Oleh :
(17900006)
FAKULTAS PSIKOLOGI
MEDAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Mahasiswa adalah kaum terpelajar yang tak lepas dari lingkungan sosial,
karena hal tersebut mahasiswa harus bisa membiasakan diri untuk menunjukkan
orang lain dan dapat diandalkan dalam berdikusi layaknya harus bersikap terbuka
diskusi kelompok, karena tugas mahasiswa dikenal sebagai agent of change (agen
kreatif, mandiri serta kritis dan dewasa dalam cara berpikirnya serta berperilaku.
Sama halnya yang disampaikan oleh Satuti (2014), mahasiswa harus mampu
memecahkan masalah.
lakukan dalam tahapan menjadi seorang murid dan juga siswa, akan tetapi tidak
sampai di dalam lingkungan itu saja namun kita melakukannya lagi saat masuk
keperguruan tinggi dengan suasana baru, cara pandang dan juga kemampuan
2
adaptasi yang berbeda-beda, sejalan dengan yang disampaikan. Mulyana, (2014)
juga menuturkan bahwa mahasiswa memiliki tugas yang lebih beragam lagi yang
dikerjakannya, mahasiswa juga dituntut untuk menjadi seorang yang aktif, baik
aktif di organisasi, maupun dalam kegiatan diskusi kelompok belajar yang akan
membantu mereka ketika memasuki dunia kerja, juga kegiatan-kegiatan lain yang
mahasiswa.
yang sedang didiskusikan, rasa sosial mereka dapat dikembangkan karena dapat
saling membantu dalam memecahkan masalah. Hal tersebut bisa ditemukan pada
untuk berpikir kritis dan aktif yang dapat menunjang wawasan dan juga
pendapat. Hal tersebut sebagai acuan dan dorongan bagi mahasiswa untuk lebih
mampu berinteraksi dengan orang lain dan unsur utamanya melalui komunikasi
Fakta yang terjadi dilingkungan kita mahasiswa pada saat ini merupakan
kebalikannya dimana peran diskusi kehilangan jati dirinya sebagai suasana yang
aktif dan kurang memiliki rasa asertivitas yakni jujur dan menjaga perasaan orang
lain, kecenderungan monoton karena yang memiliki peran aktif selalu dengan
3
orang yang sama dan itu-itu saja, kesulitan dalam memberikan pendapat serta ide
mahasiswa cenderung lebih malu-malu, tidak tahu, atau bahkan takut untuk
mengemukakan pendapatnya.
belajar adalah hal yang menarik dan sering dilakukan pada masa pendidikannya
bahkan juga dalam kegiatan berorganisasi itu sangat diperlukan. Namun, sebagian
diantaranya juga menganggap bahwa diskusi dalam kelompok belajar itu tidak
menarik dan menakutkan dengan alasan kurang aktif berbicara dan lebih kearah
malu-malu karena faktor tidak memiliki keberanian untuk mengutarakan isi dari
ide dan gagasan yang telah dipikirkan, maka merekaa lebih baik memilih untuk
secara random pada tanggal 18 april 2021, kepada mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara Stambuk 2017 yang pada saat itu baru selesai
sebagian besar mereka menyebutkan bahwa 8 orang individu yang hadir atas
4
kelompok mereka sebagian tidak aktif dan tidak layak disebut kelompok diskusi.
Hal ini terbukti dari hasil wawancara salah seorang mahasiswa fakultas Hukum
hal yang sama, dimana mahasiswa tersebut menilai tidak menemukan apa yang
aktif, tidak berani dan cenderung tidak menghargai pendapat orang lain.
“Menurutku sih bang, seharusnya yang namanya berdiskusi itu bukan hal
yang jarang dilakukan semua tenaga maupun peserta didik, bahkan
pendidikan sering jugakan buat sistem kelompok, kan kelompok udah pasti
ada diskusinya, jadi perlu kalilah bang apalagi dikalangan mahasiswa yang
akan jadi modal utama kita buat membawa diri kita ke jenjang dunia
kerjakan, meskipun saat ini berbeda sama teman-teman kelompok yang
kami rasakan, yang kurang aktif, gak ada ngasih saran sama sekali, karna
terkadang kalau kita katakan mereka tidak paham tidak mungkin,soalnya
mereka dapat menyampaikan dengan teman sebelahnya dan ada juga yang
diam-diam,
5
Jadi sangat disayangkan untuk memendam atau tak mempunyai ide sama
sekali dalam memerankan dirinya untuk belajar memecahkan masalah
dalam berbagai bidang mata kuliah, seperti halnya pada saat saya di masa
SMP, masa itu saya juga gak berani buat ngasih pendapat, terakhir hal
positif yang selalu saya sampaikan diterima oleh kelompok, mulai dari situ
kayaknya aku harus PD (percaya diri) dan kalau memberikan gagasan
diusakan dipahami dulu, karna terkadang ada juga teman kelompok yang
gak terima sama saran dan gagasan orang lain, trus kurang baik atau
sembrono menyampaikan idenya atau kesannya jadi melukai hati yang
memberi argumen lainnya, ujung-ujungnya jadi negatif dong pandangan
kita sama dia, ya gak?!
Trus alasan masuk fakultas Hukum ya di latar belakangi sama diri sendiri
yang ada sedikit bekal buat berbicara didepan dan bisa diandalkan dalam
rapat-rapat organisasi yang aku ikuti karna nambah pengalaman bang”
penelitian ini peneliti menyimpulkan tanggapan yang berbeda, dari hasil analisis
data yang dilakukan peneliti sesuai dengan faktanya dimana dari situasi yang
dialami oleh mahasiswa tersebut diskusi yang sering mereka lakukan sangat tidak
memuaskan serta tidak berani jujur dan terbuka untuk memberikan respon yang
positif dan ide-ide gagasan yang positif pula dan juga ada yang mengatakan
perasaan orang lain dan membuat teman dalam kelompok menjadi tersinggung
dalam diskusi tersebut. Hal ini didukung oleh teori Hillyard, Gillespie dan Littig,
(2010) yang mengatakan hal negatif dalam diskusi yaitu seperti adanya peserta
yang mendominasi atau pasif, peserta yang bersikap bijaksana atau kekanak-
kanakan dan tidak memiliki sikap menghargai, dan ada peserta yang mau bekerja
keras atau yang menghindar untuk bekerja sama tanpa memberikan ide dan
gagasannya.
6
Hasil penelitian lainnya yang mendukung hal ini adalah penelitan yang
Angkatan 2015” mununjukkan bahwa sebesar 23% berada dalam kategori tinggi,
20% berada dalam kategori sedang dan 57% berada dalam kategori rendah.
