Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN UPWELLING DENGAN PENANGKAPAN IKAN

DISUSUN OLEH:

DINA FINATUN L1A020004

SARISTIANI L1A020020

FARDHAN MAULANA RAMDHANI L1A020023

NAOMI SITUMORANG L1A020073

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAN , RISET DAN TEKNOLOGI

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii


KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN............................................................................................................... 4
2.1. Hubungan upwelling dengan habitat ikan dan tingkah laku ............................. 4
2.2. Hubungan upwelling dengan jumlah tangkapan ikan ........................................ 5
2.3. Hubungan upwelling dengan daerah tangkapan ikan ........................................ 8
2.4. Hubungan upwelling dengan penangkapan ikan dan alat tangkap ikan ....... 10
BAB III............................................................................................................................. 12
PENUTUP ...................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 13

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rida

dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Hubungan Upwelling DenganPenangkapan Ikan”.

Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Arif

Mahdiana, M.Si yang yang telah membimbing dan membantu kami dalam

proses penyusunan makalhini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan

kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun material

sehingga makalah ini dapat terwujud.

Makalah ini akan menjelaskan tentang peristiwa upwelling dan

menterkaitkannya dengan habitat ikan, tingkah laku ikan, daerah penangkapan

ikan, jumlah tangkapan ikan, dan alat tangkap ikan yang cocok digunakan saat

upwelling.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dan kesalahan dalam

makalah yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan

tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna

meningkatkan kualitas tulisan ke depannya.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki keunggulan dalam pergerakan utama oseanografi, yakni

upwelling dan arlindo. Upwelling terjadi ketika massa air naik dari lapisan bawah

ke atas secara vertikal ke permukaan. Di tempat itulah akan berkumpul

fitoplankton, yang selanjutnya mengundang kehadiran zooplankton dan ikan.

Proses ini membawa perairan menjadi lebih subur, sebagai dasar dalam rantai

makanan Di sisi lain, terjadi pula Arlindo (Arus Lintas Indonesia), yaitu arus

yang membawa massa air dingin bergerak dari wilayah lintang tinggi (kutub

utara) menuju equator. Arus ini banyak mensuplai nutrien yang kaya akan

makanan sehingga perairan menjadi subur. Perairan laut dengan produktivitas

primer yang tinggi, akan meningkatkan pertumbuhan fitoplankton. Dengan

hadirnya fitoplankton, akan diikuti zooplankton. Ini akan menarik kehadiran

ikan-ikan kecil, hingga ikan besar. Termasuk pula mamalia laut, seperti paus dan

lumba-lumba (Rahmawitri et al., 2016).

Upwelling adalah pergerakan massa air bersuhu dingin dan kaya nutrisi dari

kedalaman lautan menuju ke permukaan laut. Fenomena ini membawa air

dengan konsentrasi tinggi nutrisi seperti nitrat dan fosfat ke permukaan laut.

Perairan yang kaya nutrisi ini menjadi pendorong bagi pertumbuhan plankton

dan ganggang mikroskopis di perairan tersebut. Kelimpahan jumlah ganggang-

ganggang mikroskopis di area lautan ini membentuk dasar bagi jaring makanan

1
pada ekosistem di daerah tersebut yang selanjutnya meningkatkan populasi

biota-biota lautan di perairan tersebut. Oleh karena itu, bisanya daerah

penangkapan ikan dengan produktivitas tinggi biasanya ditemukan di daerah-

daerah tempat upwelling terjadi (Nurrachmi et al., 2021).

Upwelling biasanya terjadi di sepanjang pesisir barat dari sebuah benua dan

terpengaruh oleh adanya arus laut global. Terdapat lima arus laut utama yang

terkait dengan adanya area-area upwelling, yaitu: Arus Canary (lepas pantai

Afrika Barat Laut), Arus Benguela (lepas selatan Afrika), Arus California (lepas

California dan Oregon), Arus Humboldt (lepas Peru dan Chile), dan Arus Somali

(lepas Somalia dan Oman) (Nurrachmi et al., 2021).

Tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya upwelling

adalah angin, gaya Coriolis, dan Transport Ekman. Bumi berotasi pada porosnya

dari barat ke timur. Karena rotasi bumi, angin cenderung membelok ke kanan di

belahan bumi utara dan kiri di belahan bumi selatan yang dikenal sebagai gaya

Coriolis. Kombinasi antara gaya Coriolis dan Transport Ekman menyebabkan

pergerakan air laut di permukaan mengarah 90° ke kanan arah pergerakan angin

di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi selatan (Pratama dan

Khakhim, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh upwelling dengan habitat ikan dan tingkah laku?

2. Bagaimana hubungan upwelling dengan jumlah tangkapan ikan?

3. Apakah ada hubungannya upwelling dengan daerah tangkapan ikan?

2
4. Bagimanakah hubungan upwelling dengan penangkapan ikan dan alat

tangkap?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui hubungan upwelling dengan habitat ikan dan tingkah laku.

2. Mengetahui hubungan upwelling dengan jumlah tangkapan ikan.

3. Mengetahui hubungan upwelling dengan daerah tangkapan ikan.

4. Mengetahui hubungan upwelling dengan penangkapan ikan dan alat

tangkap.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hubungan upwelling dengan habitat ikan dan tingkah laku

Daerah upwelling merupakan lokasi perairan yang kaya akan pakan ikan,

kandungan plankton di lokasi upwelling umumnya tinggi karena itulah ikan kecil

(juvenile) akan banyak tinggal di daerah tersebut yang akan menarik ikan-

ikan pemangsa (carnivora) yang berukuran lebih besar. Daerah Upwelling kaya

akan pakan ikan karena memang menyebabkan naiknya nutrien dari lapisan

bawah ke permukaan, nutrien dan cahaya di perairan yang cukup akan memicu

pertumbuhan fitoplankton. Keadaan ini yang justru dapat menyebabkan

terjadinya ledakan populasi fitoplankton atau yang disebut blooming algae (Yoga,

2014).

Gambar 1. Proses upwelling yang menyebabkan berkumpulnya ikan

Upwelling berkaitan erat dengan habitat ikan karena apabila terjadi

upwelling disuatu perairan maka ikan-ikan akan berpindah ke daerah upwelling

tersebut dan meninggalkan habitat awalnya yang dikatakan kurang akan

4
pakannya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku ikan karena biasanya disaat

upwelling banyak ikan yang bereproduksi dan melakukan pemijahan (Purba,

2015).

Di beberapa perairan di Indonesia, contohnya Selat Bali, memiliki sebaran

klorofil-a menunjukkan lebih tinggi pada musim timur dibandingkan dengan

musim barat (Ridha et al., 2013). Namun, beberapa penelitian menyebutkan

bahwa ikan lemuru (lemuru) yang banyak ditemukan di Selat Bali sangat

tergantung dengan adanya makanan (fitoplankton) yang ada di daerah tersebut.

Setyohadi (2011) menyebutkan bahwa selain suhu optimum, yang lebih berperan

dalam memengaruhi sebaran ikan lemuru (lemuru) adalah faktor makanan.

Berdasarkan hal tersebut, maka ikan lemuru lebih menyukai daerah dengan

kandungan klorofil-a tinggi, meskipun suhu permukaan lautnya tidak optimal.

Hubungan tersebut dipengaruhi kuat oleh proses upwelling di perairan Selat

Bali, karena proses upwelling menyebabkan peningkatan kandungan klorofil-a

dan menurunkan suhu permukaan laut (Ridha, et al., 2013).

2.2. Hubungan upwelling dengan jumlah tangkapan ikan

Upwelling menyebabkan kesuburan perairan meningkat, sehingga daerah

ini menjadi feeding ground yang menyebabkan ikan akan berkumpul di wilayah

ini untuk mencari makan Hal ini menjadikan terjadinya pendangkalan termoklin

yang menyebabkan fishing layer tuna mata besar semakin naik, dan jumlah mata

pancing long line akan lebih banyak penetrasi sampai ke kedalaman fishing layer

5
dari ikan, sehingga peluang ikan tertangkap akan lebih tinggi (Gaol & Nurjaya,

2015).

