Anda di halaman 1dari 4

Hasil Penelitian

SMA YP utama merupakan salah satu sekolah swasta yang ada di kecamatan Medan Tembung. SMA
ini merupakan SMA yang bercampur dengan SMP dengan yayasan yang sama dan memiliki akreditasi
b sebagai sekolah swasta. SMA YPI utama merupakan SMA yang berbasis keislaman ataupun sekolah
keagamaan walaupun hal tersebut tidak membuat ataupun tidak menutupi bahwasanya siswa-siswi
yang ada di SMA YP utama memiliki keberagaman dalam peserta didiknya.

Pembelajaran sosiologi yang dilakukan pada kelas 10 1 yang merupakan kelas yang belum
menentukan jurusan mana yang akan diambil dikarenakan pada kelas 10 lah dimulai kurikulum
merdeka belajar. Kelas 10 merupakan kelas yang mempelajari baik itu IPA dan IPS termasuk
dalamnya adalah sosiologi yang merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang
diajarkan di tingkat SMA. Pada pembelajaran yang terjadi pada setiap pembelajaran yang terjadi
masih menggunakan metode yang konvensional menggunakan metode ceramah ataupun
menggunakan metode dikte ataupun mencatat. Dalam hal pembelajaran sosiologi siswa dan siswi
yang masih baru mengenal apa yang dinamakan sebagai sosiologi dalam kategori model
pembelajaran ceramah sudah dikategorikan sebagai mampu memahami dasar-dasar sosiologi itu
sendiri.

Namun hal ini masih memiliki kekurangan dalam berbagai bidang salah satunya adalah koefisien
dalam perbedaan pendapat serta keinginantahuan dari siswa dan siswi terhadap pembelajaran
tersebut. Dalam pembelajaran yang terjadi dengan model konvensional pendidik selalu mengajarkan
dengan ajaran dua arah walaupun dua arah yang dimaksudkan adalah tidak kedua arah yang menjadi
model pembelajaran seperti biasanya yaitu diskusi ataupun hal lainnya melainkan hanya modal
diskusi yang mengedepankan interaksi antara peserta didik dengan pendidik.

Pembelajaran pada kelas 10 1 yang masih awal mengenal sosiologis yang sudah berlangsung
sekitar 3 bulan kurang lebih. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan model
pembelajaran diskusi ataupun kelompok yang dibuat dengan ada mentoring oleh satu seorang yang
dianggap mampu. Pembelajaran berlangsung seperti biasanya dan masih sesuai dengan kegiatan
mikro teaching pada umumnya yaitu pada awalnya masih menggunakan persepsi dan masih
menggunakan kategori pembelajaran yang biasa. Pada bagian inti peneliti membuat menjadi 4
kelompok. Satu kelompok terdiri dari 6 orang yang dibagi sama rata dari segi jenis kelamin yaitu laki-
laki dan perempuan. Peneliti membagi empat kelompok tersebut dan membentuk kelompok serta
tempat mereka berkumpul dalam satu kelompok tersebut.

Setelah pembagian kelompok penulis satu orang setiap satu kelompok menjadi pemimpin ataupun
leader dari kelompok tersebut yang mengalami proses penyelesaian dari tanya jawab yang dilakukan
secara lisan oleh penulis dengan peserta didik. Akhirnya 4 leader telah ditentukan sebagai pemimpin
dari empat kelompok tersebut. Setelah pembagian leader ataupun ketua kelompok yang diharapkan
menjadi mentoring terhadap kawan-kawannya penulis membagi materi untuk pembahasan mereka
yang akan dibahas pada kelompok yaitu tentang ragam gejala sosial yang di mana subtemanya
adalah: Terorisme, kenakalan remaja, kemiskinan dan disorganisasi keluarga

Setelah pembagian materi terhadap setiap kelompok penulis membuat bagian-bagian kecil dari
materi tersebut yaitu dimulai dari definisi, contoh, faktor, akibat dan yang terakhir adalah solusi dari
contoh yang diberikan. Penulis mengarahkan setiap peserta didik untuk membahas materi yang
sudah dibagikan dan mengarahkan leader ataupun mentor dari kelompok tersebut untuk membagi
setiap sub materi yang telah dibagikan terhadap anggota kelompok yang harus dibagi sama rata dan
semua anggota kelompok harus mengerti apa yang menjadi bagiannya dan apa yang menjadi bagian
dari anggota kelompok.