Dari hal tersebut berdasarkan pengalaman mereka saat ini masih banyak
belum mampu bekerja sama untuk mampu belajar dalam membangun komunikasi
yang positif, tegas dan menghargai persepsi dari kaca mata orang lain agar dapat
menumbuhkan citra diri yang lebih diakui dan disenangi teman dalam lingkungan
belajar.
dipikirkan kepada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta
perasaan orang lain. Berdasarkan fenomena yang dibahas oleh peneliti diatas
perasaan yang sesungguhnya, berani membela hak-hak asasi serta berani menolak
pada orang lain dan menghargai pendapat orang lain serta untuk mendapatkan
7
Didalam situasi yang digambarkan diatas, fenomena tersebut mengarah pada
dalam diskusi belajar. Hal tersebut sangatlah disayangkan karena dewasa ini sikap
kelompok dan juga dan mahasiawa akan menjadi lebih percaya diri, terbuka
pendapatnya.
Demikian halnya bahwa orang yang Asertif akan memberikan respon yang
orang lain (Agustin dalam Syarani, 1993) karena respon Asertif lebih bersifat
akomodatif dari pada respon pasif maupun respon agresif di dalam menghadapi
situasi-situasi tertentu. Hal ini sangat menjadi tolak ukur yang diharapkan didalam
diskusi baik itu kelompok belajar maupun didalam kelas, citra Asertif sangat baik
digunakan dan dilatih agar kelompok diskusi senang dengan kehadiran kita dan
kita lebih dianggap oleh anggota kelompok serta mampu memberikan citra diri
maka memilki beberapa faktor, faktor-faktor tersebut menurut Rathus dan Nevid
8
perilaku Asertif yaitu : Jenis kelamin, harga diri (self-esteem), kebudayaan, tingkat
pendidikan, tipe kepribadian dan situasi tertentu dalam lingkungan sekitar. Dari
beberapa faktor tersebut, harga diri menjadi salah satu faktornya. Selaras dengan
Rees & Graham (1991), Lange dan Jakubowski (dalam Prabowo, 2000)
jujur dan dengan cara yang terhormat dan tidak mengganggu penghargaan
terhadap orang lain. Rakos (1991) mengartikan perilaku Asertif sebagai perilaku
orang lain.
diasumsikan memiliki konsep diri yang positif yaitu salah satu cirinya adalah
harga diri mereka tinggi. Perpaduan teori yang mengatakan demikian, bahwa
harga diri menjadi faktor untuk berprilaku Asertif bagi mahasiswa, karena ketika
individu dapat menyikapi keadaan dengan baik dan berpikir positif bahwa
Sama halnya yang disampaikan oleh Rathus & Nevid (1980) harga diri
tingkah laku Asertif. Menurut Townend (2007), individu dengan harga diri yang
positif maka dapat bertindak sesuai dengan intuisi mereka. Tanpa harga diri yang
9
Individu yang memiliki perilaku Asertif adalah individu yang memiliki
harga diri tinggi sehingga mampu menggungkapkan pendapat tanpa rasa takut
dikritik oleh orang lain (Rakos, 1991). Harga diri (self-esteem) merupakan
evaluasi individu tentang dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini
Menurut Coopersmith (1967) harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh
setuju atau tidak setuju menunjukkan tingkat individu meyakini diri sendiri
mampu, penting, berhasil dan berharga. Secara teori tersebut individu tersebut
dirinya sendiri.
Coopersmith (1967) membagi 4 aspek dalam harga diri antara lain: (1)
menghormati dan tidak memaksakan kehendak untuk diterima oleh orang lain
Penghargaan positif tentang diri kepada orang lain akan membantu individu
untuk diterima dalam lingkungan masyarakat. Adanya penghargaan diri ini akan
10
ditunjukkan melalui perilaku Asertif, selftrust, dan keinginan kuat untuk
kepada mahasiswa tersebut dengan berbagai alasan yang lebih tergolong kedalam
“Dari aku sih bang lebih menggambarkan ke diriku aja ya, kadang memang
yang kutangkap aku pernah diposisi yang malas ngomong, sempat juga aku
gak terlalu peduli sama kalau harus ngomong atau enggak, karna situasi
juga salah satunya, contohnya kita sekelompok nih sama orang yang udah
terkenal dikelas pinter menjawab, trus kalau diskusi dia lebih aktif, kadang
sempat sih diriku itu bilang (“ah udahlah, udah dianya itu yang paling
disetujuin, diakan dikelas udah dikenal”) dan ada kadang juga
pengalamanku sih lebih baik aku simpan sendiri ajalah, takut jawabanku
diketawain dan gak masuk dalam pertimbangan, setuju-setuju aja. Mungkin
ini sih yang juga dialamin semua orang sama kayak aku. Lucukan bang
hahaha.”
11
dasar asertivitas, dimana mahasiswa mampu memerankan dirinya untuk terbuka,
tegas dan memberi respon positif. Tetapi pada dasarnya setiap mahasiswa tidak
melakukan penelitian dengan judul hubungan harga diri dengan perilaku Asertif
ada hubungan harga diri dengan perilaku Asertif terhadap keaktifan diskusi
2017?”
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan harga
diri dengan perilaku Asertif terhadap keaktifan diskusi belajar pada mahasiswa
12
Dua jenis manfaat penelitian yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu:
a. Bagi Mahasiswa
diskusi.
b. Bagi Peneliti
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asertif
Kata Asertif berasal dan bahasa Inggris yaitu "to assert" yang artinya adalah
positif yaitu menyatakan sesuatu dengan terus-terang atau tegas serta bersikap
positif (Fensterheim dan Baer dalam Syarani, 1995). Menurut Mallot, dkk
(Prabana, 1997), “to assert” artinya sebagai cara menyatakan sesuatu dengan
1991) "to assert" berarti meminta seseorang untuk melakukan sesuatu dengan cara
mengandung arti suatu tindakan atau perilaku yang dinyatakaan dengan sopan dan
bermaksud untuk meminta seseorang berbuat sesuatu agar melakukan apa yang
dikehendaki, meminta sesuatu pada orang lain disertai dengan sikap yang sopan,
sesuai dengan norma, tenang, dewasa, dan masuk akal. Lazarus (dalam
Perilaku ini muncul akibat kebebasan emosi dari setiap usaha yang
14
2003) juga mendefinisikan perilaku Asertif sebagai perilaku yang berisi
pernyataan pikiran, perasaan yang dilakukan secara langsung seperti apa adanya
lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Pada
dasarnya makhluk hidup adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya akan
lain. Keuntungan atau manfaat dari perilaku Asertif menurut Lenz and Hall, 2001
kepuasan, kepercayaan diri, dan harga diri individu tersebut, sehingga hubungan
Asertif merupakan perilaku yang timbul dari individu ketika individu dapat
mengungkapkan perasaan yang positif serta keyakinan secara langsung dan terus
15
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Asertif
yaitu:
1. Jenis Kelamin
lebih banyak menurut dan kurang mengungkapkan isi pikiran dan perasaannya
asertivitasnya.
