SDM dalam


keluarga adalah sebagai berikut :

 Factor dalam keluarga


Adanya factor dalam keluarga ini sangt menunjang peranan penting
dalam mendidik anak yang nantinya diharapkan mampu
mengembangkan kualitas SDM, setiap keluarga memiliki tugas dan
tjuan keluarga yang ingin dicapainya. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan perencanaan yang baik, serta dapat diimplementasikan
perwncanaan eersebut tepat pada anak-anak sebagaimutu
pengembangan sumberdaya dalam keluarga. Ini dibbutuhkan
keterlibatgan oarang tua dalam menumbhkan SDM. Tiap kelurga telah
menggunakan media yang yang bermacam-macam untuk
meningkatkan SDM.

 Factor diluar keluarga


Factor sosial budaya masyarakat idak dapat diabaikan beitu saja,
karena peningkatan SDM jelas memiliki latar belakang yang berbeda-
beda begitu pula denagn ilmu pengetahuan, dalam keluarga ahrus
mampu memiliki pengetahuan dan teknologi untuk keluarganya.
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 8
3. pemahaman terhadap keluarganya
fungsi keluarga itu sebagai tempatg atagu wahana pembentukan
kepribadian anak dan keutamaan keluarga uang merupakan pelanjut
dalampenigktan sumberday keluarga dan juga merupakn wahan
pendidikan dalam mengembangkan keluarga sehat serta pengalaman
yang didapat dari kaidah-kaidah keluarga sehat. Demikian puala
wawancara dengan Drs.H. Abdul rasyid, MS bahwa fungsi keluarga
adalah sebagai wadah pendidikan dan sosialisasi anak. Disampng itu
secara tradisisonal keluarga harus bertanggung jawab atas pengasuhan
dan bimbingan anak.

B. Pola pembiknaan keluarga dalam meningkatkan kualitas sumber daya


manusia

1. Type-type dalam keluarga

Dalam hal ini mengenai keluiarga akan dibatasi pada keluarga inti
yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum menikah. Dalam
keluarga inti maka itulah yang paling dominan didalam perawatan dan
penagsuhan

Anak. Berdasarkan hasil penelitian penyebaan angket dari responden


dapt dirinci mengenai tugas-tugas ibu dan ayah dalam fungsinya
sebagai kepala rumah tangga dalam keluarga iti adalah :

1. megenal anak bila tidak benar dalam mengerjakan pekerjaan 50%


2. memberi tugas pada anak-anak (belajar/bekerja)30%
3. menyuruh untuk makan bersama-sama 20%
2 Bentuk-bentuk pembinaan keluarga

- pemahaman nilai pada anak


- pembinaan siakp sopan santun
- membina rasa tanggung jawab
3. wujud inteaksi dalam kelaurga

- pola interaksi antara ayah dan anak laki-laki

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 9
kebanyaakan keluarga itu anaka laki-laki dianggap sebagai tenaga
produktif dalam keluarganya. Sehubunagan dengan itu interaksi antara
ayah dan anak laki-laki lebih dilakukan dengan melalui hubungan
pekerjaan, karena meman anak laki-laki menggantikan pernan ayahnya,
jika suatu saat ayah itu meninggal san gay h sendiri dala memberikan
perintah pada anak brsifa lunak.

- poal interaksi antara ayah dan anak perempuan


ingteraksi ayah dan anak perempuan dal mpergaulannya agak formal
apalagi setelah anak perempuannya itu beranjak dewasa. Dalam
berkmunikasi, anak perem0puan biasa-biasa saja tetapi tidak sekrab ayah
dengan anak lki-laki. Jadi interaksi antara ayah dan anak permpuan akan
terajdi bila terjadi campur tangan ibu. Maka fakor dominan dalam
pembinaan keluarga adal sang ibu.

- pola intraksi antara ibu denagan anak laki-laki


pergaulan uibu dan anak-anaknya baik anak laki-laki maupun anak
perempuan, padaumumnya lebih dekat daripada ayahnya. Ibumengontgrol
dan mengurusi pakaian anaknyah dan menegur anaknya apabila berprilaku
tidak pada tempatnya, dengan demikian ibu merupakan sentral
perlindungan bagi anak-anaknya.

- poal intgerkasi ibu dengan nak perempuan


interaksi yang terjadi antara ibu dan anak permpuannya tidak hanya
masalah yangh gberhubungan dengan tugas pekerjaan perempuan, tetapi
jujga masalah-masalah pribadi. Pergaulan mereka saling emnngisi teman
bicara dalam menagatasi masalah. Perintagh-perintah dari sang ibu untuk
anak perempuannya, bias any secara otomatis sudah diketahui dan
dimengeri oleh sang anak perempuannya.

-pola interaksi antara saudara sekandung

antara sauadara sekandun harus saling mengasihi, masing-masing harua


tau kedudukannya sebagai saudara tua atau saudar muda, pergaulan
antagra saudarakandung lebih akrab karena mereka sering ada dirumah,
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 10
khusunya perempuan. Menyangkut pla interaksi antara kaka permempuan
dan adik laki-laki biasanya saling bekejasama.

4. Upaya-upaya keluarga meningkakan kualitas SDM

- menumbuhkansikap mandiri
- memupuk kreatifitas
- Upaya penanaman disiplin
C keluarga dan fungsinya dalam menigkatgkan kualitas SDM

1. fungsi pendidkan
dalam bikdang pendidiakn peranan keluarga merupakan sumber utama
karena segala pengetahuan dan kecerdasan maniusia diperoleh pertma-
tama dari orang tua dan dari anggota keluarga iu sendiri, fungsi
pendidiakan keluarga diserahkan pada lembaga-lembaga sekolah sehingga
tugas orang tua dalam memberiakn peningkatan mutu sumberdaya anak
sedikit mengalami keringanan. Keluarga berfungsi sebagai tugas
pendidiakn dalam lingkungan masyarakat. Fungsi pendidikan dalam
meningkagkatkan kualitas SDM, memberikan suatu gambaran bahwa
anak-anak dalam menyesuaikan tugasnay slalu bertanya pada orang tua.
Dalam hal [eningakatan mutu belajar anak cukup diberikan motivasi pada
anak untuk memajukan kualitas sumber daya keluarga. Penagturan jam
belajar pada anak jals memberikan suatu peningkatan kualitas SDM,
pendidiakn yang dialakukan dalam anggota keluarga adal hpendidian
rohani, sopan santun, penanaman nilai kepribadian dan jika sudah
memasuki usia sekolah system pengajaran dan pendidiakan berubah
bahkan ditambah dengan pengetahuan umum.

Dalam kelaurga itulah yang lebih banyak memberikan pendidikan


dialkukan dengan kasih sayang, karena kasih sayang, merupakan proses
utama dalam menanam konsep budaya pada anak sebagai mahluk sosial.