Upwelling di Indonesia umumnya terjadi secara periodik. Hal ini sangat

menguntungkandunia industri perikanan tangkap, karena

lokasi upwelling umumnya mempunyai produktivitas perikanan yang tinggi.

Salah satu sumber devisa negara Indonesia dari sektor perikanan adalah hasil

tangkapan ikan tuna (Thurman, 2021).

Maka dari hal tersebut hubungan upwelling dengan jumlah tangkapan ikan

sangat erat, Ketika upwelling terjadi akan mempengaruhi jumlah tangkapan

ikan menjadi lebih banyak, karena ikan-ikan akan berkumpul didaerah

upwelling tersebut hal ini disebabkan ketika upwelling adanya nutrient naik dari

dasar laut ke permukaan yang berarti banyak plankton ataupun makanan ikan

yang menarik ikan untuk mendekati daerah tersebut (Nurjaya, 2015).

Gambar 2. Proses upwelling di danau atau waduk

Namun berbeda halnya dengan budidaya ikan diwaduk dan di danau,

Ketika terjadi upwelling ikan didanau dan di waduk akan mati masal karena

6
Upwelling secara sederhana dapat diartikan sebagai fenomena naiknya air yang

berada di lapisan bawah atau dasar danau menuju ke permukaan.

Fenomena upwelling biasa terjadi pada saat musim penghujan, ketika cuaca

mendung yang berlangsung selama berhari-hari. Adanya hujan yang terjadi

secara terus-menerus dan tidak adanya penetrasi cahaya matahari akan

mengakibatkan suhu permukaan air menjadi lebih rendah, sehingga massa air di

bagian permukaan menjadi lebih berat dan tenggelam ke dasar perairan.

Kemudian air yang berada permukaan digantikan dengan air di bagian bawah

(lapisan anoksik/yang lebih hangat) naik ke atas dan membawa senyawa

beracun seperti hidrogen sulfida (H2S), gas metana, amonia (NH3), fosfin yang

beracun, serta oksigen rendah. Melalui proses inilah terjadinya peristiwa

pengadukkan massa air yang mengakibatkan berubahnya kualitas perairan

danau atau waduk. Proses upwelling dapat secara kuat mengubah kondisi fisika

dan kimia (contohnya seperti sebaran suhu, salinitas, kecerahan, komposisi

kimia air dan pencemaran perairan), termasuk juga mempengaruhi proses

biologi yang ada (contohnya seperti siklus bakteri adan fitoplankton) yang ada

di dalam perairan. Upwelling dengan proses perubahan massa air permukaan

akhirnya mengakibatkan terjadinya kematian massal pada ikan.

7
Gambar 3. Puluhan ikan di waduk mati akibat upwelling

2.3. Hubungan upwelling dengan daerah tangkapan ikan

Upwelling merupakan naiknya massa air dari lapisan bawah ke permukaan.

Proses upwelling ditandai dengan adanya angin yang berasal dari Timur yang

menyebabkan timbulnya kekosongan massa di sepanjang perairan, kemudian

digantikan oleh massa air laut dalam yang membawa kandungan nutrien lebih

tinggi. Upwelling juga dapat menurunkan temperatur, menaikkan nilai salinitas,

oksigen, klorofil, kandungan nutrien yang tinggi dan berbagai zat hara di daerah

sekitarnya yang diikuti pula oleh kelimpahan biomassa plankton dan ikan-ikan.

Upwelling menyebabkan perairan menjadi subur dan populasi ikan akan

meningkat. Jumlah tangkapan ikan di Perairan Indonesia pada musim-musim

tertentu mengalami peningkatan. Hal ini dapat disebabkan karena terjadi

upwelling di beberapa wilayah perairan Indonesia (Anggraeni et al., 2017).

Daerah upwelling mempunyai tingkat produktivitas primer yang tinggi

sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesuburan perairan. Daerah upwelling

merupakan lokasi perairan yang kaya akan pakan ikan, kandungan plankton di

lokasi upwelling umumnya tinggi karena itulah ikan kecil (juvenile) akan banyak

8
tinggal di daerah tersebut yang akan menarik ikan-ikan pemangsa (carnivora)

yang berukuran lebih besar untuk datang (Nurdin et al., 2018).