2. Harga Diri
melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki harga diri
3. Kebudayaan
anggota masyarakat sesuai dengan umur, jenis kelamin, dan status sosial
seseorang.
4. Tingkat pendidikan
16
Semakin tinggi tingkat pendidikan individu maka semakin luas wawasan
Kondisi dan situasi dalam arti luas misalnya posisi kerja antara bawahan
terhadap atasannya, ketakutan yang tidak perlu (takut dinilai kurang mampu),
1) Bicara Asertif, tingkah laku ini dibagi menjadi 2 macam yaitu rectifying
berlebihan.
17
6) Berbicara mengenai diri sendiri, membicarakan diri sendiri mengenai
8) Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka berdebat.
memaksakan pendapatnya.
9) Menatap lawan bicara, ketika berbicara atau diajak bicara, menatap lawan
bicaranya.
Menurut Arroba dan Jarnes 1992 dan Michael 1988 (dalam Departemen
dapat dilihat dari perilaku verbal dan perilaku non verbal yang ditampilkannya.
Cirinya antaranya :
a. Perilaku Verbal
1. Bebas mengemukakan apa yang ada pada dirinya melalui kata-kata dan
tindakan
18
4. Bertindak secara wajar, artinya menerima atas keterbatasannya, namun
5. Kepala tegak
6. Gerakan-gerakan terbuka
7. Menjaga suara tetap hangat dan pada titi nada yang mudah
yaitu, mudah mengalah, mudah tersinggung, sering merasa cemas, kurang yakin
pada dirinya sendiri, serta tidak suka mengadakan komunikasi dengan orang lain
baik positif maupun negative, biasa disebut sebagai self-esteem yaitu evaluasi diri
yang dibuat oleh setiap individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dalam
rentang dimensi positif maupun negatif, Baron & Byrne 2004 (dalam Widyastuti,
2014). Harga diri (self-esteem) adalah evaluasi diri kita secara keseluruhan atau
19
rasa keberhargaan diri. Jennifer Crocker & Cornie Wolf (dalam Widyastuti, 2014)
juga memberikan pernyataan bahwa kita akan memiliki harga diri yang tinggi
apabila kita merasa senang dengan domain yang kita anggap penting bagi harga
ditampilkannya dan perbandingan sosial. Harga diri yang tinggi memang memiliki
Mirels dan McPeek (dalam Ghufron, 2016) berpendapat bahwa harga diri
harga diri akademik dan harga diri non-akademik. Contohnya, harga diri
kesuksesannya dibangku sekolah, tetapi pada saat yang sama ia tidak merasa
tubuhnya terlalu pendek. Sementara itu, contoh harga diri non-akademik adalah
jika seseorang mungkin memiliki harga diri yang tinggi karena fisiknya sempurna
dalam salah satu cabang olahraga. Tetapi pada saat tertentu dengan kondisi yang
Harga diri adalah salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku
20
berharga, berhasil dan berguna (berarti) bagi orang lain. Meskipun dirinya
Terpenuhinya kebutuhan harga diri akan menghasilkan sikap optimis dan percaya
diri, sebaliknya apabila ada kebutuhan harga diri ini tidak terpenuhi, maka akan
pada individu dimulai sejak individu mempunyai pengalaman dan interaksi sosial,
hukuman, perintah, dan larangan yang berlebihan akan membuat anak merasa
tidak dihargai. Klass dan Hodge (dalam Ghufron, 2016) juga mengemukakan
bahwa harga diri adalah hasil evaluasi yang dibuat dan dipertahankan oleh
individu, yang diperoleh dari hasil interaksi individu dengan lingkungan, serta
Pada saat melakukan evaluasi diri, individu akan melihat dan menyadari
membandingkan keadaan diri saat itu dengan bayangan diri ideal yang
berkembang dalam dirinya. Seseorang akan memiliki harga diri tertinggi apabila
mereka dapat tampil secara kompeten dalam bidang yang penting bagi dirinya.
Harga diri sering kali akan meningkat apabila mencoba mengatasi suatu
2007). Harga diri yang dimiliki oleh masing masing individu bervariasi, ada yang
rendah dan ada yang tinggi. Oleh karena itu sebaiknya individu didorong untuk
21
mengidentifikasikan dan menghargai bidang-bidang kompetensinya. Harter
(dalam Santrock, 2007) berpendapat bahwa agar harga diri remaja dapat
meningkat, intervensi yang dilakukan harus mencapai tingkat penyebab dari harga
oleh rendahnya harga diri maka ada empat cara yang dapat meningkatkan harga
diri:
3) Meningkatkan prestasi
4) Meningkatkan keterampilan.
diri adalah penilaian atas evaluasi diri yang dilakukan seseorang terhadap dirinya
yang didasarkan pada hubungannya dengan orang lain baik berupa interaksi yang
baik dan juga kemampuannya dalam memberikan peran yang positif sesuai
yaitu :
22
standar dan nilai pribadi. Penghargaan inilah yang dimaksud dengan
keberartian diri.
yang tinggi.
23
1. Keberartian diri (Significance)
Kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima individu dari orang lain, hal
tersebut merupakan penghargaan dan minat dari orang lain dan pertanda
Kemampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah laku diri sendiri
dan orang lain. Hal ini ditandai dengan adanya penghargaan dan
tersebut.
3. Kompetensi (Competence)
ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang dilarang dan
melakukan tigkah laku yang diperbolehkan oleh moral, etika dan agama.
Bagi seorang mahasiswa memiliki harga diri yang tinggi akan sangat
langkah awal agar individu dapat dengan mudah masuk kelingkungan baru,
24
berkembang sekaligus beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Menurut
sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi,
kecerdasan dalam berpikir dan perencanaan dalam bertindak. Berfikir kritis dan
bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada
18-25 tahun. Terlebih lagi menjadi seorang mahasiswa psikologi dimana secara
tidak langsung kita dituntut untuk dapat tampil dihadapan individu lain yang
sebelumnya tidak kita kenal, dalam memberikan pendapat kepada orang lain kita
yang kita keluarkan sehingga tidak menyinggung perasaan oranglain atau lawan
bicara kita dalam hal tersebut memerlukan keberanian dimana keberanian itu
diperoleh karena individu sudah memiliki harga diri yang tinggi dan dari hal
Menurut Raes & Graham (dalam Satuti, 2014) Asertif adalah perilaku yang
mendapat hasil yang diinginkan sementara tetap mempertahankan harga diri dan
perasaan yang dilakukan secara langsung seperti apa adanya tanpa menimbulkan
pertengkaran atau rasa cemas. Menurut Sunardi (dalam Irmawati, 2010) remaja
yang berperilaku Asertif dicirikan dengan sikapnya yang terbuka, jujur, sportif,
25
adaptif, aktif, positif, dan penuh penghargaan terhadap diri sendiri maupun
oranglain.