Setiap anggota kelompok diarahkan oleh leadernya masing-masing untuk mengerjakan materi
yang sudah dibagikan terhadap mereka. Dan menunjuk satu orang menjadi penulis dari semua
ulasan yang diberikan oleh semua anggota kelompok tersebut. Alhasil dari pembelajaran yang
dilakukan dengan kelompok menggunakan metode mentoring masih kurang efisien disebabkan dari
interaksi yang terjadi pada kelompok tersebut.

Proses pembelajaran yang terjadi pada mata pelajaran sosiologi dengan materi ragam sosial yang
diajarkan kepada kelas 10 dengan metode leader ataupun mentoring dengan diskusi mengalami
peningkatan dalam pemahaman siswa terhadap pembelajaran tentang ragam sosial.

Hal ini terbukti bahwa ketika setiap kelompok ditanya oleh penulis mengenai materi tersebut
Mereka mencoba untuk memahami apa yang sudah mereka bagikan dengan teman satu kelompok
mereka. Setiap kelompok harus mengerti apa yang menjadi bagian dari teman mereka yang menjadi
satu kelompok mereka. Setiap anggota kelompok memberikan aspirasi pendapat dan bagian dari
kelompok tersebut yang ditetapkan oleh leader yang mampu untuk menangani hal tersebut.

Tetapi dari empat kelompok yang sudah ditetapkan satu kelompok yaitu kelompok 2 mengalami
kendala di bagian pengerjaannya. Hal ini dikarenakan pada dasarnya ketika adanya seorang leader
yang tidak mau membagi ataupun tidak mau mengambil kerepotan dari anggota-anggota yang
sedikit sulit untuk diatur sang leader tersebut memutuskan untuk mengerjakan sendiri pekerjaan
yang seharusnya menjadi pekerjaan kelompok. Alhasil kelompok tidak mengetahui secara
keseluruhan apa yang menjadi tugas mereka dan para anggota pun ribut dikarenakan tidak ada tugas
yang mereka kerjakan.

Namun tiga kelompok yang lain yang menggunakan pengerjaan sama rata dari materi yang sudah
dibagikan cenderung diam dan kondusif dikarenakan mereka masih mengerjakan materi yang sudah
dibagikan oleh leader mereka. Pengerjaan materi pun dibebaskan dari membuka HP hal ini
dikarenakan setelah observasi penulis para peserta didik masih banyak sekali yang belum memahami
materi tersebut. Penulis melihat bahwasanya para peserta didik mampu untuk memahami ketika
mereka melihat di Google dan menuliskannya kembali di kertas dengan kata-kata mereka sendiri. Hal
ini mendukung pengerjaan tugas tersebut dengan membuka HP walaupun harus menggunakan kata-
kata sendiri ketika dituangkan di dalam kertas. Pengerjaan dengan membuka HP dibatasi menjadi
satu HP dalam satu kelompok dan dilakukan secara bergiliran dan mereka akan mengutarakan apa
yang mereka dapat dari Google dan menggunakan bahasa sendiri terhadap kawan-kawannya dan
ditulis dalam satu kertas.

