MODUL AJAR
Fase/Kelas : F – XI (Sebelas)
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 10 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab 1 Buku Siswa pada prinsipnya memuat materi pokok tentang kelompok sosial. Materi
tersebut dibagi menjadi tiga subpokok materi, yaitu kelompok dan pengelompokan sosial,
ragam kelompok sosial, dan dinamika kelompok sosial. Pada dasarnya manusia membutuhkan
bantuan dari manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga secara alami
membentuk kelompokkelompok khusus. Kelompok merupakan bagian dari sistem sosial
masyarakat yang saling bertautan. Oleh karena itu, kelompok sosial menjadi materi esensial
yang perlu diajarkan kepada peserta didik.
Bapak/Ibu Guru dapat menjelaskan konsep, dasar pembentukan, hingga perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat. Selanjutnya, pada subpokok materi kedua Bapak/Ibu Guru
perlu mengajak peserta didik membedakan konsep kelompok dan pengelompokan sosial.
Kedua konsep ini penting karena akan berpengaruh pada penguasaan materi selanjutnya.
Ragam kelompok sosial dari sudut pandang tokoh-tokoh sosiologi diberikan untuk
memudahkan peserta didik mengidentifikasi realitas kelompok sosial dalam masyarakat.
Peserta didik perlu memahami perbedaan kelompok dan perilaku kolektif, kelompok primer
dan sekunder, kelompok in-group dan out-group, serta kelompok referensi. Pada subpokok
materi ketiga, peserta didik akan mempelajari komponen-komponen yang berpengaruh dalam
dinamika kelompok sosial. Dengan demikian, realitas dinamika kelompok sosial dalam
masyarakat dapat diidentifikasi peserta didik secara muda h.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu mendeskripsikan konsep kelompok sosial melalui diskusi terarah.
Peserta didik mampu mengidentifikasi ciri kelompok sosial dengan menjawab pertanyaan
secara tepat.
Peserta didik mampu mendeskripsikan dasar pembentukan kelompok sosial.
Peserta didik mampu mendeskripsikan perkembangan kelompok sosial secara sistematis.
Peserta didik mampu menjelaskan konsep pengelompokan sosial disertai dengan contoh
yang kontekstual.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Mendeskripsikan konsep kelompok sosial melalui diskusi terarah.
Mengidentifikasi ciri kelompok sosial dengan menjawab pertanyaan secara tepat.
Mendeskripsikan dasar pembentukan kelompok sosial.
Mendeskripsikan perkembangan kelompok sosial secara sistematis.
Menjelaskan konsep pengelompokan sosial disertai dengan contoh yang kontekstual.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Mengapa kelompok sosial dibutuhkan dalam masyarakat? Bagaimana ciri-ciri kelompok
sosial?
Apakah kalian pernah diminta memperkenalkan diri di hadapan sebuah kelompok? Apakah
kalian dapat dengan mudah diterima oleh kelompok tersebut? Coba kemukakan pendapat
kalian secara santun di depan kelas!
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Mengucapkan salam, senyum, dan sapa kepada peserta didik dan memimpin doa sebelum
memulai pelajaran. Selanjutnya, memberikan perhatian kepada peserta didik. Misalnya,
dengan menanyakan kabar dan berkeliling menghampiri beberapa peserta didik di kelas.
Memberikan motivasi belajar, misalnya melalui cerita dan video pendek inspiratif dengan
durasi maksimal tiga menit.
Menyurvei kondisi internal peserta didik, misalnya dengan mengisi angket untuk
mengidentifikasi kecenderungan gaya belajar dan motivasi belajar. Bapak/Ibu Guru dapat
menggunakan contoh instrumen yang ada di Seri Manual GLS Pentingnya Memahami Gaya
Belajar (2018) yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hasil survei ini dapat Bapak/Ibu Guru
manfaatkan untuk memberikan pertimbangan optimalisasi pembelajaran ke depan.
Memberikan gambaran umum alur tujuan pembelajaran di kelas XI serta membangun
kesepakatan atau kontrak pembelajaran ke depan.
Menyampaikan tujuan pembelajaran, peta konsep, dan apersepsi materi yang akan disajikan.
Apersepsi Buku Siswa menyajikan gambar aktivitas kerja sama kelompok dalam suatu
kegiatan out bound. Gambar tersebut menunjukkan realitas dan dinamika kelompok sosial.
Pada prinsipnya kelompok sosial tidaklah statis, tetapi bersifat dinamis/berkembang karena
hubungan sosial di dalam ataupun luar kelompoknya.
Kegiatan Inti (90 Menit)
Lakukan uji pengetahuan awal peserta didik menggunakan pertanyaan yang tersedia pada
Buku Siswa. Soal-soal yang tersaji tersebut digunakan untuk mengukur pemahaman awal
peserta didik dalam mengidentifikasi penguasaan konsep kunci di Bab I. Jawaban dan alasan
yang dikemukakan peserta didik menjadi bahan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Adapun kunci jawaban pada rubrik Uji Pengetahuan Awal sebagai berikut.
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Menurut saya, antaranggota kelompok sosial tidak √
harus saling mengenal dan berinteraksi dalam waktu
yang lama.
Alasan:
Suatu kelompok terbentuk karena ingin mencapai tujuan yang sama sehingga
antaranggota kelompok sosial tentu harus saling mengenal dan berinteraksi dalam
waktu tertentu.
2 Menurut saya, kelompok sosial dan pengelompokan √
sosial merupakan konsep yang sama.
Alasan:
Kelompok dan pengelompokan sosial berbeda. Kelompok terbentuk karena adanya
kesadaran bersama. Sementara itu, pengelompokan mengarah pada proses atau cara
mengelompokkan yang dilakukan oleh eksternal kelompok.
3 Menurut saya, kelompok sosial yang satu dengan √
lainnya dapat dibedakan berdasarkan ciri atau
kesamaan tertentu.
Alasan:
Kelompok sosial memiliki ciri atau kesamaan tertentu, misalnya kelompok
berdasarkan daerah, kelompok berdasarkan profesi, atau kelompok berdasarkan
hobi.
4 Menurut saya, suatu kelompok sosial dapat bertahan √
meskipun tanpa seorang pemimpin.
Alasan:
Kelompok tidak selalu memiliki pemimpin, misalnya kelompok pertemanan atau
persahabatan. Sementara itu, kelompok sekunder seperti organisasi membutuhkan
peran seorang pemimpin.
5 Menurut saya, antarkelompok sosial dapat saling √
terhubung dan membentuk jaringan sosial jika
memiliki kesamaan tujuan.
Alasan:
Konektivitas antarkelompok membangun jaringan sosial misalnya ikatan alumni.
Peserta didik yang lulus masih dapat saling berhubungan melalui ikatan alumni di
sekolah masing-masing .
Berikan tanggapan dan penguatan atas hasil jawaban peserta didik. Lakukan tanya jawab
agar mereka memiliki pemahaman awal yang utuh dan siap menerima pembelajaran.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan tanggapan sebagai berikut.
Setuju Tidak Setuju
Jika peserta didik menjawab setuju, Bapak/ Jika peserta didik menjawab tidak setuju,
Ibu Guru menanggapi dengan cara Bapak/Ibu Guru dapat memberikan apresiasi
’‘Jawaban yang Anda berikan kurang tepat dengan misalnya memberikan pujian seperti
karena dalam sebuah kelompok ’‘Jawaban yang Anda berikan tepat karena
antaranggotanya harus saling mengenal untuk mencapai tujuan kelompok,
dan berinteraksi dalam waktu tertentu antaranggota perlu saling mengenal, dan
untuk mencapai tujuan kelompok’’. berinteraksi dalam waktu tertentu”.
Jika peserta didik menjawab setuju, Bapak/ Jika peserta didik menjawab setuju,
Ibu Guru dapat menanggapi dengan cara Bapak/Ibu Guru dapat memberikan
’‘Jawaban yang Anda sampaikan kurang apersepsi melalui pujian dengan cara
tepat karena terdapat perbedaan konsep ’‘Pilihan jawaban Anda tepat. Terdapat
antara kelompok dan pengelompokan perbedaan kelompok dan pengelompokan
sosial, yaitu dilihat dari proses sosial”.
pembentukannya”.
Jika peserta didik menjawab setuju, Bapak/ Jika peserta didik menjawab tidak setuju,
Ibu Guru dapat mengapresiasi dengan cara Bapak/Ibu Guru dapat menanggapi dengan
’‘Hebat! Jawaban yang Anda pilih benar cara ’‘Setelah ini kita pelajari lebih lanjut
karena setiap kelompok sosial memiliki ya, karena jawaban yang Anda pilih masih
ciri dan kesamaan tertentu yang kurang tepat. Realitasnya, setiap kelompok
membedakan dengan kelompok lainnya”. sosial memiliki ciri dan kesamaan yang
membedakan dengan kelompok lain”.
Jika peserta didik menjawab setuju, Bapak/ Jika peserta didik menjawab tidak setuju,
Ibu Guru dapat memberikan apresiasi Bapak/Ibu Guru memberikan tanggapan
seperti “Pilihan yang tepat, karena terdapat seperti “Sepertinya Anda perlu menelaah
kelompok yang dapat bertahan, meskipun lebih lanjut , karena terdapat kelompok yang
tidak memiliki pemimpin seperti kelompok tetap bertahan meskipun tanpa pemimpin
pertemanan”. seperti kelompok pertemanan”.
Jika peserta didik menjawab setuju, Bapak/ Jika peserta didik menjawab tidak setuju,
Ibu Guru dapat memberikan apresiasi, Bapak/Ibu Guru dapat menanggapi dengan
misalnya “Bagus! Jika Kelompok sosial cara “Mari kita pelajari lagi bersama-sama.
yang memiliki tujuan sama akan lebih Kesamaan tujuan dari kelompok sosial dapat
mudah saling terhubung dan membentuk lebih mudah tercapai jika antarkelompok
jaringan sosial”. membangun konektivitas”.
Bapak/Ibu Guru meminta peserta didik membaca cerita Teman Baru di Kelas yang Baru
pada submateri konsep kelompok sosial. Cerita tersebut memudahkan peserta didik
memperoleh gambaran mengenai ciri dan proses awal pembentukan kelompok sosial.
Selanjutnya, peserta didik diarahkan mengerjakan rubrik Aktivitas.
Adapun jawaban pada rubrik aktivitas sebagai berikut.
No. Pernyataan Benar Salah
1 Kelompok sosial minimal terdiri atas dua orang atau lebih. √
2 Antaranggota kelompok memiliki interaksi yang intens. √
3 Antaranggota memiliki kesamaan dan saling berbagi identitas. √
4 Antaranggota kelompok memiliki rasa saling ketergantungan. √
Bapak/Ibu Guru juga dapat mengembangkan pertanyaan aktivitas mengenai dasar
pembentukan kelompok sosial dalam cerita. Misalnya, bertanya ’apa dasar pembentukan
kelompok pada cerita tersebut?’
Setelah melakukan berbagai aktivitas, Bapak/Ibu Guru dapat memberikan pertanyaan
’Apakah materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik?’ atau jika peserta didik
memberikan respons paham terhadap materi yang disajikan, Bapak/Ibu Guru dapat
memberikan bahan bacaan berupa artikel yang diambil dari jurnal, surat kabar, atau buku.
Jika peserta didik memberikan respons tidak paham, Bapak/Ibu Guru dapat bertanya ’Cara
belajar seperti apa yang membuat Anda nyaman dan lebih cepat mengerti?’. Bapak/Ibu Guru
dapat menyediakan bacaan artikel, buku, surat kabar, rekaman suara penjelasan, atau video
penjelasan.
Bapak/Ibu Guru perlu mengembangkan pembelajaran dengan mengajak peserta didik
mengidentifikasi ragam kelompok sosial di lingkungan sekitar. Misalnya, dengan
menerapkan metode kasus (case method). Aktivitas ini dapat dilakukan pada pertemuan
kedua, yaitu lebih kepada eksplorasi penguasaan materi.
Salah satu contoh case method yang dapat Bapak/Ibu Guru terapkan melalui artikel dengan
judul Asyik Belajar Kelompok Solusi Belajar di Kala Pandemi dengan Memanfaatkan
Aplikasi Manajemen Proyek pada laman https://pusdatin.kemdikbud.go.id/asyik-
belajarkelompok-solusi-belajar-di-kala-pandemi-dengan-memanfaatkanaplikasi-
manajemen-proyek/. Bapak/Ibu Guru dapat mengajukan instruksi dan pertanyaan berikut.
1. Deskripsikan garis besar isi informasi pada artikel!
2. Apa dampak positif yang dapat diterima peserta didik berdasarkan program yang
ditampilkan pada artikel?
3. Berikan contoh aktivitas yang dapat dilakukan peserta didik sebagai kelompok sosial
setelah program KI HAJAR TIK TALKS diselenggarakan ekstrakurikuler sekolah.
Berikut jawaban yang mungkin diberikan oleh peserta didik.
1. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara berkelompok melalui pembelajaran
investigasi kelompok. Kegiatan ini berfungsi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
berdasarkan model pembelajaran dan aplikasi digital yang disediakan untuk pembelajaran
kolaboratif.
2. Dampak positif yang dirasakan setelah mengikuti pembelajaran ini adalah peserta didik
dapat menggunakan berbagai aplikasi untuk belajar secara kolaboratif.
3. Aktivitas yang dapat dilakukan peserta didik sebagai berikut.
Tempat Kegiatan
Rumah Akses internet yang disediakan dapat dimanfaatkan dalam kerja kelompok
melalui platform pembelajaran untuk meningkatkan literasi digital.
Sekolah Membentuk kelompok literasi berdasarkan sumber media digital atau
mengakses platform pembelajaran digital yang disediakan pemerintah.
Bapak/Ibu Guru dapat menambahkan pertanyaan lain yang relevan untuk pendalaman
materi.
Mengajak peserta didik berdiskusi dengan teman sebangku untuk mendeskripsikan dasar
pembentukan kelompok sosial dalam masyarakat.
Memperkaya informasi tambahan dengan mengakses modul kegiatan pembelajaran
sosiologi kelas XI tentang kelompok sosial dalam masyarakat. Bapak/Ibu Guru dapat
mengakses pada laman http:// repositori.kemdikbud.go.id/21951/.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Melakukan pengondisian peserta didik dengan meminta bersiap menerima pembelajaran di
kelas dan berdoa.
Memberikan motivasi belajar, misalnya dengan memutar video yang menayangkan tentang
kebinekaan dalam masyarakat.
Guru menanyakan kembali materi sebelumnya. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan
berikut. Mengapa kelompok sosial dibutuhkan dalam masyarakat? Bagaimana ciri-ciri
kelompok sosial?
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi materi. Alternatif apersepsi kegiatan
yang dapat dilakukan seperti berikut.
Apakah kalian pernah diminta memperkenalkan diri di hadapan sebuah kelompok? Apakah
kalian dapat dengan mudah diterima oleh kelompok tersebut? Coba kemukakan pendapat
kalian secara santun di depan kelas!
Aktivitas perkenalan diri merupakan salah satu tahap pembentukan kelompok sosial.
Terdapat fase forming yang memberikan kesempatan individu untuk menunjukkan citra diri
pada kelompok. Pada fase awal ini tiap-tiap anggota kelompok saling mengenal dan
menunjukkan citra positif agar lebih mudah diterima pada kelompok. Pemahaman tentang
tahapan-tahapan perkembangan kelompok sosial sangat penting karena individu secara
alami akan bergabung dengan kelompok sosial.
Perlu
Sangat Baik Cukup Baik Kurang Baik
Kriteria Pendampingan
(4) (3) (2)
(1)
Konten Contoh dan Contoh dan Contoh dengan Contoh tidak
konsep sangat konsep cukup konsep materi relevan dengan
baik dan baik dan relevan. pembelajaran konsep.
relevan. kurang baik
dan relevan.
Komunikasi Pemaparan Pemaparan Pemaparan Tidak mampu
materi materi materi kurang menyampaikan
disampaikan disampaikan dijelaskan materi dengan
dengan dengan dengan sistematis.
sistematis dan sistematis, sistematis.
jelas disertai namun belum
bukti tertentu. disertai bukti.
Partisipasi Sangat aktif dan Memberikan Memberikan Tidak
inisiatif dalam argumen namun argumen memberikan
memberikan belum cukup singkat yang pendapat.
argumen yang relevan dengan belum sesuai
relevan dengan konteks dengan konteks
konteks pertanyaan atau materi.
pertanyaan atau materi.
materi.
Bapak/Ibu Guru bisa meminta peserta didik menyimpulkan tahapan pembentukan
kelompok. Jika peserta didik menyebutkan perbedaan forming, storming, norming,
performing, dan adjourning dengan baik, Bapak/Ibu Guru dapat memberikan artikel dari
buku, jurnal, atau surat kabar sebagai penguatan. Jika peserta didik belum memberikan
respons yang tepat, Bapak/Ibu Guru dapat menanyakan kendala yang dihadapi peserta didik
dan berdiskusi lebih lanjut dengan memperkaya contoh agar materi mudah dipahami.
Aktivitas pembelajaran dapat dikembangkan dengan gambar, video, atau artikel yang
mendorong peserta didik mengemukakan argumentasinya. Misalnya, dengan mencari satu
artikel dan meminta peserta didik mengidentifikasi perkembangan kelompok yang terdapat
di dalamnya. Selanjutnya, peserta didik diminta menjelaskan faktor-faktor yang
memengaruhi kelangsungan suatu kelompok.
Minggu kedua ini juga membahas tentang materi pengelompokan sosial. Konsep kelompok
dan pengelompokan berbeda, yaitu terletak pada proses pembentukannya. Pengelompokan
secara sederhana mengacu pada kategorisasi. Sementara itu, kelompok sosial terbentuk
karena adanya tujuan yang ingin diraih bersama. Sebagai bahan apersepsi, Bapak/Ibu Guru
dapat memanfaatkan gambar 1.3 pada Buku Siswa, yaitu tentang data hasil sensus penduduk
Indonesia 2020. Bapak/Ibu Guru dapat meminta peserta didik mengamati gambar lalu
mendeskripsikan informasi di dalamnya.
Bentuk pertanyaan yang dapat Bapak/Ibu Guru ajukan sebagai berikut.
a) Apakah gambar mencerminkan contoh kelompok sosial dalam masyarakat?
b) Ada berapa kategori pengelompokan pada gambar?
c) Mengapa BPS perlu mengelompokkan data masyarakat pada gambar?
Setelah melakukan diskusi dan memberikan penguatan, Bapak/Ibu Guru dapat
mengembangkan pembelajaran melalui case method, misalnya menggunakan instruksi
berikut. Peserta didik diminta memperhatikan infografis berikut dan mendiskusikannya
dengan teman sebangku (link gambar dapat dilihat pada daftar sumber gambar).
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Setelah menyimak apersepsi, identifikasilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda
centang () pada kolom Setuju atau Tidak Setuju. Berikan pula alasan dari pilihan jawaban
kalian!
No Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Menurut saya, antaranggota kelompok sosial tidak harus
saling mengenal dan berinteraksi dalam waktu yang
lama.
Alasan:
2 Menurut saya, kelompok sosial dan pengelompokan
sosial merupakan konsep yang sama.
Alasan:
3 Menurut saya, kelompok sosial yang satu dengan
lainnya dapat dibedakan berdasarkan ciri atau kesamaan
tertentu.
Alasan:
4 Menurut saya, suatu kelompok sosial dapat bertahan,
meskipun tanpa seorang pemimpin.
Alasan:
5 Menurut saya, antarkelompok sosial dapat saling
terhubung dan membentuk jaringan sosial jika memiliki
kesamaan tujuan.
Alasan:
Diskusikan hasil jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
memahami materi pada bab ini.
Kesimpulan:
Berikan tanda centang () pada kolom Benar/Salah berdasarkan informasi pada infografis
tersebut!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Penjelasan kolom Kelompok Usaha menunjukkan ciri
kelompok sosial yang berhak menerima KUR.
2 UMKM, Gapoktan, dan KUBE menunjukkan contoh
pengelompokan sosial yang ditentukan berdasarkan kesamaan
ukuran usahanya.
Perhatikan ilustrasi berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 9-10!
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tindakan risak (bullying) di sekolah terjadi karena
berbagai faktor. Menurut Djuwita, risak di sekolah merupakan suatu proses dinamika
kelompok. Terdapat pembagian peran dalam permasalahan risak. Peran-peran tersebut di
antaranya bully, asisten bully, reinforcer, victim, devender, dan outsider. Bully adalah peserta
didik yang dikategorikan sebagai pemimpin. Ia berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku
risak. Assisten bully juga aktif dalam aksi risak, namun cenderung mengikuti perintah bully.
Reinforcer adalah pihak-pihak yang hadir ketika risak terjadi. Mereka ikut menyaksikan,
menertawakan korban, memprovokasi, bahkan mengajak peserta didik lain untuk menonton.
Outsider atau bystander adalah orang-orang tahu bahwa risak terjadi, tetapi tidak melakukan
apapun, seolah-olah tidak peduli.
Sumber: Ratna Djuwita, ‘Kekerasan Tersembunyi di Sekolah: Aspek-Aspek Psikososial dari
Bullying-Victims: A Comparison of Psychosocial and Behavioral Characteristics’, Journal of
Pediatric Psychology, 2006
9. Setujukah kalian dengan pernyataan peneliti bahwa risak merupakan salah satu bentuk
dinamika kelompok?
A. Ya
B. Tidak
Deskripsikan argumen kalian!
10. Setujukah kalian bahwa infografis berikut efektif memutus mata rantai masalah bullying
yang dipaparkan peneliti pada artikel tersebut?
A. Ya
B. Tidak
Deskripsikan argumen kalian!
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Identifikasilah pernyataan yang menunjukkan ciri-ciri kelompok sosial berikut. Berikan tanda
centang () pada salah satu kolom Benar atau Salah!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Kelompok sosial minimal terdiri atas dua orang atau lebih. √
2 Antaranggota kelompok memiliki interaksi yang intens. √
3 Antaranggota memiliki kesamaan dan saling berbagi identitas. √
4 Antaranggota kelompok memiliki rasa saling ketergantungan. √
Setelah melakukan aktivitas tersebut, coba simpulkan pengertian kelompok sosial bersama rekan di
kelas. Dengan demikian, kalian dapat berbagi pendapat dan menyempurnakan konsep kelompok
sosial.
Aktivitas
Ajaklah teman-teman kalian membentuk kelompok diskusi di kelas. Bentuk kelompok secara acak
dengan jumlah proporsional. Misalnya, satu kelompok terdiri atas 3–4 orang dengan komposisi laki-
laki dan perempuan yang seimbang. Selanjutnya, setiap anggota diminta menceritakan pengalaman
perkembangan kelompok sosial yang ada di lingkungan sekitar kalian. Pilihlah salah satu
pengalaman untuk kalian identifikasi. Selanjutnya, identifkasilah fase-fase perkembangan kelompok
dari pengalaman yang sudah dipilih tersebut!
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Kelompok, dua atau lebih individu yang dihubungkan oleh dan dalam hubungan sosial.
Perkembangan kelompok, tahapan-tahapan yang menunjukkan pembentukan hingga pembubaran
suatu kelompok.
Pengelompokan, penggolongan/pengkategorisasian orangorang yang memiliki kesamaan
karakteristik tertentu.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 1 : KELOMPOK SOSIAL
SUB BAB 2 : RAGAM KELOMPOK SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 15 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab 1 Buku Siswa pada prinsipnya memuat materi pokok tentang kelompok sosial. Materi
tersebut dibagi menjadi tiga subpokok materi, yaitu kelompok dan pengelompokan sosial,
ragam kelompok sosial, dan dinamika kelompok sosial. Pada dasarnya manusia membutuhkan
bantuan dari manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga secara alami
membentuk kelompokkelompok khusus. Kelompok merupakan bagian dari sistem sosial
masyarakat yang saling bertautan. Oleh karena itu, kelompok sosial menjadi materi esensial
yang perlu diajarkan kepada peserta didik.
Bapak/Ibu Guru dapat menjelaskan konsep, dasar pembentukan, hingga perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat. Selanjutnya, pada subpokok materi kedua Bapak/Ibu Guru
perlu mengajak peserta didik membedakan konsep kelompok dan pengelompokan sosial.
Kedua konsep ini penting karena akan berpengaruh pada penguasaan materi selanjutnya.
Ragam kelompok sosial dari sudut pandang tokoh-tokoh sosiologi diberikan untuk
memudahkan peserta didik mengidentifikasi realitas kelompok sosial dalam masyarakat.
Peserta didik perlu memahami perbedaan kelompok dan perilaku kolektif, kelompok primer
dan sekunder, kelompok in-group dan out-group, serta kelompok referensi. Pada subpokok
materi ketiga, peserta didik akan mempelajari komponen-komponen yang berpengaruh dalam
dinamika kelompok sosial. Dengan demikian, realitas dinamika kelompok sosial dalam
masyarakat dapat diidentifikasi peserta didik secara muda h.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu membedakan konsep kelompok sosial dan perilaku kolektif dengan
mengidentifikasi ciri serta konsepnya masing-masing.
Peserta didik mampu menjelaskan perbedaan konsep kelompok primer dan sekunder secara
benar.
Peserta didik mampu mengidentifikasi kelompok dalam (in-group), kelompok luar (out-
group), dan kelompok referensi melalui diskusi interaktif.
Peserta didik mampu mengumpulkan informasi tentang kelompok dalam (in-group),
kelompok luar (out-group), dan kelompok referensi melalui berbagai sumber belajar.
Peserta didik mampu mengklasifikasi ragam kelompok sosial berdasarkan pencarian
informasi pada aktivitas pembelajaran.
Peserta didik mampu mengumpulkan informasi tentang ragam kelompok sosial dari sumber
belajar yang digunakan.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Membedakan konsep kelompok sosial dan perilaku kolektif dengan mengidentifikasi ciri
serta konsepnya masing-masing.
Menjelaskan perbedaan konsep kelompok primer dan sekunder secara benar.
Mengidentifikasi kelompok dalam (in-group), kelompok luar (out-group), dan kelompok
referensi melalui diskusi interaktif.
Mengumpulkan informasi tentang kelompok dalam (in-group), kelompok luar (out-group),
dan kelompok referensi melalui berbagai sumber belajar.
Mengklasifikasi ragam kelompok sosial berdasarkan pencarian informasi pada aktivitas
pembelajaran.
Mengumpulkan informasi tentang ragam kelompok sosial dari sumber belajar yang
digunakan.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apakah contoh tersebut menunjukkan kelompok sosial dalam masyarakat? Apakah orang-
orang pada gambar saling mengenal?
Apakah kalian pernah mengikuti lomba makan kerupuk? Bagaimana sikap kalian ketika
kalah atau menang dalam pertandingan?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Memeriksa kesiapan belajar peserta didik dan memberikan arahan untuk siap menerima
pelajaran. Misalnya, dengan menanyakan kabar, memeriksa kehadiran, dan memeriksa
situasi di kelas. Bapak/ Ibu Guru juga dapat meminta salah satu peserta didik memimpin doa
sebelum memulai pelajaran untuk menanamkan sikap beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Memberikan motivasi belajar, contohnya melalui video inspiratif dengan durasi maksimal
tiga menit. Jika tidak memungkinkan menayangkan video inspiratif, Bapak/Ibu dapat
menceritakan kisah tokoh-tokoh nasional yang menginspirasi dan memotivasi peserta didik.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi materi. Alternatif apersepsi
kegiatan yang dapat dilakukan menggunakan video keramaian saat car free day. Jika di
kelas tidak memiliki sarana pemutar video, Bapak/Ibu Guru dapat menggunakan media
gambar atau menceritakan secara langsung contoh orang-orang yang berbelanja di pasar
tradisional atau aktivitas masyarakat ketika berada di transportasi umum. Setelah
memberikan contoh, Bapak/Ibu Guru dapat menggali pemahaman awal peserta didik dengan
mengajukan pertanyaan berikut. Apakah contoh tersebut menunjukkan kelompok sosial
dalam masyarakat? Apakah orang-orang pada gambar saling mengenal?
Bapak/Ibu Guru perlu memberikan penekanan terhadap jawaban peserta didik bahwa
keberadaan kerumunan hanya bersifat sementara. Kerumunan bersifat sementara karena
tidak memiliki anggota dan tidak adanya interaksi intensif untuk mencapai tujuan bersama.
Aktivitas pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan contoh perilaku kolektif dalam
bentuk lain kepada tiap-tiap kelompok. Misalnya, perkumpulan netizen di kolom komentar
membahas kebijakan tertentu, antrean di loket, orang-orang yang menonton konser, dan
bentuk perilaku kolektif lainnya. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik
mengidentifikasi apakah contoh tersebut menunjukkan sebuah perilaku kolektif. Peserta
didik diminta memberikan argumentasinya disertai dengan data atau sumber relevan. Hasil
temuan kemudian dipresentasikan di depan kelas. Instrumen penilaian yang dapat digunakan
oleh Bapak/Ibu Guru sebagai berikut.
Tabel 1.2 Contoh tabel penilaian presentasi
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Jumlah
No. Nama
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Setelah mengetahui perbedaan ciri kelompok sosial, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan
pembelajaran dengan menampilkan contoh kasus untuk dibahas bersama. Ketika individu
dihadapkan pada peran dan status dalam kelompok primer atau sekunder sering terjadi
benturan kepentingan. Oleh karena itu, individu tersebut harus bersikap bijak. Misalnya,
ketika menghadapi contoh kasus berikut.
