Lele PDF
Lele PDF
i
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Biro Pengembangan BPR dan UMKM
Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKM
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat
Telp. (021) 381.8922 atau 381.7794
Fax. (021) 351.8951
Besar Harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang
pola pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas
replikasi pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.
iii
No UNSUR PEMBINAAN URAIAN
7 Kriteria kelayakan usaha
NPV Rp. 31.776.985
IRR 23,50%
Net B/C Ratio 1,20
Pay Back Period 2,7 tahun
BEP rata-rata Rupiah = Rp. 57.705.643
Benih Ikan Lele = 72.132 ekor
Penilaian Layak dilaksanakan
8 Analisis sensitivitas
(1) Kenaikan Biaya variabel 34%
Analisis Profitabilitas :
NPV Rp. 163.322
IRR 14,05%
Net B/C Ratio 1,00
Pay Back Period 3,00 tahun
Penilaian Layak
(2) Kenaikan Biaya variabel 35%
Analisis Profitabilitas :
NPV (-) Rp. 766.491
IRR 13,77%
Net B/C Ratio 0,99
Pay Back Period > 3 tahun
Penilaian Tidak Layak
(3) Penurunan Pendapatan 12%
Analisis Profitabilitas :
NPV Rp. 752.552
IRR 14,23%
Net B/C Ratio 1,00
Pay Back Period 2,99 tahun
Penilaian Layak
v
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
RINGKASAN .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix
DAFTAR FOTO .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL . ........................................................................................ x
vii
4.4 Tenaga Kerja ....................................................................... 21
4.5. Teknologi ............................................................................ 21
4.6 Proses Produksi . .................................................................. 23
4.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ......................................... 31
4.8 Produksi Optimum . ............................................................. 32
4.9 Kendala Produksi ................................................................. 33
Gambar Hal
3.1 Jalur Pemasaran Benih Ikan Lele .................................................... 17
4.1 Diagram Alir Proses Pembenihan Ikan Lele .................................... 23
DAFTAR FOTO
Foto Hal
3.1 Lokasi Usaha Pembenihan Ikan Lele dan Kelompok Pembibitan Lele
di Kabupaten Boyolali ................................................................... 11
3.2 Benih Ikan Lele Siap Jual Ukuran 5-6 cm ....................................... 16
4.1 Seleksi Induk Lele yang Siap Dipijah .............................................. 24
4.2 Pemijahan Secara Alami ................................................................ 26
4.3 Telur Ikan Lele Dumbo di Kakaban ................................................ 27
4.4 Pendederan I ................................................................................ 29
4.5 Pendederan II . .............................................................................. 30
4.6 Benih Ikan Lele Hasil Pendederan III . ............................................. 31
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.1 Data Unit Pembenihan Rakyat (UPR) di Kabupaten Boyolali .............. 6
3.1 Harga Benih Ikan Lele Berdasarkan Ukuran ...................................... 15
4.1 Fasilitas dan Peralatan Pembenihan Ikan Lele . .................................. 20
4.2 Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Menurut
SNI 01- 6484.1-2000 ....................................................................... 25
4.3 Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo Kelas Benih Sebar
Menurut SNI 01- 6484.2-2000 . ....................................................... 32
5.1 Asumsi untuk Analisis Keuangan . .................................................... 36
5.2 Komposisi Biaya Investasi ................................................................. 38
5.3 Komposisi Biaya Operasional . .......................................................... 40
5.4 Komponen dan Struktur Kebutuhan Biaya Proyek ............................ 41
5.5 Perhitungan Angsuran Kredit ........................................................... 42
5.6 Proyeksi Produksi dan Pendapatan ................................................... 43
5.7 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha . ..................................... 43
5.8 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha . ................................................ 44
5.9 Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Lele ........................................... 45
5.10 Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik ............................................ 46
5.11 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun ............................................. 47
5.12 Analisis Sensitivitas Kombinasi . ........................................................ 48
1
PENDAHULUAN
menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun
air hujan yang sudah dikondisikan terlebih dahulu.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele dumbo semakin cepat karena
memiliki pertumbuhan yang jauh lebih cepat dibandingkan lele lokal, dengan
jumlah telur yang dihasilkan oleh sepasang indukan yang dapat mencapai 40.000
– 60.000 telur untuk sekali pemijahan. Namun demikian harus diperhatikan
pengelolaan induk yang baik agar lele dumbo tidak mengalami penurunan kualitas,
seperti adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) hingga seleksi induk yang salah
atau penggunaan induk yang berkualitas rendah.
Penurunan kualitas ini dapat diamati dari karakter umum pertama matang
gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya tahan terhadap penyakit
dan nilai FCR (Feeding Conversation Rate). Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele
dumbo, Balai Pengembangan Benih Air Tawar (BPBAT) Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk manghasilkan lele dumbo strain baru yang
diberi nama lele ”Sangkuriang”.
Budidaya lele sangkuriang (Clarias sp) mulai berkembang sejak tahun 2004,
setelah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, dengan Nomor Kepmen KP 26/
Men/2004. Teknik budidaya lele sangkuriang tidak berbeda dengan lele dumbo,
mulai dari pembenihan sampai pembesaran dan pemanenan.
Salah satu sentra pembenihan lele dumbo adalah Kabupaten Boyolali
Provinsi Jawa Tengah, dimana masyarakat pembenih di wilayah ini tergabung
dalam organisasi yang disebut ”Unit Pembenihan Rakyat (UPR)”. Saat ini tercatat
sebanyak 13 UPR yang tersebar di 11 desa dan 8 kecamatan, dengan jumlah
produksi benih mencapai 5,3 juta benih lele per bulan.
Namun demikian, produksi ikan lele di Boyolali tersebut belum mencapai
potensi optimal karena kebutuhan akan benih lele, khususnya di Kampung Lele di
Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit masih harus didatangkan dari luar Boyolali yaitu
dari Kediri dan Tulungagung Jatim yang mencapai 75% dari pasokan yang ada di
wilayah ini. Selama ini produksi lele di Kampung Lele mencapai 12 ton/hari namun
hanya digunakan untuk pembesaran.
3
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
5
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Alamat Rata-rata
Komoditas
No Nama UPR Produksi per
Desa Kecamatan Utama
Bulan (Ekor)
1 Bangun Mina Tani Bendan Banyudono 323.000 Lele
2 Mina Karya Pemuda Ketaon Banyudono 400.000 Lele
3 Tani Mulyo Bendan Banyudono 345.000 Lele
4 Kedung Lele Bendungan Simo 1.680.000 Lele
5 Mina Jaya Makmur Mudal Boyolali 365.000 Lele
6 Mina Asih Pambudi Guwokajen Sawit 520.000 Lele
Karang
7 Mina Maju Karanggede 11.000 Lele
Kepoh
8 Mina Sejahtera Keoangan Nogosari 324.000 Lele
9 Candi Mandiri Kiringan Boyolali 175.000 Lele
10 Perintis Mudal Boyolali 740.000 Lele
11 Patil Mudal Boyolali 76.000 Lele
12 Mina Sari Mulya Tanjungsari Teras 302.500 Lele
13 Minasari Blagung Simo 47.250 Lele
Jumlah 5.308.750
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali Tahun 2010
Alasan utama masyarakat melakukan usaha pembenihan ikan lele antara lain
adalah siklus usaha yang relatif pendek (1,5 bulan) sehingga perputaran uang untuk
kegiatan usaha menjadi lebih cepat dengan rentabilitas relatif tinggi (mortalitas
larva 30-40%), risiko budidaya relatif kecil dengan penanganan yang baik, serta
kecenderungan pola makan masyarakat yang bergeser pada bahan pangan yang
sehat, aman dan tidak berdampak negatif terhadap kesehatan menjadi stimulan
bagi peningkatan permintaan ikan termasuk ikan lele.