Ketika semua kelompok sudah selesai maka akan diadakan sesi presentasi atau sesi tanya jawab
dengan cara satu kelompok akan berdiri dan akan ditanyai oleh kelompok lain mengenai materi yang
mereka bawakan dengan penunjukan anggota kelompok yang berbeda dengan apa yang seharusnya
menjadi tugas mereka. Hal ini membuat anggota kelompok dari satu kelompok tersebut harus
memahami apa yang menjadi materi dari anggota kelompok mereka yang lain. Dengan hal tersebut
membuat mereka memahami materi-materi dari keseluruhan satu materi besar yang menjadi materi
dari kelompok tersebut.

Penggunaan leader ataupun mentoring di tengah diskusi yang dilakukan pada pembelajaran
sosiologi dengan tema pembelajarannya yaitu ragam gejala sosial membuahkan hasil dalam
pengerjaannya ketua kelompok yang menjadi leaders ataupun mentor sangat membantu bagi siswa-
siswa yang kurang memahami pada bagian-bagian tertentu dan membuat anggotanya memahami
dari beberapa materi yang tidak dipahami oleh anggota kelompok.

Pada pembelajaran yang dilakukan menggunakan siklus pertama penulis membuat kuis lisan
sebelum mengadakan kelompok mengenai ragam sosial yang menjadi materi pada dua pertemuan
yang menjadi waktu dari penelitian penulis. Pada siklus pertama pembelajaran pada mata pelajaran
sosiologi yang dilakukan di kelas 10 1 masih memiliki beberapa kendala-kendala. Dalam hal
pembagian kelompok pada siklus pertama masih harus memperhatikan beberapa struktur kelompok
yang ada dikarenakan akan membuat kelompok tersebut menjadi tidak kondusif dikarenakan teman
sekelompok yang kurang memadai. Pada pembelajaran yang dilakukan dalam siklus pertama penulis
melihat bahwasanya ketika sudah terjadi pembelajaran kelompok dengan model diskusi mentoring
masih kurang efisien dan menyebabkan suasana kelas kurang kondusif. Hal ini disebabkan karena
pada dasarnya serta Didik kurang memahami apa yang disebut sebagai mentoring ataupun
leadership di dalam kelompok tersebut. Dalam pembagian kelompok yang ada setiap kelompok
memiliki permasalahan yaitu kurang kondusif dikarenakan belum adanya pembagian terhadap sanksi
jika melanggar aturan-aturan yang ada dalam pembelajaran di kelas tersebut. Namun dalam
pembelajaran terhadap pelajaran sosiologi yaitu mengenai ragam gejala sosial pada siklus pertama
semua anggota kelas mulai mencoba untuk berdiskusi dengan para anggota lainnya walaupun diskusi
yang dilakukan cenderung lambat dan lebih terfokus ke hal lain di luar pelajaran.

