Anda di halaman 1dari 8

BRIDGING SEBAGAI STRUKTUR KESANTUNAN BERBAHASA

DALAM MEDIA SOSIAL WHATSAPP

Vina Siti Sri Nofia (63718027)


Nurin Fadhila Fasya (63718029)
Desti Nuryuliyanti Dewi (63718035)
Faza Najmi Tsaniya (63718036)
Husnun Habibah (63718039)

SASTRA INGGRIS 2018


UNIKOM, BANDUNG
vinasrinovia88@gmail.com
nurinfadhilafasya@gmail.com
destinuryuliyanti@gmail.com
fazants02@gmail.com
husnunhabibah25@gmail.com

ABSTRAK

Internet merupakan sebuah jaringan tak terbatas yang dapat memudahkan kegiatan setiap orang
diseluruh dunia. Salah satu kelebihan intenet adalah untuk memudahkan komunikasi jarak jauh.
Sebelumnya, kita melakukan komunikasi jarak jauh melalui SMS atau telegram. Salah satu
fitur dalam internet adalah chatting dan salah satu platform chatting yang saat ini sedang
popular adalah WhatsApp. WhatsApp menjadi salah satu cara berkomunikasi yang banyak
digunakan masyarakat saat ini dengan berbagai macam alasan. Beberapa alasan penutur dan
petutur yang lebih memilih menggunakan WhatsApp tersebut antara lain untuk menghemat
waktu ,biaya dan tenaga. Ada juga faktor lain yang mempengaruhi, seperti menghindari
pembicaraan langsung dengan lawan bicaranya karena ada faktor yang melatarbelakanginya,
seperti perasaan malu, takut, segan, sehingga lebih memilih menggunakan WhatsApp daripada
langsung berbicara dengan yang bersangkutan. Penggunaan WhatsApp sebagai alat komunikasi
ini dapat dikaji dalam sebuah kajian sosiolinguistik di mana dalam suatu komunikasi, terdapat
elemen-elemen yang mempengaruhi baik secara langsung ataupun tidak terhadap penutur dan
petuturnya Seiring berkembangnya teknologi, penggunaan WhatsApp menimbulkan bentuk
komunikasi baru karena menggunakan media yang baru daripada sebelumnya. Adapun faktor
sosial yang mempengaruhi bentuk percakapan di WhatsApp adalah ekonomi, budaya, faktor
usia dan juga latar belakang pendidikan. Dengan adanya faktor tersebut kita dapat menganalisis
kesantunan dalam bahasa yang terjadi di WhatsApp. Bridging atau ungkapan awal sebagai
penghubung komunikasi yang digunakan oleh penutur dan petutur dibentuk sebagai alat pagar
kesantunan. Penggunaan bridging ini dapat memunculkan pemahaman yang selaras antara
penutur dan petutur baik dari topik yang dibicarakan dan hasil pembicaraan.

Kata kunci : bridging, kesantunan, Whatsapp, komunikasi, sosiolinguistik.

PENDAHULUAN

Penelitian ini dilatarbelakangi atas rasa ketertarikan terhadap penelitia sebelumnya mengenai
“Bridging sebagai alat pagar kesantunan berbahasa dalam media SMS” yang dilakukan oleh
Asih Prihandini dan Juanda (2014). Komunikasi merupakan aktivitas sosial yang selalu
dilakukan oleh setiap manusia. Saat ini komunikasi dapat dilakukan dengan mudah berkat
teknologi internet, salah satunya melalui platform percakapan Whatsapp. Dengan adanya
internet,proses komunikasi yang dilakukan menjadi lebih cepat dan praktis. Ketika seseorang
menyampaikan maksud atau pesan, tentu saja ada etika atau kesantunan yang dituntut sehingga
terjalin sebuah interaksi yang komunikatif dan saling menyenangkan. Komunikasi bisa
berlangsung antara teman sebaya, orang tua, bawahan dan atasan atau sebaliknya, Kemahiran
mengemas sebuah bahasa merupakan faktor penting bagi seorang penutur agar petutur merasa
dihargai. Kesantunan dalam berbahasa juga merupakan faktor penting dalam berkomunikasi
supaya terjalin komunikasi yang baik. Kesantunan berbahasa bisa melalui bahasa lisan ataupun
tulis. Bahasa lisan maupun tulis bisa dalam ragam formal maupun nonformal. Media yang
digunakan untuk berkomunikasi tersebut bisa dengan beraneka ragam fasilitas. Bisa melalui
telepon, telegraf, atau dengan media internet seperti WhatsApp. Media WhatsApp sebetulnya
untuk kelompok tertentu dianggap sebagai media yang efektif, salah satu alasannya bisa dibaca
setiap saat, artinya ketika pesan itu masuk seseorang bisa menundanya dan masih bisa
melanjutkan aktivitas lain tanpa mengabaikan komunikasi tersebut. Adapun persoalan yang
dibahas dalam tulisan ini mengenai bagaimana bentuk pengantar awal atau bridging ketika
seseorang menyampaikan pesan dalam media WhatsApp. Variasi ini bisa terjadi bergantung
siapa petutur yang diajak berkomunikasi. Dengan demikian, kesantunan berbahasa sangat
dibutuhkan meskipun dalam media WhatsApp dengan memperhatikan penutur dan petutur nya.
Komunikasi bisa terjadi kepada yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya. Meskipun
demikian kesantunan tetap dilakukan kepada petutur yang lebih muda ataupun lebih rendah
kedudukannya, demikian pula kepada yang status dan usianya setara.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang akan dikaji dalam artikel ini adalah unsur kesatuan seperti apa yang
muncul dalam bridging Whatsapp dan bagaimanakah hubungan antara penutur dan lawan tutur
jika dilihat dari unsur kesantunan dalam bridging Whatsapp?