Pola usaha pembenihan ikan lele umumnya masih dilakukan secara tradisional
dengan sistem pemijahan alami, dimana sepasang indukan yang telah siap pijah
akan ditempatkan pada bak penampungan berupa kolam permanen/tembok,
tanpa campur tangan pembenih. Sistem pemberian pakan juga masih mengikuti
standar pakan ikan lele, meliputi pakan alami dan pakan buatan, yaitu dengan
memberikan cacing sutera (tubifex) untuk larva ikan lele umur 4-5 hari, dilanjutkan
dengan tepung pelet (umur 2-3 minggu) dan selanjutnya diberikan pelet hingga
dapat dipanen pada minggu ke 6 dengan ukuran benih 5-6 cm.
Kajian ini menggunakan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebagai obyek
ini dengan pertimbangan bahwa jenis lele dumbo ini pada umumnya diusahakan
oleh pembenih dan pembesaran ikan lele serta lebih banyak dikonsumsi oleh
masyarakat, baik di wilayah perkotaan maupun di pedesaan.
Dengan obsesi menjadi produsen perikanan terbesar di dunia pada tahun
2015, maka Indonesia memiliki modal besar untuk sumberdaya perikanan yang
dan belum sepenuhnya dimanfaatkan, khususnya perikanan budidaya yang
merupakan ujung tombak pencapaian obsesi tersebut.
Upaya pencapaian target produksi dilaksanakan melalui tiga pendekatan,
(1) fokus kepada pencapaian produksi dan menumbuhkan wirausaha pemula
perikanan budidaya, (2) mendorong dan mengoptimalkan pemanfaatan kredit
program seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi
(KKP-E), PKBL dan Badan Layanan Umum (BLU) untuk menggerakan aktivitas
usaha kelompok masyarakat pembudidaya ikan (Pokdakan), dan (3) menciptakan
iklim usaha yang mampu memacu Pokdakan Maju untuk melakukan ekspansi dan
memperbesar skala usahanya dengan menggunakan fasilitas kredit komersial.
7
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Seperti halnya pelaku usaha skala mikro dan kecil yang masih mengandalkan
modal sendiri dan keluarga, maka kegiatan usaha pembenihan ikan lele di
Kabupaten Boyolali juga masih dipenuhi melalui modal sendiri atau keluarga.
Tercatat hanya satu bank yang sudah menyalurkan kredit kepada 3 orang
pembenih ikan di Desa Talakbroto Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali, dengan
plafond kredit Rp. 20.00.0000 s/d Rp. 50.000.000 untuk pembiayaan modal kerja.
Jangka waktu pengembalian selama 3 tahun, suku bunga 13% menurun dengan
angsuran pokok dan bunga dilakukan setiap bulannya.
Kebijakan penyaluran pembiayaan investasi belum pernah terealisasi untuk
usaha pembenihan ikan lele di Kabupaten Boyolali, namun demikian pembiayaan
investasi sangat dimungkinkan karena berdasarkan wawancara dengan narasumber
pembenih bahwa jumlah kolam yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap
kemampuan menghasilkan benih ikan lele.
Keikutsertaan perbankan dalam upaya pengembangan usaha pembenihan
ikan lele didasarkan atas beberapa alasan, yaitu :
a). Potensi sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) yang besar
bagi kelangsungan kegiatan usaha pembenihan ikan lele di Kabupaten
Boyolali yang merupakan sentra komoditas ikan lele dan telah ditetapkan
sebagai wilayah minapolitan;
b). Tingkat kematian benih yang kecil dengan harga benih lele yang relatif
stabil menjadikan peluang keuntungan yang diperoleh semakin terbuka;
c). Pemasaran dilakukan di lokasi pembenihan yang menjadikan terbukanya
peluang pengembangan usaha mengingat Kabupaten Boyolali masih
kekurangan benih ikan lele;
d). Upaya meningkatkan lapangan kerja yang diharapkan mampu meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan pengembangan potensi ekonomi daerah.
9
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB III
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1.1. Permintaan
Lele adalah salah satu jenis ikan yang bergizi tinggi, sehingga mendukung
asupan masyarakat untuk konsumsi ikan yang kaya akan omega 3. Lele setidaknya
mengandung 17-37% protein, 4,8% lemak, 1,2% mineral, 1,2% vitamin, dan
75,1% air. Lele merupakan jenis ikan yang digemari masyarakat, dengan rasa yang
lezat, daging empuk, duri teratur, dan dapat disajikan dalam berbagai macam
menu masakan. Walaupun sebelum tahun 1990-an lele belum begitu popular
sebagai makanan lezat, namun oleh warung-warung pecel lele menjadi makanan
popular yang merakyat dan menyebar ke mana-mana. Harga kuliner lele juga
cukup terjangkau.
Dengan produksi benih per hari lebih dari 175.000 benih lele membuktikan
bahwa Kabupaten Boyolali menjadi salah satu sentra usaha pembenihan ikan lele di
Indonesia. Namun jika dikaitkan dengan kebutuhan benih lele di wilayah ini yang
mencapai lebih dari 300.000 benih per hari membuat peluang usaha pembenihan
semakin terbuka.
11
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
3.1.2. Penawaran
Permintaan ikan lele yang semakin meningkat membuat peluang usaha sangat
terbuka bagi para pelaku usaha pembesaran ikan lele. Dengan tingkat konsumsi
yang tinggi, antara lain terlihat melalui warung-warung makanan dengan menu
ikan lele, berdampak secara langsung kepada upaya pemenuhan kebutuhan akan
benih ikan lele oleh para pengusaha pembesaran ikan lele. Kondisi ini membuat
para petani pembenihan ikan lele tidak membutuhkan usaha khusus untuk
memasarkan produknya, karena lebih banyak pembeli yang datang langsung ke
lokasi pembenihan dibandingkan upaya petani pembenih ikan menawarkan ke
masyarakat.
Untuk satu siklus usaha pembenihan dengan jangka waktu antara 40-45
hari dapat menghasilkan benih ikan lele hingga 30.000 – 50.000 ekor dengan
berbagai macam ukuran. Berdasarkan ukurannya, dalam satu siklus tersebut
sebagian besar ditawarkan/dijual dengan ukuran 5-6 cm.
Persaingan merupakan hal yang wajar dalam setiap kegiatan usaha yang
menghasilkan suatu produk, tidak terkecuali pada sektor perikanan yang umumnya
tidak mengenal monopoli karena semua pihak bebas bersaing di pasaran. Yang
perlu diperhatikan oleh para pelaku usaha adalah upaya menghasilkan produk
dengan kualitas baik dan dapat diterima pasar secara luas.
Berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali
pada saat pelaksanaan kajian, total produksi benih ikan lele diperkirakan mencapai
300.000 ekor per hari, sementara kebutuhan untuk ‘Kampung Lele’ di Kecamatan
Sawit Kabupaten Boyolali mencapai 400.000 ekor benih ikan lele sedangkan untuk
wilayah Boyolali secara keseluruhan membutuhkan lebih dari 600.000 ekor benih
lele. Kondisi ini membuat peluang pasar masih sangat terbuka.