2. fungsi sosial
dalam fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya
bekal dengan memprekenalkan nilai-nilai dan sikap yang dianut oleh
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 11
masyarakat. Fungsi sosial dalam keluarga, khususnya dalam pergaulan
anak dengan orang tua sangat karab. Dimana keluarga merupakan lembaga
untuk menanamkan dan melestarikan norma-norma sosial. Maka, fungsi
sosial dalam keluarga harus benar-benar diterapkan guna memberikan
bekal pada anak dimasa depan.

Fungsi sosial dalam keluarga, dalam proses sosialisasi antara keluarga


dengan masyarakat dilingkungan sekitarnya selalu dijalankan sesuai
dengan pola tingkah laku peranan yang telah diwariskan pada anaknya,
dan merupakan naluri manusia sejak dilahirkan untuk bergaul dan
memenuhi kebutuhan untuk hidup bersama dengan lingkungan sekitarnya.

3. funsi ekonomi.
Dalam keluarga mereka berusaha melengkapi kebutuhan jasmani, dimana
keluarga (orang tua) dituntut untuk berusaha agar naggota keluarganya
mendapat perlengkapan jasmaniah, baik yang bersifat umum maupun
individu. Perlengapan jasmani yang bersifat umum misalnya kursi, meja,
tmapt tidur, lampu dan lain-lain. Sedangkna jasmani yang bersifat individu
misalnya alat sekolah, perelngkapan belajar, pakaian dan sebagainya.
Disamping itujuga digolongkan sebagai perlengkapan jasmani yaitu
permainan anak. Permainan anak ini memiliki nilai-nilai pada anak untuk
mengemvangkan daya ciptanya disamping sebagai alat rekreasinya. Salah
satu cara yang paling positif yang dikembangkan pada anak sebagi fungsi
ekonomi keluarga adalah mendewasakan anak dengan cara menganjurkan
menabung. Cara menabung ini merupakan kebiasaan untuk memberi arah
dalam meningkatkan mutu SDM. Fungsi keluarga dalam bidang ekonomi
memberikan suatu gambaran bahwa dalam pencarian nafkah hidup
keluarga sangat memberikan arti dalam kelangsungan hidup dan
peningkatan kualitas SDM.

4. fungsi keagamaan
fungsi agama dalam keluarag dilakukan oleh orangtua sewaktu-waktu
dengan membiasakan anak bertingkah laku sesuai dengan apa yang

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 12
diajarkan oleh agama. Fungsi agama dalam suatu keluarga jelas akan
membantu anak dalam kehidupan kelak. Pendidikan agama ditujukan
dalam pembimbingan keluarag akeraha kedewasaan, supaya anak
memperolah keseimbangan antara ketakwaan, budi luhur serta dapat
diwujudkan secara seibang anatar jasmani dan rohani.

Dengan demikian maka penanaman nilai agama erat kaitannya dengan


aspek lain. Pendidikan agam dapat dijadikan fundamen atau dasar mental
bagi anak dan menjadi bagian dalam berfikir dan bersikap pada semua
aspek kehidupan yang dihadapi anak. Namun demikian perlu disadari
bahwa masa depan anak tidak hanya memerlukan mentalitas religius
semata, ia juga perlu keterampilan serta kecakapan dalam penciptaan
kualitas SDM.

Dengan demikian maka pendidikan agama pada anak sangat cocok


dikembangkan dari dalam keluarga melaui panutan orangtua dalam
kehidupan sehari-hari. Ajarn agama lebih tertanam dalam diri anak yang
mempunyai orangtua yang hidup dalam suasana keagamaan. Bagimanapun
juga, bila dalam keluarga terdapat suasana kekeluargaan dan keagamaan
dan hidup dengan penuh dengan kasih sayang seta menjaga sopan santun,
ini akan membentuk pribadi anak yang baik.

5. fungsi kebudayaan.
Dalam fumgsi kebudayaan ini, keluarga merupakan eksponen dari
kebudayaan masyarakat. Oleh sebab itu keluarg menjadi posisi kunci
dalam penerimaan kebudayaan. Keluarga sebagi jenjang dan perantara
pertama dalam transmisi kebudayaan.

Salah satu contoh peningkatan sumberdaya manusia dalam keluarga pada


anaka dalah dengan mengikuti kursus-kursus. Hal ini memberikan
gambaran lain penggunaan alat atau media dalam belajar. Sudah banyak
fasilitas yang memungkinkan dan memenuhi syarat belajar. Bahkan dalam
beberapa keluarga sudah memakai alat elektronik dalam belajarnya.
Apabila system budaya belajar masih bersifat tradisional yaitu dengan
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 13
menggunakan media apa adanya, maka tetap penanaman budaya belajar
terhadap anak terus dilestarikan dan tetap berjalan sesuai dengan budaya
dan adat istiadat yang berkembang. Fungsi budaya dalam keluarga
memberikan andil besar dalam peningkatan kualitas SDM, hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya kebiasaan anak dalam melakukan
penyumbangan bencana alam, maupun penyumbangan pembangunan
rumah-rumah ibadah.

6. fungsi kesehatan.
Fungsi keluarag dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses untuk
menciptakan kondisi yang sehat dakam keluarga. Hal ini memberi arti
bahwa fungsi kesehatan bagi keluarga itu sangat dibutuhkan. Sebab
manakala dalam keluarga itu menyadari penting daripada kesehatan, mak
jelas dalam peningkatan SDM itu akan terjamin pelaksanaannya. Oleh
karena itu, fungsi kesehatan dalam keluarga merupaka fungsi yang sangat
besar, karena dalam peningkatan SDM terutama sekali ditingkatkan atau
dibanguan adalam kesehatan keluarga.

Pengembangan kesehatan demi meningkatakan SDM memerlukan proses.


Proses ini jelas ada dasar-dasarnya untuk mengarah pada kesehatan. Dasar
utama dari sumberdaya tiu sendiri harus sehat jasmani maupun sehat
rohani, sehingga input informasi dan upaya dalam meningkatkan SDM
dapat diserap dan dikembangkan. Sebab jika SDM itu sendiri tidak sehat,
jelas akan sulit dikembangkan kemampuan berfikir dan daya nalatnya.
Peningkatan SDM melalui kesehatan ini perlu dipersiapkan sejak awal
karena kesehatan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber
daya keluarga.

Peningkatan fungsi kesehatan ini dapat dilakukan melaui Upaya


pembinaan, terutama bagi para petugas kesehatan tradisional salah satu
contohnya dukun bersalin.

D. peningkatan kualitas SDM melalui pembinaan keluarga.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 14
Dalam pemahaman keluarga terhadap peningkatan kualitas SDM,
meberikan gambaran bahwa peningkatan mutu SDM itu adalah sangat
perlu dan sangat penting untuk dapat dikembangkan dalam keluarga.
Sebab, peningkatan kualitas SDM secara umum, kunci pokoknya adalah
peningkatan sumber daya keluarga.