Kasus 1:
Andi seorang ketua OSIS. Ia harus mempersiapkan kegiatan pentas seni sekolah bersama
rekan-rekannya karena waktu pelaksanaan tinggal tiga hari. Akan tetapi, pada waktu yang
sama, ibunya jatuh sakit dan harus mendapat perawatan di rumah sakit. Ayah Andi sedang
tugas ke luar kota, sementara kakaknya bekerja di luar negeri. Jika kalian berada di posisi
Andi, bagaimana sikap yang tepat untuk menghadapi masalah tersebut?
Kasus 2:
Pak Joni bekerja di salah satu perusahaan. Ia ditunjuk sebagai ketua tim pengajuan proyek
penting perusahaan yang akan dipresentasikan besok. Sementara itu, besok perayaan hari
ulang tahun putrinya yang berusia 10 tahun. Undangan pesta sudah disebarkan dan seluruh
teman sekelasnya akan hadir. Jika kalian menjadi Pak Joni, bagaimana sikap yang tepat
untuk menghadapi masalah tersebut?
Jawaban:
Jika peserta didik ada di posisi Andi, tentu keluarga perlu lebih diutamakan karena kondisi
ibunya sedang sakit dan anggota keluarga lainnya berhalangan membantu. Andi dapat
meminta wakil ketuanya membantu mengoordinasi persiapan acara dan berkoordinasi
melalui telepon seluler. Sementara itu, pada kasus Pak Joni, kepentingan perusahaan perlu
diutamakan mengingat proyek yang diajukan penting bagi perusahaan. Pak Joni dapat
meminta maaf dan menjelaskan alasan kepada putrinya sebelum acara ulang tahun. Selain
itu, ia akan meluangkan waktu khusus keluarga setelah acara perayaan.
Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan contoh kasus lain yang lebih kontekstual. Adapun
tujuan penyajian kasus ini untuk memberikan pengalaman nyata kepada peserta didik
mengenai pentingnya kelompok primer dan sekunder dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, peserta didik dapat berpikir kritis dalam memecahkan masalah di kehidupan
sehari-hari.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Mengucap salam, senyum, dan sapa kepada peserta didik. Selanjutnya, memberikan
kesempatan kepada salah satu peserta didik memimpin doa sebelum memulai pelajaran.
Sebelum memulai pelajaran, peserta didik diberi perhatian dengan menanyakan kabar, dan
mengecek kehadiran.
Bapak/Ibu Guru dapat mengulang materi yang dipelajari pada pertemuan sebelumnya secara
sekilas dan menghubungkan dengan materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini.
Menyampaikan motivasi pembelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan
menyampaikan apersepsi. Bapak/Ibu Guru dapat memberikan apersepsi kepada peserta
didik, yaitu mengamati gambar Lomba Makan Kerupuk pada Buku Siswa. Selanjutnya,
Bapak/Ibu Guru mengembangkan pertanyaan berikut. Apakah kalian pernah mengikuti
lomba makan kerupuk? Bagaimana sikap kalian ketika kalah atau menang dalam
pertandingan?
Bapak/Ibu Guru memberikan kebebasan kepada tiap-tiap kelompok untuk menyusun poster
sesuai kreativitasnya. Poster dapat dipajang di majalah dinding kelas. Jika poster dalam
bentuk digital maka dapat dibagikan di media sosial atau disimpan pada sistem cloud seperti
google drive sehingga dapat diakses kapan pun dan di mana pun. Bapak/Ibu Guru menilai
produk poster menggunakan contoh instrumen berikut.
Tabel 1.4 Instrumen penilaian produk
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3
No. Nama Jumlah
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
PERTEMUAN KE-3
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Mengucap salam, senyum, dan sapa kepada peserta didik ketika masuk kelas. Memberikan
kesempatan kepada salah satu peserta didik memimpin doa sebelum memulai pelajaran
sebagai wujud sikap beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Memberikan perhatian dengan menanyakan kabar, berkeliling untuk melihat kesiapan
belajar peserta didik dan kebersihan lingkungan belajar, serta kesiapan fasilitas belajar.
Melihat kehadiran peserta didik secara fisik berdasarkan buku presensi.
Memberikan motivasi belajar, contohnya dengan memberikan penghargaan atas prestasi
belajar peserta didik di pertemuan sebelumnya. Selanjutnya, peserta didik diajak mengingat
kembali konsep, perkembangan, dan ragam kelompok sosial. Misalnya, dengan tanya jawab
atau kuis. Sampaikan pula tujuan pembelajaran pada pertemuan ini, berupa pendalaman
materi.
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Setelah menyimak apersepsi, identifikasilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda
centang () pada kolom Setuju atau Tidak Setuju. Berikan pula alasan dari pilihan jawaban
kalian!
No Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Menurut saya, antaranggota kelompok sosial tidak harus
saling mengenal dan berinteraksi dalam waktu yang
lama.
Alasan:
2 Menurut saya, kelompok sosial dan pengelompokan
sosial merupakan konsep yang sama.
Alasan:
3 Menurut saya, kelompok sosial yang satu dengan
lainnya dapat dibedakan berdasarkan ciri atau kesamaan
tertentu.
Alasan:
4 Menurut saya, suatu kelompok sosial dapat bertahan,
meskipun tanpa seorang pemimpin.
Alasan:
5 Menurut saya, antarkelompok sosial dapat saling
terhubung dan membentuk jaringan sosial jika memiliki
kesamaan tujuan.
Alasan:
Diskusikan hasil jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
memahami materi pada bab ini.
Kesimpulan:
Berikan tanda centang () pada kolom Benar/Salah berdasarkan informasi pada infografis
tersebut!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Penjelasan kolom Kelompok Usaha menunjukkan ciri
kelompok sosial yang berhak menerima KUR.
2 UMKM, Gapoktan, dan KUBE menunjukkan contoh
pengelompokan sosial yang ditentukan berdasarkan kesamaan
ukuran usahanya.
Perhatikan ilustrasi berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 9-10!
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tindakan risak (bullying) di sekolah terjadi karena
berbagai faktor. Menurut Djuwita, risak di sekolah merupakan suatu proses dinamika
kelompok. Terdapat pembagian peran dalam permasalahan risak. Peran-peran tersebut di
antaranya bully, asisten bully, reinforcer, victim, devender, dan outsider. Bully adalah peserta
didik yang dikategorikan sebagai pemimpin. Ia berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku
risak. Assisten bully juga aktif dalam aksi risak, namun cenderung mengikuti perintah bully.
Reinforcer adalah pihak-pihak yang hadir ketika risak terjadi. Mereka ikut menyaksikan,
menertawakan korban, memprovokasi, bahkan mengajak peserta didik lain untuk menonton.
Outsider atau bystander adalah orang-orang tahu bahwa risak terjadi, tetapi tidak melakukan
apapun, seolah-olah tidak peduli.
Sumber: Ratna Djuwita, ‘Kekerasan Tersembunyi di Sekolah: Aspek-Aspek Psikososial dari
Bullying-Victims: A Comparison of Psychosocial and Behavioral Characteristics’, Journal of
Pediatric Psychology, 2006
9. Setujukah kalian dengan pernyataan peneliti bahwa risak merupakan salah satu bentuk
dinamika kelompok?
A. Ya
B. Tidak
Deskripsikan argumen kalian!
10. Setujukah kalian bahwa infografis berikut efektif memutus mata rantai masalah bullying
yang dipaparkan peneliti pada artikel tersebut?
A. Ya
B. Tidak
Deskripsikan argumen kalian!
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Coba identifikasi, apakah kerumunan memiliki kriteria atau ciri yang sama dengan kelompok
sosial? Hubungkanlah sebuah garis untuk memasangkan persamaan ciri kelompok sosial dengan
kerumunan!
Ciri-Ciri Kelompok Sosial
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Perilaku kolektif, tindakan spontan, tidak terstruktur, dan sering terjadi karena adanya pengaruh
dari orang lain.
Kelompok primer, kelompok yang memiliki ukuran relatif kecil, hubungan erat, tulus, intim, dan
terhubung dalam waktu lama.
Kelompok sekunder, kelompok yang terbentuk karena adanya kesamaan tertentu dengan ukuran
relatif lebih besar dan dalam waktu relatif terbatas.
Kelompok referensi, kelompok yang menjadi acuan/standar yang dapat memengaruhi perilaku
seseorang.
Kelompok dalam, kelompok yang menjadi tempat seseorang memiliki identitas dan merasakan
bagian dari sebuah kelompok.
Kelompok luar, kelompok yang memiliki identitas berbeda dan mungkin menimbulkan persaingan
bagi diri seseorang.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 1 : KELOMPOK SOSIAL
SUB BAB 3 : DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 25 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab 1 Buku Siswa pada prinsipnya memuat materi pokok tentang kelompok sosial. Materi
tersebut dibagi menjadi tiga subpokok materi, yaitu kelompok dan pengelompokan sosial,
ragam kelompok sosial, dan dinamika kelompok sosial. Pada dasarnya manusia membutuhkan
bantuan dari manusia lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga secara alami
membentuk kelompokkelompok khusus. Kelompok merupakan bagian dari sistem sosial
masyarakat yang saling bertautan. Oleh karena itu, kelompok sosial menjadi materi esensial
yang perlu diajarkan kepada peserta didik.
Bapak/Ibu Guru dapat menjelaskan konsep, dasar pembentukan, hingga perkembangan
kelompok sosial dalam masyarakat. Selanjutnya, pada subpokok materi kedua Bapak/Ibu Guru
perlu mengajak peserta didik membedakan konsep kelompok dan pengelompokan sosial.
Kedua konsep ini penting karena akan berpengaruh pada penguasaan materi selanjutnya.
Ragam kelompok sosial dari sudut pandang tokoh-tokoh sosiologi diberikan untuk
memudahkan peserta didik mengidentifikasi realitas kelompok sosial dalam masyarakat.
Peserta didik perlu memahami perbedaan kelompok dan perilaku kolektif, kelompok primer
dan sekunder, kelompok in-group dan out-group, serta kelompok referensi. Pada subpokok
materi ketiga, peserta didik akan mempelajari komponen-komponen yang berpengaruh dalam
dinamika kelompok sosial. Dengan demikian, realitas dinamika kelompok sosial dalam
masyarakat dapat diidentifikasi peserta didik secara muda h.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu mendeskripsikan konsep dinamika kelompok sosial dengan tepat.
Peserta didik mampu menjelaskan pengaruh kepemimpinan terhadap suatu dinamika
kelompok sosial melalui contoh yang sesuai.
Peserta didik mampu menjelaskan fungsi organisasi dalam dinamika kelompok sosial.
Peserta didik mampu menjelaskan pentingnya jaringan sosial dalam dinamika kelompok
sosial melalui penyelidikan kasus yang tepat.
Peserta didik mampu menjelaskan pengaruh konformitas terhadap dinamika kelompok
melalui analisis kasus yang relevan.
Peserta didik mampu memilih topik/kasus dinamika kelompok sosial melalui telaah literatur.
Peserta didik mampu menelaah dinamika kelompok sosial yang ada di lingkungan
sekitarnya.
Peserta didik mampu melakukan penyelidikan dan mengolah informasi menjadi karya tulis
yang bernilai guna bagi kehidupan sosialnya.
Peserta didik mampu menganalisis dinamika kelompok sosial berdasarkan aktivitas belajar.
Peserta didik mampu mengolah informasi dinamika kelompok sosial dari berbagai sumber
belajar.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Mendeskripsikan konsep dinamika kelompok sosial dengan tepat.
Menjelaskan pengaruh kepemimpinan terhadap suatu dinamika kelompok sosial melalui
contoh yang sesuai.
Menjelaskan fungsi organisasi dalam dinamika kelompok sosial.
Menjelaskan pentingnya jaringan sosial dalam dinamika kelompok sosial melalui
penyelidikan kasus yang tepat.
Menjelaskan pengaruh konformitas terhadap dinamika kelompok melalui analisis kasus
yang relevan.
Memilih topik/kasus dinamika kelompok sosial melalui telaah literatur.
Menelaah dinamika kelompok sosial yang ada di lingkungan sekitarnya.
Melakukan penyelidikan dan mengolah informasi menjadi karya tulis yang bernilai guna
bagi kehidupan sosialnya.
Menganalisis dinamika kelompok sosial berdasarkan aktivitas belajar.
Mengolah informasi dinamika kelompok sosial dari berbagai sumber belajar.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apa perbedaan antara kelompok sosial dan perilaku kolektif? Bagaimana sikap yang harus
dikembangkan ketika membagi peran dalam kehidupan kelompok sosial kalian?
Siapakah profil pemimpin idola kalian? Mengapa sebuah kelompok membutuhkan seorang
pemimpin?
Apa yang akan terjadi jika pemimpin sebuah kelompok tidak menjalankan perannya dengan
baik?
Apa saja contoh organisasi di lingkungan sekitar kalian?
Apa alasan sebagian besar masyarakat mengakses internet berdasarkan infografis?
Bagaimana langkah-langkah untuk menghindari berita hoax?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Memberikan kesempatan kepada salah satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum
pembelajaran, lalu mengecek kondisi kelas dan kehadiran peserta didik.
Mengulas kembali pemahaman peserta didik mengenai materi yang sudah disampaikan
sebelumnya. Misalnya, Bapak/Ibu Guru mengajukan pertanyaan berikut. Apa perbedaan
antara kelompok sosial dan perilaku kolektif? Bagaimana sikap yang harus dikembangkan
ketika membagi peran dalam kehidupan kelompok sosial kalian? Setelah melakukan tanya
jawab, Bapak/Ibu Guru menyisipkan penguatan karakter agar peserta didik mampu bijak,
arif, dan disiplin membagi perannya dalam keluarga, pergaulan, dan aktivitas di sekolah.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi materi. Misalnya, dengan
mengajukan pertanyaan berikut. Siapakah profil pemimpin idola kalian? Mengapa sebuah
kelompok membutuhkan seorang pemimpin? Lalu, peserta didik diajak menyimpulkan hasil
diskusi sehingga mereka memiliki pemahaman awal tentang konsep dinamika kelompok dan
kepemimpinan dalam kelompok sosial yang akan dibahas lebih mendalam di kegiatan inti.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Mengucapkan salam, senyum, dan sapa kepada peserta didik ketika memasuki kelas.
Bapak/Ibu Guru dapat memimpin doa bersama, memeriksa kebersihan lingkungan belajar,
kesiapan peserta didik, dan menyiapkan media pembelajaran yang akan digunakan.
Memberikan motivasi belajar, contohnya melalui cerita pendek atau video inspiratif.
Bapak/Ibu Guru dapat menayangkan video dari akun Youtube KEMENDIKBUD RI dengan
judul video Piala Untuk Guru. Melalui video tersebut, peserta didik dapat belajar bahwa
prestasi akan dicapai jika dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Jika video tidak bisa
ditayangkan, Bapak/Ibu Guru dapat memberikan cerita pendek yang diambil dari tokoh
inspiratif pada profesi tertentu.
Menyampaikan tujuan pembelajaran pada minggu ini, yaitu menjelaskan peran organisasi
dan jaringan sosial dalam dinamika kelompok. Bapak/ Ibu Guru dapat menyampaikan
apersepsi dengan meminta peserta didik mengamati kelompok kepemudaan di lingkungan
sekitar. Misalnya, karang taruna atau kelompok ekstrakurikuler di sekolah. Selanjutnya,
peserta didik diminta menjawab pertanyaan berikut. Apa saja contoh organisasi di
lingkungan sekitar kalian?
PERTEMUAN KE-3
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Mengucap salam, senyum, dan sapa kepada peserta didik ketika memasuki kelas.
Memberikan kesempatan kepada salah satu peserta didik memimpin doa sebelum kegiatan
pembelajaran dimulai sebagai wujud sikap beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Memberikan perhatian dengan menanyakan kabar, berkeliling untuk melihat kesiapan
belajar peserta didik dan ketersediaan fasilitas belajar, serta memeriksa kebersihan
lingkungan belajar.
Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan apersepsi materi. Apersepsi dapat
dilakukan dengan mengaitkan materi pertemuan sebelumnya dengan materi yang akan
diajarkan. Misalnya, masih ingatkah kalian cara menghindarkan diri dari berita bohong? Jika
kalian mengetahui terdapat anggota kelompok yang menyebarkan gosip atau berita bohong,
apa yang akan kalian lakukan? Sikap kalian tersebut menunjukkan konformitas.
PERTEMUAN KE-4
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Pengkondisian peserta didik mulai dari memusatkan perhatian, misalnya mengucapkan
salam, menyapa dan menanyakan kabar, serta membimbing doa bersama. Selanjutnya,
menata ruang kelas dengan menata tempat duduk setengah lingkaran menghadap papan
tulis. Selain itu, semangat belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan ice breaking.
Bapak/Ibu Guru dapat menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dikembangkan pada
minggu ini, yaitu menulis karya tulis berupa esai tentang dinamika kelompok sosial.
Kumpulan esai yang ditulis peserta didik ini dapat menjadi karya berupa buku jika sekolah
memfasilitasi proses ISBN dan penataan naskahnya. Selain itu, Bapak/Ibu Guru dapat
memanfaatkan proses penulisan esai ini menjadi bahan penilaian portofolio peserta didik.
PERTEMUAN KE-5
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru mengucapkan salam, senyum, dan sapa kepada peserta didik ketika
memasuki kelas. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru menunjuk salah satu peserta didik untuk
memimpin doa sebelum memulai kegiatan pembelajaran sebagai wujud keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Memastikan kesiapan belajar, yaitu fasilitas atau media presentasi yang akan digunakan
seperti LCD dan kondisi lingkungan belajar peserta didik. Bapak/Ibu Guru juga dapat
menggunakan model penataan tempat duduk seperti huruf U atau setengah lingkaran jika
dimungkinkan. Misalnya, seperti gambar berikut.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada minggu kesepuluh, yaitu
mempresentasikan hasil karya esai peserta didik, mengerjakan Uji Pengetahuan Akhir dan
Refleksi.
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Setelah menyimak apersepsi, identifikasilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda
centang () pada kolom Setuju atau Tidak Setuju. Berikan pula alasan dari pilihan jawaban
kalian!
No Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Menurut saya, antaranggota kelompok sosial tidak harus
saling mengenal dan berinteraksi dalam waktu yang
lama.
Alasan:
2 Menurut saya, kelompok sosial dan pengelompokan
sosial merupakan konsep yang sama.
Alasan:
3 Menurut saya, kelompok sosial yang satu dengan
lainnya dapat dibedakan berdasarkan ciri atau kesamaan
tertentu.
Alasan:
4 Menurut saya, suatu kelompok sosial dapat bertahan,
meskipun tanpa seorang pemimpin.
Alasan:
5 Menurut saya, antarkelompok sosial dapat saling
terhubung dan membentuk jaringan sosial jika memiliki
kesamaan tujuan.
Alasan:
Diskusikan hasil jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
memahami materi pada bab ini.
Kesimpulan:
A. Ya
B. Tidak
Deskripsikan argumen kalian!
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Bentuklah kelompok yang terdiri atas empat peserta didik. Selanjutnya, identifikasilah pemimpin-
pemimpin yang ada di sekitar kalian. Setiap anggota harus mengenalkan salah satu profil pemimpin
di lingkungan sekitar beserta peran atau tugasnya. Contoh yang diberikan harus berbeda agar kalian
dapat memperoleh informasi beragam.
Tuliskan hasil temuan kalian dalam bentuk tabel seperti contoh berikut.
No. Contoh Pemimpin Garis Besar Peran/Tugas
Aktivitas
Mari refleksikan gaya kepemimpinan kalian dengan mengidentifikasi beberapa pernyataan berikut.
Berikan tanda centang () pada pernyataan yang menunjukkan kepribadian diri kalian!
No. Pernyataan A Pernyataan B Pernyataan C
1 Saya menentukan semua Saya memberikan Saya menyerahkan semua
keputusan dalam kelompok kesempatan orang keputusan pada forum (___).
sendiri (___). berpendapat sebelum
mengambil keputusan (___).
2 Semua orang harus menaati Semua orang boleh tidak Saya membebaskan orang
keputusan yang saya ambil menaati keputusan saya jika lain untuk melakukan apapun
(___). memiliki pertimbangan lain yang bertentangan dengan
(___). keputusan saya (___).
3 Saya harus memberikan Saya memberikan Saya memberikan kebebasan
perintah dan mengawasi pertimbangan dan dan kuasa mutlak pada forum
setiap kegiatan (___). berkoordinasi dalam setiap dalam setiap kegiatan. (___).
kegiatan (___).
4 Semua orang harus meminta Semua orang harus Saya tidak pernah
izin saya sebelum berkoordinasi dengan saya mempermasalahkan izin
melakukan kegiatan (___). sebelum melakukan setiap kegiatan yang akan
kegiatan (___). dilakukan (___).
5 Saya lebih suka memberi Saya lebih suka Saya lebih suka
masukan (___). mendengarkan pendapat mendengarkan masukan
sebelum memberi masukan (___).
(___).
Pernyataan pada kolom mana yang paling banyak kalian miliki? Setelah memperoleh jawaban, coba
refleksikan gaya kepemimpinan yang kalian miliki. Selanjutnya, refleksikan kelemahan dan
kelebihan gaya kepemimpinan kalian tersebut. Kalian dapat melakukan penelusuran informasi
lanjutan melalui berbagai sumber. Kemukakan hasil refleksi kalian secara santun untuk memperoleh
masukan dari guru dan temanteman di kelas.
Aktivitas
Setelah menyimak penjelasan mengenai organisasi dan birokrasi, lakukanlah penyelidikan berikut.
Kalian tentu pernah mendengar istilah organisasi dan birokrasi. Salah satu organisasi di lingkungan
sekitar kalian adalah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Apakah kalian terlibat aktif dalam
kegiatan OSIS? Bagaimana sistem kerja/birokrasi yang ada di dalamnya? Silakan kemukakan
pendapat kalian dengan santun di kelas.
Selanjutnya, lakukan aktivitas berikut.
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas empat orang.
2. Diskusikan peran, fungsi, dan sistem kerja OSIS yang ada di sekolah kalian.
3. Tunjukkan bukti-bukti yang mendukung bahwa OSIS dapat dikategorikan sebagai organisasi.
4. Deskripsikan birokrasi yang ada dalam OSIS di sekolah kalian.
Aktivitas
Bentuklah kelompok kecil dengan mengajak teman sebangku kalian. Selanjutnya, diskusikanlah
pertanyaan berikut.
1. Apabila mendapat perlakuan body shaming dalam kelompok, bagaimana sikap yang akan kalian
tunjukkan?
2. Mengapa kalian menunjukan sikap tersebut?
Kemukakan hasil diskusi kalian di kelas. Mintalah saran dari Bapak/ Ibu Guru mengenai sikap yang
kalian pilih. Dengan demikian, kalian dapat merefleksikan diri berdasarkan hasil jawaban tersebut.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Dinamika kelompok, tindakan, proses, dan perubahan yang terjadi dalam kelompok dari waktu ke
waktu.
Organisasi, kelompok sekunder yang memiliki sistem birokrasi dan dibentuk untuk mencapai
tujuan bersama.
Kepemimpinan, gaya seseorang memengaruhi atau memimpin orang lain dalam suatu kelompok.
Jaringan sosial, serangkaian hubungan yang menghubungkan individu dengan individu lain
ataupun kelompok.
Konformitas, serangkaian proses yang mendorong seseorang mematuhi nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 2 : PERMASALAHAN SOSIAL AKIBAT PENGELOMPOKAN SOSIAL
SUB BAB 1 : PERMASALAHAN SOSIAL TERKAIT PENGELOMPOKAN SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 15 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab 2 membahas tentang permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial. Oleh karena itu,
Bapak/Ibu Guru perlu memberikan penjelasan mengenai perbedaan permasalahan sosial pada
umumnya dengan permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial. Perbedaan keduanya
terletak pada akar masalah yang berasal dari persepsi, sikap, serta kecenderungan masyarakat
dalam mengelompokkan atau mengategorikan keberagaman dalam masyarakat. Akhirnya,
muncul prasangka yang diikuti dengan kecenderungan eksklusivisme, partikularisme, dan
eksklusi sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, muncul berbagai permasalahan akibat
pengelompokan sosial dalam masyarakat seperti ketidakadilan, intoleransi, korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Setelah memiliki pengetahuan yang memadai, Bapak/Ibu Guru dapat mendorong peserta didik
melakukan penyelidikan dengan menerapkan penelitian sosial yang sudah dipelajari di kelas X.
Dengan demikian, secara mandiri peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan merekomendasikan penyelesaian permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu mendeskripsikan konsep permasalahan sosial disertai kata kunci yang
relevan.
Peserta didik mampu mencari informasi tentang konsep permasalahan sosial dari berbagai
sumber yang kredibel.
Peserta didik mampu merumuskan konsep permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial
secara tepat.
Peserta didik mampu mengolah informasi tentang konsep permasalahan sosial dari berbagai
sumber belajar secara tepat.
Peserta didik mampu menganalisis munculnya permasalahan sosial akibat pengelompokan
sosial.
Peserta didik mampu menyajikan informasi tentang penyebab munculnya permasalahan
sosial akibat pengelompokan sosial.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Mendeskripsikan konsep permasalahan sosial disertai kata kunci yang relevan.
Mencari informasi tentang konsep permasalahan sosial dari berbagai sumber yang kredibel.
Merumuskan konsep permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial secara tepat.
Mengolah informasi tentang konsep permasalahan sosial dari berbagai sumber belajar secara
tepat.
Menganalisis munculnya permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial.
Menyajikan informasi tentang penyebab munculnya permasalahan sosial akibat
pengelompokan sosial.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Mengapa bergunjing dapat menyebabkan keretakan dalam kelompok sosial? Bagaimana
sikap kalian jika diajak membicarakan kejelekan teman?
Bagaimana pendapat kalian tentang kesetaraan gender? Mengapa ketimpangan gender
terjadi? Apakah ketimpangan gender termasuk masalah sosial akibat pengelompokan sosial?
Apa yang harus dilakukan jika ada kelompok yang menyebarkan prasangka buruk untuk
kelompok lain?, Apakah prasangka dapat menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat?
Apakah kalian pernah melihat praktik eksklusivisme di lingkungan sekolah?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru meminta peserta didik bersiap menerima pelajaran dan berdoa sebelum
memulai pembelajaran. Selanjutnya, Bapak/ Ibu Guru mengondisikan tempat duduk peserta
didik sesuai rencana penggunaan model pembelajaran pertemuan ini seperti contoh berikut.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kesebelas dan
memberikan apersepsi. Pada kegiatan ini Bapak/Ibu Guru dapat menggunakan apersepsi
yang tercantum pada Buku Siswa. Apersepsi pada Buku Siswa menampilkan contoh sikap
yang dapat memicu permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial dalam masyarakat,
yaitu bergunjing atau bergosip.
Pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengembangkan aktivitas pada apersepsi sebagai
berikut. Mengapa bergunjing dapat menyebabkan keretakan dalam kelompok sosial?
Bagaimana sikap kalian jika diajak membicarakan kejelekan teman? Melalui pertanyaan
tersebut, Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk menghindari sikap-sikap yang
dapat menyebabkan keretakan sosial.
Setelah memperoleh informasi dari kelompok ahli, tiap-tiap perwakilan kelompok kembali
ke kelompok asalnya dan menyusun informasi yang diperoleh. Bapak/Ibu Guru dapat
melakukan penilaian menggunakan contoh instrumen penilaian kelompok berikut.
Tabel 2.2 Instrumen penilaian kelompok
Pembagian Perolehan
Nama Partisipasi
No. Tugas Informasi Jumlah
Kelompok
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan kuis yang terdiri atas pertanyaan sesuai topik yang
diberikan secara individu. Contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai berikut.
Kuis
Pertanyaan :
1. Mengapa banyak kasus kriminalitas dilakukan oleh penduduk di permukiman miskin
daerah perkotaan?
2. Apakah kepadatan penduduk di permukiman miskin dapat menyebabkan masalah
kesehatan?
3. Apakah ada peraturan yang mengatur permukiman miskin di perkotaan?
4. Bagaimana cara mengatasi pencemaran lingkungan di permukiman miskin daerah
perkotaan?
Jawaban :
1. Permukiman miskin di daerah perkotaan mayoritas dihuni penduduk dengan tingkat
pendapatan rendah, sehingga berpotensi terjadi kriminalitas yang dilakukan penduduk di
permukiman tersebut. Sebagai contoh, pencurian akibat ketidakmampuan penduduk
untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Tindakan mencuri dianggap sebagai solusi
tercepat untuk mengatasi masalah ekonomi. Jumlah kasus pencurian yang meningkat
akan memengaruhi identitas lokasi permukiman.
2. Kepadatan penduduk dapat memicu terjadinya masalah kesehatan seperti penularan
penyakit, virus, dan bakteri akibat lingkungan yang tidak bersih, kelembapan udara, dan
sirkulasi udara yang tidak baik.
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2020 tentang Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman.
