Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH OSEANOGRAFI PERIKANAN

“Pengaruh arus terhadap Purse seine, Trawl, Gill Net dan Pengaruh oseanografi
terhadap daerah penangkapan ikan”

DISUSUN OLEH

Sakinah U.K Hehanussa 2016 64 001

Rosario S Ikanubun 2017 64 001

Stella M J Kaiya 2017 64 024

Imanuel B S Batmomolin 2017 64 033

Paul Erich Marlissa 2017 64 034

Ferlandy C. Uneputty 2017 64 021

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................3
1.2 Tujuan..................................................................................................................................3
1.3 Manfaat................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................4
2.1 Parameter Oseanografi.......................................................................................................4
2.2 Alat Tangkap........................................................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
3.1 Pengaruh Oseanografi Terhadap Daerah Potensial Ikan.................................................7
3.2 Pengaruh arus terhadap purse seine, trawl, gill net..........................................................8
BAB IV...............................................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................................................12
5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
LAMPIRAN PEMBAGIAN TUGAS...............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penangkapan ikan yang potensial berupa perikanan tangkap sebagai sistem yang
memiliki peran penting dalam penyediaan pangan, kesempatan kerja, perdagangan dan
kesejahteraan serta rekreasi bagi sebagian penduduk Indonesia perlu dikelola yang
berorientasi pada jangka panjang (sustainability management). Tindakan manajemen
perikanan tangkap adalah mekanisme untuk mengatur, mengendalikan dan
mempertahankan kondisi sumber daya ikan pada tingkat tertentu yang diinginkan. Salah
satu kunci manajemen ini adalah status dan tren aspek sosial ekonomi dan aspek sumber
daya. Data dan informasi status dan tren tersebut dapat dikumpulkan baik secara rutin
(statistik) maupun tidak rutin (riset) (Noviyanti, 2011).
Penggunaan alat tangkap oleh nelayan sebagai alat bantu pengumpul ikan terus
meningkat. Penempatan alat tangkap oleh nelayan lebih berdasarkan pengalaman dan
intuisi belum dihubungkan dengan pengetahuan mengenai kondisi kesuburan perairan.
Produktivitas primer sangat terkait dengan tingkat kesuburan perairan yang secara
langsung menentukan kelimpahan sumber makanan ikan.
Hal-hal yang berhubungan dengan kondisi perairan laut adalah parameter oseanografi
itu sendiri, antara lain suhu, salinitas, gelombang, pH, arus, dan klorofil-a (Arifin,
2014) .Menurut Gaol & Sadhotomo (2007), distribusi dan kelimpahan sumber daya hayati
di suatu perairan, tidak terlepas dari kondisi dan variasi parameter oseanografi. Oleh
karena itu, dalam makalah ini perlu dibahas mengenai pengaruh oseanografi terhadap
daerah penangkapan ikan serta pengaruh arus terhadap Purse seine, Trawl, Gill Net.

1.2 Tujuan
Mengetahui pengaruh oseanografi terhadap daerah penangkapan ikan serta pengaruh arus
terhadap Purse seine, Trawl, dan Gill Net.

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh oseanografi terhadap daerah penangkapan ikan
serta pengaruh arus terhadap Purse seine, Trawl, Gill Net.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Parameter Oseanografi


Parameter oseanografi memiliki pengaruh dalam ruaya dan keberadaan ikan
dalam suatu perairan, Parameter oseanografi sangat penting dianalisis untuk
penentuan fishing ground. Parameter oseanografi, antara lain :
a. Suhu
Nontji (1987) menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang
mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap ikan khususnya dan sumberdaya
hayati laut pada umumnya. Sebagian besar biota laut poikilometrik (suhu tubuh di
pengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme (Nybakken,
1988).
Hampir semua populais ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk
kehidupannya, maka dengan mengathui suhu optimum dari suatu spesies ikan, dapat
menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat di gunakan untuk tujuan
perikanan (Hela dan Laevastu, 1970).
Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter yang penting
untuk mempelajari variasi musim, fenomena iklim seperti El Nino, dan juga Indian
Ocean Dipole yang selanjutnya dapat lebih memahami perubahan iklim (Cahyarini,
2011). Suhu permukaan laut (SPL) merupakan salah satu parameter oseanografi yang
mencirikan massa air di lautan dan berhubungan dengan keadaan lapisan air laut yang
terdapat di bawahnya, sehingga dapat digunakan dalam menganalisis fenomena yang
terjadi di lautan. Suhu adalah faktor penting bagi kehidupan organisme di laut yang
dapat memengaruhi aktivitas metabolisme maupun perkembangan, selain menjadi
indikator fenomena perubahan iklim (Hutabarat & Evans, 1986).