Seperti yang kita ketahui juga bahwa harga diri yang tinggi merupakan salah
satu pendukung agar individu dapat menampilkan perilaku Asertif karena harga
diri adalah salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku individu. Setiap
yang positif akan membuat seseorang merasakan bahwa dirinya berharga, berhasil
dan berguna (berarti) bagi orang lain, menurut Townend (dalam Satuti, 2014)
seseorang yang memiliki harga diri yang positif maka mereka dapat bertindak
sesuai dengan intuisi mereka, tanpa harga diri yang positif maka seseorang akan
takut dikritik atau dinilai oranglain serta tidak dapat memberikan feedback baik
26
No Penulis Judul Gap/ Tujuan Konsep Variabel Metode Sampel Temuan Keterbatasan
Jurnal Penelitian Masalah &
penelitian Saran
1 Adinda Dewi Hubungan Masa remaja Untuk Asertivitas Variabel Data Subjek dalam Hasil Saran :
Septiana dan antara harga merupakan mengetahui adalah Bebas : penelitian penelitian ini penelitian : Agar kiranya
Agung diri dengan periode pengaruh perilaku yang Harga diri dikumpulkan berjumlah 56 Hasil penelitian ini
Santoso asertivitas transisi atau beban kerja mempromosik dengan subjek yang penelitian bisa menjadi
Pribadi pada remaja masa terhadap an kesetaraan Variabel menggunakan merupakan menunjukkan acuan untuk
peralihan dari kepuasan kerja dalam Terikat : dua skala yaitu remaja yang bahwa penelitian
anak-anak dengan stres hubungan Asertivitas Skala aktif dalam terdapat berikutnya,
menuju kerja sebagai manusia yang pada remaja Asertivitas karang taruna. hubungan dan
dewasa yang variabel memungkinka dan Skala positif antara menggunakan
ditandai mediasi pada n setiap Harga Diri. harga diri lebih banyak
dengan pekerja di individu untuk dengan sumber untuk
pertumbuhan hotel maxone bertindak asertivitas penelitian
dan kota malang menurut pada remaja, berikutnya
perkembangan kepentinganny sehingga
secara a sendiri, hipotesis
fisiologis dan membela diri dalam
psikologis tanpa penelitian ini
Masa dimana kecemasan, diterima.
seorang anak mengekspresik
memiliki an perasaan Semakin
keinginan dengan jujur tinggi Harga
untuk dan nyaman, Diri, maka
mengetahui dan semakin tinggi
berbagai menerapkan Asertivitas
macam hal hak-hak pada Remaja,
serta ingin pribadi tanpa dan begitu
memiliki mengabaikan pula
kebebasan hak-hak orang sebaliknya.
dalam lain (Pratiwi, Sehingga
menentukan Wahyu Eka hipotesis
27
apa yang ingin 2015) Ratna dalam
dilakukannya. (2013) faktor- penelitian ini
Hal ini sesuai faktor yang diterima
dengan salah mempengaruhi
satu tugas asertivitas
perkembangan yaitu jenis
masa remaja kelamin, self
yang esteem (harga
berhubungan diri),
dengan kebudayaan,
penyesuaian tingkat
sosial. Remaja pendidikan,
harus mampu tipe
bersikap tegas kepribadian,
dalam dan situasi
menyatakan tertentu
pendapat atau lingkungan
pikirannya sekitarnya
terhadap orang
lain tanpa
kehilangan
rasa percaya
diri
Kemampuan
berkomunikasi
dan
menyesuaikan
diri dengan
baik
diperlukan
para remaja.
Remaja harus
mampu
bersikap
28
terbuka dan
tegas dalam
menyatukan
pendapat atau
pikirannya
terhadap orang
lain tanpa
kehilangan
rasa percaya
dirinya
2 Muthamainna Pengaruh self Masa remaja Tujuan: dari Palmer & Variabel Metode:rancan Sampel Hasil Saran :
Yuli Asmi esteem adalah masa penelitian ini Froehner Bebas : self gan penelitian penelitian 100 Penelitian : Penelitian ini
rozali terhadap transisi untuk mengeta (2002) esteem adalah remaja, denga Berdasarkan meninjau
asertivitas dari masa anak hui pengaruh mengemukaka penelitian n jumlah 51 hasil uji asertivitas
pada remaja -anak menuju selfesteem n bahwa Variabel kuantitatif orang laki regresi linear berdasarkan
masa dewasa. terhadap individu yang Terikat : kausal -laki dan 49 sederhana dimensi
Pada saat itu, asertivitas dapat asertivitas komparatif orang diketahui internal yaitu
remaja masih mengembangk remaja dengan teknik perempuan bahwa tidak self
memiliki an pengambilan ada pengaruh -
emosi asertivitasnya sampel non self esteem.
yang berarti ia probability - Penelitian
cenderung dapat sampling esteemterhada selanjutnya
labil, mudah mengendalika menggunakan p dapat
berubah n hidupnya teknik asertivitas meninjau
-rubah dengan cara purposive pada remaja asertiviats
sehingga mengemukaka sampling. (p) = 0,426 berdasarkan
membuat n pendapat atau p > 0,05 dimensi
remaja sulit dan pemikiran yang artinya ekternal
untuk secara tegas hipotesis diluarself
mengambil dan jujur, ditolak -esteem,
keputusan, melakukan seperti urutan
mudah permintaan anak dalam
terpengaruh atas sesuatu keluarga, atau
oleh yang sosial
29
lingkungan diinginkan. ekonomi.
maupunteman Palmet & Penelitian
sebaya Froehner selanjutnya
(santrock,2003 (2002) juga dapat
). Selain menambahkan meninjau
remaja sangat bahwa asertivitas
senang asertivitas berdasarkan
membentuk adalah dimensi
teman sebaya. kemampuan internal seperti
Adanya individu tipe
kebutuhan dalam kepribadian,
ingin diterima menampilkan dan
yang begitu tingkah laku kematanagn
besar oleh tegas yang emosi.
kelompok dilakukan Penelitian
teman dengan sopan selanjutnya
sebaya, ta npa juga dapat
cenderung bersikap melakukan
membuat agresif peninjauan
remaja maupun asertivitas
melakukan defensif. berdasarkan
apa saja tanpa Individu pembentuk
pertimbangan asertif asertivitas,
yang tidak yaitu dimensi
matang. menyerang internal
Dalam ataupun dan
pergaulan den menghakimi eksternaldenga
gan teman orang lain dan n alat ukur
sebaya, rem mengenali yang
aja akan batas dikemukakan
menghadapi kemampuan oleh Kelly
berbagai diri (1979).
situasi, baik Penelitian
situasi positif selanjutnya
30
maupun juga dapat
negatif. malakukan
Dengan kondi peninjauan
si emosi yang selfesteem
labil remaja berdasarkan
akan aspek -aspek
mudah self
terpengaruh esteemuntuk
oleh melihat aspek
lingkungan dominan yang
pergaulan mempengaruhi
sekitarnyayan asertivitas
g negatif seper
ti
tawuran,
merokok, seks
bebas. Akan
tetap
i
remaj
a yang berada
pada
pergaulan
yang
positif yakni
pergaulan
yang
mendorong
remaja untuk
berprestasi,
aktif dalam
kegiatan
sosial, akan
membawa
31
remaja untuk
menemukan
kesuksesan.