KAJIAN TEORI

Kesantunan Berbahasa

Kesantunan berbahasa menurut Tarigan (2009:41) menyangkut rasa hormat dalam


menjalankan prinsip-prinsip kesantunan berbahasa. Kesantunan Bahasa dapat terjadi dengan
baik jika peserta tutur memenuhi kaidah kaidah kesantunan bahasa. Kaidah yang mengatur
tindakannya, penggunaan bahasanya, interpretasi-interpretasi tindakannya, dan ucapan lawan
tuturnya (Wijana & Rohmadi, 2011:43). Sehingga petutur dan lawan tutur dapat lebih
memperhatikan kaidah kaidah dalam menggunakan Bahasa.

Menurut leech terdapat enam maksim kesantunan yaitu maksim kebijaksanaan,


kedermawanan, pujian, kerendahatian, kesetujuan, simpati.

Sikap Berbahasa

Sikap berbahasa adalah posisi mental atau perasaan terhadap bahasa sendiri atau orang lain
Kridakaksana (2001:197). Sikap merupakan reaksi atas suatu tindakan atau kejadian yang
merupakan fenomena kejiawaan dalam bentuk tindak atau perilaku yaitu bentuk tubuh, posisisi
berdiri, perilaku atu gerak gerik. Menurut Allport (1935), sikap adalah kesiapan mental dan
saraf, yang terbentuk melalui pengalaman yang memberikan arah atau pengaruh yang dinamis
kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan keadaan yang menyangkut sikap itu

Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistic dalam suatu bentuk
ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu popok
tuturan di dalam, di tempat dan situasi tertentu. Sehingga dapat dikatakan peristiwa tutur adalah
jika terdapat interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas pada situasi tertentu menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi. Menurut Dell Hymes (1972) suatu tutur terdapat delapan
komponen yang dapat di bentuk menjadi akronim SPEAKING, yaitu:

1. S: Setting and Scene


2. P: Participants
3. E: Ends
4. A: Act
5. K: Keys
6. I: Instrumentalities
7. N: Norm of interaction and interpretation
8. G: Genre

Settings merupakan aspek tempat sedangkan scene merupakan aspek waktu dari terjadinya
tuturan tersebut. Participants merupakan dua belah pihak atau lebih yang yaitu sang penutur
dan petutur. Ends merupakan tujuan suatu peristiwa diharapkan sejalan dengan tujuan lain.
Acts yaitu pokok tuturan dimana merupakan bagian dari komponen yang tidak pernah tetap,
bahwa pokok pikiran itu akan selalu. Nada tutur merupakan cara, nada, dan motivasi dimana
suatu tindakan dapat dilakukan dalam bertutur. Intrumentalities merupakan sarana tutur
menunjuk pada salutan tutur (channels) dan bentuk tutur (form of speech). Norma interaksi
menunjuk kepada dapat atau tidaknya sesuatu dilakukan oleh seseorang dalam bertutur dengan
mitra tutur. Norma intrepretasi dimana pihak pihak dalam komunikasi untuk memberikan
intrepetasi terhadap mitra khusunya. Genre merujuk pada jenis kategori kebahasaan yang
sedang.

Data Transkripsi

No. Nama Tuturan Data


Tuturan mendatar (sama dan Teman : Git, kalo udah, pengen liat tugas IPA yang
hubungan akrab) kemarin lah
Gita : Belum Fik. Gita baru pulang dari Bandung.
1. Jadi belum sempet ngerjain

Sahabat X : Tau gak? Aku lupa bawa laptop aku ih


Sahabat Z : Aku juga lupa buat ngingetin kamu
Ketua : Fira, sertifikat udah kamu bagikan?
Anggota : Mbb kak, saya baru keluar kelas. Baru
sebagian kak
Tuturan menurun (ke yang lebih Bapak : Nun, tolong cariin map merah Bapak di
muda atau lebih rendah statusnya) kamar. Nanti Bapak ambil
Anak : Iya Pak, udah ketemu

Dosen : Assalamualaikum. Berikut saya


sampaikan strategi membaca untuk membantu
mengerjakan setiap tugas yang diawali dengan
2. membaca.
Mahasiswa : Terimakasih materinya Bu

Ibu kost : Tolong yang pinjam kunci dikembalikan


secepatnya. Ditunggu
Anak kost : Aduh maaf banget Bu kuncinya
kebawa. Setelah saya ke kost, bakal saya langsung
kembalikan
Tuturan mandaki (ke yang lebih Anak : Mah maaf, tadi kakak ambil uang di saku
tinggi status sosialnya atau kulkas dua puluh ribu
umurrnya) Ibu : Buat bayar apa kak?

