DISUSUN OLEH:
SARISTIANI L1A020020
PURWOKERTO
2022
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rida
Tidak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Arif
Mahdiana, M.Si yang yang telah membimbing dan membantu kami dalam
kepada teman-teman yang telah membantu baik secara moral maupun material
ikan, jumlah tangkapan ikan, dan alat tangkap ikan yang cocok digunakan saat
upwelling.
makalah yang disusun. Oleh karena itu penulis mohon maaf atas kesalahan
tersebut. Kritik dan saran dari pembaca senantiasa ditunggu oleh penulis guna
iii
BAB I
PENDAHULUAN
upwelling dan arlindo. Upwelling terjadi ketika massa air naik dari lapisan bawah
Proses ini membawa perairan menjadi lebih subur, sebagai dasar dalam rantai
makanan Di sisi lain, terjadi pula Arlindo (Arus Lintas Indonesia), yaitu arus
yang membawa massa air dingin bergerak dari wilayah lintang tinggi (kutub
utara) menuju equator. Arus ini banyak mensuplai nutrien yang kaya akan
ikan-ikan kecil, hingga ikan besar. Termasuk pula mamalia laut, seperti paus dan
Upwelling adalah pergerakan massa air bersuhu dingin dan kaya nutrisi dari
dengan konsentrasi tinggi nutrisi seperti nitrat dan fosfat ke permukaan laut.
Perairan yang kaya nutrisi ini menjadi pendorong bagi pertumbuhan plankton
ganggang mikroskopis di area lautan ini membentuk dasar bagi jaring makanan
1
pada ekosistem di daerah tersebut yang selanjutnya meningkatkan populasi
Upwelling biasanya terjadi di sepanjang pesisir barat dari sebuah benua dan
terpengaruh oleh adanya arus laut global. Terdapat lima arus laut utama yang
terkait dengan adanya area-area upwelling, yaitu: Arus Canary (lepas pantai
Afrika Barat Laut), Arus Benguela (lepas selatan Afrika), Arus California (lepas
California dan Oregon), Arus Humboldt (lepas Peru dan Chile), dan Arus Somali
adalah angin, gaya Coriolis, dan Transport Ekman. Bumi berotasi pada porosnya
dari barat ke timur. Karena rotasi bumi, angin cenderung membelok ke kanan di
belahan bumi utara dan kiri di belahan bumi selatan yang dikenal sebagai gaya
pergerakan air laut di permukaan mengarah 90° ke kanan arah pergerakan angin
di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi selatan (Pratama dan
Khakhim, 2014).
2
4. Bagimanakah hubungan upwelling dengan penangkapan ikan dan alat
tangkap?
1.3 Tujuan
tangkap.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Daerah upwelling merupakan lokasi perairan yang kaya akan pakan ikan,
kandungan plankton di lokasi upwelling umumnya tinggi karena itulah ikan kecil
(juvenile) akan banyak tinggal di daerah tersebut yang akan menarik ikan-
ikan pemangsa (carnivora) yang berukuran lebih besar. Daerah Upwelling kaya
akan pakan ikan karena memang menyebabkan naiknya nutrien dari lapisan
bawah ke permukaan, nutrien dan cahaya di perairan yang cukup akan memicu
terjadinya ledakan populasi fitoplankton atau yang disebut blooming algae (Yoga,
2014).
4
pakannya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku ikan karena biasanya disaat
2015).
bahwa ikan lemuru (lemuru) yang banyak ditemukan di Selat Bali sangat
Setyohadi (2011) menyebutkan bahwa selain suhu optimum, yang lebih berperan
Berdasarkan hal tersebut, maka ikan lemuru lebih menyukai daerah dengan
ini menjadi feeding ground yang menyebabkan ikan akan berkumpul di wilayah
ini untuk mencari makan Hal ini menjadikan terjadinya pendangkalan termoklin
yang menyebabkan fishing layer tuna mata besar semakin naik, dan jumlah mata
pancing long line akan lebih banyak penetrasi sampai ke kedalaman fishing layer
5
dari ikan, sehingga peluang ikan tertangkap akan lebih tinggi (Gaol & Nurjaya,
2015).
Salah satu sumber devisa negara Indonesia dari sektor perikanan adalah hasil
Maka dari hal tersebut hubungan upwelling dengan jumlah tangkapan ikan
upwelling tersebut hal ini disebabkan ketika upwelling adanya nutrient naik dari
dasar laut ke permukaan yang berarti banyak plankton ataupun makanan ikan
Ketika terjadi upwelling ikan didanau dan di waduk akan mati masal karena
6
Upwelling secara sederhana dapat diartikan sebagai fenomena naiknya air yang
Fenomena upwelling biasa terjadi pada saat musim penghujan, ketika cuaca
mengakibatkan suhu permukaan air menjadi lebih rendah, sehingga massa air di
Kemudian air yang berada permukaan digantikan dengan air di bagian bawah
beracun seperti hidrogen sulfida (H2S), gas metana, amonia (NH3), fosfin yang
danau atau waduk. Proses upwelling dapat secara kuat mengubah kondisi fisika
biologi yang ada (contohnya seperti siklus bakteri adan fitoplankton) yang ada
7
Gambar 3. Puluhan ikan di waduk mati akibat upwelling
Proses upwelling ditandai dengan adanya angin yang berasal dari Timur yang
digantikan oleh massa air laut dalam yang membawa kandungan nutrien lebih
oksigen, klorofil, kandungan nutrien yang tinggi dan berbagai zat hara di daerah
sekitarnya yang diikuti pula oleh kelimpahan biomassa plankton dan ikan-ikan.