13
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Tingkat persaingan usaha pembenihan ikan lele dinilai masih rendah dengan
kemudahan pembenih dalam memasarkan produk dan pasar mampu menyerap
seluruh benih ikan lele yang dihasilkan. Namun kurangnya kemampuan finansial
membuat masyarakat pembenih seringkali sudah memasarkan benih ikan lele
ukuran 2-5 cm keluar daerah seperti Salatiga, Sleman dan Magelang. Sementara
untuk budidaya pembesaran di wilayah Boyolali, khususnya ‘Kampung Lele’
membutuhkan benih ikan lele dengan ukuran 7-11, sehingga kekurangannya
didatangkan dari Kabupaten Tulung Agung.
Berdasarkan penelitian dan pengamatan di lapang, masing-masing pelaku
usaha pembenihan ikan lele sudah memiliki pelanggan tersendiri (captive market)
yang secara periodik mendatangi lokasi pembenihan untuk membeli benih ikan
lele dengan berbagai macam ukuran atau sesuai ukuran yang dibutuhkan.
Keterlibatan Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Boyolali memberikan dampak positif dan menggairahkan
kegiatan usaha pembenihan ikan lele dan pembesarannya, antara lain melalui
Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
kep.32/men/2010 tanggal 14 Mei 2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan,
yang antara lain menetapkan Kabupaten Boyolali dan 11 kabupaten/kota
lainnya di Provinsi Jawa Tengah sebagai Kawasan Minapolitan. Menarik untuk
disampaikan, adanya pola hulu-hilir dari pembenihan, budidaya dan pengolahan
pasca panen maka pengembangan produk ini dapat diterapkan secara integrated
dan berkelanjutan.
Dengan potensi pengembangan ikan lele, baik usaha pembenihan,
pembesaran hingga produk pengolahan pasca panen yang ada di Kabupaten
Boyolali akan dijadikan salah satu ikon nasional bidang perikanan. Ini menjadi
indikasi peluang usaha dan pasar untuk benih lele semakin besar dan luas.
3.2.1. Harga
1 1 -2 cm Rp. 50
2 3-5 cm Rp. 60
3 5-6 cm Rp. 80
4 6-7 cm Rp. 90
15
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Pembenih tidak menerapkan perbedaan harga benih ikan lele yang dijual
ke pengumpul/tengkulak maupun pembudidaya pembesaran ikan lele. Perbedaan
harga benih ikan lele semata-mata ditentukan berdasarkan ukuran/size dari benih
tersebut.
Pedagang
Pengumpul
(3)
(1) Usaha
Pembesaran
Ikan Lele
17
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
Lahan untuk proses produksi benih ikan lele tidak harus memenuhi suatu
standar tertentu, yang utama adalah ketersediaan sumber air untuk wahana hidup
ikan. Pada kolam untuk pemijahan dan pemeliharaan larva, diperlukan lahan yang
relatif terlindung dari cahaya matahari langsung. Peralatan yang digunakan dalam
proses pembenihan ikan lele adalah 1) peralatan pengadaan air bersih (seperti
pompa air, pompa celup), 2) pemijahan ikan lele (seperti kakaban), 3) pendederan
benih ikan lele (seperti blower), dan 4) pemanenan benih ikan lele, (seperti seser).
19
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Bahan baku utama usaha pembenihan ikan lele adalah telur ikan lele yang
diperoleh dari induk ikan lele dumbo. Untuk satu pasang ikan lele dumbo dapat
menghasilkan 50.000 sampai dengan 60.000 larva ikan lele. Larva tersebut setelah
dibesarkan, akan mengalami penyusutan karena kematian (kisaran 35-45%), dan
sampai umur 5-6 minggu dapat menghasilkan benih lele kurang lebih sebanyak
32.500 – 38.000 ekor.
Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo
umumnya hanya 1 orang per unit usaha dengan upah Rp 245.000 per bulan. Gaji
perbulan diakumulasi dari beberapa kegiatan pembenihan, yaitu proses produksi/
budidaya, pemeliharaan pompa dan peneliharaan kolam. Pada umumnya tenaga
kerja yang terlibat berasal dari keluarga sendiri. Secara umum tidak ada spesialisasi
keahlian atau tingkat pendidikan minimum tertentu yang dibutuhkan oleh seorang
pekerja yang terlibat dalam kegiatan usaha ini. Meskipun demikian, pengetahuan
tentang karakteristik masa pertumbuhan ikan lele harus benar-benar dipahami
oleh pembenih terkait dengan ukuran untuk pemindahan dari satu kolam ke
kolam lainnya dan jenis pakan yang diberikan. Lebih jauh pemahaman ini akan
membantu pembenih dalam meminimalkan tingkat kematian lele.
4.5. Teknologi
Benih ikan lele dumbo dapat dihasilkan dari indukan ikan lele dumbo melalui
beberapa teknik pemijahan:
1) Pemijahan alami
Pada habitat aslinya, ikan lele dumbo memijah secara alami dengan
pemilihan pasangan yang ditentukan oleh alam dan naluri masing-masing
ikan lele dewasa. Dalam perkembangannya, masyarakat melanjutkan
kondisi tersebut kedalam proses pemijahan alami dengan campur tangan
manusia, yaitu dengan menempatkan pada bak/kolam tertentu dan media
kakaban. Metode ini adalah metode tradisional dalam pembiakan ikan
lele dumbo, dimana induk ikan lele jantan dan betina yang telah matang
gonad diletakkan bersama-sama dalam satu bak untuk proses pemijahan
secara alami.
21
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
2) Pemijahan buatan
Hasil pemijahan alami lele dumbo biasanya kurang memuaskan karena
jumlah telur yang dihasilkan tidak banyak. Agar produksi telur dapat
optimal maka dilakukan pemijahan buatan, atau dengan kawin suntik.
Sistem ini agak rumit dan memerlukan keahlian khusus. Tiga langkah kerja
yang harus dilakukan dalam sistem ini, yaitu penyuntikan, pengambilan
sperma dan pengeluaran telur.
Proses produksi benih ikan lele yang dilakukan dalam studi pola pembiayaan
ini adalah proses pembenihan ikan lele dengan cara pemijahan alami. Diagram alir
proses pembudidayaan benih ikan lele dumbo adalah sebagai berikut :
Seleksi Induk
Penetasan
Pendederan I
Pendederan II
Pendederan III
Pemanenan Benih
23
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Proses pembenihan ikan lele dumbo dengan cara pemijahan alami ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi Menurut SNI 01- 6484.1-2000
Jenis Kelamin
No. Kriteria Satuan
Jantan Betina
1 Umur induk bulan 8-12 12-15
2 Panjang standar cm 40-45 38-40
Bobot badan pertama
3 g/ekor 500-750 400-500
matang gonad
butir/kg 50.000 -
4 Fekunditas *) -
bobot tubuh 100.000
5 Diameter telur mm - 1,4-1,5
*) Fekunditas adalah salah satu fase untuk menaksir jumlah benih yang akan dihasilkan, yaitu
saat telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan.