Junior : Teh maaf banget baru sadar, kalo pdf itu


ngga bisa diubah langsung ya?
Senior : Iya, kamu tetep harus mulai dari awal
3.

Mahasiswa: Assalamualaikum, izin bertanya,


apakah Bapak mempunyai waktu luang? mohon
maaf, apabila Bapak tidak keberatan, apakah
boleh saya mengunjungi ruangan Bapak untuk
menanyakan beberapa kasus yang menurut saya
sulit? Terimakasih sebelumnya.
Dosen : Oke, besok pukul 7 pagi ya
Tuturan malereng Mrs X : Farhan, ini dengan Tasya. Jadi gini, saya
sudah membuat presentasi tapi tidak bisa terdeteksi
di laptop. Itu bagaimana ya?
Mr. Y : Bisa kamu ke kantor saya saja? Saya susah
menjelaskannya kalo via whatsapp

Mrs X : Olif, boleh minta tolong? Tolong kunciin


4.
pager depan ya kalo kamu pulang. Makasih
Mrs Y : Oh iya Mba, boleh nanti aku kunciin

Petugas : Salam. Saya dari servis komputer.


Apabila komputer bapak mau diambil, sudah
selesai ya pak servisnya.
Pelanggan : Baik mas. Terimakasih

METODE ANALISIS

Berdasarkan penemuan data WhatsApp, diperoleh data bridging atau pengantar sebuah
pembicaraan yang menandakan kesantunan baik berupa kata, frasa, atau kalimat di antaranya
dalam tuturan mendatar seperti yang dilakukan oleh penutur-petutur yang sudah akrab sebagai
teman atau sahabat pengawal kesantunannya dengan menanyakan tugas, menyampaikan kata
maaf, dan bertanya kabar. Dalam tuturan menurun, tetap muncul juga salam tetapi bridging-
nya tidak terlalu formal dan langsung ke topik permasalahan seperti kata tolong, mengucapkan
salam, dan menyampaikan kata maaf. Bridging dalam tuturan mendatar tidak berbasa-basi,
demikian hal ini dianggap masih termasuk santun karena jika terlalu formal bahasanya akan
terasa kaku. Dalam Tuturan mandaki, bisa terjadi Anak kepada orang tuanya, Adik tingkat
kepada Kakak tingkatnya, dan Mahasiswa kepada dosennya. Ungkapan bridging yang
ditemukan berupa salam, permohonan maaf, dan menyampaikan pertanyaan. Dalam tuturan
malereng bridging muncul seperti antara teman ke temannya, tetapi ada perbedaan yaitu
mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Terakhir, antara petugas ke pelanggan seperti
menyampaikan salam, dan menyebutkan nama bahwa barang yang telah di perbaiki telah
selesai.
SIMPULAN

Berdasarkan analis yang telah dilakukan bahwa pada umumnya bridging sebagai alat pagar
kesantunan berbahasa dalam media Whatsapp dapat ditandai dari unsur participants dalam
tuturan mendatar, menurun, mandaki, dan malereng. Dalam tuturan menurun, tetap muncul
juga salam tetapi bridging-nya tidak terlalu formal dan langsung ke topik permasalahan.
Kemudian, dalam tuturan mendatar tidak berbasa-basi, demikian hal ini dianggap masih
termasuk santun karena jika terlalu formal bahasanya akan terasa kaku. Dalam Tuturan
mandaki, bisa terjadi Anak kepada orang tuanya. Terakhir dalam tuturan malereng bridging
muncul seperti antara teman ke temannya, tetapi ada perbedaan yaitu mereka tidak saling
mengenal satu sama lain.

Tuturan tersebut dipengaruhi oleh kesantunan berbahasa, sikap berbahasa dan peristiwa tutur.
Hal tersebut juga tak luput dari unsur speaking yaitu Setting and Scene, Participants, Ends,
Act, Keys, Instrumentalities, Norm of interaction and interpretation, dan Genre.

Bridging sebagai alat pagar kesantunan berbahasa dalam media WhatsApp ini menunjukkan
bahwa Bridging sangat penting untuk memberikan warna kesantunan dalam sebuah
komunikasi. Kesantunan setiap tuturan sangat ditentukan oleh keakraban dan hubungan
penutur dan petutur itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

References
Banjar, N. (n.d.). Tindak Tutur dan Peristiwa Tutur. Retrieved from Linkedin:
https://www.slideshare.net/Nurulbanjar1996/7-tindak-tutur-dan-peristiwa-tutur

Prihandini, A., & Juanda. (2014). BRIDGING SEBAGAI ALAT PAGAR KESANTUNAN BERBAHASA DALAM
MEDIA SMS. International Seminar “Language Maintenance and Shift” IV, 368-372.

Unknown. (n.d.). Politeness maxim. Retrieved from Wikipedia :


https://en.wikipedia.org/wiki/Politeness_maxims

Anda mungkin juga menyukai