4. Kementerian PUPR memfasilitasi pembangunan prasarana dan sarana dasar permukiman
seperti sanitasi, revitalisasi kawasan, dan kualitas permukiman. Hal ini bertujuan agar
masyarakat tidak melakukan pencemaran air dengan membuang limbah dan sampah ke
sungai ataupun tidak melakukan pembuangan sampah di sembarang tempat yang dapat
memengaruhi kualitas tanah dan air.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan umpan balik terhadap hasil kuis yang diselesaikan
peserta didik. Jika jawaban peserta didik sudah tepat, Bapak/Ibu Guru dapat memberikan
penguatan materi melalui rekomendasi buku atau artikel sebagai bahan bacaan. Jika hasil
diskusi kelompok belum tepat, Bapak/Ibu Guru dapat bertanya kesulitan yang dialami
peserta didik untuk memahami materi mengenai permasalahan sosial. Jawaban peserta didik
dapat dijadikan landasan pengulangan materi sesuai dengan gaya belajar. Misalnya,
memberikan rangkuman materi untuk dibaca, memberikan rekaman suara penjelasan untuk
didengarkan, dan memberikan video penjelasan untuk dilih
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan menyapa, menanyakan kabar, dan memeriksa
kesiapan belajar peserta didik. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru memimpin doa dan mengecek
kehadiran peserta didik sebelum pembelajaran dimulai.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran di pertemuan kedua belas yang akan
dicapai melalui aktivitas pembelajaran. Bapak/Ibu Guru juga dapat memberikan sedikit
ulasan materi yang disampaikan pada pertemuan sebelumnya sebagai pengingat.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan apersepsi melalui contoh kasus, misalnya fenomena kasus
ketimpangan gender. Bapak/Ibu Guru dapat memanfaatkan artikel berita atau gambar.
Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru mengajukan pertanyaan berikut. Bagaimana pendapat kalian
tentang kesetaraan gender? Mengapa ketimpangan gender terjadi? Apakah ketimpangan
gender termasuk masalah sosial akibat pengelompokan sosial?
Jawaban peserta didik tentu beragam. Akan tetapi, Bapak/Ibu Guru dapat memberikan
penguatan dan arahan bahwa pengelompokan sosial terbentuk karena adanya prasangka dan
labelisasi. Misalnya, labelisasi budaya bahwa perempuan lebih cocok bekerja di sektor
domestik. Labelisasi tersebut menyebabkan terjadi masalah sosial berupa ketimpangan
gender.
PERTEMUAN KE-3
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memimpin doa sebelum memulai kegiatan pembelajaran atau meminta
perwakilan kelas untuk memimpin doa bersama. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru berkeliling
memeriksa kesiapan belajar seperti melihat kehadiran peserta didik berdasarkan buku
kehadiran, melihat kebersihan kelas, dan ketersediaan fasilitas pendukung pembelajaran.
Jika peserta didik dan lingkungan belajar sudah kondusif, Bapak/ Ibu Guru dapat
memberikan motivasi belajar. Misalnya, melalui video pendek yang menginspiratif diambil
dari akun YouTube Ditjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI dengan judul Gading,
Penyandang Disabilitas Yang Menginspirasi Banyak Orang. Jika Bapak/Ibu Guru
kesulitan menayangkan video tersebut, dapat diganti dengan cerita dari tokoh inspiratif di
Indonesia.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan ketiga belas dan
menyampaikan apersepsi. Kegiatan apersepsi dapat dilakukan menggunakan cerita pendek
berdasarkan pengalaman Bapak/Ibu Guru ataupun pengalaman peserta didik ketika berada
dalam kelompok sosial. Bapak/Ibu Guru juga dapat memberikan sedikit ulasan materi yang
disampaikan pada pertemuan sebelumnya.
Kesimpulan:
Setiap kelompok diarahkan untuk menyusun laporan lengkap aktivitas investigasi dengan
struktur laporan berikut
Halaman cover berisi judul, identitas anggota kelompok, identitas sekolah, dan tahun
laporan dibuat.
Halaman daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel yang tercantum berdasarkan
keseluruhan isi laporan.
Halaman pendahuluan memuat latar belakang kasus yang diidentifikasi, tujuan, dan
manfaat melakukan identifikasi.
Halaman isi berisi kajian pustaka yang relevan dengan investigasi dan hasil investigasi
yang dilakukan.
Halaman penutup berisi kesimpulan hasil investigasi dan saran untuk investigasi yang
telah dilakukan.
Halaman daftar isi berisi daftar rujukan sumber yang digunakan pada laporan.
Setiap kelompok diberi kesempatan secara bergiliran untuk menyampaikan hasil investigasi
melalui presentasi di depan kelas. Peserta didik diminta untuk membuat peta hasil
investigasi seperti contoh berikut.
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Kalian tentu pernah mendengar konsep permasalahan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu,
mari identifikasi apakah konsep permasalahan sosial kalian sudah tepat? Kalian dapat
mencobanya dengan merespons pernyataan berikut. Berikan tanda centang () pada kolom
Benar atau Salah untuk menunjukkan pilihan jawaban yang tepat!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Suatu masalah dapat dikategorikan sebagai permasalahan sosial
jika memengaruhi banyak orang.
2 Suatu masalah yang bersifat pribadi terkadang dapat berkembang
sebagai permasalahan sosial karena mendapat perhatian banyak
orang.
3 Akar masalah pengelompokan sosial dalam masyarakat adalah
prasangka atau pandangan negatif atas keberadaan kelompok
sosial lainnya.
4 Semua permasalahan sosial dalam masyarakat dapat
dikategorikan sebagai permasalahan sosial akibat pengaruh
pengelompokan sosial.
5 Permasalahan sosial hanya dapat diselesaikan dengan cara
merefleksikan diri atau memikirkan berbagai alternatif solusinya
secara mendalam.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
melanjutkan pembahasan materi pada bab ini.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Aktivitas
Setelah kalian menyimak artikel, lakukanlah analisis kasus secara berkelompok berdasarkan
instruksi berikut.
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas empat hingga lima peserta didik!
2. Temukan contoh kasus eksklusivisme dan partikularisme!
3. Identifikasilah latar belakang, pihak-pihak, dan dampak kasus yang kalian temukan!
Perkuat jawaban kalian dengan melakukan penelusuran informasi dari data atau sumber-sumber
tepercaya seperti buku, jurnal, laporan penelitian, film dokumenter, dan berita tepercaya lainnya.
Selanjutnya, kemukakan hasil temuan kalian secara santun di kelas. Mintalah masukan dari
Bapak/Ibu Guru dan teman-teman lainnya untuk memperkaya wawasan dan ketajaman analisis
kalian.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Permasalahan sosial umumnya mengacu pada kondisi pelanggaran nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Permasalahan sosial menimbulkan dampak yang dapat meresahkan masyarakat dan
membawa kerugian. Terdapat masalah sosial lain yang muncul akibat adanya pengelompokan sosial
dalam masyarakat. Permasalahan sosial ini tidak terlepas dari dinamika kelompok sosial yang
disertai dengan prasangka, eksklusivisme, dan partikularisme. Misalnya, timbul masalah
ketidakadilan, intoleransi, serta korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Kecenderungan tersebut
menjadi akar permasalahan sosial yang dapat memecah belah stabilitas sosial dalam masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan sikap kritis dalam menyikapi dan memecahkan setiap permasalahan
sosial tersebut.
Perumusan rekomendasi pemecahan masalah sosial dalam masyarakat dapat optimal jika dilakukan
melalui penelitian sosial. Penelitian sosial menerapkan langkah dan prosedur sistematis melalui
tahapan identifikasi, perumusan masalah, mendesain penyelidikan, mengumpulkan, menganalisis,
hingga pelaporan. Hasil penelitian juga perlu dipublikasikan agar memberikan manfaat yang luas.
Oleh karena itu, keterampilan mengomunikasikan hasil penelitian sangat penting kalian kuasai.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Permasalahan sosial , kondisi sosial yang dipandang masyarakat sebagai situasi berbahaya dan
membutuhkan perbaikan.
Prasangka, dugaan yang kurang baik dan belum tentu kebenarannya.
Eksklusivisme, kecenderungan untuk memisahkan diri dari masyarakat.
Partikularisme, kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan
umum.
Eksklusi sosial, sikap mengeluarkan, menyingkirkan, atau mengenyampingkan orang lain.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 2 : PERMASALAHAN SOSIAL AKIBAT PENGELOMPOKAN SOSIAL
SUB BAB 2 : RAGAM PERMASALAHAN SOSIAL TERKAIT PENGELOMPOKAN
SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 15 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab 2 membahas tentang permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial. Oleh karena itu,
Bapak/Ibu Guru perlu memberikan penjelasan mengenai perbedaan permasalahan sosial pada
umumnya dengan permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial. Perbedaan keduanya
terletak pada akar masalah yang berasal dari persepsi, sikap, serta kecenderungan masyarakat
dalam mengelompokkan atau mengategorikan keberagaman dalam masyarakat. Akhirnya,
muncul prasangka yang diikuti dengan kecenderungan eksklusivisme, partikularisme, dan
eksklusi sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, muncul berbagai permasalahan akibat
pengelompokan sosial dalam masyarakat seperti ketidakadilan, intoleransi, korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Setelah memiliki pengetahuan yang memadai, Bapak/Ibu Guru dapat mendorong peserta didik
melakukan penyelidikan dengan menerapkan penelitian sosial yang sudah dipelajari di kelas X.
Dengan demikian, secara mandiri peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan merekomendasikan penyelesaian permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu mengidentifikasi ragam masalah sosial terkait pengelompokan sosial
melalui diskusi kelompok secara kritis.
Peserta didik mampu memilah informasi tentang ragam masalah sosial terkait
pengelompokan sosial dari berbagai sumber belajar.
Peserta didik mampu menjelaskan ragam permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial
setelah berdiskusi kelompok.
Peserta didik mampu mengeksplorasi informasi tentang ragam permasalahan sosial akibat
pengelompokan sosial dari berbagai sumber belajar.
Peserta didik mampu menyeleksi permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial melalui
diskusi berkelompok secara baik.
Peserta didik mampu menyajikan informasi tentang permasalahan sosial akibat
pengelompokan sosial dari berbagai sumber belajar secara baik.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Mengidentifikasi ragam masalah sosial terkait pengelompokan sosial melalui diskusi
kelompok secara kritis.
Memilah informasi tentang ragam masalah sosial terkait pengelompokan sosial dari berbagai
sumber belajar.
Menjelaskan ragam permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial setelah berdiskusi
kelompok.
Mengeksplorasi informasi tentang ragam permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial
dari berbagai sumber belajar.
Menyeleksi permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial melalui diskusi berkelompok
secara baik.
Menyajikan informasi tentang permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial dari
berbagai sumber belajar secara baik.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apakah jenis kelamin menentukan jenis buku yang digemari?, dan Apakah jumlah buku di
perpustakaan cukup untuk seluruh siswa di sekolah?, dan Seberapa sering seseorang datang
ke perpustakaan?
Pernahkah kalian menjadi korban perundungan?
Apa sikap yang harus ditunjukkan jika melihat dan mengalami perlakuan intoleransi seperti
pada gambar?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucap salam, memberikan senyum, dan
menanyakan kabar peserta didik. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru memimpin doa atau
menunjuk perwakilan kelas untuk memimpin doa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.
Bapak/Ibu Guru berkeliling untuk melihat kesiapan peserta didik mengikuti proses
pembelajaran.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menayangkan
video inspiratif yang diambil berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman peserta
didik. Durasi kegiatan ini disarankan selama tiga menit.
Bapak/Ibu Guru dapat melanjutkan dengan pemberian apersepsi. Apersepsi dapat dilakukan
sebagai berikut.
Apakah kalian pernah merasakan situasi yang tidak adil ketika berada di rumah atau
sekolah? Bagaimana kalian mengatasi ketidakadilan yang kalian terima? Jelaskan
pengalaman kalian dengan santun di kelas!
Ketidakadilan dapat dialami siapa pun di berbagai lingkungan. Ketidakadilan merupakan
salah satu permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial dalam masyarakat. Perasaan
tidak adil akan menimbulkan berbagai dampak buruk yang dapat memengaruhi tatanan
masyarakat. Oleh karena itu, mari sama-sama kita pelajari lebih dalam mengenai
ketidakadilan sebagai permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial.
Bapak/Ibu Guru dapat menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan keempat belas.
Setelah mengamati gambar, peserta didik diarahkan untuk membuat daftar pertanyaan.
Misalnya, “Apakah jenis kelamin menentukan jenis buku yang digemari?”, dan “Apakah
jumlah buku di perpustakaan cukup untuk seluruh siswa di sekolah?”, dan “Seberapa sering
seseorang datang ke perpustakaan?”
Peserta didik diarahkan untuk mengembangkan salah satu pertanyaan menjadi angket.
Misalnya, tentang ketersediaan jumlah buku di perpustakaan. Peserta didik diarahkan untuk
menentukan jumlah peserta yang akan mengisi angket di setiap jenjang kelas. Misalnya, di
kelas X sebanyak 15 orang, kelas XI sebanyak 15 orang, dan kelas XII sebanyak 15 orang.
Selanjutnya, peserta didik diarahkan menyebarkan angket sesuai jumlah yang telah
ditetapkan.
Setelah angket diisi, peserta didik diarahkan untuk menafsirkan data dalam bentuk diagram
seperti contoh berikut.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan arahan agar peserta didik menyimpulkan hasil diagram
yang dibuat seperti contoh berikut.
Diagram tentang Jumlah Buku di Perpustakaan menunjukkan bahwa jumlah buku untuk
kelas X lebih banyak dibandingkan jumlah buku untuk kelas XI dan XII. Dengan demikian,
ketika ada buku yang hilang, rusak, dan sedang dipinjam, jumlah buku tidak mencukupi
untuk digunakan peserta didik kelas XI dan XII. Hal ini menjadi salah satu contoh
ketidakadilan di sekolah karena seharusnya fasilitas sumber belajar seperti buku pelajaran
disediakan melebihi jumlah peserta didik agar mudah diakses dan digunakan. Selain itu,
buku pelajaran sebaiknya disediakan juga di tiap-tiap kelas agar ketika dibutuhkan pada
proses pembelajaran tidak perlu meminjam dari perpustakaan.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Setelah mengucapkan salam, Bapak/Ibu Guru dapat menunjuk salah satu perwakilan kelas
untuk memimpin doa sebelum belajar. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru berkeliling untuk
memeriksa kehadiran peserta didik melalui buku kehadiran dan memastikan kesiapan belajar
peserta didik.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan waktu kepada peserta didik untuk membaca informasi
yang tersedia pada Buku Siswa tentang cyberbullying melalui laman
https://indonesiabaik.id/media/konten/1121 atau meminta peserta didik memindai QR Code
yang tersedia. Jika Bapak/Ibu Guru tidak dapat memberikan link berita kepada peserta didik,
sumber literasi dapat diganti menggunakan buku-buku di sekolah atau yang dimiliki peserta
didik. Durasi kegiatan ini disarankan tidak lebih dari enam menit.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi melalui cerita pendek tentang perjalanan hidup salah
satu tokoh nasional di Indonesia. Pada kegiatan ini Bapak/Ibu Guru juga dapat memberikan
apersepsi sebagai berikut. Pernahkah kalian menjadi korban perundungan? Ceritakan
pengalaman kalian di depan kelas secara santun!
Perundungan atau bullying dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung. Dampak
yang ditimbulkan juga beragam dari skala kecil hingga besar, paling ekstrem korban
perundungan dapat melakukan percobaan bunuh diri. Perundungan (bullying) tidak hanya
berdampak secara fisik, tetapi juga berdampak secara mental. Perundungan termasuk
tindakan intoleransi yang terjadi dalam masyarakat. Agar lebih memahami intoleransi, mari
kita bersama-sama mendalaminya pada pertemuan ini.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus
Kupon berbicara berfungsi agar peserta didik dapat bergiliran untuk menyampaikan
pendapatnya. Selanjutnya, setiap peserta didik diberikan kesempatan untuk menganalisis
gambar Cara Menolak Intoleransi di Indonesia yang disajikan di Buku Siswa. Bapak/Ibu
Guru dapat mengajukan pertanyaan seperti “Apa sikap yang harus ditunjukkan jika melihat
dan mengalami perlakuan intoleransi seperti pada gambar?”
Setiap peserta didik yang akan mengemukakan tanggapannya terkait pertanyaan yang
diajukan harus mengumpulkan kupon bicara. Peserta didik yang tidak memiliki kupon tidak
dapat berbicara, sedangkan peserta didik yang masih memegang kupon harus
menyampaikan tanggapannya hingga kupon yang dimiliki habis.
Bapak/Ibu Guru dapat melakukan proses penilaian aktivitas peserta didik. Contoh instrumen
penilaian yang dapat digunakan Bapak/Ibu Guru sebagai berikut.
Tabel 2.4 Instrumen penilaian aktivitas
Ide yang
Argumentasi
No. Nama Disampaikan Jumlah
4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan pembelajaran dengan cara mengarahkan peserta
didik untuk menyaksikan tayangan video dari akun YouTube Cerdas Berkarakter
Kemdikbud RI dengan judul Lingkungan Pendidikan Bebas Intoleransi. Jika video tidak
dapat ditayangkan, Bapak/Ibu Guru dapat menggantinya menggunakan cerita berikut.
Lingkungan Pendidikan Bebas Intoleransi
Tindakan intoleransi terkadang dilakukan secara tidak sadar. Intoleransi merupakan sikap
atau tindakan diskriminatif terhadap kelompok tertentu dan berusaha menghalangi kelompok
yang tidak disukai untuk mendapatkan hak-hak dasar yang dilindungi konstitusi. Mereka
yang menjadi korban intoleransi merasa dirugikan bahkan dapat mengalami trauma psikis.
Tindakan intoleransi masih terjadi di beberapa sekolah. Padahal, seharusnya sekolah
menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk belajar. Dalam lingkup institusi pendidikan,
beberapa bentuk intoleransi antara lain (1) tidak memberikan hak belajar siswa atau
mahasiswa serta perbedaan sarana mengajar guru atau dosen karena perbedaan SARA dan
kepercayaan, (2) melarang pelaksanaan ibadah agama atau kepercayaan tertentu di
lingkungan sekolah atau kampus, (3) memaksa pemakaian seragam atau atribut khas agama,
suku, atau kepercayaan tertentu, (4) menolak penerimaan pendaftaraan siswa, guru, tenaga
kependidikan, serta dosen karena perbedaan SARA dan kepercayaan, (5) mengajarkan atau
menyebarkan kebencian kepada SARA atau kepercayaan tertentu.
Kita dapat berperan untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang toleran dengan cara (1)
tidak mengutamakan suku, agama, ras, golongan keagamaan atau kepercayaan tertentu
dalam menerima hak dan kemudahan, (2) memfasilitasi sarana prasarana ibadah dan
memberikan pelajaran agama sesuai keyakinan siswa, (3) saling menghargai terhadap
mereka yang ingin menggunakan serta tidak menggunakan atribut SARA dan kepercayaan,
(4) menghargai mereka yang memilih mengucapkan atau tidak mengucapkan selamat pada
hari besar agama tertentu, (5) menghargai proses pencalonan ataupun hasil pemilihan
pemimpin dalam lingkup satuan pendidikan tanpa adanya sikap diskriminatif terhadap
SARA dan kepercayaan tertentu.
Cara memupuk budaya toleransi di satuan pendidikan, yaitu (1) mengadakan ruang diskusi
antarperbedaan di dalam dan luar sekolah atau kampus, dan (2) menyuarakan praktik
indahnya toleransi di berbagai media, baik daring maupun luring.
Bapak/Ibu Guru membagi peserta didik menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok yang
menghadap ke dalam dan kelompok yang menghadap ke luar. Posisi berdiri peserta didik
tergambar sebagai berikut.
Peserta didik di lingkaran luar akan bergeser searah jarum jam dan membagikan informasi
berdasarkan tayangan video atau cerita tentang Lingkungan Pendidikan Bebas Intoleransi
kepada kelompok dalam. Cara ini dilakukan hingga semua peserta didik di kelompok
lingkaran dalam memperoleh informasi.
Setelah semua peserta didik memperoleh informasi, peserta didik dari kelompok luar
diarahkan untuk kembali ke tempat duduk masing-masing. Peserta didik yang menjadi
anggota kelompok dalam diminta untuk menjelaskan informasi yang diperoleh dari
kelompok luar. Jika ada kesalahan atau kurang informasi, kelompok luar dapat
menambahkan.
PERTEMUAN KE-3
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Setelah memasuki kelas, Bapak/Ibu Guru memimpin doa sebelum melakukan kegiatan
pembelajaran atau menunjuk salah satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum
pembelajaran dilaksanakan. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru berkeliling memeriksa kehadiran
peserta didik berdasarkan buku presensi, memeriksa kesiapan belajar peserta didik, dan
kesiapan lingkungan belajar seperti kebersihan kelas.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menceritakan atau
memberikan bacaan mengenai tokoh inspiratif Asep Heryanto yang dapat diakses melalui
laman https://ditpsd.kemdikbud.go.id/artikel/detail/perjuangan-asep-heryanto-mengajar-
anakanak-di-pedalaman-sukabumi sebagai kegiatan penanaman budaya literasi. Jika
Bapak/Ibu Guru tidak dapat mengakses artikel tersebut, tokoh inspiratif dapat diganti
dengan tokoh nasional lain di Indonesia. Durasi untuk kegiatan ini disarankan tidak lebih
dari lima menit.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan apersepsi berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman
peserta didik. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang harus
dicapai peserta didik pada pertemuan keenam belas ini.
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
Setelah peserta didik memiliki pengetahuan tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme,
Bapak/Ibu Guru dapat membagi peserta didik menjadi kelompok kecil dengan jumlah
anggota 4-5 orang secara heterogen jenis kelamin dan kemampuan akademiknya.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk memilih salah satu permasalahan sosial
berkaitan dengan topik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang terjadi di sekolah ataupun
bidang pendidikan. Meskipun memiliki kesamaan topik, permasalahan yang dipilih tidak
boleh sama antarkelompok. Untuk menentukan permasalahan yang akan dikaji, tiap-tiap
kelompok dapat mengurutkan terlebih dahulu permasalahan yang tingkatnya belum
mendesak hingga sangat mendesak untuk diselesaikan melalui instrumen berikut.
No. Topik Permasalahan Alasan Tingkat Penyelesaian
1 Korupsi
2 Kolusi
3 Nepotisme
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik mencari informasi mengenai topik dari berbagai
sumber belajar seperti buku, artikel, video, ataupun pihak yang dapat memberikan informasi
melalui kegiatan wawancara. Hasilnya disajikan seperti format berikut
No. Sumber yang Digunakan Hasil yang Diperoleh
1
2
3
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk menyusun kesimpulan dari hasil
pencarian dan sajian informasi untuk dipresentasikan di depan kelas dalam bentuk poster,
slide powerpoint, atau dengan kategori identifikasi permasalahan, kebijakan terhadap
permasalahan, solusi yang ditawarkan kelompok, dan implementasi yang akan dilakukan
kelompok.
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Kalian tentu pernah mendengar konsep permasalahan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu,
mari identifikasi apakah konsep permasalahan sosial kalian sudah tepat? Kalian dapat
mencobanya dengan merespons pernyataan berikut. Berikan tanda centang () pada kolom
Benar atau Salah untuk menunjukkan pilihan jawaban yang tepat!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Suatu masalah dapat dikategorikan sebagai permasalahan sosial
jika memengaruhi banyak orang.
2 Suatu masalah yang bersifat pribadi terkadang dapat berkembang
sebagai permasalahan sosial karena mendapat perhatian banyak
orang.
3 Akar masalah pengelompokan sosial dalam masyarakat adalah
prasangka atau pandangan negatif atas keberadaan kelompok
sosial lainnya.
4 Semua permasalahan sosial dalam masyarakat dapat
dikategorikan sebagai permasalahan sosial akibat pengaruh
pengelompokan sosial.
5 Permasalahan sosial hanya dapat diselesaikan dengan cara
merefleksikan diri atau memikirkan berbagai alternatif solusinya
secara mendalam.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
melanjutkan pembahasan materi pada bab ini.
Uji Pengetahuan Akhir
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Berikan tanda centang () untuk menentukan pernyataan yang menunjukkan contoh
masalah sosial dalam masyarakat pada kolom Benar atau Salah! Sertakan pula argumentasi
jawaban kalian di kolom alasan.
No. Pernyataan Benar Salah Alasan
1 Perkelahian dua peserta didik di
kelas.
2 Penularan penyakit HIV/AIDS dalam
masyarakat.
3 Kasus video asusila yang viral di
media sosial.
Depresi atau tekanan jiwa yang
dialami seseorang.
2. Berikan tanda centang ( ) untuk menentukan konsep dan pernyataan yang Benar atau
Salah!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Eksklusivisme merupakan paham yang berupaya
meminggirkan hak-hak kelompok sosial tertentu.
2 Partikularisme sosial merupakan sikap mengutamakan
kepentingan pribadi/golongan di atas kepentingan umum.
3 Eksklusi sosial merupakan kecenderungan untuk membatasi
interaksi/hubungan sosial dengan kelompok lainnya.
3. Berita bohong (hoax) dapat menjadi salah satu faktor utama keretakan hubungan sosial
dalam masyarakat. Berita hoax sulit diketahui kebenarannya karena sangat meyakinkan
orang-orang yang membaca. Oleh karena itu, sikap yang harus dimiliki untuk mencegah
keretakan sosial akibat berita bohong (hoax) adalah . . . .
A. membatasi diri dari pergaulan dan berbagai media sosial sehingga tidak perlu
menerima banyak informasi
B. melaporkan penyebar informasi kepada pihak yang berwenang secara langsung
C. membandingkan informasi yang diperoleh dengan sumber tepercaya lain sebelum
disebarkan
D. menghormati cara pandang dan sikap seseorang dalam menyikapi suatu informasi
E. memberikan kebebasan berekspresi dan kritik terhadap kondisi sosial masyarakat
4. Perhatikan abstrak berikut!
Pola Asuh pada Keluarga Buruh Migran Indonesia (BMI) di Desa Makmur
Penelitian ini bertujuan menggali faktor-faktor yang menyebabkan migrasi dan dampaknya
terhadap pola asuh keluarga BMI di Desa Makmur menjadi Buruh Migran Indonesia
(BMI). Data primer diperoleh dari wawancara dan observasi. Sementara itu, data sekunder
diperoleh dari instansi terkait. Sampel diambil dengan cara snowball sampling. Peneliti
mewawancarai mantan BMI yang sudah kembali ke kampung halamannya. Data yang
dikumpulkan dianalisis menggunakan triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukkan dampak yang dirasakan oleh keluarga BMI antara lain
pendapatan keluarga meningkat, anak dapat sekolah lebih tinggi, dan status sosial ekonomi
keluarga meningkat. Alasan yang menyebabkan migrasi BMI bekerja ke luar negeri, yaitu
pendapatan daerah yang rendah dan sempitnya lapangan pekerjaan. Faktor pendorong
seseorang bersedia menjadi buruh migran, yaitu gaji tinggi dan peluang kerja di negara
tujuan masih luas.
Sumber: Joan Hesti Gita Purwasih (2021)
Setelah menyimak kutipan abstrak penelitian tersebut, identifikasilah pernyataan berikut
dengan memberi tanda centang () pada kolom Setuju atau Tidak Setuju!
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Penelitian tersebut masih perlu disempurnakan
karena peneliti hanya memaparkan dampak
positifnya saja. Padahal ada juga dampak negatif
yang mungkin dirasakan keluarga. Misalnya,
kurang optimalnya peran orang tua dalam
pengasuhan anak dan melemahnya fungsi-fungsi
keluarga.
2 Data yang diperoleh peneliti tidak memadai
karena seharusnya informan yang disasar tidak
hanya orang tua, tetapi juga anak-anak mereka.
3 Instrumen wawancara yang digunakan peneliti
tidak valid karena data yang ditemukan tidak
menggambarkan tujuan penelitian.
5. Perhatikan kutipan artikel berikut!
Penyandang Disabilitas dalam Dunia Kerja
Diskriminasi menyebabkan penyandang disabilitas sulit memperoleh pekerjaan. Padahal
dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 31
disebutkan bahwa “Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk
memilih, mendapatkan, atau pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan yang layak di
dalam atau di luar negeri”. Berdasarkan undang-undang tersebut, penyandang disabilitas
juga mempunyai hak untuk berkesempatan memperoleh pekerjaan. Pengakuan tersebut
dikuatkan secara hukum melalui Undang-Undang Nomor 8 tahun 2013 tentang
Penyandang Disabilitas yang menjelaskan bahwa (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah wajib mempekerjakan paling
sedikit 2% (dua persen) Penyandang Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja; (2)
Perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1% (satu persen) Penyandang
Disabilitas dari jumlah pegawai atau pekerja. Pelanggar akan dikenakan sanksi ancaman
pidana maksimal 6 bulan dan/atau denda maksimal 200 juta rupiah.
Sumber:http://jurnal.unpad.ac.id/focus/article/download/20499/9364
Setujukah kalian bahwa informasi pada kutipan tersebut mencerminkan salah satu upaya
menyikapi eksklusi sosial dalam masyarakat?
A. Ya
B. Tidak
Alasan
6. Simaklah artikel berikut!
Kasus Intoleransi Indonesia Meningkat
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP)
mengakui kasus intoleransi di Indonesia setiap waktunya mengalami peningkatan.
Menurutnya, kasus intoleransi dominan pada masalah pendirian rumah ibadah dan hak-hak
minoritas. Ia mendorong segera ada penyelesaian karena pendirian rumah ibadah
merupakan salah satu kebutuhan yang nyata. “Pendirian rumah ibadah adalah kebutuhan
nyata, sehingga harus segera ada tindakan untuk menyelesaikannya”, ujarnya. Ia juga
mengingatkan bahwa penanaman nilai-nilai Pancasila harus dilakukan sejak dini.
Selain itu, ia menekankan tidak ada kompromi terhadap kaum intoleran karena dinilai
menyebabkan perpecahan.