b. Salinitas
Salinitas mempunyai peranan penting dan memiliki ikatan erat dengan kehidupan
organisme perairan termasuk ikan, dimana secara fisiologi salinitas berkaitan erat
dengan penyesuaian tekanan osmotic ikan tersebut.
c. Arus
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, Laevastu et a., (1981) menyatakan
hubunagn arus terhadap penyebaran ikan adalah arus mengalihakan telur dan ikan
pelagis kecil, dan spawning ground (daerah pemijahan), ke nursery ground (daerah
pembesaran), dank e fishing ground (tempat mencari makan). Migrasi ikan-ikan
dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi ikan.
Kondisi oseanografi lain yang memengaruhi persebaran ikan tangkap, seperti adanya
arus yang sangat berpengaruh bag ikan pelagis yang memiliki migrasi horisontal.
Menurut Wibisono (2005), arus merupakan parameter yang sangat penting dalam
lingkungan laut dan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
lingkungan laut dan biota yang hidup didalamnya, termasuk menentukan pola migrasi
ikan. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah
angin muson. Selain itu, dipengaruhi juga oleh faktor suhu permukaan laut yang
selalu berubah-ubah.
d. Upwelling
Upwelling telah banyak dikaji oleh para peneliti baik mengenai proses
terjadinya maupun akibat yang ditimbulkannya. Upwelling adalah istilah yang
digunakan untuk menggambarkan proses-proses yang menyebabkan air bergerak ke
atas dari suatu kedalaman menuju lapisan permukaan. Kedalaman lapisan upwelling
baiasanya berkisar 200-300 m (Bowden, 1983; Stewart, 1983). Karena temperatur di
laut biasanya berkurang dengan penambahan kedalaman, maka air yang terangkat dari
kedalaman adalah air yang lebih dingin daripada air permukaan yang digantikannya.
Upwelling biasanya mengakibatkan konsentrasi nutrien (nitrit, phospat dan silikat)
lebih tinggi dibandingkan air permukaan yang nutriennya telah berkurang oleh
pertumbuhan fitoplankton. Wilayah upwelling biasanya memiliki produkktivitas
biologi yang tinggi. Peningkatan pertumbuhan fitoplankton dapat mendukung
konsentrasi zooplankton yang sangat besar yang dapat menjaga populasi ikan.
Sebagian besar perikanan penting dunia berada pada wilayah upwelling.

