Anda di halaman 1dari 4

Laporan Hasil Wawancara Observasi Kegiatan Komunikasi

Kooperatif dan Kolaboratif

Nama: Adilla Leslyanne


NRP: 2020120016
Jurusan: Ilmu Hubungan Masyakarat
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Komunikasi

Istitiut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


2020/2021
Topik : Kegiatan Komunikasi (Kooperatif dan Kolaboratif)
Tujuan Wawancara : Memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi
Komunikan /Pewawancara : Adilla leslyanne
Komunikator/Narasumber : Rifa Mutiaradiasa, Tasya Artisyah, Salsabilla Azzahra
Tanggal : 11 April, 2021

Pengertian Kolaboratif dan Kooperatif menurtu KBBI memiliki makna yang sama, yaitu bekerja
bersama-sama untuk membuat sesuatu. Namun, keduanya adalah hal yang berbeda. Beberapa
ahli mendukung pernyataan ini. Seperti Panitz (1987) mendefinisikan belajar yang kolaboratif
sebagai falsafah tentang tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Para pelajar
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Disini, guru bertindak sebagai
fasilitator, yang memberikan dukungan tetapi tidak menyetir kelompok ke arah hasil yang sudah
disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk peer-assessment (asesmen/penilaian oleh sesama murid)
digunakan untuk melihat hasil prosesnya.
Sedangkan belajar kooperatif (cooperative learning) adalah konsep yang lebih luas, yang
meliputi semua jenis kerja kelompok, termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimping oleh guru
atau diarahkan oleh guru. Secara umum, belajar kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru,
dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaannya serta menyediakan bahan-bahan dan
informasi yang dirancang untuk membantu murid dalam menyelesaikan permasalahan yang
dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Namun, keduanya memiliki syarat yang sama. Yaitu Komunikasi. Komunikasi yang
Komunikatif agar Komunikan dan Komunikator dapat saling memahami dengan mudah. Kata
‘Koperatif’ dan ‘kolaboratif’ sering dikaitkan dengan kerja kelompok, maka dari itu di bawah ini
saya lampirkan hasil wawancara saya mengenai Komunikasi secara berkelompok terhadap
sekelompok remaja yang sedang melakukan

Hasil atau Kesimpulan Wawancara:


Pada malam Minggu, saya mewawancarai beberapa teman saya mengenai Komunikasi secara
Berkelompok saat mereka sedang mengobrol santai di suatu café. Mereka merasa nyaman dengan
situasi café tersebut yang diiringi music sembari menikmati es kopi, karena tujuan mereka
berkumpul memang hanya mengobrol santai dan bersilaturahmi. Namun, menurut salah satu teman
saya, jika dalam situasi formal atau penting seperti sedang mengerjakan tugas atau meeting, ia
tidak menyarankan untuk melakukannya di tempat seperti ini karena terlalu bising dan umum.
Kecuali café tersebut memang menyediakan tempat yang lebih private dan sunyi.
Saat saling berkomunikasi secara tatap muka, mereka saling berbicara dan menatap muka.
Namun, jika dalam kondisi jarak jauh, mereka menggunakan jejaring sosial media seperti
Whatsapp, Line, Instagram. Menurut mereka, berkomunikasi secara tatap muka lebih efektif
dibanding komunikasi jarak jauh yang harus melibatkan teknologi.

Berkomunikasi secara Kooperatif dan Kolaboratif juga lebih efektif dibanding secara individual.
Mereka juga menambahkan bahwa Komunikasi secara tatap muka juga memiliki kekurangan dan
kelebihan. Kelebihannya adalah memperkuat tali silaturahmi, bisa saling mengerti dan mengenal
satu sama lain dengan mudah lewat ekspresi wajah dan nada bicaranya, dan jika ada masalah dapat
mudah diselesaikan karena saling membantu. Sedangkan, kekurangannya adalah menguras isi
dompet, bensin, dan juga harus meluangkan waktu.
Dokumentasi Wawancara:

Anda mungkin juga menyukai