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2000
25
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
itu, pasang atau masukan kakaban secukupnya. Bila sudah siap, induk
betina dan jantan yang sudah matang gonad dimasukkan ke dalam air pada
siang atau sore hari. Langkah selanjutnya adalah mengamati pasangan
lele tersebut sampai berpijah di keesokan harinya. Lele merupakan ikan
yang bersifat kanibal, sehingga untuk menghindari induk lele memakan
telurnya, maka kedua induk harus segera dipindahkan ke tempat lain dan
telur dibiarkan menetas di tempat tersebut.
Pada kondisi normal, ciri khas bahwa induk lele siap memijah adalah calon
induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan
dan yang betina. Namun dalam studi ini tidak terjadi hal tersebut karena
pembenih menempatkan induk lele dalam kolam yang dengan air yang
sangat keruh, yang menyebabkan indukan tidak akan memijah secara
alami dalam kondisi kolam seperti itu. Secara fisik, induk ikan lele yang
sudah siap memijah menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut :
Induk jantan :
- Alat kelamin tampak jelas, meruncing;
Induk betina :
- Alat kelamin bentuknya bulat dan kemerahan, lubangnya agak
membesar;
- Tulang kepala agak cembung;
- Geraknya lambat;
- Warna badannya lebih cerah dari biasanya;
- Induk betina berumur satu tahun.
c. Penetasan
Penetasan telur lele dumbo dilakukan dalam kolam tembok penetasan
(ukuran 2x1,5m). Sebelum digunakan untuk proses penetasan, kolam harus
dibersihkan dan dikeringkan selama 2 hari, kemudian kolam diisi dengan
air bersih setinggi 30 cm dan air harus dalam kondisi mengalir selama
penetasan. Untuk melindungi telur-telur ikan, kolam dipasangi kakaban.
Selanjutnya, telur ikan ditebarkan secara merata menempel di kakaban.
Telur-telur tersebut akan menetas dalam waktu 2 – 3 hari. Berdasarkan
pengalaman narasumber pengusaha
pembenihan ikan lele, akan dihasilkan
sekitar 50.000 – 60.000 larva ikan
lele.
27
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
d. Pendederan I
Pendederan pertama di kolam pendederan I yang berjumlah 4 buah. Pada
masing-masing kolam ukuran (1,5 x 2 m2) yang telah dikeringkan selama
4 – 5 hari, ditebarkan 12.500 ekor larva. Larva umur 0 – 3 hari akan diberi
pakan cacing tubifex (atau sering disebut cacing sutera karena bentuknya
yang sangat lembut). Cacing ini bisa dibeli di peternak cacing tubifex di
sekitar peternak lele atau di toko makanan ikan. Harga cacing tubifex
berkisar Rp. 3.500 per kaleng susu cair. Pada umur tersebut dibutuhkan
sebanyak 10 takar (ukuran kaleng susu cair) per hari. Selanjutnya, dari umur
3 hari - 2 minggu diberikan pelet yang berbentuk serbuk/tepung pelet.
Harga pelet berbentuk tepung ini sekitar Rp. 12.500 per kg. Pemberian
serbuk dilakukan setiap 4 jam sekali, dan secara total dibutuhkan sekitar
0,8 kg/hari.
Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan
panjang tubuh 0,75 – 1 cm serta belum memiliki bentuk morfologi yang
definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan
makanan dalam bentuk kuning telur (yolk sac) dan butir minyak. Cadangan
makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ
tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip,
mulut, mata, dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya
akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan
organ tubuh larva. Oleh karena itu pemberian pakan pada larva ikan lele
baru dilaksanakan pada hari ke-4, dengan jenis pakan yang disesuaikan
dengan bukaan mulut larva, serta pakan bergerak agar mudah dideteksi
dan dimangsa oleh larva, mudah dicerna dan mengandung nutrisi yang
tinggi.
Pada saat umur larva diatas 4 hari, maka pakan yang diberikan berupa
Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutera) atau Artemia sp. Namun
pembenih di lokasi kajian hanya memberikan pakan jenis Tubifex sp.
Pemberian pakan diberikan secara adlibitum (pemberian pakan sampai
kenyang) dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam
4- 5 kali sehari dengan cara menyebarkan secara merata di seluruh
bagian kolam sehingga tidak mengotori air pemeliharaan, oleh karena itu
diusahakan agar tidak ada pakan yang tersisa.
Pada akhir masa pendederan I, benih ikan lele mulai diperkenalkan dengan
jenis pakan dalam bentuk tepung, yang oleh narasumber pembenih ikan
lele, diberikan dalam bentuk pelet yang dihaluskan dengan mesin (blender)
atau digerus.
e. Pendederan II
Pendederan kedua juga dilakukan di kolam 1,5x2m. Jumlah kolam yang
dibutuhkan 4 buah kolam dengan ukuran yang relative sama. Dengan
asumsi rata-rata tingkat kematian sebesar 20 - 30% di kolam pendederan
I, maka dari satu kolam pendederan I dihasilkan sekitar 9.375 ekor benih
ikan lele. Setelah kolam dikeringkan 4 – 5 hari sebelumnya, masing-masing
kolam ditebar sebanyak kurang lebih 9.375 ekor benih hasil pendederan I
(telah diseleksi). Benih ikan lele dipelihara di kolam pendederan II dari umur
2 minggu sampai dengan 3 minggu, ketika benih ikan lele telah mencapai
ukuran panjang 2 – 3 cm, dengan diberi pakan berupa pelet halus sebanyak
29
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
43% - 50% biomass setiap hari. Pakan pelet halus diberikan dalam selang
4 jam sekali dengan cara menaburkan pelet ke kolam pendederan. Pelet
bisa dibeli di toko pakan ikan dengan harga sekitar Rp. 12.500 per kg,
f. Pendederan III
Pada tahapan akhir proses budidaya, benih lele dari 4 kolam pendederan II
yang berukuran 2 – 3 cm, dipindahkan ke dalam dua unit kolam pendederan
III. Pengurangan jumlah kolam ini sejalan dengan berkurangnya benih lele
dari tahap pendederan II. Benih lele yang dapat dipanen dari pendederan
II sekitar 85 - 90% (atau 65% dari pendederan I), sehingga dari 4 kolam
pendederan II dihasilkan sekitar 32.500 ekor benih ikan lele. Pada tahap
pendederan III ini, benih lele dibesarkan pada kolam yang berukuran (2x3
m), dimana masing-masing ditebarkan sekitar 16.250 ekor benih ikan lele
hasil pendederan tahap II. Benih ikan lele dipelihara di kolam pendederan
tahap III sampai umur 5 – 6 minggu ketika benih ikan lele telah mencapai
ukuran panjang 5 – 6 cm. Pada tahapan ini benih ikan lele telah diberi pelet
PF 99 atau PF 100 sebanyak 2,5 kg per hari. Pelet diberikan dalam selang
4 jam sekali dalam satu hari. Pakan berupa pelet tersebut bisa diperoleh
31
ASPEK TEKNIS PRODUKSI
Tabel 4.3. Kriteria Kuantitatif Benih Ikan Lele Dumbo Kelas Benih Sebar
Menurut SNI 01- 6484.2-2000
Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan pembenih ikan lele dumbo,
jumlah benih ikan lele yang dihasilkan dengan ukuran 5-6 cm dari sepasang induk
ikan lele dalam satu siklus produksi kurang lebih sebanyak 23.200 ekor. Ukuran
benih ikan lele tersebut yang menjadi acuan bagi para pembenih untuk mulai
dipasarkan ke usaha pembesaran ikan lele.
Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha pembenihan ikan lele
dumbo adalah masa kritis benih ikan lele dari larva hingga ketika mulai makan.
Upaya pemberian pakan buatan kadang mengalami kegagalan sehingga jumlah
kematian larva lele melebihi ambang batas (35%) sehingga pembenih ikan lele
akan mengalami kerugian.
Faktor kritis dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo adalah cuaca.
Berproduksi pada musim kemarau lebih baik dibandingkan pada musim penghujan.
Faktor lainnya adalah kesehatan induk lele, karena ketersediaan telur lele akan
tergantung pada kesehatan ikan lele.
Pada proses pembenihan, faktor kendala produksi adalah banyaknya
kematian benih ikan lele karena adanya penyakit dari lingkungan perairan, dimana
benih ikan lele dipelihara. Disamping itu, perubahan makanan dari makan cacing
tubifex menjadi pakan buatan (pelet lembut) juga menjadi kendala yang besar
terhadap tingkat kematian benih lele. Untuk meminimalisir kematian benih ikan
lele, maka dalam pemberian pakan dilakukan pencampuran cacing sutera dengan
pellet halus dengan perbandingan semakin besar penggunaan pellet untuk benih
yang semakin besar.
Disamping itu, proses pemindahan dari pendederan satu ke pendederan
lainnya juga sering menimbulkan stress ikan dan pada akhirnya menambah tingkat
kematian, oleh sebab itu pada saat pemindahan benih ikan lele masih menggunakan
sebagian air dari kolam tempat asal benih ikan lele. Hal ini dilakukan agar terjadi
pengkondisian dalam penyesuaian lingkungan baru untuk benih ikan lele.
33
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
BAB V
ASPEK KEUANGAN
Pola usaha yang dipilih adalah usaha pembenihan ikan lele dumbo dengan
menggunakan teknologi pemijahan alami. Pembenihan ikan lele dumbo dilakukan
dengan cara tradisional, yaitu dengan mengumpulkan induk jantan dan betina yang
telah matang gonad dalam satu kolam. Meskipun tidak sebanyak dibandingkan
dengan pemijahan suntik, metode ini cukup efektif dan murah selama induk lele
masih dalam masa produktif. Pembenihan dalam satu siklus memakan waktu 5 –
6 minggu, ketika benih lele telah mencapai ukuran panjang 5 -\ 6 cm.
Kegiatan usaha pembenihan ikan lele di lokasi penelitian umumnya masih
dilakukan dalam skala usaha yang kecil (skala rumah tangga) yang membutuhkan
biaya operasional kecil dengan produksi ikan lele yang juga sedikit. Kondisi tersebut
menyebabkan usaha pembenihan ikan lele dengan skala usaha yang ada dinilai
belum bankable. Untuk membuat kegiatan usaha yang mampu dijangkau oleh
pihak perbankan, maka penyusunan pola pembiayaan untuk pembenihan ikan
lele dilakukan untuk 5 unit usaha pembenihan. Hal ini dapat dilakukan dengan 1
bentuk usaha yang memiliki 5 unit pembenihan atau 5 orang pembenih bergabung
dalam 1 kelompok usaha pembenihan ikan lele.
Pemasaran ikan lele masih menggunakan jalur pemasaran tradisional.
Pembeli, baik pedagang benih lele maupun petani ikan lele, akan datang langsung
35
ASPEK KEUANGAN
ke pengusaha benih ikan lele. Harga benih lele biasanya akan mengikuti harga
pasaran yang berlaku.
5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha pembenihan ikan lele dumbo
dibedakan menjadi dua, yaitu biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi
37
ASPEK KEUANGAN
adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dana awal
pendirian usaha yang meliputi lahan/areal usaha, peralatan dan sarana produksi.
Sedangkan biaya operasional adalah seluruh biaya yang harus dikeluarkan dalam
proses produksi.
Untuk memulai usaha pembenihan ikan lele ini, maka tahap awal adalah
pengadaan kolam untuk tempat hidup ikan. Dalam satu unit usaha, dibutuhkan
satu set kolam yang terdiri dari 1 kolam induk lele, 1 kolam pemijahan, 4 kolam
perawatan larva, 4 kolam pendederan I, dan 4 kolam pendederan II serta 2 buah
kolam pembesaran (pendederan III). Mengingat skala usaha untuk 1 unit usaha
pembenihan lele ini dinilai terlalu kecil, maka skala usaha pembenihan dinaikkan
menjadi 5 unit usaha pembenihan (Tabel 5.2).
Harga Jumlah
Jumlah
No Komponen Biaya Satuan per Satuan Biaya
Fisik
(Rp) (Rp)
1 Induk lele
Induk lele Ekor 150 25.000 3.750.000
2 Kolam
e. Kolam induk lele
Buah 5 3.200.000 16.000.000
(2x3 m)
b. Kolam pemijahan
Buah 5 1.250.000 6.250.000
(1X2 m)
c. Kolam Perawatan
Buah 20 1.625.000 32.500.000
Larva (1.5x2 m)
Harga Jumlah
Jumlah
No Komponen Biaya Satuan per Satuan Biaya
Fisik
(Rp) (Rp)
d. Kolam Pendederan I
Buah 20 1.625.000 32.500.000
(1.5x2 m)
e. Kolam Pendederan II
Buah 20 1.625.000 32.500.000
(1.5x2 m)
f. Kolam Pendederan III
Buah 10 2.750.000 27.500.000
(2x3 m)
3 Pompa Buah 5 350.000 1.750.000
4 Seser Buah 10 35.000 350.000
5 Ember Buah 35 15.000 525.000
6 Kakaban
7 Blower Buah 5 300.000 1.500.000
8 Pompa Celup Buah 5 500.000 2.500.000
Jumlah 157.775.000
Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal kegiatan usaha pembenihan
ikan lele ini meliputi bangunan serta prasarana dan peralatan, produksi dengan
total biaya sebesar Rp 157.775.000. Komponen terbesar adalah pembuatan
kolam yaitu sebesar Rp. 147.250.000 (Tabel 5.2). Biaya investasi untuk komponen
lainnya relatif kecil dibandingkan biaya investasi untuk kolam.
Salah satu komponen utama dalam usaha pembenihan ikan lele adalah
induk ikan lele yang biasanya dibeli dalam bentuk paket yang terdiri dari 5 induk
jantan dan 10 induk betina untuk satu paketnya. Untuk menjaga keberlangsungan
proses pemijahan secara kontinyu maka untuk setiap unit usaha dibutuhkan 2
paket indukan ikan lele atau total 10 paket untuk pola pembiayaan ini yang
berjumlah 150 ekor. Secara rinci, investasi pembenihan ikan lele ini ditampilkan
pada Lampiran 2.
39
ASPEK KEUANGAN
BIAYA TETAP
1 Sewa tanah m2 250 2.700 675.000
2 Tenaga kerja Produksi orang 5 80.000 4.800.000
Total kebutuhan biaya proyek (untuk investasi dan modal kerja) adalah
sebesar Rp 164.703.125. Diproyeksikan 40% biaya tersebut diperoleh dari bank
dan sisanya dari modal sendiri. Biaya investasi yang diperlukan dalam usaha
pembenihan ikan lele ini adalah sebesar Rp 157.775.000 dan Rp 63.110.000
diantaranya (40%) berasal dari kredit bank. Kredit investasi ini seluruhnya diterima
pada masa konstruksi dengan jangka waktu pinjaman selama 3 tahun dan suku
bunga 14% pertahun (Tabel 5.4).