Namundemiki
an,tidak semua
remaja
mempunyaiper
ilaku yang
negatif. Ada
juga
remajayang
berperestasi
dan sukses
dalam
lingkungan
sosialnya.
Walaupun
lingkungan
tersebut
berpotensi
mempengaruhi
remaja
untuk
berperilaku
negatif seperti
tawuran,
seks bebas,
narkotika, dan
perilaku
agresif
lainnya, tetapi
remaja
tersebut tetap
terhindar
32
dari perilaku
negatif
tersebut.
Remaja
tersebut berani
menyatakan
peraasaan
tanpa
rasa takut,
jujur, dan
terbuka
menyatakan
kebutuhannya,
mampu
berkata
“tidak”, tidak
takut dijauhi
atau dimusuhi
oleh temannya
dan juga tidak
mudah
didominasi
oleh orang
lain.
Kemampuan
untuk
menyatakan
pendapat dan
kebutuhan
secara terbuka
dan
jujur yang
dimiliki
remaja
33
tersebut
dinamakan
dengan
asertivitas
3 Rofifah Hubungan Para remaja Penelіtіan іnі Harga diri Variabel Metode Penelitian ini Hasil Saran:
nabila, Elvin harga diri membutuhkan bertujuan oleh Bebas: Harga Penelitian ini dilakukan di penelitian : Saran bagi
Rosalina dengan suatu sikap untuk Coopersmith diri menggunakan SMA Negeri 5 Hasil peneliti
perilaku yang penting menganalіѕіѕ (dalam metode Kota Jambi. Penelitian selanjutnya
asertif pada untuk dimiliki hubungan Tresia Variabel penelitian Jumlah subjek menunjukkan Penelitian ini
remaja di dalam harga diri Umarianti, Terikat : kuantitatif dalam bahwa masih terbatas
SMA Negeri 5 mengkomunik dengan 2012) Perilaku dengan penelitian ini terdapat karena
kota Jambi asikan secara perilaku didefinisikan Asertif pada pendekatan sebanyak 105 hubungan hanya meneliti
jelas dan tegas asertif pada sebagai remaja penelitian subjek positif hubungan
atas kebutuhan remaja di evaluasi diri korelasional. signifikan antara harga
melalui SMA N 5 kota yang Pegambilan antara harga diri
kemampuan jambi ditegakkan sampel diri dengan
berperilaku dan menggunakan dengan perilaku
asertif. dipertahankan teknik perilaku asertif.
Asertifitas oleh individu, Proportionate asertif (rxy = Dengan
pada remaja yang berasal Startified 0,620; demikian
muncul karena dari interaksi random p<0,01). masih ada
adanya individu sampling. Harga diri variabel lain
penghargaan dengan orang- memberikan yang turut
diri yang orang sumbangan memberikan
positif yang terdekat efektif sebesar pengaruh pada
terhadap dengan 38,4% perilaku asertif
dirinya yang lingkungannya terhadap seseorang
dapat . Harga perilaku yang belum
menumbuhkan diri juga asertif dijelaskan dan
keyakinan muncul dari sedangkan diteliti,
bahwa apa penghargaan, 61,6% untuk itu
yang penerimaan, dipengaruhi diharapkan
dilakukan itu dan perlakuan oleh faktor peneliti
sangat orang lain lain. selanjutnya
34
berharga. yang Kesimpulan dapat
diterima dan Saran menggunakan
individu. Remaja yang variable
Evaluasi atas memiliki lainnya yang
harga diri harga diri lebih relevan
akan merujuk positif dapat dengan topic
pada berperilaku yang peneliti
penerimaan asertif, jelaskan.
atau dimana
penolakan individu
terhadap merasa bebas
dirinya, serta untuk
mencerminkan mengungkapk
tingkat an apa yang
kepercayaan ada
individu dipikirannya
bahwa dirinya dengan
mampu, menyatakanny
penting, a melalui kata-
berhasil, kata ataupun
serta berharga tindakan,
dapat
Beberapa berkomunikasi
aspek yang dengan orang
juga turut lain dari
berperan semua
dalam harga tingkatan,
diri seseorang, memiliki
menurut pandangan
Coopersmith yang aktif
(1967) tentang hidup,
adalah : dengan cara
a. Mampu mengejar apa
Aspek ini yang
35
menyangkut diinginkan
tentang
seberapa
besar individu
percaya bahwa
dirinya
memiliki
kemampuan
menurut
standar
diri dan nilai
pribadi.
Memiliki rasa
tanggung
jawab pribadi
dan memiliki
kendali atas
reaksinya
terhadap
berbagai
hal. Memiliki
wewenang
atas hal-hal
penting dalam
hidupnya,
merasa senang
bila memenuhi
tanggung
jawab, serta
tahu cara
membuat
keputusan dan
pemecahan
masalah.
36
b. Penting
Aspek ini
berhubungan
dengan
kekuatan
dan
kemampuan
individu
dalam
mempengaruhi
dan
mengendalika
n diri
sendiri serta
orang lain. Hal
ini
berhubungan
dengan
keterampilan
individu
dalam
menjalin
hubungan
antar
manusia
secara efektif.
c. Berhasil
Aspek ini
berkaitan
dengan
kemampuan
individu
dalam
memenuhi
37
tuntutan
berprestasi
seperti yang
diharapkan.