2.2 Alat Tangkap


a) Purse Seine
Pukat cincin (Purse seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring yang dioperasikan
dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti mangkuk
pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan untuk menangkap
ikan pelagis yang bergerombol.
b) Gill Net
Gill net atau jaring insang adalah salah satu alat tangkap berbentuk empat persegi
panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas-bawah (kadang
tanpa tali ris bawah. Dilihat dari cara pengoperasiannya alat tangkap ini bisa
dihanyutkan, dilabuhkan dan dilingkarkan.
c) Trawl
Trawl аdаlаh ѕuаtu jaring kanting уаng ditarik dibelakang kapal berjalan
menelusuri permukaan dasar perairan untuk menangkap ikan, udang dan jenis ikan
demersal lainnya. Mеnurut sejarahnya asalnya alat tangkap trawl іnі dаrі laut
tengah dan pada abab kе 16 masuk kе Inggris, Belanda, Perancis, Jerman dan
negara eropa lainnya. 
Jaring trawl уаng sekarang іnі telah banyak mengalami perubahan dan
perkembangan јіkа dibandingkan dеngаn asal mulanya alat tangkap trawl іnі
dibuat. Sesuai dеngаn terbukanya mulut jaring, pada dasarnya trawl secara garis
besar dараt dibedakan menjadi 3 macam уаіtu :
 Otter trawl : terbukanya mulut jaring dikarenakan adanya dua buah papan (otter
board) уаng dipasang diujung muka kaki/sayap jaring уаng pada prinsipnya
menyerupai layang-layang (kite).
 Beam trawl : terbukanya mulut jaring dikarenakan bentangan (rentangan) kayu/besi
pada mulut jaring, disebut јugа fixsmouth trawl.
 Paranzella : terbukanya mulut jaring karena ditarik оlеh dua buah kapal уаng
jalannya sejajar dеngаn jarak tertentu, disebut јugа pair trawl.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Oseanografi Terhadap Daerah Penangkapan Ikan

Supadiningsih & Rosana. (2004), Allain et al. (2005), Simbolon & Limbong (2012),
Ekayana et al., (2017) menyatakan bahwa daerah penangkapan ikan dipengaruhi oleh
kondisi oseanografi yang dapat diketahui dengan memanfaatkan data citra satelit
(inderaja) yaitu kandungan klorofil di perairan, suhu permukaan laut (SPL), pengangkatan
massa air (upwelling), pertemuan dua massa air yang berbeda (sea front) dan pola arus.

Besarnya kandungan klorofil-a di perairan berkaitan erat dengan rantai makanan.


Plankton merupakan organisme mikroskopik memiliki peran penting dalam proses
kehidupan yang berfungsi sebagai sumber makanan organisme lainnya berkaitan erat
dengan proses terjadinya rantai makanan.

Suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter oseanografi yang mencirikan
massa air di lautan dan berhubungan dengan keadaan lapisan air laut yang terdapat di
bawahnya, sehingga dapat digunakan dalam menganalisis fenomena-fenomena yang
terjadi di lautan seperti fenomena arus, upwelling, front (pertemuan dua massa air yang
berbeda), dan aktifitas biologi di laut (Robinson, 1985). Suhu perairan juga dapat
berpengaruh terhadap aktifitas biologi ikan di dalamnya sehingga perubahan suhu
perairan yang sangat kecil (± 0.02 °C) dapat menyebabkan perubahan densitas populasi
ikan di suatu perairan. Ikan-ikan cenderung akan menghindari perairan yang bersuhu
tinggi dan bergerak ke suhu yang lebih rendah (Laevastu & Hayes, 1981).

Seberan SPL di perairan sangat tergantung dari jumlah energi cahaya matahari yang
diterima, dimana daerah – daerah yang paling banyak menerima energi cahaya matahari
adalah daerah – daerah yang dekat dengan lintang 0° dan yang nantinya berpengaruh
terhadap kehidupan klorofil-a di perairan sehingga hal inilah yang menyebabkan SPL di
laut merupakan faktor penentu tingkat kesuburan di perairan (Ekayanaetal.,2017).

Kunarso et al., (2005) menyatakan bahwa adanya kaitan antara upwelling dengan
fishing ground tuna. Daerah upwelling merupakan lokasi perairan yang kaya akan pakan
ikan, kandungan plankton di lokasi upwelling umumnya tinggi karena itulah ikan kecil
(juvenile) akan banyak tinggal di daerah tersebut yang akan menarik ikan-ikan pemangsa
(carnivora) yang berukuran lebih besar termasuk tuna untuk datang. Hal ini yang
merangsang terjadinya rantai makanan pada daerah upwelling.

3.2 Pengaruh arus terhadap purse seine, trawl, gill net


a. Pengaruh arus terhadap gill net

Istilah gill net didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap ”gill
net” terjerat disekitar operculumnya pada mata jaring. Menurut Nomura dan
Yamazaki (1987) vide Walus (2001), umunya jaring insang dioperasikan dalam
rangkaian yang panjang hingga mencapai 3.000 – 4.000 meter, kadangkala
dioperasikan secara terhanyut bersama – sama kapalnya atau ditetapkan
kedudukannya dengan bantuan jangkar membentang sepanjang dasar perairan
maupun pada kedalaman tertentu.