Keluarga sebagai modal dasar dalam peningkatan mutu sumber daya


manusia tentu akan memberikan perkembangan dalam memahami sumber
daya manusia itu. Pemahaman terhadap peningkatan SDM itu dapat diartikan
bahwa keluarga itu adalah sebagai pelindung dan sekaligus wahana dalam
pembentukan kepribadian anak yang nantinya anak merupakan penerus
apakah terjadi kemajuan dalam kualitas SDM nya atau malah sebaliknya.
Peran orang tua sebagai model, tentunya menjadi faktor utama dalam hal ini.

Pembinaan yang bisa dilakukan dalam meningkatkan sumber daya


manusia keluarga ini dapat dicapai dengan adanya penanaman budi pekerti,
kreatifitas dan rasa disiplin. Pembinann ini terutama dilakukan sejak anak usia
pra sekolah, karena manakal pembinaan itu mengalami kematangan, ini akan
memberi nilai tambah dalam keluarga terutama dalam peningkatan mutu
keluarga.

Pembinaan anggota keluarga (anak), dimulai dari pembinan mentalitas.


Karena perkembangan mentalitas ini akan dapat mempengaruhi segala
aktivitas, baik keterampilan, pendidikan, pergaulan, maupun aktivitas lain
yang dapat menumbuhkan kemandirian. Pembinaan ini tentunya harus juga
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Sedangkan untuk pembinaan moral, itu dapat dicapai melalui suri tauladan
orangtua dan pendidikan moral seperti, mengandakan hubungan interaksi
antara orangtua dan anak. Dongeng-dongeng yang menceriterakan tetang
kesatriaan dan berbudi pekerti luhur juga dapat digunakan dalam proses
pembinaan sikap terhadap anak.

E. peningkatan kualitas SDM melalui pendayagunaan fungsi keluarga.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 15
A. Lansia
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam
mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan
yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN 1998).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami
proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya
tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi,
penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber
daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa
kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban
keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan
satu kelompok sosial sendiri.
WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu :
 Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun,
 Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
 lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
 usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
B. Status Kesehatan Lansia
Kesehatan dan status fungsional seorang lansia ditentukan oleh resultante
dari faktor–faktor fisik, psikologik dan sosio-ekonomik. Faktor-faktor
tersebut tidak selalu sama besar peranannya sehingga selalu harus diperbaiki
bersamaan dengan perawatan pasien secara menyeluruh. Di negara - negara
sedang berkembang faktor sosio-ekonomik/finansial hampir selalu
merupakan kendala yang penting.
Pada umumnya perjalanan penyakit lansia adalah kronik (menahun),
diselingi dengan eksaserbasi akut. Selain dari pada itu penyakitnya bersifat
progresif dan sering menyebabkan kecacatan (invalide) yang lama sebelum

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 16
akhirnya penderita meninggal dunia. Penyakit yang progresif ini berbeda
dengan penyakit pada usia remaja/dewasa yaitu tidak memberikan proteksi
atau imunitas tetapi justru menjadikan orang lansia rentan terhadap penyakit
lain karena daya tahan tubuh yang makin menurun
Dari pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50
tahun terakhir ini dianggap sebagai penyebab nomor satu terjadinya
morbiditas dan mortalitas. Untuk orang–orang lanjut usia (lansia) memang
prevalensi dan akumulasi penyakit kronik meningkat. Hal ini mungkin
disebabkan oleh menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres,
termasuk stres terhadap penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan
persepsi terhadap penyakit juga berkurang. Berbagai penyakit kronik yang
dialami pasien lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul berbeda
dengan masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas,
manifestasi klinis juga tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan
oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh terhadap penyakit–
penyakit tersebut.
Salah satu penyakit yang sering diderita orang–orang lansia yaitu
anemia dan ini merupakan kelainan hematologi yang paling sering dijumpai
pada lansia. Penyebab anemia yang paling sering pada lansia yaitu penyakit
kronik dan defisiensi besi. Anemia sebenarnya bukanlah merupahkan
diagnosa akhir dari sesuatu penyakit akan tetapi merupakan hasil dari
berbagai gangguan dan hampir selalu membutuhkan evaluasi lanjutan atau
boleh juga dikatakan bahwa anemia merupakan salah satu gejala dari sesuatu
penyakit dasar. Ada juga yang mengatakan bahwa anemia merupakan
ekspresi kompleks gejala klinis suatu penyakit yang mempengaruhi
mekanisme patogenesis gangguan eritropoesis (produksi eritrosit),
perdarahan, atau penghancuran eritrosit. Insidensi anemia bervariasi tetapi
diperkirakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana
prevalensi tertinggi berada di negara–negara sedang berkembang.
Anemia merupakan salah satu gejala sekunder dari sesuatu penyakit pada
lansia. Anemia sering dijumpai pada lansia dan meningkatnya insidensi

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 17
anemia dihubungkan dengan bertambahnya usia telah menimbulkan spekulasi
bahwa penurunan hemoglobin kemungkinan merupakan konsekuensi dari
pertambahan usia. Tetapi ada 2 alasan untuk mempertimbangkan bahwa
anemia pada lansia merupakan tanda dari adanya penyakit, yaitu:
1. Kebanyakan orang–orang lansia mempunyai jumlah sel darah merah
normal, demikian juga dengan hemoglobin dan hematokritnya,
2. Kebanyakan pasien – pasien lansia yang menderita anemia dengan
hemoglobin < 12 gr / dL, penyakit dasarnya telah diketahui.
Dari beberapa hasil studi lainnya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada
laki–laki lansia adalah 27–40% dan wanita lansia sekitar 16–21%.
Sebagai penyebab tersering anemia pada orang–orang lansia adalah anemia
penyakit kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia
defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainnya yaitu defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat, perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik.
Meningkatnya perasaan lemah, lelah dan adanya anemia ringan janganlah
dianggap hanya sebagai manifestasi dari pertambahan usia. Oleh karena
keluhan-keluhan tersebut di atas merupakan gejala telah terjadinya anemia
pada lansia. Selain gejala–gejala tersebut di atas, palpitasi, angina dan
klaudikasio intermiten juga akan muncul oleh karena biasanya pada lansia
telah terjadi kelainan arterial degeneratif. Muka pucat dan konjungtiva pucat
merupakan tanda yang dapat dipercayai bahwa seorang lansia itu sebenarnya
telah menderita anemia.
Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan
penyembuhan penyakit akan semakin lama. Yang mana ini nantinya akan
membawa dampak yang buruk kepada orang–orang lansia. Dari suatu hasil
studi dilaporkan bahwa lansia yang menderita anemia oleh karena penyakit
infeksi mempunyai resiko kematian lebih tinggi. Penelusuran diagnosis
anemia pada lansia memerlukan pertimbangan kliniS tersendiri. Dari evaluasi
epidemiologis menunjukkan walaupun telah dilakukan pemeriksaan yang
mendalam, ternyata masih tetap ada sekitar 15–25% pasien anemia pada
lansia yang tidak terdeteksi penyebab anemianya.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 18
C. Pengertian Anemia
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan
untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah
merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer,
2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit)
per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau
gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotifiologis yang mendasar yang
diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi
laboratorium.
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara
fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkut oksigen ke jaringan.

D. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau


kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini
dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 19
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik
atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤
1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada klien disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 20

kerja jantung meningkat

payah jantung

E. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi,
folic acid,
5. piridoksin, vitamin C dan copper

F. Klasifikasi anemia
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah
merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
a. Anemia aplastik
Penyebab:
 agen neoplastik/sitoplastik
 terapi radiasi
 antibiotic tertentu
 obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
 benzene
 infeksi virus (khususnya hepatitis)
Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang,
Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler

Gangguan sel induk di sumsum tulang

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 21
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai

Pansitopenia

Anemia aplastik
Gejala-gejala:
 Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
 Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan
saluran
 cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
 Morfologis: anemia normositik normokromik
b. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
 Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
 Hematokrit turun 20-30%
 Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
 Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah
merah
 maupun defisiensi eritopoitin
c. Anemia pada penyakit kronis http
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan
anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan
ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis
rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai
keganasan
d. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
 Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil,
 menstruasi
 Gangguan absorbsi (post gastrektomi)

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 22
 Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis,
varises
 oesophagus, hemoroid, dll.)
gangguan eritropoesis

Absorbsi besi dari usus kurang

sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin

Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
 Atropi papilla lidah
 Lidah pucat, merah, meradang
 Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
 Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
e. Anemia megaloblastik
Penyebab:
 Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
 Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor ( gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.
Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 23
2. Anemia hemolitika
Anemia hemolitika yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:

a. Pengaruh obat-obatan tertentu


b. Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik
c. Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
d. Proses autoimun
e. Reaksi transfusi
f. Malaria
Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
G. Tanda dan Gejala
1. Lemah, letih, lesu, lelah dan lalai
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat, penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia
H. Kemungkinan Komplikasi yang muncul
Komplikasi umum akibat anemia diantaranya adalah:
 gagal jantung,
 parestisia dan
 kejang
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 24
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
(Sjaifoellah, 1998).
I. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang :
1. Transpalasi sel darah merah.
2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.

3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan


oksigen.

5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.

6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.

Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :


1. Anemia defisiensi besi: Mengatur makanan yang mengandung zat besi,
usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.
2. Pemberian preparat fe
a. Ferrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
b. Feroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
3. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
4. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral

5. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan


pemberian cairan dan transfusi darah.

J. Pemeriksaan Khusus dan Penunjang


Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 25
 Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah
putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin
B12, hitung trombosit,
 waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
 Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
 Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta
 sumber kehilangan darah kronis.
K. Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi
Diagnosa keperawatan dan masalah kolaborasi yang mungkin muncul:
1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
inadekuat intake makanan.
3. Kurang pengatahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang
informasi.
4. Resiko Infeksi. Faktor resiko pertahanan sekunder tidak adekuat
(penurunan Hb)
5. perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb,
penurunan
6. konsentrasi Hb dalam darah.
7. Deficit self care b.d kelemahan
8. Resiko jatuh
9. PK anemia

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 26
A. Perencanaan Keperawatan
N Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
o
1. Intoleransi aktifitas Klien dapat mentoleransi Toleransi aktivitas
b.d aktivitas & melakukan 1. Menentukan penyebab 1. Menentukan penyebab dapat
ketidakseimbangan ADL dgn baik intoleransi aktivitas & membantu menentukan
suplai dan kebutuhan  Berpartisipasi dalam menentukan apakah penyebab intoleransi
oksigen aktivitas fisik dgn TD, dari fisik, psikis/motivasi
HR, RR yang sesuai 2. Kaji kesesuaian aktivitas & 2. Terlalu lama bedrest dapat
 Menyatakan gejala istirahat klien sehari-hari member kontribusi pada
memburuknya efek dari 3. Tingkatkan aktivitas secara intoleransi aktivitas
OR & menyatakan bertahap, biarkan klien 3. Peningkatan aktivitas
onsetnya segera berpartisipasi dalam perubahan membantu mempertahankan
 Warna kulit normal, posisi, berpindah & perawatan kekuatan otot, tonus
hangat&kering diri

 Memverbalisasikan 4. Pastikan klien mengubah posisi 4. Bedrest dalam posisi

pentingnya aktivitas secara bertahap. supinasi menyebabkan

secara bertahap volumeplasma→hipotensi

 Mengekspresikan postural & syncope


Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 27
pengertian pentingnya 5. Monitor gejala intoleransi 5. TV & HR respon terhadap
keseimbangan latihan & aktivitas ketika membantu klien ortostatis sangat beragam
istirahat berdiri, observasi gejala
 toleransi aktivitas intoleransi spt mual, pucat,
meningkat pusing, gangguan kesadaran &
tanda vital 6. Ketidakaktifan berkon-tribusi
6. Lakukan latihan ROM jika terhadap kekuatan otot &
klien tidak dapat menoleransi struktur sendi
aktivitas
2. Ketidakseimbangan Status nutrisi Therapi gizi
nutrisi kurang dari  Pemasukan yang adekuat 1. Monitor masukan cairan dan 1. Mengantisipasi kekurangan
kebutuhan tubuh b.d  Tidak ada tanda-tanda makanan dan hitung kalori gizi
inadekuat intake malnutrisi 2. berikan PenKes tentang
makanan.  Membran konjungtiva pentingnya gizi 2. Meningkatkan pengetahuan
dan mukosa tidak pucat ps dan keluarga tentang

 Nilai Lab.: makanan yang diperlukan

 Protein total: 6-8 gr% klien untuk memenuhi


persyaratan gizi
 Albumin: 3.5-5,3 gr %
3. Mencegah konstipasi atau
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 28
 Globulin 1,8-3,6 gr % 3. Pastikan diet gizi serat dan sembelit, Mencegah
 HB tidak kurang dari 10 buah-buahan yang cukup penurunan nafsu makan
gr % 4. *pantau lab jika perlu 4. Penanda pemenuhan keb.gizi
 makanan dengan tepat 5. Mencegah terjadinya gizi
5. *evaluasi tanda-tanda buruk
kekurangan gizi
3 Kurang Pengetahuan tentang 1. Jelaskan tentang proses penyakit 1. Meningkatan pengetahuan
pengatahuan penyakit, Pengetahuan 2. Jelaskan tentang program dan mengurangi cemas
berhubungan tentang anemia pengobatan dan alternatif 2. Mempermudah intervensi
dengan  Ps mampu menjelaskan pengobantan
kurang informasi. kembali tentang proses 3. Jelaskan tindakan untuk
penyakit, mengenal mencegah komplikasi 3. Mencegah keparahan
kebutuhan perawatan 4. Tanyakan kembali penge-tahuan penyakit
dan pengobatan tanpa ps tentang penyakit, prosedur 4. Mereview
cemas prwtn dan pengobatan