4 Sonia Rani Assertive Harga diri 1. Untuk Braden N Variabel Pendekatan Variabel ini DISKUSI
adalah yang menilai (1969) secara Bebas : penelitian demografis menyimpulkan Hasil
Behavior And paling tingkat harga singkat Harga diri yang diadopsi sampel bahwa penelitian ini
dominan dan diri sebelum mendefinisika untuk mengungkapk pelatihan menunjukkan
Self Esteem prediktor kuat dan sesudah n harga diri Variabel penelitian ini an bahwa asertif efektif harga diri dan
kebahagiaan program sebagai Terikat : adalah dalam dalam perilaku asertif
Among dan kepuasan pelatihan pengalaman Asertivitas pendekatan Kelompok membangun setelah
hidup tetapi asertif di menjadi kuantitatif dan eksperimen tingkat harga program
Adolescent itu adalah kalangan kompeten desain yang mayoritas diri serta pelatihan
memperkiraka remaja putri di untuk dipilih adalah remaja putri meningkatkan asertif
Girls n bahwa kelompok mengatasi a berada di perilaku memiliki efek
hingga eksperimen tantangan desain kuasi- kelompok asertif di positif yang
setengah dari dan kontrol. dasar eksperimental umur 15-16 kalangan signifikan dan
remaja akan 2. Untuk kehidupan dan (pre test post tahun 26 remaja putri ini konsisten
berjuang menilai menjadi layak test yang tidak (65%), dan dan dengan
dengan tingkat 2 setara beragama temuannya temuan
harga diri dan perilaku kebahagiaan. equivalent Hindu 39 juga sebelumnya
penelitian asertif Alberti , kelompok (97,5%) mengungkapk yang
telah sebelum dan Emmon kontrol). Tekn dan ayah an bahwa itu menunjukkan
menunjukkan setelah mendefinisika ik purposive mereka meningkat pelatihan
bahwa, harga program n Perilaku sampling berpendidikan seiring ketegasan
diri remaja pelatihan asertif adalah digunakan menengah 14 berjalannya program
tingkat asertif di perilaku yang untuk (35%), dan waktu. memiliki
penurunan antara memungkinka mengumpulka ibu mereka Kata kunci: pengaruh yang
tajam pada remaja putri n orang n masing- Pelatihan signifikan
anak dalam bertindak atas 40 remaja masing tidak ketegasan, terhadap
perempuan kelompok yang terbaik putri dalam melek huruf harga diri, kelompok
lebih dari anak eksperimen minat dan kelompok 14 (35%) ketegasan eksperimen. D
laki-laki dan kontrol untuk eksperimen menurut status perilaku, gadis i
38
membela dan kontrol pendidikan remaja, dukungan
dirinya sendiri masing- ibu, adalah kelompok tingkat pretest
tanpa masing. wiraswasta kontrol daftar harga diri
kecemasan Data 17 (42,5%) tunggu, dipilih Nagar S,
yang tidak dikumpulkan masing- sekolah Sharma S,
semestinya menggunakan masing pemerintah. Chopra G,
dan variabel sosio- menurut (2008)
untuk demografis pekerjaan melakukan
mengekspresik dan dengan ayah, dan penelitian
an perasaan standar skala ibu mereka tentang harga
jujurnya harga diri adalah ibu diri pada 112
dengan Rosenberg (r rumah tangga 8
nyaman atau = 0,94) dan 38 (95%), dan gadis remaja
untuk Jadwal memiliki di distrik
melatihnya ketegasan Rs.5000- Kangra
3 Rathus 10000/bulan Himachal
haknya sendiri (r=0,732) 26 (65%) Pradesh. Itu
tanpa Pendapatan temuan
mengingkari keluarga per penelitian ini
hak orang lain. bulan. Maksim didukung oleh
um Mahmoud S,
dari mereka Hamid RA
tinggal di (2013) untuk
daerah menentukan
pedesaan 36 efektivitas
(90%) dan ketegasan
datang pelatihan
dari keluarga tentang harga
inti 25 diri dan
(62,5%) dan ketegasan
tidak ada yang pada remaja
memiliki perempuan
sebelumnya sekolah
paparan menengah,
39
program yang
pelatihan merupakan
ketegasan studi
eksperimen
semu dan
menggunakan
alat Skala
harga diri
Rosenberg dan
ketegasan
9
inventaris
5 Solaf A. The Effect of Mahasiswa Program Selanjutnya, Pengumpulan Subyek Studi saat ini
fakultas pelatihan harga diri data penelitian ini Studi tersebut membutuhkan
Hamoud; an menghadapi ketegasan mempengaruhi menggunakan terdiri dari menyimpulkan lebih banyak
tekanan yang membantu bagaimana skala asertif 80 mahasiswa bahwa tindak lanjut
Samia A. El Assertiveness banyak individu untuk mahasiswa dan skala keperawatan, perilaku setelah
berbeda dari mengaktualisa perawat harga diri. 40 laki-laki asertif dan pelaksanaan
Dayem dan Training yang mereka sikan diri berpikir, Statistik dan 40 harga diri program untuk
hadapi di tanpa merasa, dan negatif perempuan. dapat memastikan
Laila H. Program on sekolah menyalahguna memotivasi negative Siswa dibagi dipelajari dan bahwa
menengah. kan hak diri sendiri korelasi yang menjadi dua bahwa siswa sudah
Ossman Assertiveness Mereka dari yang dan bertindak signifikan kelompok, mahasiswa mengadopsi
telah lain. Oleh yang tidak terbukti antara studi dan yang belajar di yang baru
skills and Self- meningkatkan karena itu, diragukan lagi keterampilan kelompok fakultas diperoleh
tanggung lebih tepat berdampak asertif dan kontrol keperawatan perilaku,
Esteem of jawab untuk untuk pada harga diri, (masing- dapat keterampilan
semua bagian membantu perawatan yaitu sebagai masing memperoleh asertif dan
Faculty dari mahasiswa yang diterima keterampilan 40). Para manfaat yang harga diri.
hidup, keperawatan pasien. Dilapo asertif siswa siswa adalah signifikan dari
Nursing termasuk untuk rkan students diambil pelatihan Dapat
bersikap mempelajari bahwa skor dengan teknik ketegasan dikatakan
Students asertif bila keterampilan mahasiswa meningkat pengacakan program untuk bahwa,
40
diperlukan. asersi melalui keperawatan (menjadi lebih sederhana dari meningkatkan program
Masalah program dengan harga baik), skor 4 th semester keterampilan pelatihan di
pribadi dan pelatihan diri rendah harga diri (tahun kedua), asertif dan studi saat ini
emosional asertif memiliki siswa karena mereka harga diri memberikan
mahasiswa sebelum mempengaruhi menurun memiliki mereka. kontribusi
fakultas kelulusan tingkat dan (menjadi lebih persen positif dalam
dapat mereka kualitas baik). Juga, terbesar dari mengembangk
dimanifestasik daripada perawatan signifikansi siswa dengan an
an sebagai bekerja pasien di statistik harga diri keterampilan
tekanan dengan arah perbedaan rendah. asertif dan
psikologis mereka negatif. Siswa ditemukan Mereka baru- meningkatkan
global, sebagai perawat antara kedua baru ini harga diri
kecemasan, praktisi nanti dengan tingkat keterampilan mentransmisik mahasiswa
harga diri dengan tinggi ketegasan dan an praktik keperawatan.