Prinsip penangkapan ikan dengan jaring insang adalah terhalangnya arah gerak
ikan sehingga terjerat ( gilled ) pada mata jaring ataupun terbelit-belit ( entangled )
pada tubuh jaring. Sebelum berangkat ke fishing ground, segala kebutuhan yang
dianggap perlu selama operasi penangkapan ikan sampai kembali ke fishing base
dengan selamat harus dipersiapkan terlebih dahulu. Proses penangkapan ikan meliputi
persiapan, setting ( penurunan jaring ), drifting ( pengoperasian jaring ), dan hauling
( penarikan atau penaikan jaring ke atas kapal ).

Operasi penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap ini dilakukan pada
malam hari atau bisa juga pada pagi hari. Hal ini dilakukan sebagai strategi agar
warna jaring tidak terlihat oleh ikan. Oleh sebab itu, warna jaring sering sama dengan
warna perairan. Sebelum dilakukan operasi untuk dilakukannya setting gill net perlu
diperhatikan arah arus, dengan kondisi arus perairannya yang tidak begitu kuat.

Arah arus sangat berpengaruh pada posisi pemasangan jaring insang (gillnet).
Pada posisi pemasangan jaring insang (gillnet) tegak lurus arus maka mata jaring dari
jaring insang (gillnet) akan terbuka dengan sempurna sehingga ikan akan menabrak
jaring dan tertangkap dengan cara terjerat (gilled) dan atau terbelit (entangled).
Sedangkan pada posisi pemasangan jaring insang (gillnet) searah arus maka mata
jaring dari jaring insang (gillnet)  tidak akan terbuka dengan sempurna  sehingga ada
kemungkinan ikan hanya tertabrak jaring tetapi tidak terjerat atau tertangkap.
Arah arus sangat berpengaruh pada posisi pemasangan jaring insang (gillnet).
Pada posisi pemasangan jaring insang (gillnet) tegak lurus arus maka mata jaring dari
jaring insang (gillnet) akan terbuka dengan sempurna sehingga ikan akan menabrak
jaring dan tertangkap dengan cara terjerat (gilled) dan atau terbelit (entangled).
Sedangkan pada posisi pemasangan jaring insang (gillnet) searah arus maka mata
jaring dari jaring insang (gillnet) tidak akan terbuka dengan sempurna sehingga ada
kemungkinan ikan hanya tertabrak jaring tetapi tidak terjerat atau tertangkap. Hal ini
sesuai dengan pendapat Gunarso (1985) yang mengemukakan bahwa prinsip
penangkapan jaring insang adalah menghadang gerak ruaya atau gerombolan ikan
pada kedalaman tertentu, dan keberhasilan operasi penangkapan jaring insang
ditentukan oleh kesempurnaan terbukanya mata jaring karena kecenderungan arah
renang ikan yaitu berlawanan atau mengikuti arah arus sehingga ikan tertangkap.

Terbukanya mata jaring pada jaring insang (gillnet) secara sempurna berpengaruh
kepada hasil tangkapan dari jaring insang (gillnet) tersebut. Semakin sempurna mata
jaring terbuka di dalam perairan maka akan semakin banyak ikan yang tertangkap
atau terjerat oleh jaring. Hal ini sesuai dengan pendapat Nomura dan Yamazaki
(1977) vide Wijanarko (1994), yang menyatakan bahwa agar penangkapan lebih
efektif maka pemasangan jaring diupayakan untuk menghadang/tegak lurus arah arus.
Arah arus sangat menentukan posisi jaring dalam air. Arus menimbulkan adanya
resistansi pada jaring sehingga jaring terbentang dan mata jaring terbuka lebar.