Modal kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi benih ikan lele adalah
sebesar Rp 6.928.125. Sebesar Rp 2.771.250 (40%) diperoleh dari kredit bank
dengan jangka waktu pinjaman selama 1 tahun dan suku bunga 14% pertahun.
Kebutuhan modal kerja tersebut dihitung dari kebutuhan biaya variabel dan
biaya tetap selama 1,5 bulan. Penetapan jangka waktu tersebut didasarkan atas
perhitungan bahwa satu siklus produksi benih ikan lele membutuhkan waktu
antara 5 – 6 minggu sejak proses produksi dilakukan.
41
ASPEK KEUANGAN
Berdasarkan kapasitas kolam dan produksi telur induk ikan lele, maka produksi
benih ikan lele per bulan adalah sebanyak 116.000 ekor per bulan. Usaha ini
diproyeksikan untuk dapat berproduksi secara optimal mulai tahun pertama hingga
akhir tahun ketiga (sesuai umur proyek). Dengan harga jual benih ikan lele sebesar
Rp 80 per ekor, maka untuk satu tahun produksi diproyeksikan untuk memperoleh
pendapatan sebesar Rp 111.360.000. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha
serta harga penjualan ditampilkan pada Tabel 5.6 dan Lampiran 5.
Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan usaha pembenihan ikan lele
dumbo telah menghasilkan laba (setelah pajak) pada tahun pertama (kapasitas
100%) sebesar Rp 26.581.738 dengan nilai profit on sales 23,87%, dan mengalami
peningkatan laba hingga tahun ke-3 yang berjumlah Rp 31.767.095 dengan profit
on sales 28,53% (Tabel 5.7).
Tahun
No Uraian
1 2 3
1 Total Penerimaan 111.360.000 111.360.000 111.360.000
2 Total Pengeluaran 80.087.367 76.932.081 73.986.947
3 Laba/Rugi Sebelum Pajak 31.272.633 34.427.919 37.373.053
4 Pajak (15%) 4.690.895 5.164.188 5.605.958
43
ASPEK KEUANGAN
Tahun
No Uraian
1 2 3
5 Laba Setelah Pajak 26.581.738 29.263.732 31.767.095
6 Profit on Sales 23,87% 26,28% 28,53%
7 BEP: Rupiah 62.523.646 57.596.249 52.997.033
Ekor 78.155 71.995 66.246
Keterangan : Benih ikan lele terjual per tahun = 1.392.000 benih ikan lele
Seperti terlihat pada Tabel 5.8, selama kurun waktu 3 tahun proyek usaha
pembenihan ikan lele dumbo secara rata-rata akan menghasilkan keuntungan
bersih per tahun sebesar Rp. 29.204.188 dan profit margin rata-rata 26,23%.
Dengan membandingkan pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel
dan total penerimaan, maka BEP usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp.
62.523.646 pada tahun ke-1 hingga Rp 52.997.033 pada tahun ke-3, dengan
BEP rata-rata sebesar Rp. 57.705.643 untuk 72.132 ekor benih ikan lele dumbo.
Selengkapnya proyeksi rugi laba usaha ditampilkan pada Lampiran 8.
Uraian Nilai
Laba per tahun Rp. 29.204.188
Profit Margin 26,23%
BEP: Rupiah Rp. 57.705.643
Benih Ikan Lele 72.132 ekor
Untuk aliran kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi dalam dua aliran,
yaitu arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk
diperoleh dari penjualan benih ikan lele dumbo selama satu tahun. Untuk arus
keluar meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, termasuk angsuran
pokok, angsuran bunga.dan pajak penghasilan.
Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria
investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net
Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio).
Usaha budidaya pembenihan ikan lele dumbo dengan menggunakan asumsi yang
ada menghasilkan NPV Rp. 31.776.985 pada tingkat bunga 14% dengan nilai IRR
adalah 23,50% dan Net B/C Ratio 1,20. Berdasarkan kriteria dan asumsi yang
ada menunjukkan bahwa usaha pembenihan ikan lele dumbo ini layak untuk
dilaksanakan dengan Pay Back Period (PBP) selama 2,7 tahun. Proyeksi arus kas
untuk kelayakan usaha pembenihan ikan lele selengkapnya ditampilkan pada
Lampiran 9.
Justifikasi
No Kriteria Nilai
Kelayakan
1. NPV (Rp) Rp 31.776.985 >0
2. IRR 23,50% > 14%
3. Net B/C Ratio 1,20 > 1,00
4. Pay Back Period 2,7 tahun < 3 tahun
Dalam suatu analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan
biasanya akan dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua
hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi
45
ASPEK KEUANGAN
bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi
dan proyeksi sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi. Untuk
mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk
menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun
output. Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:
(1). Skenario I
Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat
perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM sehingga memunculkan
asumsi peningkatan biaya produksi/variabel, sedangkan pendapatan dianggap
tetap/konstan. Kenaikan biaya operasional terjadi antara lain karena bahan baku
dan bahan pembantu maupun upah tenaga kerja mengalami kenaikan. Hasil
analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan pada Tabel 5.10
serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 10
dan 11.
ini layak dilaksanakan. Namun pada kenaikan biaya variabel mencapai 35%
ternyata proyek ini tidak layak dilaksanakan karena IRR kurang dari tingkat suku
bunga, yaitu 13,77%, Net B/C Ratio kurang dari satu, NPV negatif dan PBP lebih
besar daripada umur proyek.
(2). Skenario II
Suatu usaha selalu terkait dengan situasi dan kondisi yang ada, sehingga
pendapatan usaha pembenihan ikan lele dumbo mengalami penurunan karena
berbagai sebab. Pendapatan turun dapat disebabkan karena kualitas benih ikan
lele kurang baik sehingga kurang diminati pasar (pengusaha pembesaran ikan lele)
atau jumlah produksi benih ikan lele berkurang. Analisis sensitivitas penurunan
pendapatan dilakukan ketika biaya pengeluaran dianggap tetap/konstan disajikan
pada Tabel 5.11 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya
pada Lampiran 12 dan 13.
47
ASPEK KEUANGAN
Mata rantai awal dalam sistem budidaya ikan lele dumbo adalah usaha
pembenihan ikan lele dumbo. Usaha ini akan menjadi jaminan keberlangsungan
dan keberhasilan usaha pembesaran dan produk olahan ikan lele. Bila dihasilkan
kualitas dan kuantitas benih ikan lele yang baik, maka kontinuitas produksi ikan
lele terjamin, sehingga roda perekonomian desa tetap berjalan.
Produksi ikan lele dewasa ini menjadi penting baik dari sisi peningkatan
kesejahteraan petani ikan yang selama ini hanya bertanam padi, juga menjadi
pemasok protein hewani yang murah kepada masyarakat perkotaan. Dari segi
pemenuhan gizi masyarakat ikan lele dapat menjadi salah satu sumber protein
49
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
yang dapat dijadikan sebagai pengganti daging. Dengan harga yang murah dan
rasa yang lezat, ikan lele mampu memiliki pasar yang luas yang tidak saja ditujukan
bagi masyarakat menengah ke bawah melainkan juga bagi masyarakat menengah
ke atas.