rendah, atau pola percaya diri, harga diri rata- keperawatan Hasil seperti
depresi. mengalahkan bangga rata skor mereka itu
diri sendiri dengan kelompok dari berkontribusi
Penelitian sudah pekerjaan belajar dan laboratorium pada fakta
sebelumnya mendarah mereka, kontrol fakultas ke bahwa
tentang daging dan segera posting rumah sakit perilaku asertif
pelatihan menunjukkan dan satu bulan dan dengan dan
ketegasan rasa hormat setelah demikian harga diri
telah dan perhatian program menghadapi a dapat
mendukung untuk pasien banyak dipelajari (45,
bahwa dan ketegangan 46) . Dalam
pencapaian rekan selama hal ini, Alberti
keterampilan kerja. Dari pelatihan dan Emmons
asertif perspektif lain, klinis mereka (1995)
memiliki rendah di menyatakan
dikaitkan harga diri RSUD bahwa
dengan dikaitkan ketegasan
peningkatan dengan adalah
ketegasan, dan sejumlah karakteristik
kepercayaan sosial dan perilaku,
41
diri masalah bukan dari
harga diri akademik seseorang. Itu
Konsep harga
diri dianggap
sebagai
sesuatu yang
dapat ditempa.
tidak diatur di
masa kanak-
kanak, atau
didirikan
secara
permanen
sepanjang
hidup, itu
dapat diakses
untuk
pengembanga
n dan
tetap tersedia
untuk diubah
6 Ms. Urvashi Effect of Self Perasaan Penelitian ini Kesamaan Studi saat ini Sampel untuk Disimpulkan Untuk manfaat
Esteem rendah diri diambil yang terlihat menggunakan penelitian ini bahwa optimal,
Shrivastava, Enhancement dan kurang untuk dalam sifat metode pre dipilih dari peningkatan modul
on percaya diri mempelajari ketegasan dan test post test sekolah SE memiliki intervensi
Dr. Vinay Assertiveness adalah tipikal pengaruh SE tinggi eksperimental coedukasi pengaruh dapat memiliki
of School individu SE peningkatan menunjukkan dan bertujuan Bhopal. Inisial positif sudah lebih
Mishra Students rendah. Sepert SE pada korelasi positif untuk menilai sampel terdiri berpengaruh lama. Orang
i itu ketegasan positive efek SE dari 658 siswa besar terhadap tua dan guru
perasaan remaja. antara SE dan peningkatan kelas 8 dan 9 - ketegasan tidak terlibat
dimanifestasik ketegasan. Kar ketegasan 416 laki-laki anak dalam
an dalam dua agozoğlu siswa sekolah dan 242 sekolah. Juga, penelitian ini
42
cara. Individu dkk. (2008) Bhopal. Skala perempuan. Si skor ketegasan yang dapat
mungkin sama menyimpulkan Harga Diri swa yang rata-rata untuk dimasukkan
sekali bahwa Coopersmith memiliki anak laki-laki dalam modul
menyusut dari mahasiswa dan tingkat SE dan intervensi
banyak tugas keperawatan Assertiveness yang rendah perempuan yang lebih
yang yang Inventory disaring tidak panjang. Juga,
membutuhkan memiliki SE digunakan dengan menunjukkan tindak lanjut
perhatiannya tertinggi juga sebagai alat. bantuan perbedaan tidak
dengan memiliki Inventaris yang dilakukan
perasaan yang tingkat Harga Diri signifikan untuk menilai
kuat bahwa ketegasan Coopersmith. I berapa lama
dia tidak tertinggi. Kom tu efek paket
cukup baik ponen daya sampel akhir, peningkatan
untuk tampil dari dengan SE bertahan
secara SE yang demikian, pada tingkat
memadai atau dibedakan terdiri dari 155 ketegasan
dia ditemukan siswa dengan subjek.
mungkin memiliki SE rendah Siswa 8
secara aktif korelasi tinggi dimana 91 dan 9
mencoba dengan SE adalah laki- kelas diambil
mengatasi global dan laki dan 64 sebagai bagian
perasaan dengan adalah dari sampel
seperti itu ketegasan gadis. untuk
dengan terlihat dibandingkan penelitian,
sombong atau dengan yang berada di
terlalu percaya komponen lain usia yang
diri terhadap (Johnson, mudah
dirinya sendiri 1993) dan dipengaruhi
kemampuan. telah dan dapat
Orang yang membentuk merespon
menyesuaikan korelasi positif lebih baik
diri dengan antara terhadap
baik, di sisi SE dan perhatian
lain, tidak ketegasan. pribadi yang
43
mencela diberikan oleh
dirinya sendiri peneliti. Apak
tetapi merasa ah hasil serupa
memadai dan akan terlihat
setara dengan pada subjek
orang lain yang lebih tua
dalam akan menjadi
menghadapi mungkin
sebagian besar jalan yang
situasi yang akan diteliti.
muncul dalam
kehidupan
sehari-hari.
44
2.4 Kerangka Konseptual
adalah terdapat hubungan yang positif antara Harga Diri dengan Perilaku Asertif
Sumatera Utara Stambuk 2017. Artinya dengan asumsi semakin tinggi Harga Diri
yang dimiliki mahasiswa maka semakin tinggi pula perilaku Asertif yang
ditampilkan oleh Mahasiswa, lalu sebaliknya jika harga diri yang dimiliki
Berdasarkan uraian di atas maka di ajukan hipotesis penelitian yang akan di uji
kebenarannya
yaitu :
45
H0 : Tidak ada hubungan harga diri dengan perilaku Asertif dalam diskusi
H1 : Ada hubungan harga diri dengan perilaku Asertif dalam diskusi kelompok
Stambuk 2017.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, memprediksi
atribut seseorang atau objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan
yang lain dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel
penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dan terikat
atau disebut juga variabel independen dan dependen. Variabel bebas merupakan
47
3.3. Definisi Operasional
Harga diri adalah salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku
maupun psikis.
3.4.1 Populasi
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang
48
3.4.2 Sampel
Menurut Arikunto (2013), sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi
yang akan diteliti. Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari jumlah dan
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik pada penelitian
ini menggunakan simple random sampling, yaitu sampel yang dalam prosedur
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, cara tersebut
terdapat dalam tabel penentuan jumlah sampel dari keseluruhan populasi yang
dikembangkan oleh Isaac dan Michael, yang dikutip oleh Sugiyono (2010).
Berdasarkan tabel tersebut, sampel dalam penelitian ini berjumlah 221 mahasiswa
49
responden untuk dijawab. Ada dua skala psikologi yang dirumuskan secara
favorable dan unfavorable tentang variabel yang diteliti, yaitu variabel Harga Diri
dan Perilaku Asertif. Kedua skala ini disusun dengan menggunakan skala Likert.