Sumber: https://bpip.go.id/bpip/berita/1035/352/bpip-kasus-intoleransi-di-indonesia-
selalu-meningkat.html#, diakses pada 6 November 2021
Berikan rekomendasi upaya campuran (preventif dan represif) untuk mengatasi kasus
tersebut!
7. Perhatikan kasus berikut!
Pak Agus menjabat sebagai kepala personalia di sebuah perusahaan. Ia tahu bahwa
perusahaannya sedang mencari seorang sekretaris. Akan tetapi, ia sengaja menyimpan
informasi tersebut. Ia hanya membuka lowongan kerja dalam waktu singkat agar jumlah
pelamar sedikit sehingga memperbesar peluang keponakannya untuk diterima di
perusahaan. Saat wawancara berlangsung, Pak Agus sengaja memberikan skor rendah
kepada calon karyawan lain. Akan tetapi, ia justru memberikan penilaian tinggi pada
keponakannya meskipun tidak kompeten.
Kasus tersebut menunjukkan praktik nepotisme karena . . . .
A. membatasi kesempatan orang lain untuk berpartisipasi secara aktif di bidang pekerjaan
B. menyalahgunakan fasilitas umum demi meraup keuntungan untuk diri dan kerabatnya
sendiri
C. mengutamakan kepentingan kelompok atau kalangan sendiri di atas kepentingan
umum
D. menyalahgunakan jabatan yang dimilikinya untuk kepentingan anggota kerabatnya
sendiri
E. membatasi akses informasi sehingga kelompok sosial tertentu sulit memperoleh
haknya
8. Penelitian dalam pemecahan masalah sosial dapat dilakukan melalui penelitian sosial yang
terdiri atas langkah-langkah . . . .
A. mendesain langkah, merumuskan tujuan, mengambil data, analisis, dan merumuskan
rekomendasi
B. merumuskan tujuan, mendesain langkah, mengambil data, analisis, dan merumuskan
rekomendasi
C. mendesain langkah, merumuskan tujuan, analisis, mengambil data, dan merumuskan
rekomendasi
D. merumuskan tujuan, analisis, mendesain langkah, mengambil data, dan merumuskan
rekomendasi
E. merumuskan tujuan, analisis, mengambil data, mendesain langkah, dan merumuskan
rekomendasi
Perhatikan infografis berikut untuk menjawab soal nomor 9-10!
9. Kasus pada infografis umumnya dialami banyak anak perdesaan dan berasal dari golongan
ekonomi lemah. Apakah kasus tersebut dapat dikategorikan sebagai masalah sosial akibat
pengelompokan sosial dalam masyarakat?
10. Upaya preventif yang relevan untuk memecahkan kasus pada infografis adalah . . . .
A. menindak tegas orang tua yang menikahkan anak di bawah umur
B. mengintegrasikan pendidikan seks untuk remaja dalam kurikulum
C. memberikan modal usaha agar anak dapat membuka usaha sendiri
D. menghadirkan fasilitator untuk memantau kondisi setelah pernikahan
E. memberikan pendampingan cara membina rumah tangga pada usia muda
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Simaklah artikel berikut!
Urgensi Kesetaraan Gender
Berbagai persoalan ketimpangan gender di Indonesia tidak semata-mata terjadi karena
pembangunan yang belum sepenuhnya mempertimbangkan masalah gender. Terdapat pula
tantangan pembangunan yang masih dihadapkan pada praktik budaya, belum berpihak pada
kesetaraan gender. Masih banyak pandangan bahwa anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi.
Mitos pendidikan menyebabkan perempuan menjadi perawan tua, pendidikan tentang seksualitas
yang dianggap tabu, dan kondisi ekonomi menyebabkan sebagian anak perempuan terpaksa
menikah di usia sekolah. Kesehatan reproduksi perempuan juga masih bergantung pada proses
pengambilan keputusan pihak lain. Akibatnya, akses pada layanan kesehatan yang ada menjadi
tidak bermakna. Sementara itu, tanggung jawab kesehatan keluarga secara budaya masih
dibebankan sepenuhnya kepada perempuan. Adapun di bidang ekonomi, partisipasi kerja
perempuan masih menghadapi dilema tanggung jawab dalam ranah domestik (keluarga) dan
pengembangan potensi diri di ruang publik (pasar kerja).
Konstruksi budaya masih menempatkan perempuan tidak bisa leluasa seperti laki-laki. Data BPS
menunjukkan status pekerjaan utama antara perempuan dan laki-laki masih terjebak dengan cara
pandang pada stereotip peran gender. Jenis pekerjaan berbasis pengasuhan dan perawatan masih
didominasi oleh perempuan, sedangkan jenis pekerjaanyang dinilai maskulin menjadi ranah
mayoritas laki-laki (Kementeria PPPA, 2020). Data ini menunjukkan tantangan pembangunan
manusia di Indonesia masih dipengaruhi oleh konstruksi budaya yang belum responsif gender.
Perubahan cara pandang yang mengedepankan kesetaraan gender penting bagi pembangunan
manusia karena berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia pada masa mendatang.
Mengarusutamakan pembangunan manusia berbasis gender tidak dapat dihindari jika kemajuan
bangsa dan keadilan sosial menjadi visi bangsa. Peningkatan sumber daya manusia berbasis gender
juga diperlukan agar cara pandang dan perspektif seluruh elemen bangsa tidak lagi melihat
perempuan sebagai sumber masalah dan objek pembangunan.
Perempuan tidak boleh lagi diposisikan secara subordinat dan marginal dalam sistem pembangunan.
Cara pandang yang merendahkan perempuan ini dapat melanggengkan praktik-praktik
ketidakadilan dan diskriminasi berbasis gender, baik dalam bentuk pembatasan, pengurangan,
maupun penghilangan hak-hak dasar perempuan sebagai warga negara. Kerentanan perempuan
menjadi korban kekerasan dalam berbagai bentuknya semakin berisiko. Jika tidak diintervensi,
maka situasi ini menjadi hambatan nyata dalam pembangunan manusia di Indonesia.
Sumber: https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/50a46-pembangunan-manusia-berbasis-
gender-2020.pdf
Sebelum menjawab pertanyaan berikut, kalian perlu melakukan penyelidikan mengenai konsep
gender. Lakukanlah penelusuran informasi melalui buku ataupun internet mengenai pengertian
gender.
Selanjutnya, ajaklah teman sebangku kalian untuk menjawab pertanyaan berikut berdasarkan
literasi artikel di atas!
1. Apakah penyebab utama diskriminasi gender pada artikel?
2. Penulis tidak menunjukkan secara eksplisit “pihak” yang bertanggung jawab atas masalah
diskriminasi gender pada artikel. Siapakah pihak yang dimaksud?
3. Tahukah kalian bahwa kesetaraan gender masuk sasaran pembangunan berkelanjutan dunia atau
Sustainable Development Goals (SDGs)? Mengapa kesetaraan gender penting diangkat dalam
sasaran SDGs?
4. Berikan contoh masalah ketidaksetaraan gender yang ada di lingkungan sekitar kalian!
5. Kemukakan ide/gagasan contoh partisipasi nyata yang dapat kalian lakukan di sekolah untuk
membangun kesetaraan gender!
Aktivitas
Pentingnya Moderasi Beragama
Kementerian Agama aktif mempromosikan pengarusutamaan moderasi beragama dalam empat
tahun terakhir. Moderasi beragama adalah cara pandang kita dalam beragama secara moderat, yakni
memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun
ekstrem kiri.
Ekstremisme, radikalisme, ujaran kebencian (hate speech), hingga retaknya hubungan antarumat
beragama merupakan masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Oleh karena itu,
program pengarusutamaan moderasi beragama dinilai penting dan menemukan momentumnya.
Bentuk ekstremisme dapat dibedakan dalam dua kutub yang saling berlawanan. Kutub pertama,
kutub kanan yang sangat kaku dan cenderung memahami ajaran agama dengan membuang
penggunaan akal. Kutub kedua, sangat longgar dan bebas dalam memahami sumber ajaran agama.
Kebebasan tersebut tampak pada penggunaan akal yang berlebihan. Akibatnya, mereka
menempatkan akal sebagai tolok ukur utama kebenaran sebuah ajaran.
Menjadi moderat bukan berarti menjadi lemah dalam beragama. Menjadi moderat bukan berarti
cenderung terbuka dan mengarah pada kebebasan. Seseorang yang bersikap moderat dalam
beragama berarti tidak memiliki militansi, tidak serius, atau tidak sungguh-sungguh dalam
mengamalkan ajaran agamanya adalah pandangan keliru. Moderasi beragama merupakan sebuah
jalan tengah dalam keberagaman agama di Indonesia. Moderasi beragama menjadi warisan budaya
Nusantara yang berjalan seiring, tidak saling menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local
wisdom).
Sumber: https://kemenag.go.id/read/pentingnya-moderasi-beragama-dolej, diakses pada 06/11/21,
pukul 12.57
Bentuklah kelompok diskusi yang terdiri atas 3-4 peserta didik sesuai komposisi peserta didik di
kelas. Selanjutnya, jawablah pertanyaan berikut!
1. Setujukah kalian bahwa moderasi beragama dapat menangkal intoleransi beragama? Berikan
alasannya!
2. Mengapa seseorang bisa berpikir ekstrem pada kutub kanan ataupun kutub kiri?
3. Berikan rekomendasi contoh-contoh sikap yang dapat menumbuhkan moderasi beragama!
Kalian dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan penelusuran informasi di internet
dan buku-buku di perpustakaan. Berikan data-data yang mendukung setiap argumentasi kalian.
Selanjutnya, kemukakan hasil diskusi kalian secara santun di kelas!
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Permasalahan sosial umumnya mengacu pada kondisi pelanggaran nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Permasalahan sosial menimbulkan dampak yang dapat meresahkan masyarakat dan
membawa kerugian. Terdapat masalah sosial lain yang muncul akibat adanya pengelompokan sosial
dalam masyarakat. Permasalahan sosial ini tidak terlepas dari dinamika kelompok sosial yang
disertai dengan prasangka, eksklusivisme, dan partikularisme. Misalnya, timbul masalah
ketidakadilan, intoleransi, serta korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Kecenderungan tersebut
menjadi akar permasalahan sosial yang dapat memecah belah stabilitas sosial dalam masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan sikap kritis dalam menyikapi dan memecahkan setiap permasalahan
sosial tersebut.
Perumusan rekomendasi pemecahan masalah sosial dalam masyarakat dapat optimal jika dilakukan
melalui penelitian sosial. Penelitian sosial menerapkan langkah dan prosedur sistematis melalui
tahapan identifikasi, perumusan masalah, mendesain penyelidikan, mengumpulkan, menganalisis,
hingga pelaporan. Hasil penelitian juga perlu dipublikasikan agar memberikan manfaat yang luas.
Oleh karena itu, keterampilan mengomunikasikan hasil penelitian sangat penting kalian kuasai.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Ketidakadilan, suatu kondisi yang tidak memihak kebenaran dan cenderung berat sebelah.
Intoleransi, sikap mengabaikan kepentingan ataupun perasaan orang lain.
Korupsi, tindak penyelewengan atau penyalahgunaan yang dapat merugikan dan bertujuan untuk
memperkaya diri, keluarga, ataupun kelompoknya.
Kolusi, persekongkolan antarpihak yang dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan negara.
Nepotisme, perilaku menganakemaskan keluarga, saudara, atau teman dekatnya sendiri di atas
kepentingan umum.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 2 : PERMASALAHAN SOSIAL AKIBAT PENGELOMPOKAN SOSIAL
SUB BAB 3 : PENELITIAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 20 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab 2 membahas tentang permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial. Oleh karena itu,
Bapak/Ibu Guru perlu memberikan penjelasan mengenai perbedaan permasalahan sosial pada
umumnya dengan permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial. Perbedaan keduanya
terletak pada akar masalah yang berasal dari persepsi, sikap, serta kecenderungan masyarakat
dalam mengelompokkan atau mengategorikan keberagaman dalam masyarakat. Akhirnya,
muncul prasangka yang diikuti dengan kecenderungan eksklusivisme, partikularisme, dan
eksklusi sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu, muncul berbagai permasalahan akibat
pengelompokan sosial dalam masyarakat seperti ketidakadilan, intoleransi, korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Setelah memiliki pengetahuan yang memadai, Bapak/Ibu Guru dapat mendorong peserta didik
melakukan penyelidikan dengan menerapkan penelitian sosial yang sudah dipelajari di kelas X.
Dengan demikian, secara mandiri peserta didik mampu mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan merekomendasikan penyelesaian permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu merekomendasikan pemecahan masalah sosial berdasarkan sikap kritis
setelah berdiskusi kelompok.
Peserta didik mampu mengembangkan informasi tentang pemecahan masalah sosial dari
berbagai sumber belajar.
Peserta didik mampu merancang pemecahan masalah sosial berdasarkan aktivitas belajar
dengan baik.
Peserta didik mampu merumuskan pemecahan masalah sosial berdasarkan informasi dari
berbagai sumber belajar.
Peserta didik mampu mengumpulkan data untuk menyusun pemecahan masalah sosial
berdasarkan aktivitas belajar dengan baik.
Peserta didik mampu menunjukkan informasi tentang pemecahan masalah sosial dari
sumber belajar dengan baik.
Peserta didik mampu menampilkan alternatif pemecahan masalah sosial berdasarkan
aktivitas belajar dengan baik.
Peserta didik mampu mendesain pemecahan masalah sosial dari aktivitas pencarian
informasi dengan baik.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Merekomendasikan pemecahan masalah sosial berdasarkan sikap kritis setelah berdiskusi
kelompok.
Mengembangkan informasi tentang pemecahan masalah sosial dari berbagai sumber belajar.
Merancang pemecahan masalah sosial berdasarkan aktivitas belajar dengan baik.
Merumuskan pemecahan masalah sosial berdasarkan informasi dari berbagai sumber belajar.
Mengumpulkan data untuk menyusun pemecahan masalah sosial berdasarkan aktivitas
belajar dengan baik.
Menunjukkan informasi tentang pemecahan masalah sosial dari sumber belajar dengan baik.
Menampilkan alternatif pemecahan masalah sosial berdasarkan aktivitas belajar dengan
baik.
Mendesain pemecahan masalah sosial dari aktivitas pencarian informasi dengan baik.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apakah kalian pernah melakukan kegiatan kerja bakti?
Mengapa kerja bakti membersihkan lingkungan menjadi kegiatan yang penting dilakukan?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam dan tersenyum serta menunjuk
salah satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru berkeliling untuk memeriksa kehadiran peserta didik
berdasarkan buku presensi.
Bapak/Ibu Guru dapat memotivasi peserta didik dengan cara menampilkan video dari akun
YouTube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI berjudul Tanpa Aksi, Inovasi Tak Berarti.
Jika Bapak/Ibu Guru tidak dapat menayangkannya, video dapat diganti dengan cerita
perjuangan tokoh nasional di Indonesia.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan ketujuh belas
menggunakan apersepsi berikut.
Apakah kalian pernah melakukan kegiatan kerja bakti?
Mengapa kerja bakti membersihkan lingkungan menjadi kegiatan yang penting dilakukan?
Coba kemukakan pendapat kalian secara santun di kelas. Kerja bakti membersihkan
lingkungan merupakan salah satu upaya memecahkan masalah di bidang lingkungan.
Menjaga kebersihan lingkungan termasuk upaya preventif yang dapat dilakukan agar
bencana alam tidak terjadi. Salah satu bencana alam yang dapat terjadi karena lingkungan
yang tidak terawat adalah banjir. Pemahaman tentang pemecahan masalah dengan
memperhatikan kondisi lingkungan terdekat perlu dilakukan sebagai bentuk implementasi
warga negara yang baik dan perhatian kepada sesama.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk memilih kriteria yang digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan. Selanjutnya, peserta didik diarahkan untuk melihat,
mencermati, dan memilih usulan solusi yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Peserta
didik diarahkan untuk mempertimbangkan isu-isu lain yang dapat memengaruhi penerapan
solusi. Ketika peserta didik sudah mengevaluasi usulan solusi, maka Bapak/Ibu Guru dapat
meminta peserta didik menetapkan satu solusi dari permasalahan yang dipilih sebagai solusi
final.
Bapak/Ibu Guru dapat melakukan penilaian aktivitas peserta didik melalui instrumen
penilaian diskusi kelompok. Contoh instrumen yang dapat digunakan sebagai berikut.
Tabel 2.6 Instrumen penilaian aktivitas
Penguasaan Penyampaian Mempertahankan
Nama Materi Pendapat Pendapat
No. Jumlah
Kelompok
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan pembelajaran dengan mengarahkan peserta didik
untuk membaca artikel yang tersedia di Buku Siswa dengan judul Kasus Bullying di
Sekolah. Bapak/Ibu Guru dapat mengarahkan tiap-tiap kelompok untuk fokus pada hasil
pengamatan sebelumnya. Selanjutnya, peserta didik diarahkan untuk menelaah literatur dan
melakukan prasurvei sesuai permasalahan yang telah dipilih.
Bapak/Ibu Guru memberikan penjelasan singkat tentang tata cara penulisan Bab 1 sebagai
laporan hasil aktivitas yang dilakukan sebelumnya. Laporan terdiri atas empat bagian, yaitu
latar belakang masalah yang dituliskan dengan rentang 1.000-1.500 kata, rumusan masalah,
tujuan, dan manfaat. Setiap kelompok menyusun Bab 1 sebagai laporan hasil telaah literatur
dan prasurvei. Bapak/Ibu Guru dapat memberikan umpan balik Bab 1 yang telah
diselesaikan.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memberikan kesempatan kepada salah satu peserta didik untuk memimpin
doa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru memeriksa kehadiran
peserta didik berdasarkan buku kehadiran. Setelah peserta didik siap belajar, Bapak/Ibu
Guru memberikan motivasi dari video atau cerita pendek berdasarkan pengalaman
Bapak/Ibu Guru atau tokoh inspiratif di Indonesia.
Bapak/Ibu Guru memberikan apersepsi kepada peserta didik melalui cerita. Bapak/Ibu Guru
juga dapat mengulang sedikit materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kedelapan belas.
Setelah menemukan konsep dan teori yang tepat, Bapak/Ibu Guru dapat mengarahkan
peserta didik menyusun kriteria untuk menentukan konsep dan teori yang berkaitan dengan
permasalahan.
Bapak/Ibu Guru dapat mengajari peserta didik mengoperasikan aplikasi Mendeley, Zotero,
Endnote, atau aplikasi lain yang berfungsi mendeteksi kutipan atau sitasi yang digunakan.
Kegiatan ini juga memberikan wawasan mengenai cara pengutipan yang benar agar
terhindar dari plagiarisme. Jika tidak memungkinkan menggunakan aplikasi, Bapak/Ibu
Guru dapat mengajarkan cara mengutip sesuai kaidah pengutipan dalam karya tulis ilmiah.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk menulis secara ringkas konsep dan teori
yang telah ditentukan sebagai Bab II. Penulisan konsep dan teori maksimal 1.000 kata secara
keseluruhan. Selanjutnya, peserta didik diarahkan untuk menyusun Bab III yang berisi
lokasi, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, dan analisis
data.
Contoh instrumen penilaian yang dapat digunakan sebagai berikut.
Tabel 2.9 Instrumen penilaian aktivitas
Kedalaman
Ketepatan
No. Nama Informasi Jumlah
4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
PERTEMUAN KE-3
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucap salam, senyum, dan sapa. Selanjutnya,
Bapak/Ibu Guru menunjuk salah satu peserta didik sebagai perwakilan kelas untuk
memimpin doa sebelum belajar.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menceritakan tokoh
inspiratif di Indonesia. Durasi aktivitas ini disarankan tidak lebih dari tiga menit. Bapak/Ibu
Guru juga dapat memberikan apersepsi berdasarkan pengalaman pribadi dan mengulang
sedikit materi pembelajaran pada pertemuan sebelumnya.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan
kesembilan belas.
Peserta didik diminta mengeliminasi jawaban dari informan yang tidak relevan. Selanjutnya,
informasi dikelompokkan berdasarkan konsep-konsep yang telah dicari sebelumnya. Pada
kegiatan ini Bapak/Ibu Guru dapat mengarahkan peserta didik untuk menelaah ulang
kelengkapan jawaban yang diberikan informan. Selanjutnya, peserta didik diminta
menyajikan hasil temuan dalam bentuk matriks atau bagan seperti berikut.
Tabel 2.10 Matriks kegiatan observasi
No Aspek yang Diamati Deskripsi
PERTEMUAN KE-4
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam, memperlihatkan senyuman,
dan menyapa peserta didik. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru mempersilakan perwakilan peserta
didik untuk memimpin doa sebelum belajar. Setelah berdoa, Bapak/Ibu Guru berkeliling
memeriksa kehadiran peserta didik dan kesiapan belajar.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan motivasi kepada peserta didik melalui cerita inspiratif
dari tokoh nasional di Indonesia. Durasi untuk kegiatan ini disarankan tidak lebih dari tiga
menit. Pembelajaran dilanjutkan dengan menyampaikan apersepsi berdasarkan pengalaman
Bapak/Ibu Guru atau pengalaman peserta didik.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan kedua puluh.
Kegiatan Inti (90 Menit)
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk duduk bersama kelompok yang sudah
dibentuk pada pertemuan sebelumnya.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk menyimak ilustrasi yang tersedia pada
Buku Siswa tentang pengomunikasian yang dilakukan oleh kelompok Andi. Setiap
kelompok mempersiapkan presentasi hasil penelitian dengan mempertimbangkan cara
penyampaian, audiens, waktu, dan ketersediaan sumber daya.
Peserta didik diarahkan untuk menyusun presentasi dengan menyajikan teks dalam bentuk
visual untuk ditampilkan dalam presentasi. Perubahan teks dalam bentuk visual dapat
menjadikan presentasi lebih menarik. Misalnya, peserta didik dapat membuat powerpoint,
poster ilmiah, ataupun infografis berdasarkan hasil penelitian seperti berikut.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk mengadakan pekan seminar ilmiah
sosiologi yang akan diikuti semua kelompok. Setiap kelompok mempersiapkan hasil
penelitian dalam bentuk poster ataupun infografis.
Bapak/Ibu Guru dapat memilih panitia yang akan dilibatkan dalam pekan seminar ilmiah
sosiologi seperti ketua, wakil ketua, sekretaris, humas, bagian perlengkapan, dan bagian
acara. Tim ini akan mengatur tempat, waktu, dan teknis penyelenggaraan kegiatan.
Kegiatan dapat dilakukan di aula sekolah atau ruang kelas. Kegiatan ini dapat dilakukan
secara daring jika tidak memungkinkan untuk dilaksanakan secara langsung. Tim
penyelenggara juga perlu mempromosikan kegiatan kepada seluruh warga sekolah melalui
poster ataupun membagikan informasinya di media sosial.
Setiap kelompok mempresentasikan produk hasil penelitian saat pekan seminar ilmiah
sosiologi dan memberikan masukan untuk tiap-tiap kelompok penampil. Masukan diberikan
menggunakan instrumen berikut.
No. Nama Produk Masukan
Hasil penilaian yang diberikan oleh peserta pekan seminar ilmiah sosiologi dapat
dipertimbangkan sebagai penilaian tambahan dan dikombinasikan dengan nilai dari
Bapak/Ibu Guru. Contoh instrumen penilaian yang dapat Bapak/Ibu Guru gunakan sebagai
berikut.
Tabel 2.14 Instrumen penilaian
Isi Teks Kualitas
No. Nama Jumlah
4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Kalian tentu pernah mendengar konsep permasalahan sosial dalam masyarakat. Oleh karena itu,
mari identifikasi apakah konsep permasalahan sosial kalian sudah tepat? Kalian dapat
mencobanya dengan merespons pernyataan berikut. Berikan tanda centang () pada kolom
Benar atau Salah untuk menunjukkan pilihan jawaban yang tepat!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Suatu masalah dapat dikategorikan sebagai permasalahan sosial
jika memengaruhi banyak orang.
2 Suatu masalah yang bersifat pribadi terkadang dapat berkembang
sebagai permasalahan sosial karena mendapat perhatian banyak
orang.
3 Akar masalah pengelompokan sosial dalam masyarakat adalah
prasangka atau pandangan negatif atas keberadaan kelompok
sosial lainnya.
4 Semua permasalahan sosial dalam masyarakat dapat
dikategorikan sebagai permasalahan sosial akibat pengaruh
pengelompokan sosial.
5 Permasalahan sosial hanya dapat diselesaikan dengan cara
merefleksikan diri atau memikirkan berbagai alternatif solusinya
secara mendalam.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
melanjutkan pembahasan materi pada bab ini.
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Mari ingat kembali materi penelitian sosial di kelas X! Bentuklah kelompok kecil yang terdiri atas
4-5 peserta didik. Sebaiknya kelompok terdiri atas laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang
proporsional. Selanjutnya, diskusikanlah pertanyaan berikut!
1. Coba deskripsikan bagan langkah-langkah penelitian pada gambar 2.9 menggunakan bahasa
kalian sendiri!
2. Kalian telah mempelajari jenis penelitian kualitatif dan kuantitatif di kelas X. Coba ingat
kembali perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan melengkapi tabel berikut!
No. Aspek Kualitatif Kuantitatif
1 Keunggulan
2 Kelemahan
3 Teknik pengumpulan data yang sesuai
4 Proses pengolahan/analisis data
5 Hasil atau data yang diperoleh
Setelah menjawab kedua pertanyaan tersebut, coba rangkum jawaban kalian dalam bentuk peta
pikiran (mind map). Tunjukkan dalam dua bentuk bagan besar yaitu desain penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Kalian dapat menuangkan hasilnya dalam kertas ukuran besar, atau menggambarnya
menggunakan aplikasi di laptop/komputer. Misalnya, menggunakan aplikasi sederhana pada
microsoft word, paint, microsoft whiteboard, ataupun aplikasi lainnya. Selanjutnya, presentasikan
hasil kerja kelompok kalian di kelas untuk mendapat masukan dari Bapak/Ibu Guru dan teman-
teman lainnya.
Aktivitas
Fase Identifikasi dan Perumusan Masalah
Mari berlatih melakukan penelitian untuk memecahkan masalah sosial di lingkungan sekitar.
Proyek ini dapat dilakukan secara berkelompok terdiri atas 3-4 peserta didik. Lakukan aktivitas
seperti yang dilakukan Andi dan kelompoknya!
1. Amatilah gejala sosial di lingkungan sekitar kalian! Lalu, identifikasilah beberapa ragam gejala
sosial yang mengarah pada permasalahan sosial!
Gejala sosial yang kami temukan:
2. Coba tentukan fokus masalah yang akan kalian teliti dengan cara melakukan telaah literatur dan
prasurvei.
Fokus masalah yang diteliti:
Alasan:
Bukti Literatur Bukti Prasurvei
3. Tulislah temuan kalian dalam bentuk Bab 1: Pendahuluan, minimal terdiri atas latar belakang
dan rumusan masalah yang disajikan dalam bentuk kalimat tanya. Latar belakang tidak perlu
terlalu panjang, dapat disajikan dalam rentang 1.000-1.500 kata dengan ukuran kertas A4, spasi
1,15, dengan batas keseluruhan margin 2,5 cm. Sebaiknya latar belakang memuat garis besar
isu/masalah dari kondisi umum ke khusus. Misalnya, gambaran umum masalah di level makro
seperti kebijakan/aturan, data terkini, hingga penelitian terdahulu. Selanjutnya, kerucutkan pada
gambaran garis besar gejala yang ditemukan melalui literatur dan prasurvei lapangan.
Aktivitas
Fase Merumuskan Kajian Pustaka dan Metode Penelitian
Kalian sudah merancang Bab I Pendahuluan pada aktivitas sebelumnya. Selanjutnya, mari
kembangkan Bab II Kajian Pustaka dan Bab III Metode Penelitian. Jangan lupa lengkapi desain
penelitian kalian dengan instrumen pengumpulan data.
1. Kajian pustaka memuat konsep-konsep penting dan teori yang digunakan untuk menganalisis
data. Kalian dapat mencoba belajar menggunakan aplikasi untuk mengutip referensi dan
membuat daftar pustaka. Beberapa aplikasi yang dapat kalian manfaatkan, yaitu Mendeley,
Zotero, Endnote, dan lainnya. Kalian dapat mempelajarinya melalui tutorial di internet.
2. Metode penelitian memuat lokasi, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
validitas data, dan analisis data. Kalian juga perlu membuat instrumen pengumpulan data yang
tepat. Instrumen penelitian disesuaikan dengan jenis penelitian yang kalian pilih, baik metode
kuantitatif maupun kualitatif. Beberapa instrumen penelitian tersebut meliputi wawancara,
observasi, angket/kuesioner, atau dokumentasi.
Sajikan hasil kajian pustaka dan metode penelitian kalian secara ringkas. Setiap bab maksimal
menggunakan 1.000 kata. Mintalah masukan dari Bapak/Ibu Guru apabila kalian kesulitan dalam
mengembangkan kedua bab tersebut.
Aktivitas
Fase Pengumpulan dan Analisis Data Penelitian
Kalian telah mempelajari tahap pengumpulan dan analisis data dalam penelitian. Selanjutnya, coba
buatlah Bab IV Hasil dan Pembahasan serta Bab V Penutup. Lakukan pembagian kerja yang
jelas dalam kelompok agar hasil yang diperoleh dapat lebih optimal. Lihatlah beberapa hasil
laporan penelitian agar kalian memiliki gambaran utuh dalam menulis sebuah hasil analisis data.
1. Kalian dapat menulis hasil temuan data secara kronologis mulai dari jawaban atas rumusan
masalah pertama dan kedua.