4. Resiko infeksi Kontrol infeksi dan kontrol Manajemen Infeksi :


resiko 1. Tingkatkan upaya pencegahan  mencegah infeksi
 Bebas dari tanda-tanda (cuci tangan semua orang yg nasokomial

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 29
infeksi b.d Ps termasuk kliennya
 Angka leukosit normal sendiri setiap kali akan
 Ps mengatakan tahu melakukan aktifitas untuk
tentang tanda-tanda membantu ps
infeksi 2. Auskultasi bunyi nafas  Ronki mengidentifikasi
 Tidak ada ulkus/luka adanya akumulasisi secret
atau berkabut. yang mungkin b.d
pneumonia / bronchitis
3. Lakukan perubahan posisi dan  Membantu dalam
anjurkan ps untuk batuk memventilasikan semua
efektif/nafas dalam jika ps derah paru dan
sadar dan kooperatif memobilisasikan secret,
mencegah secret tidak statis
dg terjadinya peningkatan
terhadap resiko infeksi

Kontrol infeksi : 1. Mencegah infeksi sekunder


1. Batasi pengunjung 2. Meningkatkan daya tahan
2. Tingkatkan masukan gizi tubuh
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 30
yang cukup 3. Membantu relaksasi dan
membantu proteksi infeksi
3. Anjurkan istirahat cukup 4. Meningkatkan pengetahuan
klien

4. Berikan PenKes tentang risiko


infeksi

5 Deficit self care b.d Perawatan diri: (mandi, Membantu perawatan diri klien ADL berpakaian
kelemahan berpakaian), 1. Tempatkan alat-alat mandi Mempermudah jangkauan
 Tubuh bebas dari bau disamping TT klien 1. Melatih kemandirian
dan menjaga keutuhan 2. Libatkan keluarga dan klien
kulit 3. Berikan bantuan selama klien 2. Meningkatkan kepercayaan
 Menjelaskan cara 4. masih mampu mengerjakan 3. Memudahkan intervensi
mandi dan berpakaian sendiri
secara aman 5. Informasikan pd klien dlm 4. Melatih kemandirian
memilih pakaian selama
perawatan
6. Sediakan pakaian di tempat 5. Menghindari nyeri bertambah
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 31
yg mudah dijangkau
7. Bantu berpakaian yg sesuai 6. Memberikan kenyamanan
8. Jaga privacy, berikan pakaian 7. Memberikan kepercayaan diri
pribadi yg digemari dan sesuai klien

6 PK : Anemi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Nilai tanda-tanda vital yang
perawatan perawat dapat (RR, P, BP, T) bergeser dari normal
mengatasi atau mengurangi mengindikasikan
komplikasi anemia Kriteria ketidaknormalan fungsi
hasil : homeostasis tubuh
1. Hb > 10 g% 2. Dengan mengetahui jumlah.
2. Konjungtiva tidak anemis 2. Monitor perdarahan (jumlah, Jenis dan warna perdarahan
3. TTV dalam batas normal jenis, warna) dapat menentukan tindakan
4. Nutrisi adekuat penanganan secara tepat
5. Tidak letargi 3. Keseimbangan cairan dalam
tubuh harus dipertahankan
3. Monitor keseimbangan cairan, untuk mencegah kondisi klien
pantau intake dan output. jatuh ke kondisi shock
4. Nilai Hb dipantau untuk
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 32
mengetahui adanya
4. Lakukan kolaborasi perdarahan atau kekurangan
pemeriksaan kadar Hb darah
5. Tranfusi darah merupakan
penanganan efektif dalam
5. Kolaborasi pemberian tranfusi meningkatkan Hb
darah 6. Tanda-tanda shock harus
diketahui sebagai tindakan
waspada dan preventif
6. Monitor kemungkinan terjadinya 7. Medikasi diperlukan untuk
shock karena perdarahan mengatasi masalah Anemi
klien
8. Berikan medikasi sesuai program 8. Diit tinggi protein mendukung
9. Anjurkan klien untuk diit adekuat sistem eritropoetin darah
: tinggi protein

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 33
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses


keperawatan), Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC,
Jakarta.

Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta

Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan


Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan
Klien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC,
Jakarta

McCloskey&Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classifications, Second


edisi, By Mosby-Year book.Inc,Newyork

NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification,


Philadelphia, USA University IOWA., NIC and NOC Project., 1991,
Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 34
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN.S KHUSUSNYA NY. K

DENGAN ANEMIA DI RT03 RW02 DESA SUDIMAMPIR KIDUL

KECAMATAN BALONGAN KABUPATEN INDRAMAYU

I. Data Umum

1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S

2. Nama pasien : Ny K

3. Umur : 65 tahun

4 Alamat : RT 03 RW 02 Desa Sudimampir kidul

5. Pekerjaan KK : Petani

6. Pendidikan KK : SD

7. Agama : Islam

8. Suku Bangsa : Jawa

9. Tanggal Pengkajian : 14 maret 2011

10. Komposisi Keluarga

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 35
N Nama L/P Hub dng Umur Tingkat Pekerjaan Agama ket
o KK
Pendidikan

1. Tn.S L KK 65 thn - Petani Islam

2. Ny. K P Istri 65 thn - IRT Islam

3. Ny.C L Anak 45 thn SD Tani Islam

4. Ny.N L Anak 41 thn SD IRT Islam

5. Tn .S L Anak 34 thn SD Swasta Islam

6. Ny.C L Anak 18 thn SD Tani Islam

7. Ny.D P Anak 11 SD - Islam

11. Genogram

Keterangan Gambar :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

------- : Tinggal dalam satu rumah

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 36
Keterangan keluarga :

Tn.S mempunyai seorang istri yang bernama Ny K.mempunyai 3 orang anak 1


perempuan 2 laki –laki mereka tinggal masih dalam satu rumah .anak 1 menikah
dengan Tn C mempunytai 2 orang anak dan semua tinggal di rumah Tn S

12. Tipe Keluarga : Keluarga extendidFamilly

13. Status Sosial Ekonomi Keluarga :

Tn.S dan semua ana dan menantunya adalah seorang petani yang bekerja sebagai
petani menggarap sawah dari orang tuanya.Penghasilan keluarga berasal dari
panennya 2 kali dalam setahun dengan berpenghasilan tidak tentu.

14. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Keluarga Tn. S dan Ny K dalam kebutuhan rekreasi hanya nonton TV dan


mendengarkan radio dan berkumpul dengan tetangga sekitarnya.

II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :


Keluarga dengan usia lansia

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi ;


Ny K sudah termasuk lansia

3. Riwayat keluarga inti


Tn. S dalam kondisi baik

Menurut klien kondisi kesehatannya dirasakan memburuk dalam satu


tahun terakhir, klien pernah dirawat dirumah sakit . Menurut dokter yang
mengobatinya, klien dikatakan kurang darah dan harus tambah darah.
Klien mendapat tranfusi 1 kantong darah. Dokter mengatakan mengenai
penyakitnya yaitu akibat kurang asupan nutrisi yang bergizi.