Pada Bulan April, upwelling di Indonesia timur mulai berkurang luasnya,

dan di selatan Jawa mulai muncul upwelling. Pada Bulan Agustus, upwelling di

perairan selatan Jawa meluas sampai perairan barat Sumatera yaitu Teluk Bayur.

Sementara upwelling di Indonesia timur, intensitasnya menjadi menguat. Pada

Bulan Oktober, upwelling dari selatan Jawa tetap muncul. Sementara upwelling di

barat Sumatera semakin meluas ke arah utara. Upwelling ini meluas dari perairan

sekitar Pulau Enggano, barat Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias

dan Pulau Simeulue. Sedangkan di Indonesia Timur keberadaan upwelling tetap

terlihat dengan nilai intensitas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Bulan

Agustus. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa potensi perikanan di

Indonesia memuncak pada bulan Agustus. dan, wilayah yang berpotensi tinggi

untuk perikanan tangkap adalah perairan Indonesia Timur. Hal ini sesuai

dengan fakta di lapangan. Dengan demikian pemodelan pola arus dapat dipakai

9
sebagai informasi awal dalam penentuan daerah potensi perikanan tangkap bagi

nelayan (Kkp.go.id).

Maka dari analisa tersebut dapat kita tarik sebuah kesimpulan apabila ada

daerah upwelling maka daerah tangkapan ikan memiliki ikan yang lebih banyak

ikan, upwelling biasanya terjadi di sepanjang pesisir barat dari sebuah benua dan

terpengaruh oleh adanya arus laut global.

2.4. Hubungan upwelling dengan penangkapan ikan dan alat tangkap ikan

Zona Potensial Penangkapan Ikan (fishing ground) adalah lokasi tempat ikan

banyak berkumpul dimana tempat tersebut dapat dilakukan penangkapan. ZPPI

dipengaruhi oleh parameter oseanografi salah satunya SPL dan sebaran klorofi-

a diperairan, distribusi dan kelimpahan sumberdaya hayati disuatu perairan,

tidak terlepas dari kondisi dan variasi parameter oseanografi. Penentuan daerah

penangkapan ikan dapat didekati dengan mencari indikator-indikator

oseanografi yang mempengaruhi daerah penangkapan ikan di suatu wilayah

perairan, salah satunya adalah upwelling (Munthe, 2018).

Kejadian upwelling pada suatu perairan dapat diidentifikasi dengan melihat

berbagai indikator seperti suhu yang lebih rendah dari sekitranya, salinitas,

nutrien, dan klorofil-a yang secara umum lebih tinggi dari daerah sekitarnya (Ika

et al., 2017). Tingginya kandungan fitoplankton yang merupakan pangkal utama

dari rantai makanan maka pada daerah ini biasannya dikenal sebagai daerah

yang memiliki potensi penangkapan ikan yang tinggi.

10
Upwelling menyebabkan kesuburan perairan meningkat, sehingga daerah

ini menjadi feeding ground yang menyebabkan ikan akan berkumpul di wilayah

ini untuk mencari makan. Pendangkalan termoklin sekitar 60 meter pada saat

upwelling diperkirakan menjadi salah satu faktor meningkatnya jumlah ikan

pelagis yang tertangkap dengan alat tangkap long line. Terjadinya pendangkalan

termoklin menyebabkan fishing layer tuna mata besar semakin naik, dan jumlah

mata pancing long line akan lebih banyak penetrasi sampai ke kedalaman fishing

layer dari ikan, sehingga peluang ikan tertangkap akan lebih tinggi (Gaol &

Nurjaya, 2015).

Gambar. 3. Alat tangkap long line


Sumber : kkp.go.id

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka didapat kesimpulan

sebagai berikut :

1. Upwelling berkaitan erat dengan habitat ikan karena apabila terjadi upwelling

disuatu perairan maka ikan-ikan akan berpindah ke daerah upwelling

tersebut dan meninggalkan habitat awalnya yang dikatakan kurang akan

pakannya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku ikan biasanya disaat

upwelling banyak ikan yang bereproduksi dan memijah.