2. Analisislah data kalian pada sub pembahasan. Analisis data dengan mengaitkan hasil temuan dan
teori yang digunakan. Misalnya, cara pandang teori tersebut dalam menjelaskan temuan-temuan
data kalian.
3. Simpulan tidak perlu terlalu panjang, namun menunjukkan pokokpokok temuan data secara
sistematis.
4. Pada bagian saran kalian dapat memberikan rekomendasi penyelesaian masalah bagi berbagai
pihak secara logis dan ilmiah.
Aktivitas
Fase Mengomunikasikan dan Merekomendasikan Hasil Penelitian
Apakah laporan penelitian sudah kalian selesaikan dengan baik? Sudahkah kalian yakin bahwa
rekomendasi penyelesaian masalah tersebut efektif? Sudahkah rekomendasi kalian benar-benar
dimanfaatkan? Penelitian yang kalian lakukan hendaknya dapat memberi manfaat bagi orang lain.
Jangan sampai temuan-temuan tersebut hanya tersimpan dalam sebuah laporan terbatas di sekolah.
Oleh karena itu, mari lakukan perubahan melalui aktivitas berikut.
1. Buatlah seminar terbuka untuk menyebarluaskan hasil dan rekomendasi penyelesaian masalah
sosial yang sudah kalian teliti. Misalnya, kalian bekerja sama dengan guru dan teman-teman di
kelas membuat kegiatan Pekan Seminar Ilmiah Sosiologi di sekolah.
2. Bentuklah tim kecil untuk menyukseskan kegiatan tersebut. Misalnya, terdiri atas ketua,
sekretaris, humas, perlengkapan, dan acara.
3. Susunlah rancangan kegiatan dengan melibatkan Bapak/Ibu Guru. Kalian dapat
mempertimbangkan keluasan/keterbukaan acara ini. Misalnya, terbuka untuk umum (dilakukan
secara daring melalui aplikasi tertentu), dilakukan terbatas di aula sekolah, atau dalam bentuk
gabungan dari keduanya (hybrid).
4. Buatlah poster acara tersebut untuk disebarkan melalui media sosial, web sekolah, atau majalah
dinding sekolah.
5. Dokumentasikan kegiatan kalian dan catatlah masukan-masukan hasil penelitian kalian.
Sudahkah penelitian kalian membawa hasil dan dampak yang optimal?
Selain mengadakan proyek Pekan Seminar Ilmiah Sosiologi, kalian dapat memublikasikan hasil
penelitian dalam bentuk lain. Misalnya, dalam seminar nasional, koran/majalah, dan jurnal ilmiah.
Mintalah masukan Bapak/Ibu Guru agar kemampuan menulis karya ilmiah kalian dapat optimal dan
dapat mengharumkan nama sekolah.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Permasalahan sosial umumnya mengacu pada kondisi pelanggaran nilai dan norma sosial dalam
masyarakat. Permasalahan sosial menimbulkan dampak yang dapat meresahkan masyarakat dan
membawa kerugian. Terdapat masalah sosial lain yang muncul akibat adanya pengelompokan sosial
dalam masyarakat. Permasalahan sosial ini tidak terlepas dari dinamika kelompok sosial yang
disertai dengan prasangka, eksklusivisme, dan partikularisme. Misalnya, timbul masalah
ketidakadilan, intoleransi, serta korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Kecenderungan tersebut
menjadi akar permasalahan sosial yang dapat memecah belah stabilitas sosial dalam masyarakat.
Oleh karena itu, diperlukan sikap kritis dalam menyikapi dan memecahkan setiap permasalahan
sosial tersebut.
Perumusan rekomendasi pemecahan masalah sosial dalam masyarakat dapat optimal jika dilakukan
melalui penelitian sosial. Penelitian sosial menerapkan langkah dan prosedur sistematis melalui
tahapan identifikasi, perumusan masalah, mendesain penyelidikan, mengumpulkan, menganalisis,
hingga pelaporan. Hasil penelitian juga perlu dipublikasikan agar memberikan manfaat yang luas.
Oleh karena itu, keterampilan mengomunikasikan hasil penelitian sangat penting kalian kuasai.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Identifikasi masalah, menentukan fokus pertanyaan masalah penelitian yang akan diteliti.
Analisis data, penguraian data dari hasil penyelidikan yang sistematis untuk memecahkan suatu
masalah atau persoalan.
Pemecahan masalah, cara untuk menyelesaikan suatu masalah agar tidak berlarut-larut atau
terulang kembali.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 3 : KONFLIK SOSIAL
SUB BAB 1 : KONFLIK SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 10 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab III merupakan materi lanjutan yang membahas mengenai konflik sosial. Konflik sosial
berasal dari dampak lanjutan permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial yang tidak
terselesaikan. Oleh karena itu, peserta didik perlu memahami konsep konflik sosial, kekerasan,
dan dampaknya dalam masyarakat. Selanjutnya, pemahaman mengenai upaya penyelesaian
hingga penelitian untuk mengatasi konflik sosial perlu diberikan kepada peserta didik. Selama
ini, penanganan konflik hanya dipahami dalam bentuk-bentuk akomodasi. Padahal, sosiologi
memiliki alat analisis konflik yang dapat dimanfaatkan untuk memetakan konflik sehingga
diperoleh solusi yang kontekstual.
Bapak/Ibu Guru perlu membimbing peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan menyusun
pemecahan konflik secara kritis melalui berbagai aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu,
penyelidikan perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Model pembelajaran
berbasis masalah, discovery, atau proyek dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa model tersebut bukan proses instan yang dapat dicapai
dalam satu kali tatap muka.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu mendeskripsikan konsep konflik sosial dan kekerasan melalui
pengamatan di lingkungan sekitar.
Peserta didik mampu mengomunikasikan faktor penyebab konflik sosial setelah melakukan
diskusi kelompok.
Peserta didik mampu mengidentifikasi macam-macam konflik sosial secara kontekstual
melalui penelusuran kasus di kehidupan sehari-hari.
Peserta didik mampu membedakan konflik sosial dan kekerasan melalui identifikasi ragam
kasus.
Peserta didik mampu menjelaskan dampak konflik sosial di kehidupan sehari-hari melalui
identifikasi ragam kasus.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Mendeskripsikan konsep konflik sosial dan kekerasan melalui pengamatan di lingkungan
sekitar.
Mengomunikasikan faktor penyebab konflik sosial setelah melakukan diskusi kelompok.
Mengidentifikasi macam-macam konflik sosial secara kontekstual melalui penelusuran
kasus di kehidupan sehari-hari.
Membedakan konflik sosial dan kekerasan melalui identifikasi ragam kasus.
Menjelaskan dampak konflik sosial di kehidupan sehari-hari melalui identifikasi ragam
kasus.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Kalian tentu pernah berjabat tangan. Selain untuk berkenalan, apa makna lain dari berjabat
tangan? Coba kemukakan pendapat kalian di depan kelas secara santun.
Jelaskan pengertian konflik sosial! Identifikasilah faktor penyebab konflik sosial! Apa saja
jenis konflik sosial?
Apakah semua konflik selalu disertai dengan kekerasan? Deskripsikan konsep kekerasan
menurut pemahaman kalian!
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru perlu membangun suasana belajar dengan menunjukkan ekspresi semangat,
senyum, salam, dan sapa terhadap peserta didik. Selain itu, Bapak/Ibu Guru memimpin doa
sebelum pembelajaran dimulai sebagai pengamalan sikap bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Kesiapan belajar peserta didik dapat ditunjukkan melalui berbagai cara. Misalnya,
memeriksa kebersihan kelas, memeriksa kondisi peralatan belajar yang akan digunakan, dan
melakukan komunikasi secara langsung untuk mengecek kehadiran peserta didik sesuai
buku presensi.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu mendeskripsikan konsep dan
faktor penyebab konflik sosial. Selanjutnya, peserta didik dapat menyimak Apersepsi pada
Buku Siswa sebagai pengantar untuk membahas materi pada kegiatan inti. Bapak/Ibu Guru
juga dapat menyampaikan apersepsi melalui pertanyaan berikut.
Kalian tentu pernah berjabat tangan. Selain untuk berkenalan, apa makna lain dari berjabat
tangan? Coba kemukakan pendapat kalian di depan kelas secara santun. Orang yang berjabat
tangan tidak selalu diartikan sebagai dua orang yang baru saja berkenalan atau berjumpa.
Berjabat tangan dalam konflik dapat dimaknai sebagakie sepakatan damai oleh pihakpihak
yang bertikai. Jabat tangan merupakan simbol bahwa pihakpihak yang berkonflik sepakat
untuk melakukan perdamaian. Oleh karena itu, budaya berjabat tangan dapat menjadi salah
satu cara untuk membangun kehidupan harmonis dalam masyarakat.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Kegiatan Pembelajaran dimulai dengan doa bersama. Bapak/Ibu Guru memeriksa kehadiran
peserta didik dan memberikan motivasi pembelajaran. Selain itu, Bapak/Ibu Guru
mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengingat kembali materi pelajaran sebelumnya.
Misalnya, menggunakan instruksi berikut. Jelaskan pengertian konflik sosial! Identifikasilah
faktor penyebab konflik sosial! Apa saja jenis konflik sosial?
Bapak/Ibu Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, yaitu membedakan
konflik dan kekerasan serta mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan. Misalnya,
Bapak/Ibu Guru mengajukan pertanyaan berikut. Apakah semua konflik selalu disertai
dengan kekerasan? Deskripsikan konsep kekerasan menurut pemahaman kalian!
Bapak/Ibu Guru memberikan tanggapan atas jawaban yang disampaikan peserta didik.
Misalnya, dengan memberikan saran atau masukan contoh sikap yang harus mereka
terapkan, yaitu toleransi dan musyawarah.
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
Pembelajaran pada minggu ini juga membahas tentang dampak konflik sosial. Bapak/Ibu
Guru dapat menerapkan metode pemecahan kasus. Bapak/Ibu Guru dapat meminta peserta
didik membentuk kelompok dengan anggota yang terdiri atas 4-5 orang. Jika peserta didik
sudah memiliki kelompok pada aktivitas sebelumnya, Bapak/ Ibu Guru dapat menggunakan
kelompok yang telah terbentuk.
Bapak/Ibu Guru bisa mengajak peserta didik mencermati laporan tentang perundungan di
Indonesia yang dikeluarkan oleh UNICEF pada tahun 2020 sebagai contoh kasus. Laporan
tersebut dapat Bapak/Ibu Guru akses melalui penelusuran internet menggunakan kata kunci
tersebut atau diunduh pada laman
https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perkawinan%20Anak
%20di%20Indonesia.pdf.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik mengerjakan Aktivitas yang tersedia di Buku
Siswa. Adapun kunci jawaban yang dapat digunakan untuk memberi penguatan kepada
peserta didik sebagai berikut.
Aktivitas
1. Sebutkan bentuk kekerasan fisik berdasarkan data pada infografis!
Jawaban:
Bentuk kekerasan berdasarkan data pada infografis, yaitu fisik, verbal, dan psikologis.
Bentuk kekerasan fisik misalnya, dipukul dan disuruh-suruh oleh peserta didik lain.
2. Sebutkan bentuk kekerasan nonfisik berdasarkan data pada infografis!
Jawaban:
Bentuk kekerasan nonfisik berdasarkan data pada infografis, yaitu verbal seperti diancam
dan diejek. Adapun kekerasan psikologis, yaitu pengucilan dan penyebaran rumor.
3. Jelaskan dampak yang dirasakan anak berdasarkan kasus pada infografis!
Jawaban:
Korban dapat merasa depresi dan marah, mudah tersinggung, sering berbohong, dan
menarik diri dari kelompok.
4. Buatlah rekomendasi pencegahan kasus pada infografis!
Jawaban:
Rekomendasi pencegahan kasus, yaitu (1) sosialisasi mengenai bahaya perundungan; (2)
menanamkan nilai-nilai karakter melalui pembiasaan di sekolah; (3) membentuk gugus
pencegahan tindak kekerasan di sekolah; serta (4) melaporkan kepada guru segala
tindakan yang berpotensi mengarah pada kekerasan.
Bapak/Ibu Guru meminta peserta didik untuk menyampaikan jawaban hasil diskusi secara
bergantian berdasarkan urutan kelompok di depan kelas. Peserta didik lainnya
mendengarkan dan diberi kesempatan untuk merespons pekerjaan kelompok penampil.
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Kalian pernah mendengar istilah konflik dan kekerasan, bukan? Apakah pemahaman kalian
terhadap kedua konsep tersebut sudah tepat? Kalian dapat mengetahuinya dengan memberikan
tanda centang () pada kolom Setuju atau Tidak Setuju pada pernyataan berikut!
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Perbedaan sosial menjadi satu-satunya akar masalah
munculnya konflik sosial.
2 Konflik sosial merupakan tindakan menyakiti pihak
lawan, baik secara fisik maupun nonfisik.
3 Setelah melakukan perdamaian, konflik sosial
berpotensi muncul kembali karena perbedaan sosial
mutlak ada dalam kehidupan masyarakat.
4 Kekerasan merupakan perwujudan dari konflik yang
tidak terselesaikan.
5 Kekerasan hanya dapat diselesaikan melalui jalur
hukum.
6 Konflik sosial hanya dapat diselesaikan jika diketahui
kronologi peristiwa dan posisi pihak-pihak yang
terlibat.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
melanjutkan pembahasan materi pada bab ini.
Berilah tanda centang () pada kolom Sesuai atau Tidak Sesuai untuk menunjukkan upaya
pencegahan tindak radikalisme berdasarkan beberapa pernyataan berikut!
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Memberikan penanganan konseling bagi para
pelajar yang terindikasi memiliki gejala pemikiran
radikalisme.
2 Melaporkan situs yang memuat konten berita
ajaran radikal pada aduan Kominfo.
3 Melibatkan para mantan pelaku terorisme dalam
menyuarakan gerakan antiradikalisme di sekolah.
Simaklah artikel berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 9-10!
Ujaran kebencian dan penggunaan bahasa kasar pada media sosial, khususnya Twitter sangat
berpotensi menimbulkan konflik antarindividu ataupun kelompok. Ujaran kebencian sering
dilontarkan menggunakan bahasa kasar untuk menyerang seseorang ataupun kelompok.
Beranjak dari fenomena tersebut, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI)
melakukan riset mengenai ujaran kebencian dan bahasa kasar pada media sosial Twitter.
Muhammad Okky Ibrohim, M.Kom. bersama Dr. Indra Budi, melakukan riset tersebut dengan
pendekatan machine learning. Riset juga dilakukan dengan mengklasifikasikan target, kategori,
dan level ujaran kebencian itu sendiri. Perkataan (twit) diidentifikasi sebagai ujaran kebencian
atau bahasa kasar. Selanjutnya, ujaran kebencian dikategorikan menjadi lima kategori meliputi
agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual, dan umpatan lainnya. Tingkat level ujaran
kebencian dapat diklasifikasikan pada level weak hate speech, yaitu kata umpatan yang
ditujukan kepada individu tanpa unsur provokasi; moderate hate speech, yaitu umpatan yang
ditujukan kepada kelompok tanpa provokasi; dan strong hate speech, yaitu umpatan yang
memprovokasi dan berpotensi memicu konflik.
Sumber: https://cs.ui.ac.id/2020/11/26/fasilkom-ui-mendeteksi-ujaran-kebencian-pada-media-
sosial/, diakses pada 21 November 2021
9. Mengapa ujaran kebencian dapat berpotensi menimbulkan konflik?
10. Setujukah kalian dengan pernyataan ”Peneliti berasumsi bahwa selain provokasi dalam
ujaran kebencian, kategorisasi agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual
memengaruhi tingkatan konflik dalam masyarakat”?
A. Ya
B. Tidak
Alasan
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Mari identifikasi penyebab konflik bersama teman-teman kalian di kelas. Gunakan media yang
sesuai dengan kondisi sekolah masingmasing. Misalnya, dengan menggunakan papan tulis, kertas,
sticky note seperti contoh, ataupun aplikasi daring yang biasa kalian gunakan dalam pembelajaran.
Temukan faktor penyebab konflik sosial sebanyakbanyaknya. Berikan pula contoh konflik beserta
penyebabnya di lingkungan sekitar kalian!
Penyebab Konflik Sosial
Aktivitas
Ajaklah teman-teman kalian membentuk kelompok yang terdiri atas empat peserta didik. Lakukan
penelusuran di internet, buku, atau surat kabar mengenai tiga contoh konflik sosial. Kalian juga
dapat memberikan contoh kasus konflik sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Selanjutnya,
identifikasilah jenis konflik dari tiap-tiap kasus yang sudah kalian pilih pada tabel berikut.
Contoh Konflik Jenis Konflik yang Ditemukan
Aktivitas
Kekerasan seksual merupakan tindakan seksual secara memaksa yang meliputi perkataan,
penglihatan, atau sentuhan terhadap korban (Efendi, 2020). Contoh kekerasan seksual, yaitu
pelecehan, perkawinan paksa, dan pemerkosaan. Untuk memperdalam pemahaman kalian, lakukan
kegiatan berikut.
Bentuklah kelompok yang terdiri atas laki-laki dan perempuan dengan jumlah anggota 4-5 peserta
didik. Selanjutnya, diskusikan informasi dalam infografis berikut bersama kelompok kalian.
Jawablah pertanyaan berikut dengan melakukan penelusuran informasi tambahan melalui internet,
buku, surat kabar, atau sumber informasi lain yang memadai di sekolah.
1. Setujukah kalian bahwa perempuan merupakan kelompok yang rentan mengalami kekerasan?
Berikan alasannya.
2. Haruskah perempuan memperoleh perlindungan khusus dari pemerintah?
Kemukakan pendapat kalian secara santun di kelas. Simpulkan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu
Guru dan teman!
Aktivitas
Perhatikan data berikut!
Setelah mencermati data pada infografis, lakukan penyelidikan untuk menjawab beberapa
pertanyaan berikut.
1. Identifikasilah bentuk kekerasan fisik berdasarkan data pada infografis!
Jawaban:
2. Identifikasilah bentuk kekerasan nonfisik berdasarkan data pada infografis!
Jawaban:
3. Jelaskan dampak yang dirasakan anak-anak berdasarkan kasus pada infografis! (Sertakan juga
sumber ilmiahnya).
Jawaban:
4. Buatlah rekomendasi pencegahan kasus pada infografis!
Jawaban:
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Konflik sosial merupakan salah satu permasalahan sosial yang sulit untuk dihindari. Konflik sosial
selalu ada selama terdapat perbedaan yang tidak diimbangi dengan toleransi. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai penyebab, jenis, dan dampak yang ditimbulkan konflik sosial perlu dikaji
secara mendalam. Konflik yang tidak diselesaikan secara bijak dapat berujung pada tindak
kekerasan.
Kesadaran dan pengetahuan mengenai cara-cara penanganan konflik menjadi kunci utama dalam
memecahkan konflik. Penanganan konflik dapat dilakukan melalui pencegahan, resolusi,
manajemen, dan transformasi konflik. Kombinasi proses-proses tersebut menjadi cara-cara untuk
membangun harmoni sosial. Tentunya melalui pencegahan (preventive), membentuk perdamaian
(peacemaking), menjaga perdamaian (peacekeeping), dan membangun perdamaian (peacebuilding).
Upaya penyelesaian konflik juga dapat dilakukan melalui penelitian lapangan yang mampu
menggambarkan konflik di lapangan. Pertama, temukan komponen konflik yang terjadi. Kedua,
lakukan penyelidikan dan pengumpulan data menggunakan cara yang relevan. Ketiga, petakan hasil
temuan data. Keempat, analisislah hasil temuan data yang sudah diperoleh. Kelima, berikan
rekomendasi yang sesuai dengan mengedepankan cara-cara untuk membangun perdamaian.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Konflik, benturan kepentingan antarpihak disertai dengan upaya untuk menjatuhkan satu sama lain.
Kekerasan, perbuatan paksa atau tidak menyenangkan yang dapat menyebabkan cedera, kerusakan
fisik, dan rasa sakit bagi orang lain.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 3 : KONFLIK SOSIAL
SUB BAB 2 : PENANGANAN KONFLIK DALAM MENCIPTAKAN PERDAMAIAN
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 10 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab III merupakan materi lanjutan yang membahas mengenai konflik sosial. Konflik sosial
berasal dari dampak lanjutan permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial yang tidak
terselesaikan. Oleh karena itu, peserta didik perlu memahami konsep konflik sosial, kekerasan,
dan dampaknya dalam masyarakat. Selanjutnya, pemahaman mengenai upaya penyelesaian
hingga penelitian untuk mengatasi konflik sosial perlu diberikan kepada peserta didik. Selama
ini, penanganan konflik hanya dipahami dalam bentuk-bentuk akomodasi. Padahal, sosiologi
memiliki alat analisis konflik yang dapat dimanfaatkan untuk memetakan konflik sehingga
diperoleh solusi yang kontekstual.
Bapak/Ibu Guru perlu membimbing peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan menyusun
pemecahan konflik secara kritis melalui berbagai aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu,
penyelidikan perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Model pembelajaran
berbasis masalah, discovery, atau proyek dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa model tersebut bukan proses instan yang dapat dicapai
dalam satu kali tatap muka.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menjelaskan upaya pencegahan konflik sosial.
Peserta didik mampu menjelaskan upaya resolusi konflik sosial.
Peserta didik mampu menjelaskan manajemen konflik sosial.
Peserta didik mampu menjelaskan upaya penanganan konflik melalui transformasi konflik
sosial.
Peserta didik mampu menjelaskan upaya membangun perdamaian sosial dalam masyarakat.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Menjelaskan upaya pencegahan konflik sosial.
Menjelaskan upaya resolusi konflik sosial.
Menjelaskan manajemen konflik sosial.
Menjelaskan upaya penanganan konflik melalui transformasi konflik sosial.
Menjelaskan upaya membangun perdamaian sosial dalam masyarakat.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apakah kalian pernah terlibat konflik? Jika pernah, apa yang kalian lakukan untuk
menyelesaikan konflik? Ceritakan pengalaman kalian di kelas secara santun.
Apakah kalian setuju bahwa konflik dapat memberikan dampak positif yang membangun?
Coba gambarkan kondisi sosial masyarakat yang menjunjung tinggi perdamaian sosial.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam, menyapa, dan menanyakan
kabar peserta didik. Selanjutnya, Bapak/ Ibu Guru memimpin doa atau memberikan
kesempatan kepada salah satu peserta didik sebagai perwakilan untuk memimpin doa
sebelum belajar.
Setelah seluruh peserta didik siap untuk belajar, Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dan
apersepsi seperti berikut Apakah kalian pernah terlibat konflik? Jika pernah, apa yang kalian
lakukan untuk menyelesaikan konflik? Ceritakan pengalaman kalian di kelas secara santun.
Resolusi konflik merupakan cara untuk menyelesaikan konflik secara damai. Melalui
resolusi konflik, pihak-pihak yang terlibat konflik diberi kesempatan untuk berdialog dan
menghasilkan kesepakatan penyelesaian konflik. Oleh karena itu, ada beberapa jenis
penyelesaian konflik yang dapat digunakan, baik melibatkan pihak ketiga maupun tidak
melibatkan pihak ketiga. Mari sama-sama kita pelajari lebih dalam mengenai resolusi
konflik pada pertemuan i ni.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini
dan garis besar langkah pembelajaran yang akan diterapkan.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menganalisis upaya yang perlu
dilakukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pada kegiatan ini setiap kelompok
ditugaskan menyusun rencana yang akan dilakukan guna menyelesaikan konflik.
Selanjutnya, setiap kelompok menyusun strategi resolusi konflik yang dapat diterapkan
untuk memecahkan konflik.
Jika seluruh proses telah dilaksanakan, Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk
melakukan review, evaluasi, dan revisi hasil diskusi menggunakan contoh instrumen berikut.
Hasil Evaluasi
Ketercapaian
Pelaksanaan Revisi
Kekurangan Kelebihan Tujuan
Rencana
Kegiatan Penutup (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru bersama peserta didik menyusun kesimpulan dan refleksi pembelajaran
berdasarkan materi pada aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan. Bagian ini dapat
dilakukan untuk memberikan informasi materi dan aktivitas belajar pada pertemuan
selanjutnya dan ditutup dengan doa bersama.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam dan meminta salah satu
peserta didik sebagai perwakilan kelas untuk memimpin doa.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini,
yaitu upaya penanganan konflik melalui transformasi konflik dan membangun perdamaian
sosial.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada peserta didik dengan
memberikan pertanyaan berikut. Apakah kalian setuju bahwa konflik dapat memberikan
dampak positif yang membangun? Coba gambarkan kondisi sosial masyarakat yang
menjunjung tinggi perdamaian sosial. Melalui pertanyaan tersebut, Bapak/Ibu Guru dapat
menjelaskan bahwa konflik perlu ditangani dan dikelola secara bijak agar mampu
memberikan dampak positif
Setiap kelompok perlu memperhatikan durasi pelaksanaan promosi perdamaian sosial yang
dikaitkan dengan penggunaan media promosi. Selanjutnya, setiap kelompok diminta melihat
dan menilai promosi upaya perdamaian yang dilakukan oleh kelompok lain. Saran dan
masukan yang diberikan kelompok lain diterima untuk melakukan perbaikan promosi
perdamaian sosial.
Jika seluruh proses telah dilakukan, Bapak/Ibu Guru mengarahkan tiap-tiap kelompok untuk
melakukan promosi perdamaian sosial menggunakan karya yang dibuat, misalnya poster,
video, atau podcast dengan skala yang lebih luas. Peserta didik dapat menyebarluaskan
promosi tersebut kepada semua warga sekolah atau masyarakat umum melalui perantara
media digital. Durasi yang disarankan untuk kegiatan ini adalah 45 menit.
Setelah seluruh proses dilakukan, Bapak/Ibu Guru dapat melakukan penilaian menggunakan
instrumen berikut.
Tabel 3.3 Instrumen penilaian aktivitas minggu kedua puluh empat
Pesan yang
Desain Produk
No. Nama Disajikan Jumlah
4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Kalian pernah mendengar istilah konflik dan kekerasan, bukan? Apakah pemahaman kalian
terhadap kedua konsep tersebut sudah tepat? Kalian dapat mengetahuinya dengan memberikan
tanda centang () pada kolom Setuju atau Tidak Setuju pada pernyataan berikut!
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Perbedaan sosial menjadi satu-satunya akar masalah
munculnya konflik sosial.
2 Konflik sosial merupakan tindakan menyakiti pihak
lawan, baik secara fisik maupun nonfisik.
3 Setelah melakukan perdamaian, konflik sosial
berpotensi muncul kembali karena perbedaan sosial
mutlak ada dalam kehidupan masyarakat.
4 Kekerasan merupakan perwujudan dari konflik yang
tidak terselesaikan.
5 Kekerasan hanya dapat diselesaikan melalui jalur
hukum.
6 Konflik sosial hanya dapat diselesaikan jika diketahui
kronologi peristiwa dan posisi pihak-pihak yang
terlibat.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
melanjutkan pembahasan materi pada bab ini.
Berilah tanda centang () pada kolom Sesuai atau Tidak Sesuai untuk menunjukkan upaya
pencegahan tindak radikalisme berdasarkan beberapa pernyataan berikut!
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Memberikan penanganan konseling bagi para
pelajar yang terindikasi memiliki gejala pemikiran
radikalisme.
2 Melaporkan situs yang memuat konten berita
ajaran radikal pada aduan Kominfo.
3 Melibatkan para mantan pelaku terorisme dalam
menyuarakan gerakan antiradikalisme di sekolah.
Simaklah artikel berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 9-10!
Ujaran kebencian dan penggunaan bahasa kasar pada media sosial, khususnya Twitter sangat
berpotensi menimbulkan konflik antarindividu ataupun kelompok. Ujaran kebencian sering
dilontarkan menggunakan bahasa kasar untuk menyerang seseorang ataupun kelompok.
Beranjak dari fenomena tersebut, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI)
melakukan riset mengenai ujaran kebencian dan bahasa kasar pada media sosial Twitter.
Muhammad Okky Ibrohim, M.Kom. bersama Dr. Indra Budi, melakukan riset tersebut dengan
pendekatan machine learning. Riset juga dilakukan dengan mengklasifikasikan target, kategori,
dan level ujaran kebencian itu sendiri. Perkataan (twit) diidentifikasi sebagai ujaran kebencian
atau bahasa kasar. Selanjutnya, ujaran kebencian dikategorikan menjadi lima kategori meliputi
agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual, dan umpatan lainnya. Tingkat level ujaran
kebencian dapat diklasifikasikan pada level weak hate speech, yaitu kata umpatan yang
ditujukan kepada individu tanpa unsur provokasi; moderate hate speech, yaitu umpatan yang
ditujukan kepada kelompok tanpa provokasi; dan strong hate speech, yaitu umpatan yang
memprovokasi dan berpotensi memicu konflik.
Sumber: https://cs.ui.ac.id/2020/11/26/fasilkom-ui-mendeteksi-ujaran-kebencian-pada-media-
sosial/, diakses pada 21 November 2021
9. Mengapa ujaran kebencian dapat berpotensi menimbulkan konflik?
10. Setujukah kalian dengan pernyataan ”Peneliti berasumsi bahwa selain provokasi dalam
ujaran kebencian, kategorisasi agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual
memengaruhi tingkatan konflik dalam masyarakat”?
A. Ya
B. Tidak
Alasan
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Perhatikan wacana berikut!