Namun penulis melihat bahwa ini bukan merupakan suatu kemunduran ataupun kegagalan dalam
penelitian tetapi dalam hal ini para peserta jadi mampu untuk mencoba berbaur dengan yang lain
dengan cakupan bahasan dari pembelajaran yang terjadi. Dalam pembelajaran yang sudah
ditentukan oleh penulis para peserta didik harus sangat diarahkan dan diperhatikan secara ketat baik
itu dalam siklus pertama ataupun siklus kedua teknik ancaman ataupun tugas dalam pemberian
sanksi jika tidak memenuhi aturan dari pembelajaran yang sudah disetujui. Namun hal tersebut
ketika para peserta didik sudah ditekan sedemikian rupa untuk tetap fokus ke dalam pembelajaran
yang berlangsung para peserta didik tidak boleh ditekan secara terus-menerus mereka akan menolak
dan tidak akan mengerjakan pekerjaan yang sudah diberikan dalam hal ini penulis melihat
bahwasanya para peserta didik harus diajarkan menggunakan tarik ulur dan adanya pembantuan
dalam kelompok menggunakan sistem leader ataupun mentoring yang sangat membantu untuk
mengarah-arahkan teman-temannya. Dalam kepemimpinan leadership atau momentoring dalam hal
diskusi para peserta didik mampu untuk membimbing teman-temannya untuk bersifat kondusif dan
lebih mengerjakan tugas yang sudah diberikan. Walaupun pekerjaan tugas tersebut bisa dikatakan
sebagai pengerjaan tugas yang berdasarkan rasa kewajiban ataupun takut dikarenakan ada sanksi
yang akan diberikan jika tidak mengerjakan tugas pekerjaan tugas yang dilakukan semata hanya
untuk formalitas belaka sedangkan untuk pengerjaan yang benar-benar setulus hati masih kurang
didapati pada siswa. Pada pembagian kelompok ataupun kelompok-kelompok yang dibagi menjadi
empat bagian dalam kelas 10 1 terlihat setiap pemimpin mengarahkan setiap peserta ataupun
anggotanya untuk saling berdiskusi setiap materi yang sudah dibagi dalam sub materi yang lebih
kecil. Mereka bertukar pikiran untuk mengetahui segala sisi yang ada di dalam tugas yang hendak
mereka kerjakan. Dalam beberapa kelompok mungkin ada beberapa orang yang bisa dikatakan
kurang efektif dalam pekerjaan kelompok tetapi dalam hal tersebut penulis melihat ataupun
mengarahkan para leader untuk membujuk atau mengarahkan temannya tersebut untuk bekerja
sesuai dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan.

Pada pengelompokkan tersebut terdapat kendala peserta didik dalam mengerjakan tugas tersebut,
yaitu salah satu kelompok yang leader nya tidak ingin berbagi terhadap teman sekelompoknya
padahal aturan yang kami berikan kepada peserta didik bahwasannya kelompok hanya
diperbolehkan menggunakan satu handphone untuk mencari sumber bacaan. Jadi kami menegur
dan memberitahu leader kelompok tersebut untuk memberikan handphonenya agar anggotanya bisa
mencari sumber bacaan dan mengerjakan tugas tersebut.

Pada siklus kedua pengajaran dilakukan kembali dengan tema atau sub tema yang sama yaitu
mengenai ragam sosial tetapi pada kali ini setiap peserta didik diminta untuk menuliskan pendapat
mereka secara masing-masing terlebih dahulu dan akan digabungkan pada kelompok setiap
kelompok akan menyatukan pendapat mereka yang mana akan menjadi pendapat kelompok
tersebut.dalam hal ini berarti pada siklus kedua setiap pribadi harus mengutarakan pendapat mereka
dan penentuan pendapat kelompok mereka akan berdiskusi dan memutuskan mana yang akan
menjadi pendapat kelompok tetap saja hal ini dilakukan oleh leadership ataupun mentoring dari
salah satu mereka yaitu sebagai pemimpin.

Pada siklus kedua lebih terlihat bagaimana adanya sifat kondusif dan saling memahami diantara
anggota kelompok dikarenakan adanya penyesuaian ketika siklus pertama. Pada siklus kedua para
peserta didik sudah mampu untuk menentukan pendapat-pendapat yang menurut mereka kurang
efektif dan menentukan mana yang akan menjadi acuan dari kelompok tersebut terhadap materi
ragam sosial. Pada siklus kedua kelompok tak dibagi menjadi bagian yang sama tetapi mereka
pengerjaan tugasnya sudah dibedakan dari siklus pertama.

Pada pengelompokkan tersebut terdapat kendala peserta didik dalam mengerjakan tugas tersebut,
yaitu salah satu kelompok yang leader nya tidak ingin berbagi terhadap teman sekelompoknya
padahal aturan yang kami berikan kepada peserta didik bahwasannya kelompok hanya
diperbolehkan menggunakan satu handphone untuk mencari sumber bacaan. Jadi kami menegur
dan memberitahu leader kelompok tersebut untuk memberikan handphonenya agar anggotanya bisa
mencari sumber bacaan dan mengerjakan tugas tersebut.

Anda mungkin juga menyukai