Tabel 3.1
Skor Skala Likert
Setuju (S) 3 2
ukur untuk pengumpulan dan penelitian. Dalam penelitian ini alat ukur yang
digunakan adalah skala psikologi yaitu skala Harga Diri dan Perilaku Asertif.
Skala yang disusun untuk mengukur Harga Diri dalam penelitian ini
3) Kebajikan (Virtue)
Total keseluruhan dari pengukuran skala Harga diri terdiri dari 20 aitem
50
berfungsi jika mendukung pernyataan adanya Harga diri pada mahasiswa fakultas
unfavorable untuk pernyataan yang tidak mendukung adanya Harga diri pada
favorable dan unfavorable skala Harga diri dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Blue Print Skala Harga Diri
Favorable Unfavorable
Skala yang disusun untuk mengukur Perilaku Asertif dalam penelitian ini
1) Bicara Asertif
51
2) Kemampuan mengungkapkan perasaan kepada orang lain
4) Ketidak sepakatan
7) Menghargai pujian
8) Menolak untuk menerima begitu saja pendapat orang yang suka berdebat
fakultas hukum universitas sumatera utara stambuk 2017, dan sebaliknya aitem
unfavorable untuk pernyataan yang tidak mendukung adanya perilaku Asertif pada
favorable dan unfavorable skala Perilaku Asertif dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Blue Print Skala Perilaku Asertif
Favorable Unfavorable
52
untuk menghargai
oranglain dan
memberikan umpan
balik positif
2 Kemampuan Pengungkapan 2 12 2
mengungkapka perasaan terhadap
n perasaan suatu tingkat
kepada orang spontanitas yang
lain tidak berlebihan
3 Menyapa atau Membuat suatu 3 13 2
memberikan pembicaraan
salam kepada
oranglain
4 Ketidak Jujur untuk 4 14 2
sepakatan menyatakan rasa
tidak setuju.
5 Menanyakan Meminta alasan 5 15 2
alasan bila melakukan sesuatu
diminta untuk tetapi tidak
melakukan langsung
sesuatu menyanggupi atau
menolak begitu saja
6 Berbicara Membicarakan diri 6 16 2
mengenai diri sendiri mengenai
sendiri pengalaman-
pengalaman dengan
cara yang menarik
7 Menghargai Bersikap ramah 7 17 2
pujian atau merespon
dengan sesuai
pujian yang
diterima
8 Menolak untuk Mengakhiri 8 18 2
menerima percakapan yang
begitu saja tidak terlalu
pendapat orang penting
yang suka
berdebat
9 Menatap lawan Menatap lawan 9 19 2
bicara bicaranya/ tidak
mengabaikan
10 Respon Tidak menghindar 10 20 2
melawan rasa Tidak gelisah
takut
Jumlah 10 10 20
53
3.5.2 Prosedur Penelitian
persiapkan adalah alat ukur untuk mendapatkan data dalam penelitian. Dalam
penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala psikologi. Skala psikologi
yang digunakan adalah skala harga diri dan skala perilaku Asertif. Skala psikologi
bahwa skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
sosial. Jawaban dalam skala ini dinyatakan dalam empat kategori yaitu, sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS)
maupun dikirim dengan personal chat. Pada saat menyebarkan skala online,
stambuk 2017. Setelah semua skala terkumpul, penulis akan melakukan analisis
54
3.6. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
3.6.1 Validitas
Validitas menurut Azwar (2016), berasal dari kata validity yang mempunyai
arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam
pengujian terhadap isi skala melalui expert review oleh beberapa orang reviewer
diukur.
3.6.2 Reliabilitas
mengacu kepada konsistensi pengukuran yang berarti bahwa perbedaan skor yang
administration yang dimana skala psikologi hanya diberikan satu kali saja pada
Dalam penelitian ini data yang diperoleh di lapangan akan diolah secara
menganalisis data yang diperoleh dalam penelitian dan untuk menguji hipotesis.
55
melakukan tabulasi ke dalam excel . Setelah itu, dapat dipindahkan ke program
SPSS dan dilakukan pengeditan untuk diuji secara statistik, sebelum itu terlebih
yaitu dengan cara uji prasyarat, uji prasyarat yang dilakukan dalam penelitian ini,
yakni:
apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Data yang dinyatakan
apakah dua variabel secara signifikan mempunyai hubungan yang linier atau
ditarik garis lurus apabila nilai signifikan pada linieritas lebih dari 0,05 (p
c. Uji Hipotesis
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini bahwa harga diri berkolerasi
56
utara stambuk 2017. Maka teknik analisis data yang digunakan yaitu metode
r =∑ xy−¿ ¿ ¿ ¿
Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi anatara variabel x (skor subjek tiap item) dengan
N : Jumlah subjek
57
DAFTAR PUSTAKA
Alberti, R.E & Emmons, M. L. 2002. Your Perfect Right: Panduan Praktis Hidup
Lebih Ekspresif dan Jujur pada Diri Sendiri. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
Baron, Robert A & Byrne, Donn. 2004. Psikologi sosial, (edisi kesepuluh jilid 1)
Jakarta : Erlangga.
Fensterheim, H. & J. Baer. 1995. Jangan Bilang Ya Bila Anda akan Mengatakan
Tidak. Jakarta: Gunung Jati.
58
Irmawati, D, F. 2010. Hubungan Antara Perilaku Asertif dan Harga Diri dengan
Kecenderungan Melakukan Seks Pranikah Pada Remaja Putri. Jurnal
Program Magister Fakultas Psikologi UNTAG. Surabaya. Vol 01. No 1-12.
Jannah. 2014. Metode Diskusi (online), tersedia: http://digilib.uinsby.ac.id.htm,
diunduh 20 Oktober 2016.
Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta :Graha Ilmu
Lazarus, R. S. (2001). Relational meaning and discrete emotions. In K. R.
Mardiyati, S. 2011. Bimbingan Belajar Teknik Diskusi untuk Meningkatkan
Keberanian Mengemukakan Pendapat di Dalam Kelas. FKIP. UNS.
Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Cetakan ke 18. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Rakos, R.F. 1991. Assertive Behaviour Theory Research and Training. London :
Routledge.
Rathus, S.A. dan Nevid, J.S. (1983) Adjustment and Growth: The challange of
life. New york: CBS College Publishing.
Rathus, S.A., & Nevid, J.S. 1980. Behavior Therapy of Solving Problem in Living.
New York : The New American Library, Inc.
Rees, S & Graham, R.S. 1991. Assertion training: how to be who you really are.
(Strategies for mental health). New York : A Tavistock/Routledge
Publication.
Satuti, B, Noviani, (2014). Hubungan antara harga diri dengan perilau asertif
pada mahasiswa aktivis universitas muhammadiyah Surakarta. Jurnal
Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Sugiyono, Dr, Prof. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
59
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Townend, A. 2007. Assertiveness and Diversity. New York : Palgrave Macmillan.
60