Persentase Perkelahian Massal yang Pernah Terjadi di Desa/ Kelurahan Seluruh Indonesia
pada 2011, 2014, dan 2018
Hasil Potensi Desa (Podes) 2011, 2014, dan 2018 menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah
dan persentase desa/kelurahan yang mengalami perkelahian massal. Jumlah desa/kelurahan yang
mengalami kejadian perkelahian massal selama setahun terakhir mengalami peningkatan pada 2011
dari 3,26% menjadi 3,38% desa/kelurahan pada 2014, kemudian pada 2018 meningkat kembali
menjadi 3,75%.
Jenis kejadian perkelahian massal berdasarkan data Podes 2018 meliputi perkelahian antarkelompok
warga, perkelahian warga antardesa/kelurahan, perkelahian warga dengan aparat keamanan,
perkelahian warga dengan aparat pemerintah, perkelahian antarpelajar, dan perkelahian antarsuku.
Hasil Podes 2018 menunjukkan bahwa perkelahian antarkelompok warga merupakan perkelahian
massal yang paling sering terjadi, disusul oleh perkelahian warga antardesa/kelurahan. Persentase
desa/kelurahan yang mengalami perkelahian antarkelompok warga sebesar 1,71% pada 2014
meningkat menjadi 1,99% pada 2018.
Sumber: BPS (2020: 37)
Setelah menyimak data tersebut, bentuklah kelompok yang terdiri atas 3-4 peserta didik. Lakukan
penyelidikan dari berbagai sumber seperti internet, buku, surat kabar, majalah, atau media lain
untuk menemukan rekomendasi pencegahan kasus berdasarkan wacana di atas. Gunakan format
berikut untuk melaporkan hasil penyelidikan kalian.
Alasan Merekomendasikan Sumber/Bukti yang
Saran Bentuk Pencegahan
Bentuk Pencegahan Mendukung
Aktivitas
Kalian sudah mengetahui konsep resolusi konflik. Selanjutnya, ajaklah 2-3 teman kalian untuk
mengerjakan aktivitas berikut. Lakukanlah sebuah penyelidikan melalui observasi atau studi
literatur mengenai resolusi konflik dalam kehidupan masyarakat. Sajikan hasil temuan kalian dalam
beberapa kolom berikut.
1. Temukan contoh kasus yang menunjukkan resolusi konflik.
Contoh Kasus:
Sumber:
2. Argumentasi dan data yang menunjukkan contoh resolusi konflik.
Analisis:
Presentasikan hasil penyelidikan kalian di kelas untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari
guru. Kalian juga perlu memperhatikan dan memberikan masukan hasil penyelidikan kelompok
lain. Rangkumlah garis besar hasil presentasi antarkelompok sebagai pengayaan. Misalnya, kendala
yang dihadapi dalam melakukan resolusi konflik dan cara-cara efektif yang diterapkan.
Aktivitas
Kalian sudah mengetahui perbedaan manajemen konflik dengan pendekatan kepentingan dan hak.
Selanjutnya, lakukan penyelidikan melalui observasi atau studi literatur untuk mengidentifikasi
contoh kedua pendekatan tersebut. Sajikan temuan kalian melalui langkahlangkah berikut.
1. Temukan contoh manajemen konflik sosial dengan pendekatan kepentingan dan hak.
2. Identifikasilah bentuk penanganan konflik yang kalian temukan.
3. Cantumkan sumber kasus dan informasi tambahan yang kalian gunakan.
Manajemen Konflik dengan Pendekatan Manajemen Konflik dengan Pendekatan
Kepentingan Hak
Contoh: Contoh:
Bentuk penanganan: Bentuk penanganan:
Sumber: Sumber:
Aktivitas
Kampanye untuk Menjaga Perdamaian Dunia
Ikut serta menjaga perdamaian dunia merupakan salah satu cita-cita luhur bangsa Indonesia.
Menjaga perdamaian dunia menjadi agenda tetap yang dicanangkan oleh lembaga internasional
PBB. Kalian juga dapat berpartisipasi dalam menjaga perdamaian dunia. Lakukan aktivitas berikut
agar kalian secara tidak langsung berperan serta menjaga perdamaian dunia.
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4-5 peserta didik.
2. Tentukan topik/isu untuk mengampanyekan perdamaian dunia. Misalnya, fokus menolak
kekerasan pada anak, toleransi beragama, kepedulian terhadap korban bencana, atau pentingnya
menjaga kesehatan.
3. Lakukan penelusuran informasi dari berbagai sumber mengenai cara atau praktik yang dapat
dilakukan masyarakat untuk ikut serta menjaga perdamaian di lingkungan sekitarnya. Upaya
tersebut pada prinsipnya bersifat ajakan ataupun edukasi.
4. Sajikan dalam bentuk media yang dapat dipromosikan untuk masyarakat secara luas. Misalnya,
video pendek, podcast, poster, infografis ataupun bentuk lainnya.
5. Bagikan hasil karya kalian melalui media sosial.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Konflik sosial merupakan salah satu permasalahan sosial yang sulit untuk dihindari. Konflik sosial
selalu ada selama terdapat perbedaan yang tidak diimbangi dengan toleransi. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai penyebab, jenis, dan dampak yang ditimbulkan konflik sosial perlu dikaji
secara mendalam. Konflik yang tidak diselesaikan secara bijak dapat berujung pada tindak
kekerasan.
Kesadaran dan pengetahuan mengenai cara-cara penanganan konflik menjadi kunci utama dalam
memecahkan konflik. Penanganan konflik dapat dilakukan melalui pencegahan, resolusi,
manajemen, dan transformasi konflik. Kombinasi proses-proses tersebut menjadi cara-cara untuk
membangun harmoni sosial. Tentunya melalui pencegahan (preventive), membentuk perdamaian
(peacemaking), menjaga perdamaian (peacekeeping), dan membangun perdamaian (peacebuilding).
Upaya penyelesaian konflik juga dapat dilakukan melalui penelitian lapangan yang mampu
menggambarkan konflik di lapangan. Pertama, temukan komponen konflik yang terjadi. Kedua,
lakukan penyelidikan dan pengumpulan data menggunakan cara yang relevan. Ketiga, petakan hasil
temuan data. Keempat, analisislah hasil temuan data yang sudah diperoleh. Kelima, berikan
rekomendasi yang sesuai dengan mengedepankan cara-cara untuk membangun perdamaian.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Resolusi konflik, menyelesaikan konflik secara tuntas sehingga semua kebutuhan para pihak
terpenuhi.
Manajemen konflik, upaya mengendalikan intensitas konflik, dampak, dan efeknya melalui
berbagai metode.
Transformasi konflik, mengubah konflik menjadi kondisi yang lebih konstruktif melalui
keterlibatan berbagai pihak.
Perdamaian, kondisi masyarakat tanpa terjadinya konflik sosial.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 3 : KONFLIK SOSIAL
SUB BAB 3 : PENELITIAN BERBASIS PEMECAHAN KONFLIK
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 20 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab III merupakan materi lanjutan yang membahas mengenai konflik sosial. Konflik sosial
berasal dari dampak lanjutan permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial yang tidak
terselesaikan. Oleh karena itu, peserta didik perlu memahami konsep konflik sosial, kekerasan,
dan dampaknya dalam masyarakat. Selanjutnya, pemahaman mengenai upaya penyelesaian
hingga penelitian untuk mengatasi konflik sosial perlu diberikan kepada peserta didik. Selama
ini, penanganan konflik hanya dipahami dalam bentuk-bentuk akomodasi. Padahal, sosiologi
memiliki alat analisis konflik yang dapat dimanfaatkan untuk memetakan konflik sehingga
diperoleh solusi yang kontekstual.
Bapak/Ibu Guru perlu membimbing peserta didik untuk melakukan penyelidikan dan menyusun
pemecahan konflik secara kritis melalui berbagai aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu,
penyelidikan perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Model pembelajaran
berbasis masalah, discovery, atau proyek dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Akan tetapi, perlu diperhatikan bahwa model tersebut bukan proses instan yang dapat dicapai
dalam satu kali tatap muka.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu mengidentifikasi komponen konflik sosial berdasarkan aktivitas
pembelajaran.
Peserta didik mampu mengumpulkan informasi mengenai komponen konflik sosial
berdasarkan sumber belajar yang digunakan.
Peserta didik mampu menjelaskan teknik pengumpulan data berdasarkan aktivitas
pengumpulan data secara berkelompok dengan baik.
Peserta didik mampu mengeksplorasi informasi tentang pengumpulan data berdasarkan
berbagai sumber belajar dengan tepat.
Peserta didik mampu menganalisis data dalam penelitian sosial konflik berdasarkan aktivitas
pembelajaran.
Peserta didik mampu menyajikan informasi tentang konflik sosial berdasarkan hasil
eksplorasi di berbagai sumber belajar.
Peserta didik mampu menyusun rekomendasi penyelesaian konflik berdasarkan aktivitas
pembelajaran kolaboratif secara baik.
Peserta didik mampu mengeksplorasi informasi tentang penyelesaian konflik dari berbagai
sumber belajar secara tepat.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Mengidentifikasi komponen konflik sosial berdasarkan aktivitas pembelajaran.
Mengumpulkan informasi mengenai komponen konflik sosial berdasarkan sumber belajar
yang digunakan.
Menjelaskan teknik pengumpulan data berdasarkan aktivitas pengumpulan data secara
berkelompok dengan baik.
Mengeksplorasi informasi tentang pengumpulan data berdasarkan berbagai sumber belajar
dengan tepat.
Menganalisis data dalam penelitian sosial konflik berdasarkan aktivitas pembelajaran.
Menyajikan informasi tentang konflik sosial berdasarkan hasil eksplorasi di berbagai sumber
belajar.
Menyusun rekomendasi penyelesaian konflik berdasarkan aktivitas pembelajaran kolaboratif
secara baik.
Mengeksplorasi informasi tentang penyelesaian konflik dari berbagai sumber belajar secara
tepat.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apakah kalian pernah melakukan wawancara atau melakukan observasi di lingkungan sekolah
atau rumah? Ceritakan pengalaman kalian di depan kelas secara santun.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam, memperlihatkan senyuman,
dan menyapa peserta didik serta dilanjutkan dengan memimpin doa atau menunjuk salah
satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum belajar.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
kegiatan literasi berdasarkan buku yang dibawa dari rumah. Durasi untuk aktivitas ini
disarankan tidak lebih dari 10 menit.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dan apersepsi yang dapat diceritakan melalui
pengalaman pribadi atau pengalaman peserta didik tentang keterlibatan mereka dalam
konflik sosial. Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pertemuan kedua puluh lima.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam, menunjukkan semangat, dan
senyuman. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru menunjuk salah satu peserta didik sebagai
perwakilan kelas untuk memimpin doa sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan.
Bapak/Ibu Guru melihat kehadiran peserta didik secara fisik dengan menyebutkan namanya
berdasarkan buku presensi. Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dengan menceritakan
kisah salah satu tokoh inspiratif di Indonesia. Disarankan durasi aktivitas ini tidak lebih dari
tiga menit.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pertemuan ini. Adapun contoh apersepsi yang dapat disampaikan sebagai berikut.
Apakah kalian pernah melakukan wawancara atau melakukan observasi di lingkungan
sekolah atau rumah? Ceritakan pengalaman kalian di depan kelas secara santun.
Wawancara dan observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam
kegiatan penelitian. Selain wawancara dan observasi, terdapat teknik pengumpulan data lain
sesuai pendekatan penelitian yang digunakan seperti angket atau kuesioner. Untuk lebih
memahami teknik pengumpulan data, mari kita pelajari materi pada pertemuan ini dengan
saksama.
Kesimpulan:
Tabel 3.5 Contoh pengumpulan data observasi
Rumusan Masalah Aspek yang di Observasi Hasil Observasi
Kesimpulan:
Tabel 3.6 Contoh pengumpulan data focus group discussion (FGD)
Pertanyaan Notula Hasil FGD
Setiap kelompok menyusun instrumen dan peralatan yang dibutuhkan sebelum melakukan
pengumpulan data di lapangan.
Setiap kelompok membuat jadwal pelaksanaan kegiatan pengumpulan data. Bapak/Ibu Guru
mengarahkan tiap-tiap kelompok untuk melakukan pengumpulan data sesuai jadwal yang
telah disusun. Waktu pengumpulan data diberikan di luar waktu belajar di kelas dengan
durasi lima hari (Bapak/Ibu Guru dapat menyepakati waktu pengumpulan data bersama
peserta didik).
PERTEMUAN KE-3
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan menunjukkan senyuman, menyapa, dan
mengucapkan salam. Bapak/Ibu Guru memberikan kesempatan kepada salah satu peserta
didik untuk memimpin doa sebelum belajar.
Bapak/Ibu Guru mengelilingi kelas untuk memeriksa kesiapan belajar peserta didik.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan memberikan motivasi tentang kisah inspiratif
dari salah satu tokoh nasional di Indonesia. Durasi kegiatan ini disarankan tidak lebih dari
tiga menit.
Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan
apersepsi yang dapat diambil berdasarkan pengalaman pribadi Bapak/Ibu Guru atau peserta
didik.
Setiap kelompok menyusun gagasan atau poin-poin penting berdasarkan hasil pengumpulan
data. Setiap kelompok ditugaskan menampilkan hasil pengumpulan data dalam bentuk mind
map. Gagasan atau poin utama yang telah disusun kemudian dihubungkan satu sama lain
sehingga menunjukkan jaringan relasi satu sama lain yang berkaitan dengan permasalahan
yang terpilih.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat gambar hasil temuan
menggunakan aplikasi komputer. Jika tidak memungkinkan menggunakan komputer, peserta
didik diarahkan menggunakan kertas karton atau bahan belajar lain yang mudah ditemukan
di tempat Bapak/Ibu Guru bertugas. Selanjutnya, peserta didik diarahkan untuk mencermati
kembali kelengkapan dan kesesuaian data yang telah disajikan pada gambar analisis konflik.
Bapak/Ibu Guru dapat melakukan penilaian produk peta konsep menggunakan contoh
instrumen berikut.
Tabel 3.7 Instrumen penilaian produk peta konsep
Urutan Gagasan/ Desain Peta
No. Nama Poin Utama Konsep Jumlah
4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
Setiap kelompok perlu menuliskan hasil pengumpulan data dalam bentuk laporan Bab IV
Paparan Data dan Analisis. Bapak/Ibu Guru memberikan arahan kepada setiap kelompok
untuk menuliskan isi Bab IV dengan batas maksimal tulisan sebanyak 800-1.000 kata. Hasil
pengumpulan data dituliskan dengan runtut, singkat, padat, dan jelas. Bapak/Ibu Guru juga
dapat memberikan umpan balik berdasarkan susunan Bab IV yang dikumpulkan setiap
kelompok.
Kegiatan Penutup (10 Menit)
Pada bagian penutup Bapak/Ibu Guru dapat menarik kesimpulan pembelajaran bersama
peserta didik dengan menyusun poin-poin penting dari materi yang disajikan. Bapak/Ibu
Guru juga dapat melakukan refleksi pembelajaran dengan meminta peserta didik
menyampaikan secara lisan kritik dan masukan berdasarkan proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Bapak/Ibu Guru dapat menutup pembelajaran dengan doa bersama.
PERTEMUAN KE-4
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan menunjukkan senyuman, mengucapkan salam,
menyapa peserta didik, dan memimpin doa. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru memberikan
kesempatan kepada salah satu peserta didik untuk memimpin doa sebelum belajar.
Bapak/Ibu Guru dapat melihat kehadiran peserta didik secara langsung berdasarkan buku
presensi. Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi kepada peserta didik dengan menceritakan
kisah salah satu tokoh nasional di Indonesia. Disarankan durasi untuk aktivitas ini tidak
lebih dari tiga menit.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dan memberikan
apersepsi berdasarkan pengalaman pribadi atau memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menyampaikan pengalamannya.
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Kalian pernah mendengar istilah konflik dan kekerasan, bukan? Apakah pemahaman kalian
terhadap kedua konsep tersebut sudah tepat? Kalian dapat mengetahuinya dengan memberikan
tanda centang () pada kolom Setuju atau Tidak Setuju pada pernyataan berikut!
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Perbedaan sosial menjadi satu-satunya akar masalah
munculnya konflik sosial.
2 Konflik sosial merupakan tindakan menyakiti pihak
lawan, baik secara fisik maupun nonfisik.
3 Setelah melakukan perdamaian, konflik sosial
berpotensi muncul kembali karena perbedaan sosial
mutlak ada dalam kehidupan masyarakat.
4 Kekerasan merupakan perwujudan dari konflik yang
tidak terselesaikan.
5 Kekerasan hanya dapat diselesaikan melalui jalur
hukum.
6 Konflik sosial hanya dapat diselesaikan jika diketahui
kronologi peristiwa dan posisi pihak-pihak yang
terlibat.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas!
Selanjutnya, simpulkan pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk
melanjutkan pembahasan materi pada bab ini.
Uji Pengetahuan Akhir
Jawablah pertanyaan berikut!
1. Perhatikan gambar berikut!
Tariklah garis penghubung antara gambar dan pernyataan yang sesuai!
Berilah tanda centang () pada kolom Sesuai atau Tidak Sesuai untuk menunjukkan upaya
pencegahan tindak radikalisme berdasarkan beberapa pernyataan berikut!
No. Pernyataan Setuju Tidak Setuju
1 Memberikan penanganan konseling bagi para
pelajar yang terindikasi memiliki gejala pemikiran
radikalisme.
2 Melaporkan situs yang memuat konten berita
ajaran radikal pada aduan Kominfo.
3 Melibatkan para mantan pelaku terorisme dalam
menyuarakan gerakan antiradikalisme di sekolah.
Simaklah artikel berikut untuk menjawab pertanyaan nomor 9-10!
Ujaran kebencian dan penggunaan bahasa kasar pada media sosial, khususnya Twitter sangat
berpotensi menimbulkan konflik antarindividu ataupun kelompok. Ujaran kebencian sering
dilontarkan menggunakan bahasa kasar untuk menyerang seseorang ataupun kelompok.
Beranjak dari fenomena tersebut, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Fasilkom UI)
melakukan riset mengenai ujaran kebencian dan bahasa kasar pada media sosial Twitter.
Muhammad Okky Ibrohim, M.Kom. bersama Dr. Indra Budi, melakukan riset tersebut dengan
pendekatan machine learning. Riset juga dilakukan dengan mengklasifikasikan target, kategori,
dan level ujaran kebencian itu sendiri. Perkataan (twit) diidentifikasi sebagai ujaran kebencian
atau bahasa kasar. Selanjutnya, ujaran kebencian dikategorikan menjadi lima kategori meliputi
agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual, dan umpatan lainnya. Tingkat level ujaran
kebencian dapat diklasifikasikan pada level weak hate speech, yaitu kata umpatan yang
ditujukan kepada individu tanpa unsur provokasi; moderate hate speech, yaitu umpatan yang
ditujukan kepada kelompok tanpa provokasi; dan strong hate speech, yaitu umpatan yang
memprovokasi dan berpotensi memicu konflik.
Sumber: https://cs.ui.ac.id/2020/11/26/fasilkom-ui-mendeteksi-ujaran-kebencian-pada-media-
sosial/, diakses pada 21 November 2021
9. Mengapa ujaran kebencian dapat berpotensi menimbulkan konflik?
10. Setujukah kalian dengan pernyataan ”Peneliti berasumsi bahwa selain provokasi dalam
ujaran kebencian, kategorisasi agama, ras, fisik, gender atau orientasi seksual
memengaruhi tingkatan konflik dalam masyarakat”?
A. Ya
B. Tidak
Alasan
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Fase Identifikasi Konflik
Setelah menyimak contoh identifikasi awal kondisi konflik, lakukan aktivitas serupa melalui
langkah-langkah berikut.
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 3-4 peserta didik.
2. Refleksikan kasus-kasus konflik yang ada di lingkungan sekitar kalian. Setiap anggota kelompok
harus menyampaikan hasil observasi masing-masing.
3. Pilihlah salah satu kasus konflik yang memungkinkan untuk kalian teliti. Perhatikan unsur
keterjangkauan waktu, lokasi, tenaga, dan keselamatan kerja di lapangan. Hindari konflik sosial
yang sulit diteliti atau berpotensi mengancam keselamatan jiwa kalian.
4. Identifikasilah konflik yang sudah kalian pilih seperti contoh yang sudah dijelaskan di atas.
5. Presentasikan hasil diskusi kalian agar memperoleh masukan dan arahan dari Bapak/Ibu Guru.
Mintalah masukan agar penyelidikan lapangan di tahap selanjutnya berjalan dengan baik.
6. Setelah mendapat persetujuan dari Bapak/Ibu Guru, kalian dapat mengembangkan hasil diskusi
tersebut menjadi sebuah hasil penelitian. Tuliskan hasil temuan kalian dalam laporan dengan
format seperti berikut. Bab I Pendahuluan minimal terdiri atas latar belakang dan rumusan
masalah yang disajikan dalam bentuk kalimat tanya. Latar belakang tidak perlu terlalu panjang
dan dapat disajikan dalam rentang 1.000-1.500 kata dengan ukuran kertas A4, spasi 1,5, dengan
batas keseluruhan margin 2,5 cm. Bagian latar belakang hendaknya memuat garis besar
isu/masalah dari kondisi umum ke khusus. Misalnya, gambaran umum kondisi konflik di level
makro, kebijakan/aturan terkait konflik tersebut, data terkini yang ada di daerah, hingga
penelitian terdahulu. Selanjutnya, kerucutkan pada garis besar konflik yang sudah kalian
temukan saat melakukan diskusi dan membaca literatur. Kalian juga dapat mengembangkan Bab
II Kajian Pustaka, yaitu memuat literatur konsep dan teori yang relevan dan disajikan
maksimal sampai dengan 600 kata.
Aktivitas
Fase Pengumpulan Data
Kalian sudah mengidentifikasi konflik sosial yang akan diteliti. Selanjutnya, lakukan pengumpulan
data seperti Joko, Ucok, dan Sari. Pilihlah teknik pengumpulan data yang sesuai dengan kasus
masingmasing. Sajikan dalam Bab III Metode Penelitian. Komponen pada bab ini dapat kalian
kembangkan seperti pembahasan pada materi bab sebelumnya. Mintalah masukan dari Bapak/Ibu
Guru mengenai teknik pengumpulan data yang relevan dengan penelitian kalian.
Kumpulkan hasil laporan kalian untuk dijadikan bukti penilaian portofolio Bapak/Ibu Guru.
Kemampuan kalian mengerjakan setiap fase merupakan bukti ketuntasan belajar yang sudah
dilakukan selama pembelajaran.
Aktivitas
Berdiskusilah tentang hasil temuan atau data lapangan penelitian konflik kalian. Selanjutnya,
lakukanlah langkah-langkah berikut.
1. Baca kembali data-data yang sudah kalian kumpulkan dan pastikan tidak ada informasi yang
terlewat.
2. Pilihlah salah satu alat bantu analisis konflik yang relevan dengan penelitian kalian. Kalian dapat
berdiskusi dengan Bapak/Ibu Guru terkait keunggulan dan kelemahan alat bantu tiap-tiap
metode.
3. Gambarlah hasil temuan kalian dalam kertas ukuran besar atau aplikasi menggunakan komputer
(jika memungkinkan).
4. Lihat dan cermati kembali kelengkapan dan kesesuaian data dalam gambar analisis konflik
kalian.
5. Presentasikan hasil analisis kalian di kelas.
6. Mintalah masukan dari kelompok lain dan Bapak/Ibu Guru di kelas.
7. Lakukan perbaikan gambar analisis dari hasil diskusi dan masukan yang sudah disampaikan di
kelas.
Sajikan temuan data dan hasil analisis pada BAB IV Paparan Data dan Analisis. Tuliskan dalam
deskripsi yang runtut, singkat, padat dan jelas. Gunakan dengan batasan 800-1.000 kata.
Aktivitas
Setelah melakukan analisis, tahap selanjutnya adalah menyusun rekomendasi penyelesaian konflik
yang sudah kalian teliti. Lakukan langkah-langkah berikut.
1. Kalian perlu mencermati kembali hasil analisis yang sudah disempurnakan dari masukan
sebelumnya.
2. Pertimbangkan kembali akar masalah dan pihak yang terlibat. Lalu, pertimbangkan strategi yang
mungkin bisa diterapkan.
3. Tulislah langkah-langkah penyelesaian konflik secara runtut dan logis.
4. Mintalah masukan dari Bapak/Ibu Guru jika kalian menghadapi kendala.
Gabungkan hasil rekomendasi kalian pada BAB IV, yaitu pada bagian analisis. Selanjutnya, buatlah
BAB V Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran hasil penelitian kalian.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Konflik sosial merupakan salah satu permasalahan sosial yang sulit untuk dihindari. Konflik sosial
selalu ada selama terdapat perbedaan yang tidak diimbangi dengan toleransi. Oleh karena itu,
pemahaman mengenai penyebab, jenis, dan dampak yang ditimbulkan konflik sosial perlu dikaji
secara mendalam. Konflik yang tidak diselesaikan secara bijak dapat berujung pada tindak
kekerasan.
Kesadaran dan pengetahuan mengenai cara-cara penanganan konflik menjadi kunci utama dalam
memecahkan konflik. Penanganan konflik dapat dilakukan melalui pencegahan, resolusi,
manajemen, dan transformasi konflik. Kombinasi proses-proses tersebut menjadi cara-cara untuk
membangun harmoni sosial. Tentunya melalui pencegahan (preventive), membentuk perdamaian
(peacemaking), menjaga perdamaian (peacekeeping), dan membangun perdamaian (peacebuilding).
Upaya penyelesaian konflik juga dapat dilakukan melalui penelitian lapangan yang mampu
menggambarkan konflik di lapangan. Pertama, temukan komponen konflik yang terjadi. Kedua,
lakukan penyelidikan dan pengumpulan data menggunakan cara yang relevan. Ketiga, petakan hasil
temuan data. Keempat, analisislah hasil temuan data yang sudah diperoleh. Kelima, berikan
rekomendasi yang sesuai dengan mengedepankan cara-cara untuk membangun perdamaian.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Analisis konflik, proses memahami konteks masalah, dinamika, pihak, faktor, hingga rekomendasi
pemecahan konflik.
Peta konflik, alat analisis konflik yang menggambarkan para pihak yang terlibat serta
hubungannya dalam konflik.
Pohon konflik, alat analisis konflik yang menggambarkan akar sebagai penyebab konflik, batang
sebagai inti masalah, dan daun sebagai dampak yang ditimbulkan.
Segitiga SPK, alat analisis yang memuat gambaran sikap, perilaku, dan kontradiksi dalam konflik
sosial.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 4 : MEMBANGUN HARMONI SOSIAL
SUB BAB 1 : PRINSIP-PRINSIP DALAM MEMBANGUN HARMONI SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 10 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab IV memuat materi tentang membangun harmoni sosial. Materi ini merupakan lanjutan dari
pertemuan sebelumnya. Materi yang akan disajikan oleh Bapak/Ibu Guru memuat langkah-
langkah pembelajaran sebagai upaya membangun harmoni sosial dalam masyarakat. Peserta
didik diarahkan untuk memiliki pengetahuan, keterampilan sosial, dan sikap yang
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila ketika mengimplementasikan materi harmoni sosial.
Dengan demikian, peserta didik perlu memiliki pengetahuan tentang konsep harmoni sosial
berdasarkan sudut pandang mata pelajaran sosiologi.
Pembahasan materi diarahkan agar peserta didik mampu menerapkan informasi yang diperoleh
tentang konsep harmoni sosial, prinsip integrasi, inklusi, dan kohesi sosial, serta mampu
menjelaskan upaya membangun harmoni sosial dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
Bapak/ Ibu Guru perlu memberikan arahan melalui model pembelajaran yang tepat agar peserta
didik memiliki keterampilan merancang strategi untuk membangun harmoni sosial di
lingkungan sekitarnya, memiliki kreativitas dan inovasi untuk merancang proyek-proyek yang
membangun harmoni sosial, serta mampu berpartisipasi aktif dalam membangun harmoni
sosial dalam kehidupan sehari-hari. Proyek yang dikerjakan diharapkan dapat memberikan
dampak secara langsung bagi masyarakat.
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menjelaskan konsep harmoni sosial setelah berdiskusi kelompok
dengan baik.
Peserta didik mampu menjelaskan upaya membangun integrasi sosial melalui penelusuran
berbagai sumber informasi.
Peserta didik mampu menjelaskan konsep inklusi sosial setelah melakukan observasi di
lingkungan sekitar.
Peserta didik mampu menjelaskan konsep kohesi sosial setelah mengeksplorasi informasi
melalui berbagai sumber.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Menjelaskan konsep harmoni sosial setelah berdiskusi kelompok dengan baik.
Menjelaskan upaya membangun integrasi sosial melalui penelusuran berbagai sumber
informasi.
Menjelaskan konsep inklusi sosial setelah melakukan observasi di lingkungan sekitar.
Menjelaskan konsep kohesi sosial setelah mengeksplorasi informasi melalui berbagai
sumber.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Bagaimana perayaan HUT RI di sekitar lingkungan tempat tinggal kalian? Ceritakan bentuk
partisipasi kalian dalam setiap perayaan HUT RI! Bagaimana cara yang dapat kalian lakukan
untuk mengisi kemerdekaan?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan memberikan senyuman, mengucapkan salam,
menyapa peserta didik, dan memimpin doa sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru berkeliling kelas untuk melihat kesiapan belajar peserta didik
dan mengecek kehadiran peserta didik secara langsung berdasarkan buku presensi.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, yaitu menjelaskan
konsep serta upaya membangun harmoni sosial dan integrasi sosial.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi kepada peserta didik, misalnya dengan menampilkan
berbagai foto aktivitas perayaan HUT kemerdekaan RI. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru
mengajukan beberapa pertanyaan berikut. Bagaimana perayaan HUT RI di sekitar
lingkungan tempat tinggal kalian? Ceritakan bentuk partisipasi kalian dalam setiap perayaan
HUT RI! Bagaimana cara yang dapat kalian lakukan untuk mengisi kemerdekaan?