4. Riwayat keluarga sebelumnya


Tn. S mengatakan di puhak keluarganya tidak ada yang sakit seperti Ny. K

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 37
III. Pengkajian Lingkungan

1. Karakteristik Rumah

Denah Rumah : Keterangan :

1. Teras

4 3 2 2. Ruang Tamu

1 3. R.TV&Makan

6 4. Dapur

7 5 5. Kamar tidur

U 6. Kamar Tidur

7. Kamar mandi&WC

Keterangan :

Rumah milik sendiri, lantai rumah keramik, ventilasi cukup baik ,BAB dan
BAK di kamar mandi sendiri,biasa menggunakan air sumur buat masak dan mandi
didepan rumah tidak ada pembuangan sampah rumah tangga dan membuang
Sampah kesungai yang ada didepan rumahnya

2. Karakteristik tetangga dan komunitas

Rumah keluarga Tn.S dengan tetangga sekitar berdekatan ,antar tetangga saling
membantu dan mengenal satu sama lainnya

3. Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Ny. K untuk alat transfortasi bila bepergian Ny K mengandalkan anak


anaknya.

4. Perkumpulan dan interaksi dengan masyarakat


Tn. S dan NY K tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat

5. Sistem pendukung Keluarga

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 38
Jarak antara rumah keluarga Tn. S dengan Puskesmas pembantu kurang lebih 100
meter. Keluarga Tn.S memiliki kartu Askeskin ,NY K mengatakan kalau sakit
dibawa ke puskesmas.

IV. Struktur komuinikasi keluarga

1. Pola komunikasi keluarga


Komunikasi antar anggota keluarga Ny K sangat baik,yaitu berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa jawa.

2. Struktur kekuatan keluarga


Tn.S Sebagai pengambil keputusan dalam keluarganya

3. Struktur Peran
Tn.S berperan sebagai suami sangat dominan peranannya dalam keluarga dan
Ny. S sebagai ibu Rumah Tangga dan mengurus Suami dan rumah saja

4. Nilai atau norma keluarga


Keluarga Tn.S menganut Nilai dan norma budaya jawa namun demikian tidak
ada pantangan dengan nilai – norma kesehatan.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi biologis keluarga

a. Kebersihan perorang

keluarga Tn.S dan semua anggota keluargany mengatakan keluarganya mandi 2


kali sehari memakai sabun, mengosok gigi memakai pasta gigi dan juga
keramas menggunakan sampo paling sedikit 2 kali dalam satu minggu.

b. Penyakit yang sering diderita

Ny K mengatakan yang sering diderita adalah badan lemas dan kurang darah

c. Penyakit keturunan

keluarga mengatakan tidak ada penyakit keturunan

d. Penyakit kronis/menular
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 39
Keluarga Tn.S mengatakan tidak ada penyakit menular dalam anggota
Keluarganya

e. Kecacatan anggota keluarga

Keluarga Tn.S mengatakan tidak ada penyakit kecacatan dalam keluarganya

f. Pola makan

Ny. S mengatakan makannya sering telat

g. Pola istirahat

Keluarga istirahat jam 21.00 dan bangun tidur jam 04.30WIB

2. Fungsi psikologis keluarga

a. Keadaan emosi

Keadaan emosi keluarga Tn.S stabil

b. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan keluarga pada Tn.S diserahkan pada anak –


anaknya , tetapi juga kadang dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan
keluarga

c. Mencari pelayanan kesehatan

Biasanya anggota keluarga menggunakan obat warung dalam mencari

Pengobatan tetapi bila tidak kunjung reda pengobatan beralih ke puskesmas

2. Fungsi Sosialisasi

a. Hubungan antar keluarga

Keluarga Tn.S mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya cukup baik


dan tidak ada masalah.

b. Hubungan dengan orang lain

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 40
Hubungan keluarga Tn.S dengan tetangga lain cukup rukun,dan bila timbul
masalah antar tetangga dalam penyelesaiannya diselesaikan dengan baik

c. Kegiatan organisasi sosial

Keluarga Tn.S kurang aktif dalam kegiatan sosial masyarakat karena


kesibukannya sebagai petani

3. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga Tn.S khususnya Ny. S selalu disediakan makan oleh anaknya Tn.S
kalau ada keluarga nya ada yang sakit selalu diperiksakan ditempat pelayanan
kesehatan yang dekat rumahnya,sedangkan khususnya Ny. S mengatakan
belum mengerti tentang penyakit yang dideritanya,Ny K selalu menyebutkan
kalau kambuh badanya lemas dan kepalanya pusing.

4. Fungsi Reproduksi

Keluarga Tn.S mengatakan punya 3 anak dan 2 cucu yang tinggal dalam satu
rumah

5.Fungsi Ekonomi

Keluarga Tn.S mengatakan untuk memenuhi hidup keluarganya bekerja sebagai


petani dan keluarga Tn.S memanfaatkan sawah garapan yang dikasih sama
orang tuanya

VI Stress dan Koping Keluarga

1. Stres jangka panjang dan jangka pendek


Ny. K mengatakan saat sedang memikirkan penyakit yang diderita.

2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situassi / stressor


Keluarga Tn.S biasanya membicarakan masalah yang dimusyawarahkan dengan
anggota keluarga lainnya untuk mencari solusinya.

3. Strategi Koping yang digunakan


Keluarga Tn.S mengatakan tidak ada masalah tertentu yang sangat merisaukan.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 41
4. Harapan keluarga
Harapan keluarga Tn.S mengatahui tingkat kesehatan kelurganya dan
diharapakan lebih mngetahui tentang penyakit yang dialami oleh anggota
keluarganya dan kesehatan keluarga menjadi lebih baik.