Selain arah arus, posisi pemasangan jaring insang (gillnet) juga sangat
dipengaruhi oleh kecepatan arus. Terdapat ikan yang berenang mengikuti kecepatan
arus, namun terdapat juga ikan yang berenang tidak mengikuti kecepatan arus. Hal
inilah yang harus diperhatikan sebelum menentukan posisi pemasangan jaring insang
(gillnet). Menurut Harden (1963) vide Wijanarko (1994), jika jaring dan ikan hanyut
dengan kecepatan yang sama tentunya akan kecil sekali kemungkinan akan tertangkap
atau terjerat pada jaring, dan jika jaring hanyut secara lambat bersama arus maka ikan
– ikan harus efektif berenang menentang maupun searah arus, sehingga pada saat
demikian baru ada kemungkinan ikan dapat tertangkap. Jika ternyata ikan hanyut
bersama arus, maka posisi jaring insang harus terentang menghadang/tegak lurus arah
arus sehingga ikan dapat tertangkap.

b. Pengaruh arus terhadap Purse Seine


Purse seine adalah alat yang digunakan untuk menangkap ikan pelagic yang
membentuk gerombolan. Berada dekat dengan permukaan dan sangatlah diharapkan
densitas gerombolan tersebut tinggi, yang berarti jarak ikan dengan ikan yang lainnya
haruslah sedekat mungkin.

Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah melingkari gerombolan ikan
dengan jaring, sehingga jaring tersebut membentuk dinding vertikal, dengan demikian
gerakan ikan ke arah horizontaldapat dihalangi. Setelah itu, bagian bawah jaring
dikerucutkan untuk mrncegah ikan lari ke arah bawah jaring.

Pengaruh arus terhadap jaring purse seine perlu diperhatikan dalam menentukan
titik awal penurunan alat tangkap (setting) Arah arus perlu diperhatikan karena ketika
jaring lingkar telah berada di dalam air maka akan sangat terpengaruh oleh kekuatan
arus. Posisi yang diharapkan adalah arus mendorong alat tangkap menjauhi badan
kapal sehingga alat tangkap tidak masuk ke bawah kapal (kapal masuk ke dalam
lingkaran jaring) sehingga penaikan alat tangkap tidak terlalu berat atau tidak
tersangkut baling-baling. selain itu arah arus juga perlu diperhatikan karena bagian
kapal yang berada di atas air akan terpengaruh oleh angin. Posisi yang salah dapat
menyebabkan kapal terdorong masuk ke lingkaran jarring karena itu diharapkan jaring
berada antara kapal dan arah datangnya angin sehingga badan kapal terdorong
menjauhi jaring.

c. Pengaruh arus terhadap trawl

Trawl adalah alat penangkap ikan dengan cara di tarik oleh satu bahkan dua kapal.
Berdasarkan letak jaring dalam air selama melakukan operasi penangkapan ikan,
trawl dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu Surface trawl, Mid Water Trawl dan Bottom
Trawl. Jenis ini merupakan jenis yang paling umum. Jaring ini ditarik pada
dasar/dekat dasar laut, dengan demikian ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah
ikan-ikan dasar, termasuk juga udang-udangan dan kerang-kerangan.

Trawl dalam berbagai khusus merupakan suatu metode penangkapan ikan yang
membutuhkan energi tinggi untuk menariknya pada kecepatan kapal yang cukup
(Ardidja Supardi, 2000). Efisiensi trawl akan ditingkatkan sebanding dengan ukuran
alat, semakin besar alat juga mengandung arti memerlukan energi yang lebih besar,
sebaliknya semakin besar trawl akan memerlukan kapal yang bertenaga besar.
Prosedur penarikan alat tangkap trawl adalah kegiatan penyeretan jaring di dalam
air yang berkisar antara 2-3 jam. Tetapi, hal ini tergantung dari banyaknya hasil
tangkapan dan kondisi perairan. Sehingga trawl tidak diturunkan apabila ada
gelombang besar dan arus kuat.

