Anda di halaman 1dari 3

Nama : Zakki Hudan syarofi

Nim : 195080307111036

Kelas : T02 Genap

HUBUNGAN EL NINO DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI INDONESIA

Salah satu dari fanemena oseanografi adalah anomali iklim yang mengakibatkan Anomali
iklim mengakibatkan perubahan iklim global yang tidak menentu. Dampak dari perubahan iklim
global adalah terjadinya fenomena El Nino (meningkatnya suhu samudera pasifik) dan La Nina
(menurunnya suhu samudera pasifik) yang mempengaruhi samudera-samudera di seluruh dunia.
Terjadinya fenomena tersebut mengakibatkan suhu permukaan air laut berubah, sehingga
mempengaruhi pola kehidupan ikan. Perubahan suhu akan mempengaruhi zona upwelling (tempat
mencari makan) ikan, yang tidak hanya mengakibatkan penurunan, tetapi juga pergeseran populasi
spesies ikan ke laut yang lebih dingin atau bergeser ke wilayah yang lebih panas (Moegni et al.,
2014). Selain itu, anomali menyebabkan perubahan cuaca tidak terduga di lautan

Keterkaitan ENSO terhadap arus pusaran (eddy current) dan sebaran ikan, serta kondisi
oseanografis yang berkaitan dan sebaran ikan hasil output data oseanografis yang berkaitan dan
sebaran ikan cakalang secara periodik di WPP 713. Hasil output data oseanografi yang dianalisis
berupa peta pola sebaran arus suhu dan salinitas secara spasial maupun temporal dalam periode
2014-2016 dan diolah secara statistik untuk dianalisis korelasi linear regresif hasil output data
biomassa ikan cakalang dan indeks SOI yaitu grafik yang dapat dilihat bahwa pada rentan waktu
2014 hingga 2016 telah terjadi El nino dengan fase sedang dan kuat pada tahun 2014 hingga
2016.(Sharifah et al.,2017)

Fenomena oseanografi sebagai petunjuk wilayah kesuburan perairan dapat diindetifikasi


menggunakan tekologi penginderaan jauh. Salah satu jenis data satelit yang digunakan untuk
pendugaan wilayah kesuburan perairan adalah data citra satelit aqua yang membawa sensor
Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) untuk analisis suhu permukaan laut dan
konsentrasi klorofil-a. Wilayah kesuburan laut yang mempengaruhi keberadaan wilayah potensi ikan
diprediksi berada pada wilayah frot-thermal yang ditujukkan dengan perubahan suhu yang drastis
serta konsetrasi koloril-a yang tinggi. Oleh karena itu penelitian tentang penentuan daerah
penangkapan ikan di perairan selatan jawa barat dengan melihat parameter oseanografi yaitu suhu
permukaan laut dan klorofil-a perlu dilakukan. Agar dapat menganalisis pengaruh musim terhadap
suhu permukaan laut dan klorofil-a dalam penentuan daerah tangkapan ikan cakalang di Perairan
Selatan Jawa Barat dan menganalisis pola musim penangkapan ikan cakalang di Perairan.(Rahman et
al.,2019)

Kondisi parameter oseanografi dan daerah yang kaya makanan sangat mempengaruhi
keberadaan ikan pelagis di suatu perairan, karena sifatnya yang senang bermigrasi untuk memburu
daerah yang kaya makanan (daerah upwelling), senang hidup di daerah front (pertemuan) antara
massa air hangat dan air dingin, serta senang hidup pada kisaran suhu dan kedalaman tertentu [2],
a.l.: cakalang (17 – 28oC), tuna sirip biru (12 – 25oC), tuna mata besar (11 – 28oC), madidihang (18 –
31oC), dan albacora (14 - 23oC) .(Ningsih , et al.,2018).
Pergerakan massa air ini mencapai nilai tertinggi pada periode El Niño. Pada periode El-Nino
suhu permukaan laut rata-rata di Laut Jawa cenderung lebih dingin dibandingkan periode normal.
Kombinasi antara musim dan ENSO turut berperan dalam migrasi ikan yang ada di periran. Selama
periode ini nelayan umumnya menangkap di perairan sekitar Selat Makasar bagian selatan (Selayar,
Genting, Lari-Larian dan Kota Baru). Sebaliknya pada musim timur ikan berpindah menuju ke arah
sebaliknya. Sedangkan di bagian timur Laut Jawa terjadi hal yang sama, yaitu pergerakan ikan dari
Laut Jawa menuju Laut Flores pada musim barat dan arah sebaliknya pada musim timur. Pada saat
musim paceklik (Maret-Mei) nelayan umumnya menangkap ikan di perairan Natuna. Hasil tangkapan
ikan bulanan turut berfluktuasi seiring dengan perubahan musim. Komposisi hasil tangkapan utama
yang didaratkan di PPN Kejawanan di dominasi oleh ikan pelagis kecil. Komposisi hasil tangkapan
terbesar terdiri dari ikan tembang, lemuru, dan layang. Sedangkan hasil tangkapan sampingan
meliputi ikan tenggiri, alu-alu, tongkol dan beberapa jenis ikan demersal.

Adanya sebuah penelitian untuk memaksimalkan perkembangan hasil perikanan. Pemakaian


data citra satelit akan didapat berbagai macam parameter oseanografi yang dapat mengidentifikasi
faktor yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan kembung. Parameter oseanografi seperti
suhu permukaan laut, arus, konsentrasi klorofil-a, angin berpengaruh pada pergerakan air laut baik
secara horizontal maupun vertikal. Parameter oseanografi yang dapat diperoleh dengan
menggunakan data penginderaan jauh akan lebih cepat, efektif, efisien, dan dapat mencakup
wilayah yang lebih luas.(Halim et al.,2017)
DAFTAR PUSTAKA

Halim, M.A.R., Kurnaso dan J. Marwoto. 2017. Identifikasi faktor oseanografi yang
berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan kembung di Perairan Kabupaten Pati. Jurnal
Oseanografi. 6(3): 500-515.

Moegni, Nurtjahja, Ahamd R. dan Gigih P. 2014. Adaptasi Nelayan Perikanan Lau Tangkap
dalam Menghadapi Perubahan Iklim. Ekonomi dan Studi Pembangunan, 15(2) : 182-189.

Ningsih, N.S., F. Hanifah., dan A.M.Kusmarini. 2018. Peranan Dinamika Oseanografi Dalam
Pengolahan Sumber Daya Perikanan. Journal of Fisheries and Marine Science. 2(2).

Rahman, A.R., M. Laksimi.S., U.K. Agung dan Sunarto. 2019. Pengaruh musim terhadap
kondisi oseanografi dalam penentuan daerah penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di
Perairan Selatan Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 10(1): 92-102.

Sharifah., S. Pagestu dan A.S. Praja. 2017. Variabilitas spasial dan temporal parameter
oseanografi terhadap tangkapan ikan di Perairan Laut Bengkulu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 11(2): 461-473.

Anda mungkin juga menyukai