Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PROFIL LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH


PROVINSI DKI JAKARTA

A. Sejarah Laboratorium Kesehatan Daerah Prov. DKI Jakarta


1. Berdirinya Labkesda DKI Jakarta
Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta pada awalnya merupakan Laboratorium
Pengawasan Doping Jakarta (Jakarta Doping Control Laboratory) yang didirikan untuk
menunjang program pengembangan dan pembinaan prestasi olahraga di indonesia dan
membantu Komisi Anti Doping Indonesia dalam memutuskan keabsahan prestasi seorang
atlet, menegakkan Fair play serta melindungi kesehatan atlet. Pada tanggal 30 Agustus
1996 Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak Surjadi
Sudirja meresmikan Laboratorium Pengawasan Doping Jakarta dibawah pembinaan DR.
Ray Kazlaukas (ASDTL, Sydney, Australia). Tugas Laboratorium Pengawasan Doping
Jakarta yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 685 tahun
1997 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Laboratorium Pengawasan Doping DKI Jakarta
yang pertama kali adalah pemeriksaan sampel doping atlet Pekan Olah Raga Nasional ke
XIV 9-25 September 1996 di Jakarta sebanyak 1135 sampel.
Pada saat itu Laboratorium Pengawasan Doping Jakarta yang dilengkapi dengan
peralatan canggih serta sumber daya manusia yang handal merupakan satu-satunya
laboratorium di Indonesia yang memiliki kemampuan khusus dalam memeriksa seorang
atlet yang baru selesai mengikuti nomor final suatu kejuaraan cabang olahraga atau pada
saat pelatihan, apakah menggunakan obat atau minuman yang bersifat doping, sehingga
pemeriksaan laboratorium hanya untuk masyarakat olahraga. Pada tahun 2002
dikembangkan menjadi Laboratorium Kesehatan Daerah yang merupakan Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta berdasarkan Keputusa Gubernur Provinsi
DKI Jakarta No. 106 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit.
Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tertanggal 6
Agustus 2002 sehingga layanan laboratorium tidak hanya doping tetapi juga layanan
pemeriksaan analisis laboratorium napza, obat, makanan dan minuman, toksikologi, kimia
air, hematologi dan patologi klinik.
Pada tahun 2009 dilaksanakan perampingan struktur organisasi Laboratorium
Kesehatan DKI Jakarta berdasarkan Perda DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang
Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 139 Tahun
2010 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Laboratorium Kesehatan Daerah
tertanggal 19 Juli 2010.

2. Akreditasi Laboratorium
Dalam rangka mewujudkan praktik profesional yang baik dalam pelaksanaan
pemeriksaan laboratorium sehingga seluruh hasil kerjanya terjamin mutunya dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta mengutamakan kepuasan pelanggan, Laboratorium Kesehatan
DKI Jakarta mengimplementasikan ISO/IEC 17025:2005 dengan Sertifikat Akreditasi nomor.
LP-157-IDN sejak tanggal 6 November Tahun 2002.
Akreditasi Laboratorium lain yang telah diperoleh Akreditasi Laboratorium Lingkungan
dari SARPEDAL-BPLHD dan OHSAS 18001, akreditasi sedang dalam proses antara lain
Akreditasi Laboratorium Doping dari World Anti-Doping Agency, ISO 15189.
Untuk selalu menjamin mutu pemeriksaan laboratorium, Laboratorium Kesehatan DKI
Jakarta ikut serta dalam Proficiency Test dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), Program
Nasional Pemantapan Mutu Eksternal dari DEPKESRI, BPOM, AUSTOX Urine Toxicology
Proficiency Programmer.

3. Dasar Hukum
Adapun Dasar Hukum dari Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah
:
a. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 tahun 2016 Tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta.
b. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 278 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
c. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor. 383 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Laboratorium Kesehatan Daerah.
d. Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 312/2012 Tentang Penetapan Laboratorium
Kesehatan Daerah Sebagai Unit Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang
Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah Secara Penuh.
e. Keputusan Menkes RI Nomor 194/MENKES/SK/VI/2012 Tentang Penunjukan
Laboratorium Pemeriksaan Narkotika dan Psikotropika.

4. Visi dan Misi


a. Visi
Adapun Visi dari Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah :
“Laboratorium Terpercaya Berkualitas Internasional”
b. Misi
Adapun Misi dari Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah :
1) Meningkatkan Kualitas SDM sesuai perkembangan IPTEK.
2) Meningkatkan Mutu Pengujian yang Cepat dan Akurat.
3) Meningkatkan Sarana Prasarana Laboratorium Sesuai perkembangan IPTEK.
4) Menciptakan Lingkungan Kerja yang Aman, Nyaman dan Harmonis.
5) Menjalin Kemitraan yang Profesional dengan Institusi Terkait dengan Masyarakat.