Jaring trawl diseret dengan kecepatan penarikan rata-rata 3 knot. Kecepatan ini
berhubungan pula dengan keadaan dasar perairan, arus angin, gelombang dan
sebagainya. Pada saat setting (menurunkan alat tangkap) kecepatan kapal di perlambat
hingga berkisar 3-4 knot. Kapal maju perlahan-lahan memotong arah angin dan
pembuangan jaring ke arah jurusan angin dengan maksud supaya jaring terbawa arus
tidak masuk ke dalam baling-baling kapal. Setelah posisi jaring baik, kapal diputar ke
arah posisi rencana towing, putaran mesin penggerak di percepat, begitu juga saatnya
hauling, kecepatan kapal diperlambat.
BAB IV

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Parameter oseanografi (suhu permukaan laut dan klorofil-a, arus, upwelling)


sangat mempengaruhi kesuburan perairan dan keberadaaan ikan, Melimpahnya
kandungan klorofil-a secara umum terjadi saat SPL rendah, dapat diketahui ikan
cenderung menghindari perairan bersuhu tinggi dan bergerak ke suhu lebih rendah.

SPL sangat berpengaruh terhadap keberadaan klorofil-a di perairan berkaitan erat


dengan rantai makanan dimana plankton sebagai organisme mikroskopik memiliki
peranan penting sebagai produsen primer yang menjadi penentu tingkat kesuburan di
perairan.

Arus begitu berpengaruh terhadap pemasangan jaring insang. Pengaruh arus


terhadap tiap alat tangkap (Gill net, Purse Seine, Trawl) memberikan keuntungan dan
kerugian, dikarenakan parameter ini begitu berpengaruh, sehingga perlu untuk
diperhatikan dalam pengoperasian alat tangkap. Selain, berpengaruh terhadap pola
penyebaran ikan, arus berpengaruh terhadap pola renang ikan sehingga dengan
mengetahui tingkah laku renang ikan maka dapat diketahui daerah – daerah mana saja
yang terdapat banyak ikannya. Hal ini dapat menjadi acuan untuk menentukan daerah
penangkapan ikan yang baik karena dengan terbawanya telur – telur dan juvenile ikan
ke feeding ground oleh arus maka secara tidak langsung maupun langsung akan
merangsang ikan – ikan dewasa berkumpul di feeding ground untuk mencari makan.
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin, E., Panggabean, A. S., dkk. 2018. Pengaruh Parameter Oseanografi Terhadap
Hasil Tangkapan Armada Tonda Di Sekitar Rumpon Di Palabuhan Ratu.
JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA Volume 24 Nomor 2.

Cahya, C. N., Setyohadi, D., Surinati, D. 2016. Pengaruh Parameter Oseanografi


Terhadap Distribusi Ikan. Oseana, Volume XLI, Nomor 4.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.2015. Dasar-dasar Teknik


Penangkapan Ikan, Penanganan, dan Penyimpanan Hasil Tangkap. Kementrian
Pendidikan & Kebudayaan.

Martasuganda, S. 2005. Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan.

Miranti. 2007. Perikanan Gillnet di Palabuhanratu: Kajian Teknis dan Tingkat


Kesejahteraan Nelayan Pemilik. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Priatna, A., Purbayanto, A., dkk. 2014. Kemampuan Tangkap Jaring Trawl Terhadap
Ikan Demersal Di Perairan Tarakan Dan Sekitarnya. Kemampuan Tangkap
Jaring Trawl terhadap Ikan Demersal di Perairan Tarakan dan Sekitarnya (Priatna.
A., et )
LAMPIRAN

PEMBAGIAN TUGAS
1. Stella Marceline Joice Kaiya : Pembuatan PPT, Jawab Pertanyaan, Pembuatan
Makalah
2. Imanuel B. S. Batmomolin : Pembuatan Makalah, Jawab Pertanyaan
3. Paul Erich Marlissa : Presentasi
4. Ferlandi C. Uneputty : Presentasi
5. Sakinah U.K Hehanussa : Pembuatan Makalah
6. Rosario S Ikanubun : Pembuatan Makalah

Anda mungkin juga menyukai