2. Hubungan upwelling dengan jumlah tangkapan ikan sangat erat, Ketika

upwelling terjadi akan mempengaruhi jumlah tangkapan ikan menjadi lebih

banyak, karena ikan-ikan akan berkumpul didaerah upwelling.

3. Daerah upwelling merupakan daerah tangkapan ikan yang memiliki lebih

banyak ikan, upwelling biasanya terjadi di sepanjang pesisir barat dari

sebuah benua dan terpengaruh oleh adanya arus laut global.

4. Upwelling menyebabkan kesuburan perairan meningkat, sehingga daerah ini

menjadi feeding ground yang menyebabkan ikan akan berkumpul di wilayah

ini untuk mencari makan. Alat tangkap yang biasa digunakan untuk

menangkap ikan didaerah upwelling biasanya adalah long line.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R. I., Rahyono, R., & Widagdo, S. (2017). Hubungan upwelling


dengan jumlah tangkapan ikan cakalang pada musim timur di Perairan
Tamperan, Pacitan. Seminar Nasional Kelautan XII.

Gaol, J.L. dan Nurjaya, I.W. 2015. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kondisi
Oseanografi dan Laju Tangkap Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di
Samudera Hindia Bagian Timur. Simposium Pengelolaan Perikanan Tuna
Berkelanjutan Bali, 10-11 Desember 2014. VI 96-104.

Ika, P. I., Sukmono, A., & Putra, W. A. (2017). Analisis Pola Sebaran Area
Upwelling Menggunakan Parameter Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a,
Angin dan Arus Secara Temporal Tahun 2003-2016. Jurnal Geodesi
Universitas Diponegoro.

Munthe, M. G., Jaya, Y. V., & Putra, R. D. (2018). Pemetaan Zona Potensial
Penangkapan Ikan Berdasarkan Citra Satelit Aqua/Terra Modis di
Perairan Selatan Pulau Jawa. Dinamika Maritim, 7(1), 39-42.

Nurdin, E., Panggabean, A. S., & Restiangsih, Y. H. (2018). Pengaruh parameter


oseanografi terhadap hasil tangkapan armada tonda di sekitar rumpon di
Palabuhanratu. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 24(2), 117-128.

Nurrachmi, I., Amin, B., Siregar, S. H., & Galib, M. (2021). Plankton Community
Structure and Water Environment Conditions in The Pelintung Industry
Area, Dumai. Journal of Coastal and Ocean Sciences, 2(1), 15-27.

Pratama, I., & Khakhim, N. (2014). Aplikasi Penginderaan Jauh Multitemporal


untuk Monitoring Kejadian Upwelling di Perairan Bagian Selatan Pulau
Jawa-Laut Timor. Jurnal Bumi Indonesia, 3(3).

Purba N.P. dan Pranowo W.S. 2015. Dinamika Oseanografi. Bandung:


Universitas Padjajaran. ISBN: 978-602-0810-20-1.

Rahmawitri, H., Atmadipoera, A. S., & Sukoraharjo, S. S. (2016). Pola Sirkulasi


Dan Variabilitas Arus Di Perairan Selat Sunda. Jurnal Kelautan
Nasional, 11(3), 141-157.

Ridha, Urfan, M.R. Muskananfoia dan A. Hartoko. 2013. Analisa Sebaran


Tangkapan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Berdasarkan Data Satelit

13
Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-a Di Perairan Selat Bali. Diponegoro
Journal of Maquares. Vol 2 No. 4: 53 – 60.

Setyohadi, D. 2011. Pola Distribusi Suhu Permukaan Laut Dihubungkan dengan


Kepadatan dan Sebaran Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) Hasil
Tangkapan Purse Seine di Selat Bali. J-PAL, Vol.1, No. 2: 72 – 78.

Wardhani, M. K. (2011). Kawasan konservasi mangrove: suatu potensi


ekowisata. Jurnal Kelautan: Indonesian Journal of Marine Science and
Technology, 4(1), 60-76.

Yoga R.B., Setyono H. dan Harsono G. 2014. Dinamika Upwelling dan


Downwelling Berdasarkan Variabilitas Suhu Permukaan Laut dan
Klorofil-a di Perairan Selatan Jawa. Jurnal Oseanografi. 3(1):57-66.

14

Anda mungkin juga menyukai