5. strategi adaptasi disfungsisonal


VII. Pemeriksaan fisik

Pada Ny. K

TTV : TD : 120/70mmhg

N : 88 x/menit

S : 36 c

RR : 20 x / menit

a. Sistem kardio vaskuler


Inspeksi : keadaan umum terlihat baik,kesadaran komposmentis

Palpasi : tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran organ-

Organ tubuh

Perkusi : tidak ada suara redup,pekak atau suara abnormal

Auskultasi : irama jantung regular , dan tidak ada suara lain yang

menyertainya

b. Sistem pernapasan
Inspeksi : Dada kanan kiri terlihat simetris ,pergerakan otot dada ( - )

Palpalsi : Tidak ada pembesaran abnormal iktus cordis teraba

Perkusi : Suara kanan kiri sama dan seimbang

Auskultasi : suara pekak,redup,wheezing ( - )

c. Sistem integumen

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 42
Inspeksi : tekstur kulit elastis,bekas luka (-)

Palpasi : turgor kulit baik

d. Systim perkemihan
Ny. K mengatakan biasa buang air kecil dikamar mandi secara mandiri dengan
frekwensi 3-4x / hari

e. System musculoskeletal
ROM Ny. K baik ,kemampuan memegang kuat,otot kanan kiri sama
kuat,tidak ada kelainan tulang

f. System Endokrin
Ny. K mengatakan tidak menderita kencing manis,palpasi : tidak ada
pembesaran kelenjar

g. System imun
Ny. K mengatakan tidak pernah disuntuk imunisasi,sensitivitas terhadap zat
alergen ( - )

h. System Gasrointestinal
Ny. K mengatakan makannya tidak teratur kadang telat makan,ada gangguan
pada perutnya suka nyeri perut dan sakit.

i. System Reproduksi
Ny. K mengatakanbelum mempunyai anak pada hal tidak menggunakan alat
kontrasepsi dan sedang hamil 6 bulan

j. System Persyarapan
Keadaan status Ny. K baik dengan emosi stabil respon Ny. K terhadap
pembicaraan ( + ) ,kemampuan pendengaran baik,tidak ada kekakuan

k. System Penglihatan
Ny. K mampu melihat dengan baik ,mata kanan kirinya tidak ada gangguan
penglihatan

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 43
ANALISA DATA
MASALAH
DATA
KEPERAWATAN

SUBYEKTIF :
klien mengatakan badannya lemas, Intoleransi aktifitas
terkadang tidak kuat untuk berdiri dan berhubungan dengan nyeri
berjalan. dan keletihan
OBYEKTIF :
Keadaan umum klien terlihat lemah, lesu,
dan cepat lelah.
Nadi: 60x/menit RR: 20 X/mnt, tensi:
100/60 mmHg
SUBYEKTIF :
Klien mengatakan : kurang nafsu makan, Perubahan nutrisi : kurang
makan yang disediakan tidak pernah habis, dari kebutuhan
setelah makan 2-3 sendok, perut terasa berhubungan dengan intake
sakit dan terasa ingin muntah, Tidak adanya nutrisi yang tidak adekuat
nafsu makan ini sudah berlangsung sejak
klien pulang dari rumah sakit sampai
dengan sekarang. menurut klien dari
pertama masuk panti sampai sekarang BB
nya mengalami banyak penurunan, + 11 kg
OBYEKTIF:
Berat badan menurun ,klien terlihat lemah,
lesu, turgor kurang, kulit kering dan
anemis.
Porsi yang disediakan dimakan 2-3 sendok.
jenis bubur, tahu, sayur. Frekuensi 2x/hari

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 44
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH
1. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri dan keletihan
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 45
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Nama klien: Ny T
No Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Implementasi
1. Intoleransi aktifitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kesesuaian aktivitas & 1. Mengkaji pola istirahat,
berhubungan dengan keperawatan selama 4 hari istirahat klien sehari-hari aktivitas serta adanya
nyeri dan keletihan Klien dapat mentoleransi keletihan klien.
aktivitas & melakukan ADL 2. Tingkatkan aktivitas secara 2. Memotivasi klien untuk
secara bertahap dengan bertahap, biarkan klien meningkatkan aktivitas
kriteria hasil: berpartisipasi dalam secara bertahap, dan
klien dapat perubahan posisi, berpindah & bepartisipasi dalam perubahan
 Berpartisipasi dalam perawatan diri posisi, berpindah & perawatan
aktivitas fisik dgn TD, diri.
HR, RR yang sesuai 3. Monitor gejala intoleransi 3. Membantu klien
 Menyatakan gejala aktivitas ketika membantu merencanakan aktifitas sesuai
memburuknya efek dari klien berdiri, observasi gejala kemampuan klien dan
OR & menyatakan intoleransi spt mual, pucat, mengobservasi tanda-tanda
onsetnya segera pusing, gangguan kesadaran & intoleransi yang timbul saat
tanda vital beraktivitas.
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 46
 Warna kulit normal, 4. Bantu klien melakukan 4. Mendekatkan alat-alat
hangat&kering aktivitas sehari-hari sesuai keperluan klien, membantu
 Memverbalisasikan toleransinya klien melakukan aktivitas
pentingnya aktivitas 5. Lakukan latihan ROM jika sehari-hari sesuai toleransinya
secara bertahap klien tidak dapat menoleransi 5. Mengajarkan dan membantu
 Mengekspresikan aktivitas klien latihan ROM
pengertian pentingnya 
keseimbangan latihan &
istirahat
 toleransi aktivitas
meningkat

2. Perubahan nutrisi : Setelah dilakukan tindakan Therapi gizi


kurang dari kebutuhan keperawatan selama 4 hari 1. Monitor masukan cairan dan 1. Mengobservasi intake
berhubungan dengan Status nutrisi klien adekuat. makanan dan hitung kalori makanan dan cairan klien tiap
intake nutrisi yang Kriteria hasil: 2. Berikan PenKes tentang harinya.
tidak adekuat  nafsu makan klien pentingnya gizi 2. Memberikan penjelasan

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 47
meningkat tentang pentingnya nutrisi
 porsi yang disediakan yang adekuat bagi tubuh
habis terutama bagi klien yang
 klien makan 3 kali 3. Anjurkan klien makan porsi dalam kondisi sakit.
dengan kalori yang cukup kecil tapi sering 3. Menganjurkan klien makan
 Tidak ada tanda-tanda dalam porsi kecil namun
malnutrisi frekuensi sering, ditambah

 Membran konjungtiva makanan selingan.

dan mukosa tidak pucat 4. Ciptakan lingkungan tempat 4. Mengupayakan lingkungan


makan yang nyaman kamar senyaman mungkin
5. Kerjasama dengan petugas 5. Bekerja sama dengan petugas
panti mengenai diet dan menu panti dalam hal penyediaan
klien yang adekuat menu makanan klien sesuai
6. Berikan tablet tambah darah diet/kebutuhan nutrisi klien.
terapi herbal untuk mengatasi
masalah klien

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 48
CATATAN PERKEMBANGAN

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 49
No.
Tggl Implementasi EVALUASI
Dx
/Wa
Kep.
ktu
1. 1. Memotivasi klien S : klien mengatakan me-
untuk meningkatkan mahami pentingnya
aktivitas secara aktivitas secara berta-
bertahap, dan hap, klien mengatakan
bepartisipasi dalam posisinya di tempat
perubahan posisi, tidur sekarang tidak
berpindah & miring ke kiri terus,
perawatan diri. tapi miring kiri, telen-
2. Mendekatkan alat- tang dan kemudian
alat keperluan klien miring kanan pelan-
pelan. Belajar duduk
sendiri belum kuat.
O : untuk posisi telentang
dan miring ke kiri klien
dapat bertahan + 10
menit, nadi 92x/mnt RR
24x/mnt
A : masalah belum teratasi
P : bantu klien merenca-
nakan aktifitas sesuai
kemampuan klien dan
observasi tanda-tanda
intoleransi yang timbul
saat beraktivitas.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 50
2. 1. Mengobservasi intake S : klien mengatakan masih
makanan dan cairan terasa mual setiap kali
klien tiap harinya. makan
O : klien makan siang habis
2. Memberikan
5 sendok, klien dapat
penjelasan tentang
menyebutkan kembali
pentingnya nutrisi
fungsi makanan bagi
yang adekuat bagi
peningkatan
tubuh terutama bagi
kesehatannya
klien yang dalam
A : masalah belum teratasi
kondisi sakit.
P : Bekerja sama dengan
3. Menganjurkan klien petugas panti untuk
makan dalam porsi menyediakan makanan
kecil namun klien sesuai dietnya.
frekuensi sering,
ditambah makanan
selingan.