Setelah melakukan tanya jawab, Bapak/Ibu Guru dapat memberikan penguatan bahwa
kemerdekaan yang diperoleh saat ini merupakan hasil perjuangan para pahlawan yang harus
dipertahankan, yaitu dengan membangun harmoni sosial.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan memperhatikan kebersihan lingkungan kelas,
mengucapkan salam, dan menunjukkan senyuman. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru memimpin
doa sebelum memulai kegiatan pembelajaran atau menunjuk perwakilan peserta didik untuk
memimpin doa. Bapak/Ibu Guru memeriksa kehadiran peserta didik melalui buku presensi.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dengan menayangkan video yang diambil dari akun
YouTube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI dengan judul Hari Disabilitas Internasional.
Jika video tidak memungkinkan untuk ditayangkan, maka dapat diganti dengan kisah
inspiratif tokoh nasional di Indonesia. Aktivitas ini juga dapat digunakan untuk memberikan
apersepsi menggunakan pengalaman pribadi Bapak/Ibu Guru atau peserta didik tentang
inklusi sosial.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan
ketiga puluh.
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata harmoni sosial? Sudahkan konsep yang
kalian pahami tersebut benar? Mari uji pengetahuan awal kalian dengan merespons pernyataan
berikut. Berikan tanda centang () pada kolom Benar atau Salah!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Harmoni sosial diartikan sebagai upaya untuk meniadakan
seluruh perbedaan sosial dalam masyarakat.
2 Integrasi sosial hanya dibutuhkan ketika masyarakat berkonflik.
3 Peserta didik penyandang disabilitas tidak boleh menempuh
pendidikan yang sama di sekolah umum.
4 Sikap dermawan terhadap sesama dapat mendorong terciptanya
harmoni sosial.
5 Ketika ingin mengembangkan aksi kemanusiaan langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyusun program selama
di lapangan.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas! Selanjutnya, simpulkan
pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk melanjutkan pembahasan
materi pada bab ini.
A. Ya
B. Tidak
Alasan
8. Perhatikan gambar berikut!
Berdasarkan gambar, urutan perencanaan penerapan komponen sekolah ramah anak yang
tepat adalah ….
A. Pertama, melakukan observasi tentang kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi
tenaga pendidik dan kependidikan. Kedua, memetakan kekuatan, peluang, kelemahan,
dan ancaman berkaitan dengan sekolah. Ketiga, menyusun rencana kegiatan dalam
bentuk jadwal.
B. Pertama, melakukan observasi tentang kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi
tenaga pendidik dan kependidikan. Kedua, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk
jadwal. Ketiga, memetakan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman berkaitan
dengan sekolah.
C. Pertama, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk jadwal. Kedua, melakukan
pemetaan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman yang dimiliki sekolah. Ketiga,
melakukan observasi untuk verifikasi pemetaan yang telah dilakukan.
D. Pertama, melakukan penyusunan rencana kegiatan dalam bentuk jadwal. Kedua,
melakukan observasi untuk verifikasi data. Ketiga, melakukan observasi tentang
kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.
E. Pertama, melakukan pemetaan tentang kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman
yang dimiliki sekolah. Kedua, melakukan observasi untuk memverifikasi pemetaan
yang telah dilakukan. Ketiga, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk jadwal.
9. Perhatikan tabel analisis SWOT salah satu kelompok belajar berikut!
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Saya dan teman-teman pandai membuat Sampah rumah tangga di sekitar
desain dan mampu memanfaatkan lingkungan sekolah belum dipisahkan
teknologi media sosial. dengan baik.
Sebagian besar masyarakat sudah Petugas sampah kesulitan memilah
memiliki gawai dan mampu mengakses sampah karena tenaga yang terbatas.
internet.
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
Sudah ada tempat sampah yang Kesibukan sebagian besar warga karena
memadai di sekitar tempat tinggal bekerja sebagai pekerja kantoran.
warga. Kurangnya kesadaran pengelolaan
Kegiatan sosial seperti PKK selama ini sampah rumah tangga.
berjalan dengan rutin.
Rekomendasi aksi sosial yang tepat berdasarkan analisis SWOT tersebut adalah . . . .
A. menyelenggarakan pelatihan membuat bahan kerajinan dari botol-botol bekas yang
bernilai guna tinggi
B. membuat tempat sampah dari barang-barang bekas untuk memisahkan limbah organik
dan anorganik
C. membuat video pendek yang disebarkan melalui perkumpulan warga untuk
mengedukasi cara pengelolaan sampah rumah tangga
D. mengadakan kerja bakti yang melibatkan seluruh warga untuk membersihkan
lingkungan sekitar
E. mengusulkan kepada perangkat desa atau pejabat terkait agar menambah petugas
kebersihan
10. Perhatikan garis besar kegiatan aksi sosial berikut!
1) Jadwal pelaksanaan kegiatan.
2) Gambaran mengenai kegiatan aksi sosial.
3) Tujuan dilakukannya aksi sosial.
4) Manfaat yang dapat diperoleh dari aksi sosial.
5) Strategi atau tahapan kegiatan aksi sosial.
6) Kesimpulan hasil kegiatan aksi sosial yang sudah dilaksanakan.
7) Saran perbaikan yang perlu dilakukan dalam aksi sosial selanjutnya.
Kegiatan yang perlu dijelaskan di bagian pendahuluan pada laporan ditunjukkan oleh
angka . . . .
A. 1), 2), dan 3)
B. 1), 2), dan 4)
C. 1), 2), dan 5)
D. 2), 3), dan 4)
E. 2), 3), dan 5)
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Hidup Harmonis dengan Alam
Hidup harmonis tidak hanya dengan sesama manusia. Hubungan antara manusia dan alam juga
harus berjalan dengan harmonis.
Selanjutnya, coba amati lingkungan sekitar kalian atau carilah literatur mengenai contoh kearifan
lokal yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Selanjutnya, jawablah
beberapa pertanyaan berikut.
1. Bagaimana norma yang diciptakan masyarakat untuk memelihara alam?
2. Bagaimana jika ada masyarakat yang melanggar norma tersebut?
3. Bagaimana dampak positif memelihara kearifan lokal tersebut bagi kehidupan masyarakat?
Presentasikan hasil temuan kalian di kelas untuk memperkaya informasi mengenai cara hidup
harmonis dengan alam. Petiklah nilainilai yang terkandung dalam kearifan lokal tersebut agar dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Aktivitas
Ketika pandemi Covid-19 melanda dunia, seluruh sistem sosial dalam masyarakat terguncang.
Sistem sosial di berbagai aspek kehidupan harus dapat menghadapinya, bahkan bangkit untuk
mengatasi seluruh persoalan yang ada. Ada pelajaran berharga yang dapat kita petik dari
pengalaman tersebut. Coba kalian refleksikan pengalaman yang dapat dipetik dari pandemi Covid-
19 dengan melakukan aktivitas berikut.
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4-5 peserta didik.
2. Tentukan satu topik yang akan kalian kaji, misalnya di bidang pendidikan, ekonomi, sosial,
politik, budaya, dan lingkungan.
3. Identifikasilah satu kasus di lingkungan sekitar kalian berdasarkan topik yang sudah ditentukan.
4. Identifikasilah komponen AGIL dari kasus yang sudah kalian tentukan.
5. Simpulkan pengalaman berharga yang dapat kalian petik dari analisis kasus tersebut.
Presentasikan hasil temuan kalian di depan kelas untuk memperoleh masukan dari teman-teman dan
Bapak/Ibu Guru di kelas.
Aktivitas
Menemukan Contoh Fenomena Inklusi Sosial
Apakah kalian sudah memahami konsep inklusi sosial? Dapatkah kalian menunjukkan contohnya?
Ajaklah tiga teman kalian untuk berdiskusi. Selanjutnya, amatilah lingkungan sekitar kalian untuk
menemukan contoh nyata inklusi sosial dalam masyarakat. Tunjukkan hasil pengamatan kalian
dalam bentuk foto atau video pendek (video blog/vlog). Jika kondisi lingkungan dan sarana
prasarana belum memadai, kalian dapat menemukan contohnya melalui majalah, surat kabar, atau
berita di internet. Sampaikan hasil pengamatan kalian di kelas untuk memperkaya pengetahuan
mengenai contoh inklusi sosial dalam masyarakat.
Aktivitas
Perhatikan kutipan artikel berikut!
Buta huruf merupakan ketidakmampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Buta huruf tidak
hanya terjadi di Indonesia, tetapi menjadi masalah dunia yang harus diberantas. Buta huruf
berkaitan erat dengan tingkat kualitas sumber daya manusia suatu negara. Globalisasi disertai
dengan kemajuan teknologi dan informasi menuntut tingginya persaingan sumber daya manusia
yang berkualitas dan kompeten. Akibatnya, negara berkembang berlomba-lomba memberantas buta
huruf di negaranya, termasuk Indonesia. Adapun sebagian besar di antaranya merupakan kaum
perempuan.
Guna mengatasi masalah tersebut, pemerintah daerah membentuk lembaga Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) yang dapat membantu upaya pemberantasan buta huruf. Lembaga ini bekerja
sama dengan seluruh elemen masyarakat agar program yang dirancang dapat berjalan baik. PKBM
ternyata memberikan banyak manfaat. Peserta tidak hanya diajari membaca dan menulis, tetapi
memperoleh pelatihan keterampilan dan kewirausahaan seperti membuat kue atau kuliner,
kecantikan atau tata rias, serta membuat kerajinan dengan memanfaatkan barang bekas di
lingkungan sekitar.
Sumber: Herman, (2019:11-16)
Setelah menyimak artikel tersebut, diskusikanlah pertanyaan berikut bersama teman sebangku
kalian!
1. Apakah informasi pada artikel mencerminkan upaya membangun kohesi sosial dalam
masyarakat?
A. Ya
B. Tidak
Alasan:
2. Andaikan kalian terlibat dalam program tersebut, kendala apa yang mungkin dihadapi
penyelenggara dalam menarik peserta PKBM?
3. Bagaimana upaya agar pelaksanaan PKBM dapat diterima dan berjalan dengan baik?
Jawablah beberapa pertanyaan tersebut disertai dengan bukti pendukung berupa sumber yang
tepercaya. Misalnya, dengan melihat kasus yang sama di daerah lain melalui informasi di jurnal,
surat kabar, buku, ataupun refleksi lingkungan sekitar
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Masyarakat senantiasa dihadapkan dengan tantangan disintegrasi sosial. Oleh karena itu,
dibutuhkan berbagai upaya untuk membangun harmoni sosial agar sistem sosial dapat terpelihara
dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan, yaitu integrasi, inklusi, dan kohesi
sosial. Integrasi sosial tidak dipandang sempit hanya dalam konteks penyatuan dalam sebuah
konflik sosial. Integrasi juga dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam
menyikapi ragam permasalahan sosial dalam masyarakat. Konsep inklusi sosial yang juga penting
dimiliki masyarakat, yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama bagi berbagai pihak untuk
mengembangkan potensi dirinya. Selain integrasi, kohesi sosial juga dapat dibangun dengan
menumbuhkan rasa saling memiliki, kepercayaan, dan keterbukaan.
Ada berbagai cara untuk mewujudkan prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, melakukan kampanye
sosial, audiensi publik, kepedulian sosial, dan filantropi sosial. Contoh aksi sosial tersebut dapat
kalian lakukan dengan baik jika melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta pelaporan
yang sistematis. Aksi sosial tersebut merupakan bentukbentuk pengabdian masyarakat secara
sederhana yang dapat kalian lakukan. Aksi sosial ini menjadi bagian dari penguatan kompetensi diri
kalian untuk menerapkan pengetahuan sosiologis secara praktis. Artinya, sosiologi tidak hanya
mengajarkan teori, tetapi juga aksi sosial yang dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Harmoni sosial, kerukunan yang menjadi cita-cita bersama, yaitu ketika sistem sosial dalam
masyarakat dapat berfungsi dengan baik tanpa adanya konflik atau disintegrasi dalam
masyarakat.
Integrasi sosial, penyatuan atau pembauran komponenkomponen sosial masyarakat sehingga
menjadi satu kesatuan utuh.
Inklusi sosial, proses ketika masyarakat rentan mengalami kemiskinan dan eksklusi sosial
memperoleh peluang serta sumber daya memadai untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan
sosial.
Kohesi sosial, kelompok yang memiliki karakteristik mampu bekerja untuk kesejahteraan
anggotanya, melawan pengucilan, menumbuhkan rasa saling memiliki, kepercayaan, dan
memungkinkan anggotanya melakukan mobilitas sosial.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 4 : MEMBANGUN HARMONI SOSIAL
SUB BAB 2: UPAYA UNTUK MEMBANGUN HARMONI SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 10 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab IV memuat materi tentang membangun harmoni sosial. Materi ini merupakan lanjutan dari
pertemuan sebelumnya. Materi yang akan disajikan oleh Bapak/Ibu Guru memuat langkah-
langkah pembelajaran sebagai upaya membangun harmoni sosial dalam masyarakat. Peserta
didik diarahkan untuk memiliki pengetahuan, keterampilan sosial, dan sikap yang
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila ketika mengimplementasikan materi harmoni sosial.
Dengan demikian, peserta didik perlu memiliki pengetahuan tentang konsep harmoni sosial
berdasarkan sudut pandang mata pelajaran sosiologi.
Pembahasan materi diarahkan agar peserta didik mampu menerapkan informasi yang diperoleh
tentang konsep harmoni sosial, prinsip integrasi, inklusi, dan kohesi sosial, serta mampu
menjelaskan upaya membangun harmoni sosial dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
Bapak/ Ibu Guru perlu memberikan arahan melalui model pembelajaran yang tepat agar peserta
didik memiliki keterampilan merancang strategi untuk membangun harmoni sosial di
lingkungan sekitarnya, memiliki kreativitas dan inovasi untuk merancang proyek-proyek yang
membangun harmoni sosial, serta mampu berpartisipasi aktif dalam membangun harmoni
sosial dalam kehidupan sehari-hari. Proyek yang dikerjakan diharapkan dapat memberikan
dampak secara langsung bagi masyarakat.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menjelaskan upaya membangun harmoni sosial dalam bentuk
kampanye sosial.
Peserta didik mampu merancang audiensi publik (public hearing) berdasarkan informasi
yang diperoleh dari berbagai sumber.
Peserta didik mampu menjelaskan strategi aksi perawatan sosial dalam membangun harmoni
sosial setelah berdiskusi kelompok.
Peserta didik mampu menjelaskan strategi aksi filantropi sosial (charity) dalam membangun
harmoni sosial setelah mengobservasi lingkungan sekitar.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Menjelaskan upaya membangun harmoni sosial dalam bentuk kampanye sosial.
Merancang audiensi publik (public hearing) berdasarkan informasi yang diperoleh dari
berbagai sumber.
Menjelaskan strategi aksi perawatan sosial dalam membangun harmoni sosial setelah
berdiskusi kelompok.
Menjelaskan strategi aksi filantropi sosial (charity) dalam membangun harmoni sosial
setelah mengobservasi lingkungan sekitar.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Apakah kalian pernah diberi selebaran atau pamflet?
Apakah kalian pernah melihat tanda tagar (#) di media sosial? Jika pernah, coba jelaskan di
depan kelas apa fungsi selebaran, pamflet, atau tanda tagar tersebut.
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memperhatikan kebersihan kelas atau lingkungan belajar peserta didik
sebelum memulai pembelajaran. Jika peserta didik sudah siap mengikuti kegiatan
pembelajaran, Bapak/Ibu Guru memimpin doa sebelum belajar.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan apersepsi kepada peserta didik.
Apersepsi berikut dapat disampaikan Bapak/ Ibu Guru.
Apakah kalian pernah diberi selebaran atau pamflet?
Apakah kalian pernah melihat tanda tagar (#) di media sosial? Jika pernah, coba jelaskan di
depan kelas apa fungsi selebaran, pamflet, atau tanda tagar tersebut.
Kegiatan kampanye dapat dilakukan dengan menggunakan bahan seperti selebaran, pamflet,
atau tanda tagar (#) jika dilakukan di media digital. Kampanye dapat dilakukan untuk
memberikan edukasi kepada banyak orang dan membangun harmoni sosial. Kegiatan
kampanye sosial dapat dilakukan secara langsung ataupun melalui media digital.
Agar kalian lebih memahami maksud dari kampanye sosial, mari pelajari materi tersebut
pada pertemuan ini.
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Penilaian (penskoran) = Total nilai siswa x 100
Total nilai maksimal
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan mengucapkan salam, menunjukkan senyuman, dan
menyapa peserta didik dilanjutkan dengan memimpin doa sebelum belajar atau memberikan
kesempatan kepada perwakilan peserta didik untuk memimpin doa sebelum kegiatan
pembelajaran dilaksanakan.
Jika seluruh peserta didik telah siap belajar, Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi kepada
peserta didik dengan menayangkan video dari akun YouTube Kemdikbud RI dengan judul
Gotong Royong- #CerdasBerkarakter. Jika video tidak dapat ditayangkan motivasi bisa
diganti dengan menceritakan kisah salah satu tokoh inspiratif di Indonesia. Durasi untuk
aktivitas ini disarankan tidak lebih dari tiga menit.
Bapak/Ibu Guru memberikan apersepsi melalui cerita pengalaman pribadi ketika melakukan
charity. Selain itu, peserta didik dapat diminta menceritakan pengalaman mereka ketika
melakukan charity. Kegiatan dilanjutkan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran.
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
Pembelajaran minggu ini juga dapat dikembangkan dengan menerapkan metode
pembelajaran team based learning. Peserta didik diarahkan untuk duduk berkelompok yang
terdiri atas anggota 4-5 orang dengan perbedaan kemampuan akademik. Selanjutnya, setiap
kelompok mengidentifikasi kegiatan filantropi sosial berdasarkan penelusuran di berbagai
sumber belajar. Misalnya, penggalangan dana korban bencana alam, pelatihan calistung
(baca, tulis, hitung) untuk anak-anak jalanan, dan pelatihan membaca untuk ibu-ibu yang
tinggal di bantaran sungai.
Setiap kelompok menyusun rencana pelaksanaan filantropi sosial seperti menyusun sasaran
kegiatan, lokasi kegiatan, waktu kegiatan, alat dan bahan yang dibutuhkan, dan pihak yang
dilibatkan dalam kegiatan filantropi sosial. Pelaksanaan kegiatan disepakati bersama peserta
didik agar tidak mengganggu waktu belajar untuk mata pelajaran lain dan memberikan
keleluasaan untuk menyelesaikan kegiatan.
Setiap kelompok diarahkan untuk melaporkan kegiatan filantropi sosial yang dilakukan
dengan menuliskan laporan kegiatan yang berisi latar belakang kegiatan, tujuan kegiatan,
manfaat kegiatan, tahapan kegiatan, kelemahan/hambatan kegiatan, kesimpulan dan
rekomendasi. Setiap kelompok mengumpulkan laporan kegiatan padapertemuan selanjutnya.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan umpan balik terhadap laporan kegiatan yang telah
dikumpulkan peserta didik. Misalnya, perlu mencantumkan dokumentasi kegiatan.
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata harmoni sosial? Sudahkan konsep yang
kalian pahami tersebut benar? Mari uji pengetahuan awal kalian dengan merespons pernyataan
berikut. Berikan tanda centang () pada kolom Benar atau Salah!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Harmoni sosial diartikan sebagai upaya untuk meniadakan
seluruh perbedaan sosial dalam masyarakat.
2 Integrasi sosial hanya dibutuhkan ketika masyarakat berkonflik.
3 Peserta didik penyandang disabilitas tidak boleh menempuh
pendidikan yang sama di sekolah umum.
4 Sikap dermawan terhadap sesama dapat mendorong terciptanya
harmoni sosial.
5 Ketika ingin mengembangkan aksi kemanusiaan langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyusun program selama
di lapangan.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas! Selanjutnya, simpulkan
pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk melanjutkan pembahasan
materi pada bab ini.
A. Ya
B. Tidak
Alasan
8. Perhatikan gambar berikut!
Berdasarkan gambar, urutan perencanaan penerapan komponen sekolah ramah anak yang
tepat adalah ….
A. Pertama, melakukan observasi tentang kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi
tenaga pendidik dan kependidikan. Kedua, memetakan kekuatan, peluang, kelemahan,
dan ancaman berkaitan dengan sekolah. Ketiga, menyusun rencana kegiatan dalam
bentuk jadwal.
B. Pertama, melakukan observasi tentang kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi
tenaga pendidik dan kependidikan. Kedua, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk
jadwal. Ketiga, memetakan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman berkaitan
dengan sekolah.
C. Pertama, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk jadwal. Kedua, melakukan
pemetaan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman yang dimiliki sekolah. Ketiga,
melakukan observasi untuk verifikasi pemetaan yang telah dilakukan.
D. Pertama, melakukan penyusunan rencana kegiatan dalam bentuk jadwal. Kedua,
melakukan observasi untuk verifikasi data. Ketiga, melakukan observasi tentang
kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.
E. Pertama, melakukan pemetaan tentang kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman
yang dimiliki sekolah. Kedua, melakukan observasi untuk memverifikasi pemetaan
yang telah dilakukan. Ketiga, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk jadwal.
9. Perhatikan tabel analisis SWOT salah satu kelompok belajar berikut!
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Saya dan teman-teman pandai membuat Sampah rumah tangga di sekitar
desain dan mampu memanfaatkan lingkungan sekolah belum dipisahkan
teknologi media sosial. dengan baik.
Sebagian besar masyarakat sudah Petugas sampah kesulitan memilah
memiliki gawai dan mampu mengakses sampah karena tenaga yang terbatas.
internet.
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
Sudah ada tempat sampah yang Kesibukan sebagian besar warga karena
memadai di sekitar tempat tinggal bekerja sebagai pekerja kantoran.
warga. Kurangnya kesadaran pengelolaan
Kegiatan sosial seperti PKK selama ini sampah rumah tangga.
berjalan dengan rutin.
Rekomendasi aksi sosial yang tepat berdasarkan analisis SWOT tersebut adalah . . . .
A. menyelenggarakan pelatihan membuat bahan kerajinan dari botol-botol bekas yang
bernilai guna tinggi
B. membuat tempat sampah dari barang-barang bekas untuk memisahkan limbah organik
dan anorganik
C. membuat video pendek yang disebarkan melalui perkumpulan warga untuk
mengedukasi cara pengelolaan sampah rumah tangga
D. mengadakan kerja bakti yang melibatkan seluruh warga untuk membersihkan
lingkungan sekitar
E. mengusulkan kepada perangkat desa atau pejabat terkait agar menambah petugas
kebersihan
10. Perhatikan garis besar kegiatan aksi sosial berikut!
1) Jadwal pelaksanaan kegiatan.
2) Gambaran mengenai kegiatan aksi sosial.
3) Tujuan dilakukannya aksi sosial.
4) Manfaat yang dapat diperoleh dari aksi sosial.
5) Strategi atau tahapan kegiatan aksi sosial.
6) Kesimpulan hasil kegiatan aksi sosial yang sudah dilaksanakan.
7) Saran perbaikan yang perlu dilakukan dalam aksi sosial selanjutnya.
Kegiatan yang perlu dijelaskan di bagian pendahuluan pada laporan ditunjukkan oleh
angka . . . .
A. 1), 2), dan 3)
B. 1), 2), dan 4)
C. 1), 2), dan 5)
D. 2), 3), dan 4)
E. 2), 3), dan 5)
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Simaklah gambar di samping!
Aktivitas
Simaklah informasi berikut!
Public Hearing Pemerintah dan Masyarakat
Pemuda Karang Taruna Desa Makmur menginisiasi audiensi antara pemerintah dan masyarakat
untuk membahas rencana pembangunan renovasi sekolah yang runtuh akibat gempa. Pemerintah
telah mengalokasikan dana untuk membantu pembangunan sekolah. Akan tetapi, proses tersebut
juga membutuhkan peran serta masyarakat agar pembangunan dapat segera terealisasi dengan baik.
Melalui proses audiensi ini, masyarakat sekitar memberikan saran agar segera dilakukan
pembangunan dan penyediaan fasilitas ruang komputer untuk peserta didik.
Pada awalnya, usulan ini memicu perdebatan dari berbagai pihak, tetapi akhirnya berhasil ditengahi
dan dimusyawarahkan dengan baik. Kemampuan teknologi informasi menjadi salah satu aspek yang
dipertimbangkan peserta karena sangat dibutuhkan para peserta didik kedepannya. Opini ini
dikemukakan oleh masyarakat, khususnya wali murid yang menginginkan agar putra putri mereka
dapat beradaptasi dengan penggunaan komputer. Saran tersebut mendapat sambutan baik dari
pemerintah dan dukungan dari masyarakat sekitar. Akhirnya, beberapa kelompok masyarakat
berencana melakukan penggalangan dana untuk memberikan sumbangan komputer bagi sekolah
yang terdampak bencana.
Sumber: Joan Hesti Gita Purwasih
Setelah menyimak informasi tersebut, jawablah pertanyaan berikut!
1. Apa saja yang perlu dipersiapkan Pemuda Karang Taruna Desa Makmur sebelum mengadakan
public hearing?
2. Apa saja kelemahan dan keunggulan kegiatan public hearing?
Aktivitas
Perhatikan informasi berikut!
Live In di Desa Bersama Keluarga Baru
Live in merupakan salah satu program sekolah yang diadakan untuk mengasah aspek keterampilan,
sikap sosial, dan sikap spiritualitas peserta didik. Sebelum terjun ke lapangan, perlu dibentuk
beberapa kelompok.
Pembentukan kelompok sejak awal diharapkan akan mempermudah peserta didik bekerja sama
dengan baik. Selain itu, peserta didik dibekali dengan informasi terkait situasi dan kondisi desa,
terutama karakteristik penduduk yang akan mereka kunjungi. Informasi mengenai gambaran
kendala-kendala sosial ekonomi dalam masyarakat juga diberikan.
Tujuannya, agar peserta didik dapat memikirkan kegiatan sosial yang dapat mereka lakukan untuk
meringankan beban masyarakat.
Ketika di lapangan, peserta didik selanjutnya akan tinggal di desa bersama keluarga yang menjadi
orang tua asuh selama kegiatan. Selama dua minggu, peserta didik akan belajar hidup serta
bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat setempat. Mereka akan merasakan keprihatinan dan
kegembiraan bersama keluarga asuh dan masyarakat. Mereka juga ditantang untuk mengasah
kemampuan kerja sama, kreativitas, dan kepemimpinan dalam memberikan kontribusi sosial bagi
masyarakat.
Aktivitas kerohanian juga disisipkan selama kegiatan. Mereka diminta merefleksikan
pengalamannya dan menemukan nilai-nilai baru yang bermanfaat bagi hidup. Pengalaman berharga
tersebut diharapkan dapat membentuk kepribadian peserta didik menjadi lebih baik pada kemudian
hari.
Sumber: Joan Hesti Gita Purwasih
Setelah menyimak informasi tersebut, diskusikan dengan teman sebangku kalian pertanyaan
berikut!
1. Apa kelebihan dan kekurangan dari kegiatan live in?
2. Jika kalian menjadi tim penyelenggara, identifikasilah persiapan yang harus dilakukan sebelum
acara dimulai!
3. Apa kendala yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut?
Aktivitas
Ajaklah tiga teman kalian untuk menemukan contoh-contoh filantropi sosial dalam masyarakat.
1. Lakukan penelusuran informasi di internet, berita, majalah, atau pengamatan lingkungan sekitar
mengenai contoh filantropi sosial!
2. Identifikasilah contoh filantropi yang kalian temukan berdasarkan aspek-aspek berikut.
a. Latar belakang
b. Tahapan kegiatan
c. Manfaat
d. Kelemahan/hambatan
e. Keunggulan
Presentasikan hasil temuan dan identifikasi kalian di kelas. Bandingkan temuan kalian dengan
contoh-contoh yang dikemukakan oleh kelompok lain. Dengan demikian, kalian dapat memperkaya
wawasan mengenai contoh tindakan filantropi sosial dalam masyarakat
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Masyarakat senantiasa dihadapkan dengan tantangan disintegrasi sosial. Oleh karena itu,
dibutuhkan berbagai upaya untuk membangun harmoni sosial agar sistem sosial dapat terpelihara
dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan, yaitu integrasi, inklusi, dan kohesi
sosial. Integrasi sosial tidak dipandang sempit hanya dalam konteks penyatuan dalam sebuah
konflik sosial. Integrasi juga dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam
menyikapi ragam permasalahan sosial dalam masyarakat. Konsep inklusi sosial yang juga penting
dimiliki masyarakat, yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama bagi berbagai pihak untuk
mengembangkan potensi dirinya. Selain integrasi, kohesi sosial juga dapat dibangun dengan
menumbuhkan rasa saling memiliki, kepercayaan, dan keterbukaan.