Secara umum keberadaan dan pengembangan usaha ikan lele juga akan
memberi dampak yang positif bagi wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya
peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan
pendapatan daerah.
Proses produksi dalam usaha pembenihan ikan lele secara umum tidak
menghasilkan limbah yang memberikan dampak negatif kepada masyarakat dan
lingkungan. Dengan penggunaan yang tepat, maka air bekas pembenihan dapat
digunakan untuk menyuburkan lahan pertanian karena mengandung unsur-unsur
kimiawi dan hewani yang cocok untuk tanaman pertanian.
7.1. Kesimpulan
51
KESIMPULAN DAN SARAN
sampai dengan Rp. 31.767.095 pada akhir tahun ke-3 proyek. Peningkatan
keuntungan setiap tahunnya menyebabkan semakin menurunnya BEP
benih ikan lele yang dihasilkan, yaitu dari 78.155 ekor pada tahun ke-1
menjadi 66.246 pada akhir tahun ke-3.
e. Analisis keuangan dan kelayakan proyek usaha pembenihan ikan lele
sesuai asumsi yang digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan
nilai NPV Rp 31.776.985, IRR 23,50%, Net B/C 1,20 dan PBP 2,7 tahun.
Usaha ini juga mampu melunasi kewajiban angsuran kredit kepada bank
f. Usaha pembenihan ikan lele cenderung kurang sensitif terhadap kenaikan
biaya variabel dibandingkan dengan penurunan pendapatan, karena usaha
ini masih dianggap layak bila kenaikan biaya variabel hingga 34%, sedangkan
penurunan pendapatan hanya sampai 12%. Lebih dari persentase tersebut
maka usaha menjadi tidak layak. Untuk skenario sensitivitas kombinasi,
dimana terjadi kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara
bersamaan, maka sensitivitas tertinggi terjadi pada kisaran 9% untuk
kenaikan biaya variabel maupun penurunan pendapatan, sementara
kondisi lebih dari persentase tersebut menyebabkan usaha tidak layak
untuk dilaksanakan.
g. Pengembangan usaha pembenihan ikan lele memberikan manfaat yang
positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang
kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat, dan tidak menimbulkan
dampak negatif bagi masyarakat lingkungan, bahkan beberapa limbah
justru memberikan manfaat kepada usaha pertanian.
7.2. Saran
53
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
DAFTAR PUSTAKA
UNIDO, 1978 Manual For The Preparation Of Industrial Feasibility Studies, Oxford
& IBH Publishing Co, New Delhi
Darseno, SP. 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Lele. PT AgroMedia Pustaka.
Jakarta.
http://www.perikanan-budidaya.dkp.go.id
55
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
LAMPIRAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
59
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
Pembenihan Ikan Lele
61
Lampiran 2. Biaya Investasi
62
Harga Umur Nilai
Jumlah Jumlah Nilai
No Komponen Biaya Satuan per Satuan Ekonomis Penyusutan
Fisik Biaya Rp Sisa (Rp)
LAMPIRAN
Rp (Tahun) (Rp)
(PPUK)
1 Induk lele
Induk lele ekor 150 25.000 3.750.000 5 750.000 1.500.000
2 Kolam :
a. Induk lele
buah 5 3.200.000 16.000.000 10 1.600.000 11.200.000
(2x3 m)
b. Pemijahan
buah 5 1.250.000 6.250.000 10 625.000 4.375.000
(1X2 m)
c. Perawatan Larva
buah 20 1.625.000 32.500.000 10 3.250.000 22.750.000
(1.5x2 m)
63
Lampiran 4. Biaya Tetap
64
Biaya Per Total Biaya Total Biaya
LAMPIRAN
(PPUK)
Satuan (Rp) 1 Bulan (Rp) 1 Tahun (Rp)
1 Sewa tanah 250 m2 2.700 56.250 675.000
2 Tenaga kerja Produksi 5 Orang 80.000 400.000 4.800.000
3 Perawatan Pompa 1 tahun 300.000 25.000 300.000
4 Perawatan kolam 80 buah 10.000 800.000 9.600.000
TOTAL 1.281.250 15.375.000
Ket : *)
Modal kerja yang diperlukan adalah sama dengan biaya operasional dan
over head cost untuk satu setengah bulan pertama
Lampiran 5. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Kotor
Angsuran Saldo
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal
Tetap Akhir
Tahun-0 63.110.000 63.110.000 63.110.000
Bulan -1 1.753.056 736.283 2.489.339 63.110.000 61.356.944
Bulan -2 1.753.056 715.831 2.468.887 61.356.944 59.603.889
Bulan -3 1.753.056 695.379 2.448.434 59.603.889 57.850.833
Bulan -4 1.753.056 674.926 2.427.982 57.850.833 56.097.778
Bulan -5 1.753.056 654.474 2.407.530 56.097.778 54.344.722
Bulan -6 1.753.056 634.022 2.387.077 54.344.722 52.591.667
Bulan -7 1.753.056 613.569 2.366.625 52.591.667 50.838.611
Pembenihan Ikan Lele
65
Bulan -8 1.753.056 593.117 2.346.173 50.838.611 49.085.556
Angsuran Saldo
66
Periode Kredit Bunga Total Saldo Awal
Tetap Akhir
LAMPIRAN
(PPUK)
Bulan -10 1.753.056 552.213 2.305.268 47.332.500 45.579.444
Bulan -11 1.753.056 531.760 2.284.816 45.579.444 43.826.389
Bulan -12 1.753.056 511.308 2.264.363 43.826.389 42.073.333
Tahun-1 21.036.667 7.485.547 28.522.214
Bulan -1 1.753.056 490.856 2.243.911 42.073.333 40.320.278
67
Lampiran 7. Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku Bunga 14%) (Rp)
68
Angsuran Saldo
LAMPIRAN
(PPUK)
Tahun-0 2.771.250 2.771.250 2.771.250
Bulan -1 230.938 32.331 263.269 2.771.250 2.540.313
Bulan -2 230.938 29.637 260.574 2.540.313 2.309.375
Bulan -3 230.938 26.943 257.880 2.309.375 2.078.438
Bulan -4 230.938 24.248 255.186 2.078.438 1.847.500
Tahun
No Uraian
1 2 3
A Penerimaan
Total Penerimaan 111.360.000 111.360.000 111.360.000
B Pengeluaran
i. Biaya Variabel 40.050.000 40.050.000 40.050.000
ii. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
iii. Depresiasi 16.966.667 16.966.667 16.966.667
iv. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
Total Pengeluaran 80.087.367 76.932.081 73.986.947
Keterangan : Produksi benih per tahun = 1.392.000 ekor benih ikan lele
69
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas
70
Tahun
No Uraian
LAMPIRAN
0 1 2 3
(PPUK)
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 111.360.000 111.360.000 111.360.000
2. Kredit
a. Investasi 63.110.000
b. Modal Kerja 2.771.250
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 157.775.000 - - 150.000
2. Biaya Variabel 40.050.000 40.050.000 40.050.000
3. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
4. Angsuran Pokok 23.807.917 21.036.667 21.036.667
5. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
6. Pajak 4.690.895 5.164.188 5.605.958
Total Arus Keluar 157.775.000 91.619.512 86.166.268 83.812.905
Arus Keluar untuk
157.775.000 60.115.895 60.589.188 61.180.958
Menghitung IRR
ANALISIS KELAYAKAN
F 15,85%
USAHA
NPV Rp 31.776.985
IRR 23,50%
Net B/C Ratio 1,20
PBP 2,7 tahun
Pembenihan Ikan Lele
71
Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 34%
72
Tahun
No Uraian
LAMPIRAN
0 1 2 3
(PPUK)
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 111.360.000 111.360.000 111.360.000
2. Kredit
a. Investasi 63.110.000
b. Modal Kerja 2.771.250