1.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 51
1. Membantu klien S : klien menyebutkan
merencanakan aktivitas yang telah
aktifitas sesuai direncanakan dari
kemampuan klien dan bangun tidur pagi
mengobservasi tanda- sampai tidur malam
tanda intoleransi O : klien melakukan
yang timbul saat aktivitas yang
beraktivitas. direncanakan seperti
memanfaatkan waktu
luang dengan duduk di
ruang tengah panti
berbincang-bincang
dengan teman panti
lainnya tanpa terlihat
kelelahan ataupun nyeri
A : masalah teratasi
sebagian
P : kerjasama dengan panti
membantu klien
melakukan AKS sesuai
toleransi klien

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 52
2. 1. Menganjurkan klien S : klien mengatakan makan
makan dalam porsi pagi habis ½ porsi ,
kecil namun makan siang ½ porsi
frekuensi sering, klien mengatakan mual
ditambah makanan berkurang
selingan. O : klien menghabiskan
makan siang ½ porsi
2. Mengupayakan
Klien makan 3 kali
lingkungan kamar
sehari
senyaman mungkin
A : masalah belum teratasi
3. Bekerja sama dengan P :motivasi klien untuk
petugas panti dalam makan dalam porsi
hal penyediaan menu kecil(1/3 porsi) namun
makanan klien sesuai frekuensi sering(5-6 x)
diet/kebutuhan nutrisi ditambah makanan
klien. selingan

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 53
1. Mengajarkan dan S : klien mengatakan
membantu klien memahami manfaat dan
latihan ROM cara melalukan latihan
ROM
klien mengatakan
mengerti tentang
pentingnya
keseimbangan latihan &
istirahat
O : klien dapat
menyebutkan manfaat
latihan ROM, klien
menunjukkan partisipasi
dalam melakukan
latihan ROM
Nadi 80x /mnt RR 20
x/mnt post latihan ROM
A : masalah teratasi
sebagian
P : kerjasama dengan
petugas panti dalam hal
upaya meningkatkan
toleransi aktivitas klien.

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 54
2. Mengobservasi intake S : klien mengatakan
makanan dan cairan kadang-kadang masih
klien mual/hilang timbul

 nafsu makan klien O : keadaan umum klien


meningkat lemah, kesadaran CM.
klien terlihat lesu, dan
 porsi yang
lemas. Konjunctiva
disediakan habis
anemis, kulit dan kuku
 klien makan 3 kali sedikit pucat.
dengan kalori yang klien makan 3x/hari ½
cukup porsi, makanan
lunak/bubur, lauk dan
 Tidak ada tanda-
sayur. Ngemil makanan
tanda malnutrisi
kecil(biscuit, kue.dll) 1
 Membran potong 2-3x/hari minum
konjungtiva dan air putih dan teh +
mukosa tidak pucat 1ltr/hr
A : masalah belum teratasi
P : Kerjasama dengan
pendamping wisma
untuk memantau
kebutuhan nutrisi klien
serta BB klien setelah 1
– 2 bulan
1.

Indramayu, april 2011


Mahasiswa

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 55
________________________
jaja

MATERI PENYULUHAN NUTRISI PADA LANSIA

1. Pengertian Nutrisi
Ikatan kimia yang diperlukan oleh tubuh untuk menghasilkan energi dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses kehidupan.

2. Tujuan Nutrisi
- Memberikan zat besi yang cukup bagi kebutuhan hidup.
- Mendidik kebiasaan makan yang baik.
3. Macam-Macam Makanan
a. Hewani

- Daging Sapi
- Daging Ayam
- Makanan Laut
- Telur
- Keju
- Susu
b. Nabati

- Roti - Bayam
- Wortel - Kacangan
- Kentang - Jagung
- Buah-Buahan - Tomat
- Apel - Jeruk

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 56
- Pisang dan dll

4. Menu Makanan Pada LANSIA

pagi siang sore

Susu,nasi,sayur sneck Susu,sayur


sop,buah - buahan bayam,telot,buah
-buahan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah Perawatan : Nutrisi pada lansia

Pokok Bahasan : Nutrisi pada lansia

Waktu : 10 menit

Hari/tanggal : kamis , 07 april 2011

Tempat : Rumha Tn S

Sasaran : Keluarga Tn. S

I. Tujuan Intruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan selama 10 menit sasaran mampu memahami
tentang masalah kebutuhan nutrisi pada lansia

II. Tujuan Intruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 10 menit sasaran dapat :

- Menjelaskan tentang pengertian Nutrisi


- Menjelaskan tujuan Nutrisi
- Menyebutkan macam-macam makanan yang dikonsumsi
- Menyebutkan macam-macam menu makanan untuk lansia
III. Materi Penyuluhan
1. Pengertian Nutrisi

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 57
2. Tujuan Nutrisi
3. Macam-macam makanan yang dikonsumsi
4. Menu makanan
IV. Kegiatan Pembelajaran
1. Metode
Ceramah dan tanya jawab

2. Langkah-Langkah Kegiatan
a. Pra kegiatan pembelajaran
- Mempersiapkan ruang dan media
- Memberi salam dan pengenalan
- Kontak waktu
b. Kegiatan membuka pembelajaran
- Menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas
- Menjelaskan tujuan pembelajaran
- Apensepsi
c. Kegiatan Inti
- Sasaran memperhatikan dan menyimak penjelasan penyuluhan
tentang pengertian nutrisi
- Sasaran memberikan tanggapan dan pertanyaan tentang materi
yang diberikan
- Sasaran memberikan ulasan dan jawaban penyuluhan
d. Kegiatan Penutup
- Sasaran menjawab pertanyaan yang penyuluh berikan sebagai
evaluasi
- Sasaran dan penyuluhan menyimpulkan masalah yang telah
disampaikan
- Memberikan salam
V. Media dan Sumber
Media : Leaplet dan clip chart

Sumber : Arif Mansjoer, Kapitaliselekta. Jilid 2

Jakarta : Media Aesculaplus, 2002

Asuhan Keperawatan Gerontik


Page | 58
Asuhan Keperawatan Gerontik
Page | 59

Anda mungkin juga menyukai