Ada berbagai cara untuk mewujudkan prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, melakukan kampanye
sosial, audiensi publik, kepedulian sosial, dan filantropi sosial. Contoh aksi sosial tersebut dapat
kalian lakukan dengan baik jika melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta pelaporan
yang sistematis. Aksi sosial tersebut merupakan bentukbentuk pengabdian masyarakat secara
sederhana yang dapat kalian lakukan. Aksi sosial ini menjadi bagian dari penguatan kompetensi diri
kalian untuk menerapkan pengetahuan sosiologis secara praktis. Artinya, sosiologi tidak hanya
mengajarkan teori, tetapi juga aksi sosial yang dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Kampanye sosial, aktivitas dan informasi yang diberikan bersifat edukatif, bukan bersifat komersial
atau untuk memenuhi kepentingan pribadi atau golongan tertentu.
Audiensi publik (public hearing), mendengarkan aspirasi yang disampaikan oleh rakyat, publik,
atau umum.
Perawatan sosial, layanan yang bertujuan memenuhi kasih sayang, keselamatan, kelekatan, dan
kesejahteraan masyarakat.
Filantropi sosial (charity), kedermawanan untuk membangun solidaritas sosial, merawat pertalian,
dan kohesivitas sosial
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
MODUL AJAR
BAB 4 : MEMBANGUN HARMONI SOSIAL
SUB BAB 3 : MERANCANG AKSI UNTUK MEMBANGUN HARMONI SOSIAL
INFORMASI UMUM
A. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Mutia Ismi Nanda Purwandari, S. Pd.
Satuan Pendidikan : SMA
Kelas / Fase : XI (Sebelas) - F
Mata Pelajaran : Sosiologi
Prediksi Alokasi Waktu : 20 JP / 5 JP (per minggu)
Tahun Penyusunan : 2023
B. KOMPETENSI AWAL
Bab IV memuat materi tentang membangun harmoni sosial. Materi ini merupakan lanjutan dari
pertemuan sebelumnya. Materi yang akan disajikan oleh Bapak/Ibu Guru memuat langkah-
langkah pembelajaran sebagai upaya membangun harmoni sosial dalam masyarakat. Peserta
didik diarahkan untuk memiliki pengetahuan, keterampilan sosial, dan sikap yang
mencerminkan Profil Pelajar Pancasila ketika mengimplementasikan materi harmoni sosial.
Dengan demikian, peserta didik perlu memiliki pengetahuan tentang konsep harmoni sosial
berdasarkan sudut pandang mata pelajaran sosiologi.
Pembahasan materi diarahkan agar peserta didik mampu menerapkan informasi yang diperoleh
tentang konsep harmoni sosial, prinsip integrasi, inklusi, dan kohesi sosial, serta mampu
menjelaskan upaya membangun harmoni sosial dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
Bapak/ Ibu Guru perlu memberikan arahan melalui model pembelajaran yang tepat agar peserta
didik memiliki keterampilan merancang strategi untuk membangun harmoni sosial di
lingkungan sekitarnya, memiliki kreativitas dan inovasi untuk merancang proyek-proyek yang
membangun harmoni sosial, serta mampu berpartisipasi aktif dalam membangun harmoni
sosial dalam kehidupan sehari-hari. Proyek yang dikerjakan diharapkan dapat memberikan
dampak secara langsung bagi masyarakat.
F. MODEL PEMBELAJARAN
Blended learning melalui model pembelajaran dengan menggunakan Project Based Learning
(PBL) terintegrasi pembelajaran berdiferensiasi berbasis Social Emotional Learning (SEL).
KOMPONEN INTI
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu memilih rancangan aksi membangun harmoni sosial setelah berdiskusi
kelompok secara kritis.
Peserta didik mampu menerapkan informasi untuk aksi membangun harmoni sosial dari
berbagai sumber belajar secara tepat.
Peserta didik mampu menentukan aksi sosial untuk membangun harmoni sosial setelah
melakukan diskusi kelompok secara kritis.
Peserta didik mampu merancang aksi sosial untuk membangun harmoni sosial berdasarkan
informasi yang dimiliki secara tepat.
Peserta didik mampu mengevaluasi aksi membangun harmoni sosial berdasarkan kegiatan
kelompok yang telah dilakukan secara baik.
Peserta didik mampu mengevaluasi pelaksanaan aksi sosial untuk membangun harmoni
sosial berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber belajar secara tepat.
Peserta didik mampu mengomunikasikan hasil aksi sosial untuk membangun harmoni sosial
melalui penugasan kelompok secara baik.
Peserta didik mampu menyajikan hasil kegiatan aksi sosial berdasarkan informasi yang
dimiliki dari berbagai sumber belajar secara tepat.
B. PEMAHAMAN BERMAKNA
Memilih rancangan aksi membangun harmoni sosial setelah berdiskusi kelompok secara
kritis.
Menerapkan informasi untuk aksi membangun harmoni sosial dari berbagai sumber belajar
secara tepat.
Menentukan aksi sosial untuk membangun harmoni sosial setelah melakukan diskusi
kelompok secara kritis.
Merancang aksi sosial untuk membangun harmoni sosial berdasarkan informasi yang
dimiliki secara tepat.
Mengevaluasi aksi membangun harmoni sosial berdasarkan kegiatan kelompok yang telah
dilakukan secara baik.
Mengevaluasi pelaksanaan aksi sosial untuk membangun harmoni sosial berdasarkan
informasi yang diperoleh dari berbagai sumber belajar secara tepat.
Mengomunikasikan hasil aksi sosial untuk membangun harmoni sosial melalui penugasan
kelompok secara baik.
Menyajikan hasil kegiatan aksi sosial berdasarkan informasi yang dimiliki dari berbagai
sumber belajar secara tepat.
C. PERTANYAAN PEMANTIK
Adakah kegiatan amal yang dapat memberikan dampak berkelanjutan?
Pernahkah kalian memberikan bantuan sembako kepada masyarakat kurang mampu atau
ikut merawat lansia di panti jompo?
D. KEGIATAN PEMBELAJARAN
PERTEMUAN KE-1
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memeriksa kebersihan kelas dan dilanjutkan memberikan kesempatan
kepada salah satu peserta didik sebagai perwakilan kelas untuk memimpin doa sebelum
pembelajaran.
Bapak/Ibu Guru memeriksa kehadiran peserta didik melalui buku presensi atau dilakukan
cara berkeliling di kelas. Selanjutnya, Bapak/ Ibu Guru meminta peserta didik melanjutkan
membaca buku yang telah dibawa dari rumah sebagai bentuk penanaman budaya literasi.
Durasi kegiatan ini disarankan tidak lebih dari sepuluh menit.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dan apersepsi berdasarkan pengalaman pribadi atau
memberikan kesempatan kepada salah satu peserta didik menyampaikan pengalamannya
dalam merancang sebuah aksi sosial.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini.
Pada pertemuan minggu ketiga puluh tiga Bapak/Ibu Guru dapat menerapkan metode
pembelajaran berbasis proyek. Setiap kelompok diberi topik berbeda, misalnya tentang
lingkungan, pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru meminta
tiap-tiap kelompok mencari isu yang berhubungan dengan topik tersebut di lingkungan
sekolah.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menyeleksi isu yang berkaitan dengan
topik. Setiap kelompok diberi kesempatan memilih satu isu yang paling penting dan perlu
segera diselesaikan. Misalnya, isu tentang perundungan atau bullying, ketimpangan gender,
ataupun sanitasi yang belum memadai.
Setelah memilih satu permasalahan, setiap kelompok diminta melakukan observasi atau
pengamatan ke lokasi aksi sosial. Setiap kelompok melakukan analisis SWOT yang terdiri
atas kekuatan (strength), peluang (opportunities), kelemahan (weakness), dan ancaman
(threats) berdasarkan isu yang akan dikaji. Hasil analisis dibuat dalam bentuk tabel dan
disajikan pada buku tulis, kertas karton, atau secara digital.
Bapak/Ibu Guru mengarahkan setiap kelompok untuk menentukan aksi yang dapat
dilakukan berdasarkan isu terpilih. Format penulisan rancangan dapat dilihat setiap
kelompok di Aktivitas yang tersedia pada Buku Siswa. Rancangan aksi memuat kriteria (1)
memiliki deskripsi kegiatan, (2) memiliki sasaran kegiatan, (3) memiliki tujuan kegiatan, (4)
memiliki waktu dan lokasi kegiatan, serta (5) memiliki jadwal kegiatan.
PERTEMUAN KE-2
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memeriksa kebersihan kelas dan kesiapan peserta didik sebelum
pembelajaran dimulai. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru menunjuk salah satu peserta didik
sebagai perwakilan kelas untuk memimpin doa sebelum belajar.
Setelah peserta didik siap untuk belajar, Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dan
apersepsi sebagai berikut.
Pernahkah kalian memberikan bantuan sembako kepada masyarakat kurang mampu atau
ikut merawat lansia di panti jompo?
Ceritakan pengalaman kalian di depan kelas secara santun.
Aksi sosial dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok. Cakupan kegiatan aksi sosial
juga luas, tidak hanya berada di satu daerah saja. Sebelum melakukan aksi sosial, hendaknya
dilakukan perencanaan yang matang agar kegiatan dapat berjalan baik dan tepat sasaran.
Tujuan aksi sosial harus jelas agar mampu memberikan manfaat bagi penerimanya. Oleh
karena itu, mari kita sama-sama pelajari lebih dalam cara melakukan aksi sosial berdasarkan
rancangan kegiatan yang sudah disusun.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini.
Setiap aktivitas yang dilakukan perlu didokumentasikan dalam bentuk foto, notulen, atau
video. Bapak/Ibu Guru melakukan penilaian terhadap persiapan pelaksanaan aksi sosial
menggunakan contoh instrumen penilaian berikut.
Tabel 4.4 Instrumen penilaian aktivitas minggu ketiga puluh empat
Penyusunan
Persiapan Kegiatan
Jadwal Acara
No. Nama Aksi Sosial Jumlah
Aksi Sosial
4 3 2 1 4 3 2 1
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
PERTEMUAN KE-3
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan menunjukkan senyuman, mengucap salam, dan
menyapa peserta didik. Selanjutnya, Bapak/ Ibu Guru memberikan kesempatan kepada salah
satu peserta didik sebagai perwakilan kelas untuk memimpin doa.
Bapak/Ibu Guru dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca buku
yang telah dibawa dari rumah sebagai bentuk penanaman budaya literasi. Durasi kegiatan ini
disarankan tidak lebih dari sepuluh menit.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dan apersepsi berdasarkan pengalaman pribadi
ataupun pengalaman peserta didik tentang aksi sosial yang pernah dilakukan.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan ini.
Peserta didik diarahkan memprediksi tindakan yang seharusnya dilakukan agar kegiatan aksi
sosial sesuai dengan materi yang disajikan. Pada kegiatan ini peserta didik diarahkan
memberikan rekomendasi upaya yang dapat dilakukan ketika melakukan aksi sosial pada
waktu lain agar menghasilkan kegiatan yang lebih efektif dan bermakna.
PERTEMUAN KE-4
Kegiatan Pendahuluan (10 Menit)
Bapak/Ibu Guru memasuki kelas dengan menunjukkan senyuman, mengucap salam, dan
memimpin doa secara langsung. Selanjutnya, Bapak/Ibu Guru memberikan kesempatan
kepada perwakilan peserta didik untuk memimpin doa sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Bapak/Ibu Guru berkeliling kelas untuk melihat kehadiran peserta didik secara langsung
berdasarkan buku presensi, mengecek kebersihan kelas, dan kesiapan belajar peserta didik.
Bapak/Ibu Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melanjutkan membaca
buku yang telah dibawa dari rumah sebagai bentuk penanaman budaya literasi. Durasi
kegiatan ini disarankan tidak lebih dari sepuluh menit.
Bapak/Ibu Guru memberikan motivasi dan apersepsi berdasarkan pengalaman pribadi atau
memberikan kesempatan kepada salah satu peserta didik untuk menyampaikan
pengalamannya terlibat dalam kegiatan aksi sosial.
Bapak/Ibu Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan
ketiga puluh enam.
Keterangan penilaian:
4 = Sangat bagus/baik,
3 = Bagus/baik,
2 = Cukup bagus/baik,
1 = membutuhkan pendampingan.
Total nilai siswa
Penilaian (penskoran) = x 100
Total nilai maksimal
E. ASESMEN / PENILAIAN
Uji Pengetahuan Awal
Apa yang ada di pikiran kalian ketika mendengar kata harmoni sosial? Sudahkan konsep yang
kalian pahami tersebut benar? Mari uji pengetahuan awal kalian dengan merespons pernyataan
berikut. Berikan tanda centang () pada kolom Benar atau Salah!
No. Pernyataan Benar Salah
1 Harmoni sosial diartikan sebagai upaya untuk meniadakan
seluruh perbedaan sosial dalam masyarakat.
2 Integrasi sosial hanya dibutuhkan ketika masyarakat berkonflik.
3 Peserta didik penyandang disabilitas tidak boleh menempuh
pendidikan yang sama di sekolah umum.
4 Sikap dermawan terhadap sesama dapat mendorong terciptanya
harmoni sosial.
5 Ketika ingin mengembangkan aksi kemanusiaan langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menyusun program selama
di lapangan.
Diskusikan jawaban kalian bersama Bapak/Ibu Guru di kelas! Selanjutnya, simpulkan
pengetahuan awal yang telah kalian peroleh sebagai bekal untuk melanjutkan pembahasan
materi pada bab ini.
Berdasarkan gambar, urutan perencanaan penerapan komponen sekolah ramah anak yang
tepat adalah ….
A. Pertama, melakukan observasi tentang kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi
tenaga pendidik dan kependidikan. Kedua, memetakan kekuatan, peluang, kelemahan,
dan ancaman berkaitan dengan sekolah. Ketiga, menyusun rencana kegiatan dalam
bentuk jadwal.
B. Pertama, melakukan observasi tentang kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi
tenaga pendidik dan kependidikan. Kedua, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk
jadwal. Ketiga, memetakan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman berkaitan
dengan sekolah.
C. Pertama, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk jadwal. Kedua, melakukan
pemetaan kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman yang dimiliki sekolah. Ketiga,
melakukan observasi untuk verifikasi pemetaan yang telah dilakukan.
D. Pertama, melakukan penyusunan rencana kegiatan dalam bentuk jadwal. Kedua,
melakukan observasi untuk verifikasi data. Ketiga, melakukan observasi tentang
kebijakan, fasilitas sekolah, serta kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan.
E. Pertama, melakukan pemetaan tentang kekuatan, peluang, kelemahan, dan ancaman
yang dimiliki sekolah. Kedua, melakukan observasi untuk memverifikasi pemetaan
yang telah dilakukan. Ketiga, menyusun rencana kegiatan dalam bentuk jadwal.
9. Perhatikan tabel analisis SWOT salah satu kelompok belajar berikut!
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Saya dan teman-teman pandai membuat Sampah rumah tangga di sekitar
desain dan mampu memanfaatkan lingkungan sekolah belum dipisahkan
teknologi media sosial. dengan baik.
Sebagian besar masyarakat sudah Petugas sampah kesulitan memilah
memiliki gawai dan mampu mengakses sampah karena tenaga yang terbatas.
internet.
Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat)
Sudah ada tempat sampah yang Kesibukan sebagian besar warga karena
memadai di sekitar tempat tinggal bekerja sebagai pekerja kantoran.
warga. Kurangnya kesadaran pengelolaan
Kegiatan sosial seperti PKK selama ini sampah rumah tangga.
berjalan dengan rutin.
Rekomendasi aksi sosial yang tepat berdasarkan analisis SWOT tersebut adalah . . . .
A. menyelenggarakan pelatihan membuat bahan kerajinan dari botol-botol bekas yang
bernilai guna tinggi
B. membuat tempat sampah dari barang-barang bekas untuk memisahkan limbah organik
dan anorganik
C. membuat video pendek yang disebarkan melalui perkumpulan warga untuk
mengedukasi cara pengelolaan sampah rumah tangga
D. mengadakan kerja bakti yang melibatkan seluruh warga untuk membersihkan
lingkungan sekitar
E. mengusulkan kepada perangkat desa atau pejabat terkait agar menambah petugas
kebersihan
10. Perhatikan garis besar kegiatan aksi sosial berikut!
1) Jadwal pelaksanaan kegiatan.
2) Gambaran mengenai kegiatan aksi sosial.
3) Tujuan dilakukannya aksi sosial.
4) Manfaat yang dapat diperoleh dari aksi sosial.
5) Strategi atau tahapan kegiatan aksi sosial.
6) Kesimpulan hasil kegiatan aksi sosial yang sudah dilaksanakan.
7) Saran perbaikan yang perlu dilakukan dalam aksi sosial selanjutnya.
Kegiatan yang perlu dijelaskan di bagian pendahuluan pada laporan ditunjukkan oleh
angka . . . .
A. 1), 2), dan 3)
B. 1), 2), dan 4)
C. 1), 2), dan 5)
D. 2), 3), dan 4)
E. 2), 3), dan 5)
LAMPIRAN 1
LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD)
Aktivitas
Pada akhir pembelajaran bab ini, kalian akan melakukan aksi membangun harmoni sosial di
lingkungan sekitar. Perencanaan hingga aksi di lapangan akan dipelajari dan diimplementasikan
secara bertahap melalui aktivitas pada pembahasan subbab ini. Adapun langkah awal yang dapat
kalian lakukan sebagai berikut.
Fase Perencanaan
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 4-5 peserta didik.
2. Diskusikan isu-isu sosial di lingkungan sekitar kalian. Identifikasilah isu yang perlu mendapat
perhatian dan harus segera diselesaikan.
3. Konsultasikan isu yang akan kalian kaji dengan Bapak/Ibu Guru agar mendapat masukan dan
penguatan. Pertimbangkan aspek keamanan dan keterjangkauan yang mungkin kalian alami di
lapangan.
4. Lakukan pengamatan atau observasi lapangan terkait topik yang akan kalian kaji. Catatlah
informasi penting dan sertakan foto yang mendukung isu pada kondisi lapangan.
Catatan Lembar Observasi
Hari/Tanggal :
Lokasi Deskripsi dan Foto
5. Selanjutnya, lakukan analisis kondisi lapangan melalui SWOT sederhana untuk membantu kalian
mempertimbangkan jenis aksi yang akan dilakukan.
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
Apa saja keterampilan dan dukungan yang Apa saja yang perlu ditingkatkan untuk
kalian miliki? masyarakat?
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
Apa elemen atau potensi masyarakat yang Apa hambatan yang dialami masyarakat?
dapat dimanfaatkan?
6. Tentukan jenis aksi dan rancangan kegiatan yang akan kalian lakukan di lapangan.
Nama/Jenis Kegiatan :
Tujuan :
Jadwal Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
Deskripsi Kegiatan
Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 Minggu Ke-3
Catatan:
Jika situasi belum memungkinkan untuk melakukan pengamatan lapangan, alternatif kegiatan
dapat berupa penelusuran sumber melalui media informasi elektronik atau cetak
Aktivitas
Fase Pelaksanaan
Pada fase ini kalian akan melaksanakan/mengimplementasikan aksi membangun harmoni sosial.
Oleh karena itu, kalian perlu menyiapkan perencanaan matang sebelum melakukan aksi. Adapun
langkah-langkah yang perlu kalian lakukan sebagai berikut.
1. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait.
2. Mempersiapkan perlengkapan.
3. Merancang susunan acara dengan terperinci. Adapun contoh format susunan acara yang dapat
dikembangkan sebagai berikut.
No. Waktu Kegiatan Penanggung Jawab
4. Mendokumentasikan dan mencatat aktivitas kalian dalam jurnal harian menggunakan format
berikut.
Jurnal Harian Kegiatan
Nama :
Kelas :
Hari/Tanggal Kegiatan Hasil Kegiatan
Sebelum melakukan kegiatan lapangan, kalian perlu berkoordinasi dengan orang tua, guru, dan
sekolah. Pastikan kalian mendapat izin dan dukungan agar pelaksanaan kegiatan berjalan lancar.
Aktivitas
Fase Mengevaluasi dan Melaporkan
Aksi membangun harmoni sosial yang sudah kalian terapkan perlu dievaluasi dan dilaporkan.
Adapun langkah-langkah yang dapat kalian lakukan sebagai berikut.
1. Cermati kembali jurnal harian yang sudah kalian catat.
2. Identifikasilah hambatan-hambatan yang kalian temukan menggunakan format berikut.
Hambatan Internal Hambatan Eksternal
3. Analisislah aksi yang sudah kalian lakukan menggunakan analisis SWOT dan berikan
rekomendasi yang relevan.
4. Tulislah laporan kegiatan menggunakan format dari materi yang sudah dipaparkan.
5. Presentasikan laporan kegiatan kalian di kelas sebagai sarana berbagi informasi dan memperkaya
wawasan. Kalian juga perlu terbuka dengan saran-saran yang disampaikan oleh Bapak/Ibu Guru
dan teman-teman di kelas.
LAMPIRAN 2
BAHAN BACAAN GURU DAN PESERTA DIDIK
Masyarakat senantiasa dihadapkan dengan tantangan disintegrasi sosial. Oleh karena itu,
dibutuhkan berbagai upaya untuk membangun harmoni sosial agar sistem sosial dapat terpelihara
dengan baik. Adapun prinsip-prinsip yang dapat dikembangkan, yaitu integrasi, inklusi, dan kohesi
sosial. Integrasi sosial tidak dipandang sempit hanya dalam konteks penyatuan dalam sebuah
konflik sosial. Integrasi juga dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam
menyikapi ragam permasalahan sosial dalam masyarakat. Konsep inklusi sosial yang juga penting
dimiliki masyarakat, yaitu dengan memberikan kesempatan yang sama bagi berbagai pihak untuk
mengembangkan potensi dirinya. Selain integrasi, kohesi sosial juga dapat dibangun dengan
menumbuhkan rasa saling memiliki, kepercayaan, dan keterbukaan.
Ada berbagai cara untuk mewujudkan prinsip-prinsip tersebut. Misalnya, melakukan kampanye
sosial, audiensi publik, kepedulian sosial, dan filantropi sosial. Contoh aksi sosial tersebut dapat
kalian lakukan dengan baik jika melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta pelaporan
yang sistematis. Aksi sosial tersebut merupakan bentukbentuk pengabdian masyarakat secara
sederhana yang dapat kalian lakukan. Aksi sosial ini menjadi bagian dari penguatan kompetensi diri
kalian untuk menerapkan pengetahuan sosiologis secara praktis. Artinya, sosiologi tidak hanya
mengajarkan teori, tetapi juga aksi sosial yang dapat diterapkan dan dirasakan manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.
LAMPIRAN 3
GLOSARIUM
Perencanaan aksi, fase mempertimbangkan dan merancang kegiatan sebelum terjun ke lapangan.
Pelaksanaan aksi, fase inti kegiatan atau implementasi rancangan di lapangan melalui serangkaian
tahapan yang terencana.
Evaluasi aksi, merefleksi atau meninjau ulang kegiatan yang sudah dilakukan untuk memperoleh
masukan tindak lanjut.
Melaporkan aksi, pertanggungjawaban kegiatan lapangan kepada pihak terkait yang
didokumentasikan secara sistematis.
LAMPIRAN 4
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Andriasari, Dita, dkk. (2019). Kajian Perlindungan Anak Korban Konflik. Jakarta: Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Statistik Kriminal 2020. Jakara: BPS RI. Călăfăteanu, Adina
Marina, Miguel Angel García López, Mara Georgescu, Tony Geudens, Matia Losego, Siiri
Taimla, Tanya Basarab, Lali Bouché, and Viktória Kárpátszki. 2019. T-KIT 8 Social inclusion.
Council of Europe and European Commission, https://pjp-eu.coe.int/ en/web/ youth-
partnership/t-kit-8-social-inclusion.
Coser, L. A. (1998). The functions of social conflict (Vol. 9). Routledge.
D’Zurilla, T. J., Chang, E. C., & Sanna, L. J. (2004). Social Problem Solving: Theory, Research,
and Ttraining. Washington, DC: American Psychological Association.
Ferrante, Joan. 2011. Seeing Sociology: An Introduction. USA: Wadsworth
Forsyth, Donelson R. (2010). Group Dynamics: Fifth Edition. Belmont: Wadsworth, Cengage
Learning.
Hartoyo. (2018). Konflik dan Harmoni Sosial: Strategi Memelihara Ketahanan Masyarakat Lokal
Multikultural di Lampung. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Henslin, James M. (2005). Sociology: A Down to Earth Approach: Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Jeong, H. W. (2008). Understanding Conflict and Conflict Analysis. Sage.
Kementerian Sosial RI. (2021). Pedoman Operasional Asistensi Rehabilitasi Sosial Penyandang
Disabilitas. Diakses dari: https://kemensos.go.id/ uploads/topics/16384433731911.pdf, pada
16/12/2021
Kendall, D. (2015). Sociology in Our Times (10th ed.). CENGAGE Learning Custom Publishing.
Lyamouri-Bajja, N., Ohana, Y., Markosyan, R., Abukatta, O., Dolejšiová,
D., & Vidanovic, A. (2012). Youth Transforming Conflict. Council of Europe.
Mooney, L. A., Knox, D., & Schacht, C. (2011). Understanding Social Problems. Belmont, CA:
Wadsworth.
OECD. (2017). Evidence-based Policy Making for Youth Well-being A Toolkit. OECD
Development Policy Tools. OECD Publishing: Paris. Diakses dari: https://read.oecd-
ilibrary.org/development/evidence-basedpolicy- making-for-youth-well-being_9789264283923-
en#page152 pada 16/12/2021
Schaefer, Richard T. (2012). Sosiologi Edisi 12 - Buku 1. Jakarta: Salemba Humanika.
Sullivan, T. J. (2016). Introduction to Ssocial Problems. Pearson Higher Ed.
JURNAL:
Ardiana, N. P. L., Damajanti, M. N., & Muljosumarto, C. (2016). Perancangan Kampanye Sosial
tentang Pemahaman Eksistensi dan Esensi Keragaman Lintas Etnis di Semarang. Jurnal DKV
Adiwarna, 1(8), 11.
Cravo, T. A. (2017). Peacebuilding: assumptions, practices and critiques. JANUS. NET, e-journal
of International Relations, 8(1), 44-60.
Deutsch, M. .1973. The Resolution of Conflict: Constructive and Destructive Processes. American
Behavioral Scientist, 17(2), 248– 248.
Farma, J., & Umuri, K. (2021). Filantropi Islam dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal
Ekonomi & Perbankan Syariah, 1(1, Mei).
Fonseca, X., Lukosch, S., & Brazier, F. (2019). Social Cohesion Revisited: a New Definition and
How to characterize it. Innovation: The European Journal of Social Science Research, 32(2),
231-253.
Herman, M. C., Wardani, N. K., Muhabbatillah, S., & Purwasih, J. H. G. (2019). Sekolah “emak-
emak” untuk buta huruf di Kecamatan Leces Kabupaten Probolinggo. Jurnal Pendidikan Ilmu
Sosial, 28(2), 11-16.
Kalsum, A. U., & Fauzan, F. (2019). Integrasi Sosial dalam Membangun Keharmonisan
Masyarakat. JAWI, 2(1).
Manole, A. M. (2012). Social Cohesion-a Post-crisis Analysis. Theoretical & Applied Economics,
19 (11).
Nasir, M. (2020). Pendayagunaan Sumber Daya Filantropi Perspektif Hadis. Jurnal Ilmiah AL-
Jauhari: Jurnal Studi Islam dan Interdisipliner, 5(2), 192-209.
Paledung, Christanto Sema Rappan. (2021). Teologi Filantropi Sebagai Basis Persahabatan
Antarpenganut Agama: Sebuah Analisis Biblika Terhadap Kisah Para Rasul 28:1-2, 7-10, dan
Titus 3:1-10. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 8(1), 31-55. Diakses dari:
http://www.societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/view/206/122 pada 16/12/2021
Solihah, R. (2017). Partisipasi Publik Melalui Public Hearing dalam Perumusan Kebijakan Publik.
Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 13(2), 108-135.
Syahra, R. (2010). Eksklusi Sosial: Perspektif Baru untuk Memahami Deprivasi dan Kemiskinan.
Jurnal Masyarakat dan Budaya, 12(3), 1-34.
Tshiband, S. A. (2010). Peacekeeping: A Civilian Perspective?. Journal of conflictology, 1.
United Nations and Folke Bernadotte Academy. (2021). Youth, Peace, and Security: A
Programming Handbook: New York.
Wardana, Achmad, Anung Priambodo, dan Made Pramono. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Jigsaw dan Teams Games Tournament Terhadap Karakter Kepedulian Sosial dan Kejujuran
dalam Pendidikan Jasmani Olahraga Kesehatan, JOSSAE: Journal of Sport Science and
Education, 5 (1)
Wong, C. K., & Shik, A. W. Y. (2011). Renewed conception of harmonious society, governance,
and citizenship–evidence from the study of Chinese perceptions in Hong Kong. Asian Social
Work and Policy Review, 5(1), 1-19.
ARTIKEL:
Dugarova, E. (2015). Social inclusion, poverty eradication and the 2030 Agenda for Sustainable
Development (No. 2015-15). UNRISD Working Paper.
Reychler, L. (2017) (online). Peacemaking, Peacekeeping, and Peacebuilding. Oxford Research
Encyclopedia of International Studies. Diakses 22 Nov. 2021, dari
https://oxfordre.com/internationalstudies/view/10.1093/
acrefore/9780190846626.001.0001/acrefore-9780190846626-e-274.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.
UNITED NATIONS. (2008). United Nations Peacekeeping Operations, Principles and Guidelines.
New York: United Nations.
United Nations Children’s Fund. (2020). Perundungan di Indonesia: Faktafakta Kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Jakarta: UNICEF Indonesia.
United Nations Children’s Fund. (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren, Peluang, dan Tantangan
dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF Indonesia.