merupakan lokasi perairan yang kaya akan pakan ikan, kandungan plankton di
lokasi upwelling umumnya tinggi karena itulah ikan kecil (juvenile) akan banyak
8
tinggal di daerah tersebut yang akan menarik ikan-ikan pemangsa (carnivora)
dan di selatan Jawa mulai muncul upwelling. Pada Bulan Agustus, upwelling di
perairan selatan Jawa meluas sampai perairan barat Sumatera yaitu Teluk Bayur.
Bulan Oktober, upwelling dari selatan Jawa tetap muncul. Sementara upwelling di
barat Sumatera semakin meluas ke arah utara. Upwelling ini meluas dari perairan
sekitar Pulau Enggano, barat Kepulauan Mentawai, Kepulauan Batu, Pulau Nias
terlihat dengan nilai intensitas yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Bulan
Indonesia memuncak pada bulan Agustus. dan, wilayah yang berpotensi tinggi
untuk perikanan tangkap adalah perairan Indonesia Timur. Hal ini sesuai
dengan fakta di lapangan. Dengan demikian pemodelan pola arus dapat dipakai
9
sebagai informasi awal dalam penentuan daerah potensi perikanan tangkap bagi
nelayan (Kkp.go.id).
Maka dari analisa tersebut dapat kita tarik sebuah kesimpulan apabila ada
daerah upwelling maka daerah tangkapan ikan memiliki ikan yang lebih banyak
ikan, upwelling biasanya terjadi di sepanjang pesisir barat dari sebuah benua dan
2.4. Hubungan upwelling dengan penangkapan ikan dan alat tangkap ikan
Zona Potensial Penangkapan Ikan (fishing ground) adalah lokasi tempat ikan
dipengaruhi oleh parameter oseanografi salah satunya SPL dan sebaran klorofi-
tidak terlepas dari kondisi dan variasi parameter oseanografi. Penentuan daerah
berbagai indikator seperti suhu yang lebih rendah dari sekitranya, salinitas,
nutrien, dan klorofil-a yang secara umum lebih tinggi dari daerah sekitarnya (Ika
dari rantai makanan maka pada daerah ini biasannya dikenal sebagai daerah
10
Upwelling menyebabkan kesuburan perairan meningkat, sehingga daerah
ini menjadi feeding ground yang menyebabkan ikan akan berkumpul di wilayah
ini untuk mencari makan. Pendangkalan termoklin sekitar 60 meter pada saat
pelagis yang tertangkap dengan alat tangkap long line. Terjadinya pendangkalan
termoklin menyebabkan fishing layer tuna mata besar semakin naik, dan jumlah
mata pancing long line akan lebih banyak penetrasi sampai ke kedalaman fishing
layer dari ikan, sehingga peluang ikan tertangkap akan lebih tinggi (Gaol &
Nurjaya, 2015).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
sebagai berikut :
1. Upwelling berkaitan erat dengan habitat ikan karena apabila terjadi upwelling
pakannya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku ikan biasanya disaat
ini untuk mencari makan. Alat tangkap yang biasa digunakan untuk
12
DAFTAR PUSTAKA
Gaol, J.L. dan Nurjaya, I.W. 2015. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kondisi
Oseanografi dan Laju Tangkap Tuna Mata Besar (Thunnus obesus) di
Samudera Hindia Bagian Timur. Simposium Pengelolaan Perikanan Tuna
Berkelanjutan Bali, 10-11 Desember 2014. VI 96-104.
Ika, P. I., Sukmono, A., & Putra, W. A. (2017). Analisis Pola Sebaran Area
Upwelling Menggunakan Parameter Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a,
Angin dan Arus Secara Temporal Tahun 2003-2016. Jurnal Geodesi
Universitas Diponegoro.
Munthe, M. G., Jaya, Y. V., & Putra, R. D. (2018). Pemetaan Zona Potensial
Penangkapan Ikan Berdasarkan Citra Satelit Aqua/Terra Modis di
Perairan Selatan Pulau Jawa. Dinamika Maritim, 7(1), 39-42.
Nurrachmi, I., Amin, B., Siregar, S. H., & Galib, M. (2021). Plankton Community
Structure and Water Environment Conditions in The Pelintung Industry
Area, Dumai. Journal of Coastal and Ocean Sciences, 2(1), 15-27.
13
Suhu Permukaan Laut Dan Klorofil-a Di Perairan Selat Bali. Diponegoro
Journal of Maquares. Vol 2 No. 4: 53 – 60.
14