5. Kebijakan Mutu Labkesda DKI Jakarta


Adapun Kebijakan Mutu dari Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi DKI Jakarta
adalah :
a. Praktik profesional yang baik dalam pelaksanaan pengujian sehingga seluruh hasil
kerjanya dapat dipertangungjawabkan.
b. Mengutamakan kepuasan pelanggan dan pemakai jasa lainya dengan memberikan
pelayanan jasa laboratorium yang bermutu tinggi sesuai dengan standar ISO
17025:2005.
c. Pekerjaan dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi selalu mendapatkan
pelatihan yang diperlukan dan bebas dari tekanan komersial serta memahami
dokumentasi mutu.

B. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 383 Tahun 2016 tentang
Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Laboratorium Kesehatan Daerah Jakarta. Berikut
ini adalah gambar struktur organisasi Labkesda DKI Jakarta :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

C. Sumber Daya Manusia dan Fasilitas


Sumber Daya Manusia yang berada di Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta
berjumlah 67 orang, yang terdiri dari :
1. Kepala LABKESDA berjumlah 1 orang.
2. Tata Usaha berjumlah 29 orang.
3. Kimia Doping berjumlah 18 orang.
4. Kesehatan Masyarakat berjumlah 19 orang.

Fasilitas yang dimiliki Laboratorium Kesehatan Daerah DKI Jakarta antara lain :
1. Ruang Kepala Labkesda
2. Ruang Tata Usaha
3. Ruang Staf
4. Loket Penerimaan Sampel
5. Laboratorium Kimia Doping
6. Laboratorium Kimia Air
7. Laboratorium Toksikologi
8. Laboratorium Mikrobiologi
9. Laboratorium NAPZA
10. Laboratorium Obat, Makanan dan Minuman
11. Lift Orang
12. Lift Barang
13. Tangga Darurat
14. Pos satpam
15. Tempat Parkir
16. Mushollah
17. Kamar Mandi

D. Kegiatan Lembaga
1. Laboratorium Kesehatan Masyarakat
a. Laboratorium Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi bertujuan untuk menguji dalam makanan, minuman air,
produk kosmetik, suplemen, obat tradisional dan PKRT, serta mutu obat yang dilakukan
dengan cara pengujian potensi atau aktivitas dari antibiotik. Dilakukan juga
pemeriksaan penunjang penyakit epidemik seperti diare dan keracunan makanan.
b. Laboratorium Kimia Air
Laboratorium kimia air bertujuan untuk pemeriksaan air bersih, air minum, air
buangan (air limbah), air kolam renang, air sungai, air pemandian umum dan air murni.
Contoh pemeriksaannya yaitu pemeriksaan kadar zat organik, pemeriksaan kadar
fluoride dan pemeriksaan kadar sulfat.

2. Laboratorium Epidemologi
Laboratorium epidermiologi saat ini masih berkembang di Labkesda, laboratorium
ini menguji specimen yang berkaitan pada diagnosis, pemulihan dan pencegahan berbagai
jenis penyakit diantara lain merupakan pemeriksaan morfologis, serologis, hematologis,
imunologis, parasitologis dan pemeriksaan laboratorium lainnya. Secara umum,
pemeriksaan suatu penyakit dideteksi berdasarkan perubahan berbagai jenis proses
biokimia yang berlangsung didalam tubuh pasien. Sampel yang umumnya digunakan untuk
pemeriksaan di laboratorium ini adalah cairan tubuh seperti urine dan darah.

3. Laboratorium pemeriksaan Doping dan Kimia


a. Laboratorium Pemeriksaan Doping
1) Pemeriksaan Doping
Doping adalah bahan-bahan kimia maupun alami yang memperbaiki kondisi
fisik dan psikologi atlet sebelum atau selama pertandingan yang memberikan efek
merugikan bagi para atlet. Salah satu jenis pemeriksaannya yaitu pemeriksaan
glucocorticosteroids.
2) Pemeriksaan NAPZA
Tujuan dari pemeriksaan NAPZA adalah untuk mendeteksi adanya zat
narkotika atau psikotropika dan zat aditif lainnya yang terkadung dalam cairan
tubuh dengan mengutamakan kecepatan dan keakuratan yang didukung pelayanan
yang ramah dan efesien. Contoh pemeriksannya yaitu pemeriksaan amphetamine
dan pemeriksaan cannabis.
b. Laboratorium Toksikologi
Indonesia aturan untuk registrasi bahan baru sebelum dipakai secara komersil
dituangkan dalam bentuk Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 472 Tahun 1996
tentang aturan untuk Registrasi B3. Ilmu toksikologi dibutuhkan untuk melakukan uji
toksisitas bahan baku sebelum beredar dimasyarakat. Uji toksisitas dilakukan untuk
mengidentifikasi zat beracun dan bahaya. Salah satu pemeriksaannya adalah
pemeriksaan timbal dalam darah.
4. Laboratorium Obat dan Makanan
Bahan tambahan makanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033
Tahun 2012 adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat
atau bentuk pangan. Standar kualitas bahan tambahan merupakan persyaratan yang harus
dipenuhi dan tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 033 Tahun 2012.
Contoh pemeriksaannya yaitu pemeriksaan zat pewarna, pemeriksaan zat pengawet, dan
pemeriksaan formalin.

Anda mungkin juga menyukai