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 157.775.000 - - 150.000
2. Biaya Variabel 53.667.000 53.667.000 53.667.000
3. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
4. Angsuran Pokok 23.807.917 21.036.667 21.036.667
5. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
6. Pajak 4.690.895 5.164.188 5.605.958
Total Arus Keluar 157.775.000 105.236.512 99.783.268 97.429.905
Arus Keluar untuk
157.775.000 73.732.895 74.206.188 74.797.958
Menghitung IRR
ANALISIS KELAYAKAN
F 15,85%
USAHA
NPV Rp163.322
IRR 14,05%
Net B/C Ratio 1,00
PBP 3,00 tahun
Pembenihan Ikan Lele
73
Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 35%
74
Tahun
No Uraian
LAMPIRAN
0 1 2 3
(PPUK)
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 111.360.000 111.360.000 111.360.000
2. Kredit
a. Investasi 63.110.000
b. Modal Kerja 2.771.250
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 157.775.000 - - 150.000
2. Biaya Variabel 54.067.500 54.067.500 54.067.500
3. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
4. Angsuran Pokok 23.807.917 21.036.667 21.036.667
5. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
6. Pajak 4.690.895 5.164.188 5.605.958
Total Arus Keluar 157.775.000 105.637.012 100.183.768 97.830.405
Arus Keluar untuk
157.775.000 74.133.395 74.606.688 75.198.458
Menghitung IRR
ANALISIS KELAYAKAN
F 15,85%
USAHA
NPV (-) Rp 766.491
IRR 13,77%
Net B/C Ratio 0,99
PBP > 3 tahun
Pembenihan Ikan Lele
75
Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 12%
76
Tahun
No Uraian
LAMPIRAN
0 1 2 3
(PPUK)
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 97.996.800 97.996.800 97.996.800
2. Kredit
a. Investasi 63.110.000
b. Modal Kerja 2.771.250
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 157.775.000 - - 150.000
2. Biaya Variabel 40.050.000 40.050.000 40.050.000
3. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
4. Angsuran Pokok 23.807.917 21.036.667 21.036.667
5. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
6. Pajak 4.690.895 5.164.188 5.605.958
Total Arus Keluar 157.775.000 91.619.512 86.166.268 83.812.905
Arus Keluar untuk
157.775.000 60.115.895 60.589.188 61.180.958
Menghitung IRR
ANALISIS KELAYAKAN
F 15,85%
USAHA
NPV Rp 752.552
IRR 14,23%
Net B/C Ratio 1,00
PBP 2,99 tahun
Pembenihan Ikan Lele
77
Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 13%
78
Tahun
No Uraian
LAMPIRAN
0 1 2 3
(PPUK)
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 96.883.200 96.883.200 96.883.200
2. Kredit
a. Investasi 63.110.000
b. Modal Kerja 2.771.250
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 157.775.000 - - 150.000
2. Biaya Variabel 40.050.000 40.050.000 40.050.000
3. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
4. Angsuran Pokok 23.807.917 21.036.667 21.036.667
5. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
6. Pajak 4.690.895 5.164.188 5.605.958
Total Arus Keluar 157.775.000 91.619.512 86.166.268 83.812.905
Arus Keluar untuk
157.775.000 60.115.895 60.589.188 61.180.958
Menghitung IRR
ANALISIS KELAYAKAN
F 15,85%
USAHA
NPV (-) Rp 1.832.817
IRR 13,45%
Net B/C Ratio 0,99
PBP >3 tahun
Pembenihan Ikan Lele
79
Lampiran 14. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 9% dan Penurunan Pendapatan 9%
80
Tahun
No Uraian
LAMPIRAN
0 1 2 3
(PPUK)
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 101.337.600 101.337.600 101.337.600
2. Kredit
a. Investasi 63.110.000
b. Modal Kerja 2.771.250
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 157.775.000 - - 150.000
2. Biaya Variabel 43.654.500 43.654.500 43.654.500
3. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
4. Angsuran Pokok 23.807.917 21.036.667 21.036.667
5. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
6. Pajak 4.690.895 5.164.188 5.605.958
Total Arus Keluar 157.775.000 95.224.012 89.770.768 87.417.405
Arus Keluar untuk
157.775.000 63.720.395 64.193.688 64.785.458
Menghitung IRR
ANALISIS KELAYAKAN
F 15,85%
USAHA
NPV Rp 140.338
IRR 14,04%
Net B/C Ratio 1,00
PBP 3,00 tahun
Pembenihan Ikan Lele
81
Lampiran 15. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 10% dan Penurunan Pendapatan 10%
82
Tahun
No Uraian
LAMPIRAN
0 1 2 3
(PPUK)
A Arus Masuk
1. Total Penjualan 100.224.000 100.224.000 100.224.000
2. Kredit
a. Investasi 63.110.000
b. Modal Kerja 2.771.250
B Arus Keluar
1. Biaya Investasi 157.775.000 - - 150.000
2. Biaya Variabel 44.055.000 44.055.000 44.055.000
3. Biaya Tetap 15.375.000 15.375.000 15.375.000
4. Angsuran Pokok 23.807.917 21.036.667 21.036.667
5. Angsuran Bunga 7.695.700 4.540.414 1.595.281
6. Pajak 4.690.895 5.164.188 5.605.958
Total Arus Keluar 157.775.000 95.624.512 90.171.268 87.817.905
Arus Keluar untuk
157.775.000 64.120.895 64.594.188 65.185.958
Menghitung IRR
ANALISIS KELAYAKAN
F 15,85%
USAHA
NPV (-) Rp 3.374.845
IRR 12,98%
Net B/C Ratio 0,98
PBP >3 tahun
Pembenihan Ikan Lele
83
LAMPIRAN
Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan
Keterangan :
Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh
pada tahun ke-t.
Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek
pada tahun ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut
dianggap merupakan modal atau dana rutin/operasional.
Keterangan :
IRR = Nilai Internal Rate of Return, dinyatakan dalam %.
NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil
NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar
i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama.
i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.
85
LAMPIRAN
Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR
sebagai berikut:
a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut layak untuk dikerjakan.
b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka
proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.
Keterangan :
Net BC = Nilai benefit-cost ratio.
NPV B-C Positif. = Net present value positif.
NPV B-C Negatif. = Net present value negatif.
Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:
a. Apabila nilai Net B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan.
b. Apabila nilai Net B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
Biaya Tetap.
a. Titik Impas (Rp.) = —————————————
Total Biaya Variabel.
1 - —————————
Hasil Penjualan.
c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian
titik impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total
pengeluaran.
Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.
Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek.
Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran.
87
LAMPIRAN
1
Rumus DF per tahun = ———— , dimana
(1+ r) n
r = suku bunga
n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek