47
48
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, lebar aktual loading point terlebar terdapat
pada fleet unit PC 400-EX 260. Perbandingan lebar working loading point
minimum Backhoe PC 400 pada Lampiran O, dapat disimpulkan bahwa
penambangan pada front tambang Muara Tiga Besar Utara termasuk luas dan
hanya saja pada operasi fleet unit PC 400-EX 258 lebar loading point nya sempit
sehingga tidak termasuk kriteria dalam lebar working loading point minimum.
Pada kegiatan penggalian batubara, pengamatan dilakukan pada 6 unit
Backhoe Komatsu PC 400 yang bekerja secara bergantian dan tiap fleet nya PC
400 melayani sebanyak 5-6 unit Dump Truck dengan menerapkan sistem sewa
alat per jam terhadap unit Backhoe Komatsu PC 400. Alur kegiatan penambangan
batubara diawali pada penggalian dan pemuatan material batubara menggunakan
alat Backhoe Komatsu PC 400 sedangkan Dump Truck Hino 500 untuk
pengangkutan batubara yang akan dibawa ke Stockpile dengan jarak angkut 1800
m dan ke Coal Handling Facility (CHF2) dengan jarak angkut 3200 m.
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui jam ketersediaan alat pada bulan Januari
dan Februari total hours tertinggi terdapat pada alat Dump Truck Hino 500
dengan total hours sebesar 44.483,02 jam sedangkan total hours terendah terdapat
pada alat PC 400 dengan total hours sebesar 5.208 jam. Total hours didapatkan
dari penjumlahan waktu alat mekanis yang digunakan untuk bekerja (working
hours), jam perawatan alat (repairs hours) dan waktu saat alat siap untuk bekerja
tetapi tidak beroperasi (stand by hours). Waktu stand by hours alat akan
mempengaruhi ketercapaian dan keefektifan kerja dari suatu alat. Menurut Tabel
di atas waktu stand by hours alat PC 400 dan Dump Truck Hino 500 terdapat
adanya kecenderungan penurunan, adapun stand by hours Backhoe pada bulan
50
Januari sebesar 3.536,97 jam dan pada bulan Februari sebesar 2.654,07 jam
sedangkan stand by hours Dump Truck pada bulan Januari sebesar 16.417,72 jam
dan pada bulan Februari sebesar 2.569,24 jam.
Salah satu yang menyebabkan penurunan stand by hours adalah banyaknya
kehilangan waktu (lost time) alat sewaktu beroperasi di front penambangan,
semakin banyak waktu lost time alat semakin tinggi pula waktu stand by hours
nya dan begitu pula sebaliknya. Jam ketersediaan alat tersebut maka selanjutnya
akan dilakukan perhitungan Mechanical Availability (MA), Physical Availability
(PA), Use of Availability (UA) dan Effective Utilization (EU) untuk mengetahui
persentase ketersediaan alat (Availabilty). Persentase ketersediaan alat
(Availabilty) pada alat pemuatan (loading) dan pengangkutan (hauling) batubara
di tambang Muara Tiga Besar Utara dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan rincian
perhitungannya tercantum pada Lampiran T.
Tabel 4.3 Availabilty Bulan Januari dan Februari
Alat MA (%) PA (%) UA (%) EU (%)
Januari Februari Januari Februari Januari Februari Januari Februari
PC 83,38 82,32 93,26 91,33 36,28 44,20 33,83 40,37
400
DT 92,27 87,26 95,44 91,53 61,33 63,41 58,53 58,04
500
Produksi Backhoe
Produktivitas Realisasi =
Jam Jalan Backhoe
52
Dari Tabel 4.4 di atas, didapatkan perhitungan produktivitas coal getting sebagai
berikut :
69.216,264 ton
Produktivitas PC 400-EX 251 Bulan Januari = = 273,58 ton/jam
253 jam
36.992,48 ton
Produktivitas PC 400-EX 261 Bulan Februari = = 244,98 ton/jam
151 jam
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, diketahui produktivitas realisasi tertinggi
pada bulan Januari dan Februari terdapat pada unit PC 400-EX 251 dengan
produktivitas sebesar 306 ton/jam sedangkan produktivitas realisasi terendah
terdapat pada unit PC 400-EX 261 dengan produktivitas sebesar 244,98 ton/jam.
Pada bulan Februari terjadi peningkatan produktivitas yakni pada tipe unit PC
400-EX 251 dan PC 400-EX 251. Produktivitas tiap Backhoe mempunyai
perbedaan masing-masing, hal ini tergantung dari besaran produksi dan jam jalan
dari alat Backhoe tersebut. Besaran jam jalan alat dipengaruhi oleh hambatan-
hambatan kerja seketika alat beroperasi di front penambangan, dari hambatan
tersebut timbul kehilangan waktu (lost time) alat yang menyebabkan rendah dan
tingginya jam jalan suatu alat mekanis yang akan berdampak pada
produktivitasnya. Hasil perhitungan di atas didapatkanlah produktivitas rata-rata
Backhoe PC 400 pada bulan Januari sebesar 281,37 ton/jam dan pada bulan
Februari sebesar 343,12 ton/jam.
53
yang umumnya terjadi dilapangan, yakni kinerja operator, kondisi front kerja dan
jalan angkut.
Kinerja operator yang lamban seketika mengoperasikan alat akan
menimbulkan waktu sia-sia yang berdampak pada nilai waktu siklus (cycle time)
alat semakin besar. Kemudian kondisi front kerja dan jalan angkut yang tidak
sesuai akan menghambat kegiatan penambangan menjadi terganggu, sehingga
berdampak pada ketidakefektifan kerja alat yang sebagaimana mestinya bisa
seoptimal mungkin dalam mencapai siklus waktu kerjanya dan besaran nilai cycle
time nya pun meningkat karena adanya hambatan tersebut.
4.1.2 Biaya Sewa Alat Backhoe PC 400
Berdasarkan perjanjian kontrak antara PT Bukit Asam Tbk dengan PT
Pamapersada Nusantara dalam rencana kerja kontraktor paket 10-200.R2 telah
ditetapkan bahwa pembayaran sewa alat periode bulan Januari dan Februari 2018
alat Backhoe Komatsu PC 400 adalah dengan sistem sewa yaitu sebesar Rp
1.091.000/jam.
4.1.2.1 Jam Jalan Backhoe PC 400
Jam jalan diperhitungkan dalam perhitungan pembiayaan sewa alat setiap
jam operasinya. Jam jalan aktual alat berat didapatkan dari jam jalan alat berat
yang berdasarkan perjanjian pekerjaan sewa menyewa alat berat.
A. Jam Jalan Rencana Kerja Kontraktor
Berdasarkan rencana kerja kontraktor paket 10-200.R2 yang telah ditetapkan
PT Bukit Asam Tbk dengan PT Pamapersada Nusantara jam jalan untuk setiap
Backhoe Komatsu PC 400 dalam kegiatan pemuatan (loading) batubara untuk
periode Januari 2018 sebesar 266 jam dan Februari 2018 sebesar 273 jam.
B. Jam Jalan Realisasi
Jam jalan realisasi alat didapatkan dari jam jalan alat (hours meter). Hours
meter diperoleh dengan melihat hours meter awal dan hours meter akhir dari
alat PC 400 tersebut sehingga diketahui jam jalan/operasi alat yang terpakai,
jam jalan realisasi pada bulan Januari dan Februari dapat dilihat pada
Tabel 4.6 sebagai berikut.
56
Tabel 4.6 Jam Jalan Realisasi PC 400 Bulan Januari dan Februari
Jam Jalan
Unit PC
Januari Februari
EX 251 253 228
EX 256 250 292
EX 257 369 286
EX 258 213 292
EX 260 204 262
EX 261 190 151
Total 1.479 1.356
Total rata-rata 246,5 226
Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui jam jalan realisasi tertinggi PC 400 bulan
Januari dan Februari terdapat pada unit PC EX-257 yakni 369 jam dan terendah
terdapat pada unit PC-EX 261 yakni 151 jam. Total rata-rata yang didapatkan
jam jalan Backhoe pada bulan Januari sebesar 246,5 jam dan pada bulan
Februari sebesar 226 jam.
C. Jam Jalan Teoritis
Perhitungan jam jalan teoritis Backhoe diperlukan data produksi realisasi
Backhoe yang tercantum pada Lampiran H dan hasil perhitungan produktivitas
teoritis yang telah diperhitungkan pada Tabel 4.5. Sehingga perhitungan jam
jalan teoritis dapat menggunakan persamaan sebagai berikut :
Produksi Realisasi Backhoe
Jam Jalan Teoritis =
Produktivitas Teoritis
Adapun perhitungan jam jalan teoritis Backhoe dapat dilihat pada Tabel
4.7 sebagai berikut.
Tabel 4.7 Jam Jalan Teoritis Backhoe
Produksi Realisasi Produktivitas
Jam Jalan Teoritis
Unit PC (Ton) Teoritis
Januari Februari (Ton/Jam) Januari Februari
EX 251 69.216,264 69.963,25 297,39 232,76 235,26
EX 256 66.044,520 83.278,02 280,04 235,84 297,37
EX 257 105.116,860 79.720,60 312,11 336,8 255,42
EX 258 63.302,40 85.203,67 301,09 210,24 282,98
EX 260 58.955,170 69.674,11 281,79 209,22 247,25
EX 261 53.082,40 36.992,48 283,66 187,13 130,41
Total 1.411,99 1.448,69
Total rata-rata 235,33 241,45
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, diketahui jam jalan teoritis tertinggi bulan
Januari dan Februari terdapat pada unit PC EX-257 dengan jam jalan alat
57
sebesar 336,8 jam dan yang terendah terdapat pada unit PC EX-261 dengan
jam jalan alat sebesar 130,41 jam. Hasil perhitungan total keseluruhan jam
jalan alat teoritis pada bulan Januari sebesar 1.411,99 jam dan 1.448,69 jam
pada bulan Februari.
4.1.2.2 Biaya Sewa Alat Rencana Kerja Kontraktor
Perhitungan biaya sewa alat coal getting berdasarkan rencana kerja
kontraktor yaitu dengan perkalian dari jam jalan rencana kerja kontraktor alat coal
getting (Lampiran N) yakni periode bulan Januari sebesar 266 jam dan Februari
sebesar 273 jam dengan biaya sewa alat Backhoe PC 400 yakni Rp 1.091.000/jam
yang telah ditetapkan dalam perjanjian antara PT Bukit Asam Tbk dengan
kontraktor PT Pamapersada Nusantara sebanyak 6 unit Backhoe Komatsu PC 400
yang beroperasi.
Tabel 4.8 Biaya Sewa Alat Rencana Kerja Kontraktor
Jam Jalan Rencana Biaya Sewa Rencana
Unit Alat
Januari Februari Januari Februari
PC 400 266 273 Rp 290.206.000,00 Rp 297.843.000,00
Total Biaya Rp 1.741.236.000,00 Rp 1.787.058.000,00
Total Rata-Rata Biaya Rp 290.206.000,00 Rp 297.843.000,00
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, diketahui biaya sewa alat rencana kerja
kontraktor yang harus dikeluarkan pada setiap unit Backhoe nya pada bulan
Januari sebesar Rp 290.206.000,00 dan pada bulan Februari sebesar Rp
297.843.000,00. Total biaya sewa alat coal getting yang dikeluarkan dari semua
unit Backhoe yang dipakai berdasarkan rencana kerja kontraktor pada bulan
Januari sebesar Rp 1.741.236.000,00 dan pada bulan Februari sebesar Rp
1.787.058.000,00.
4.1.2.3 Biaya Sewa Alat Realisasi
Perhitungan biaya sewa alat realisasi coal getting yaitu dengan perkalian
dari jam jalan realisasi tiap alat Backhoe (Lampiran J) dengan biaya sewa yang
ditetapkan yakni Rp 1.091.000/jam.
Adapun perhitungan biaya sewa alat realisasi dapat dilihat pada Tabel 4.9
sebagai berikut.
58
Berdasarkan Tabel 4.9, diketahui biaya sewa alat coal getting terbesar yang
harus dikeluarkan pada bulan Januari dan Februari pada setiap unit Backhoe nya
yakni terdapat pada unit PC EX-257 dengan biaya sebesar Rp 402.579.000,00
sedangkan biaya yang terkecil terdapat pada unit PC EX-260 dengan biaya
sebesar Rp 116.737.000,00. Total biaya sewa alat coal getting yang dikeluarkan
perusahaan untuk semua unit alat Backhoe PC 400 pada bulan Januari sebesar Rp
1.631.589.000,00 dan bulan Februari sebesar Rp 1.515.396.000,00. Besaran biaya
sewa alat realisasi coal getting yang dikeluarkan perusahaan tergantung jam jalan
Backhoe, semakin tinggi jam jalan Backhoe semakin besar pula biaya sewa alat
yang harus dikeluarkan.
4.1.2.4 Biaya Sewa Alat Teoritis
Perhitungan biaya sewa alat berdasarkan teoritis yaitu dari perkalian jam
jalan teoritis alat yang telah diperhitungkan sebelumnya yang terdapat pada Tabel
4.7 dengan biaya sewa yang ditetapkan dalam perjanjian antara PT Bukit Asam
Tbk dengan kontraktor PT Pamapersada Nusantara yakni Rp 1.091.000/jam.
Adapun biaya sewa alat teoritisnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 sebagai berikut.
Tabel 4.10 Biaya Sewa Alat Teoritis
Jam Jalan
Biaya Sewa Alat Teoritis
Unit PC Teoritis
Januari Februari Januari Februari
EX 251 232,76 235,26 Rp 253.941.160,00 Rp 256.668.660,00
EX 256 235,84 297,37 Rp 257.301.440,00 Rp 324.430.670,00
EX 257 336,8 255,42 Rp 367.448.800,00 Rp 278.663.220,00
EX 258 210,24 282,98 Rp 229.371.840,00 Rp 308.731.180,00
EX 260 209,22 247,25 Rp 228.259.020,00 Rp 269.749.750,00
EX 261 187,13 130,41 Rp 204.158.830,00 Rp 142.277.310,00
Total Biaya Rp 1.508.481.090,00 Rp 1.580.520.790,00
59
Jam Jalan
Unit Biaya Sewa Alat Teoritis
Teoritis
PC
Januari Februari Januari Februari
Total Rata-Rata Biaya Rp 256.746.848,00 Rp 263.420.132,00
Berdasarkan Tabel 4.10, diketahui biaya sewa alat teoritis terbesar yang
harus dikeluarkan pada bulan Januari dan Februari terdapat pada unit PC-EX 257
dengan biaya sebesar Rp 367.448.800,00 sedangkan biaya yang terkecil terdapat
pada unit PC-EX 261 dengan biaya sebesar Rp 142.277.310,00. Total biaya sewa
alat berdasarkan teoritis yang harus dikeluarkan dari semua unit Backhoe maka
besar biaya sewa alat coal getting PC 400 pada bulan Januari dengan biaya
sebesar Rp 1.508.481.090,00 dan pada bulan Februari dengan biaya sebesar Rp
1.580.520.790,00.
4.1.2.5 Selisih Biaya Sewa Alat Backhoe PC 400
Analisis perhitungan selisih biaya sewa alat dilakukan untuk mengetahui
berapa besar selisih biaya sewa alat yang dikeluarkan, lalu dibandingkan apakah
biaya sewa alat berdasarkan rencana kontraktor lebih menguntungkan
dibandingkan perhitungan berdasarkan sewa teoritis.
A. Selisih Biaya Bulan Januari
Langkah awal perhitungan selisih biaya sewa alat terlebih dahulu dilakukan
perbandingan biaya sewa alatnya yang telah diperhitungkan sebelumnya yakni
biaya sewa rencana, biaya sewa aktual dan biaya sewa teoritis. Rincian biaya
sewa alat tiap unit Backhoe pada bulan Januari dapat dilihat pada Tabel 4.11
sebagai berikut.
Tabel 4.11 Perbandingan Biaya Sewa Alat Bulan Januari
Unit PC Sewa Rencana Sewa Realisasi Sewa Teoritis
EX 251 Rp 290.206.000,00 Rp 276.023.000,00 Rp 253.941.160,00
EX 256 Rp 290.206.000,00 Rp 272.750.000,00 Rp 257.301.440,00
EX 257 Rp 290.206.000,00 Rp 402.579.000,00 Rp 367.448.800,00
EX 258 Rp 290.206.000,00 Rp 232.383.000,00 Rp 229.371.840,00
EX 260 Rp 290.206.000,00 Rp 222.564.000,00 Rp 228.259.020,00
EX 261 Rp 290.206.000,00 Rp 207.290.000,00 Rp 204.158.830,00
Total Rp 1.741.236.000,00 Rp 1.631.589.000,00 Rp 1.508.481.090,00
Berdasarkan Tabel 4.11, dapat dianalisis selisih biaya sewa alat realisasi
dengan biaya sewa alat rencana kerja kontraktor pada bulan Januari serta
60
selisih biaya sewa alat teoritis dengan biaya sewa alat realisasi dengan
perhitungan sebagai berikut :
Selisih Biaya Sewa Rencana = Biaya Sewa Rencana - Biaya Sewa Realisasi
Selisih Biaya Sewa Teoritis = Biaya Sewa Teoritis - Biaya Sewa Realisasi
Adapun selisih biaya sewa alat Backhoe PC 400 dapat dilihat pada Tabel 4.12
sebagai berikut.
Tabel 4.12 Selisih Biaya Sewa Alat Bulan Januari
PC UNIT Selisih Biaya Rencana dengan Realisasi Selisih Biaya Teoritis dengan Realisasi
EX 251 +Rp 14.183.000,00 -Rp 22.081.840,00
EX 256 +Rp 17.456.000,00 -Rp 15.448.560,00
EX 257 -Rp 112.373.000,00 -Rp 35.130.200,00
EX 258 +Rp 57.823.000,00 -Rp 3.011.160,00
EX 260 +Rp 67.642.000,00 +Rp 5.695.020,00
EX 261 +Rp 82.916.000,00 -Rp 3.131.170,00
Total +Rp 127.647.000,00 -Rp 73.107.910,00
Dari Tabel 4.12, terlihat bahwa bulan Januari selisih biaya sewa alat menurut
teoritis dengan biaya sewa realisasi dari 6 unit Backhoe PC 400 bernilai
negatif, artinya berdasarkan analisis teoritis PT Bukit Asam Tbk memiliki
biaya yang sia-sia atau kerugian biaya sewa alat sebesar Rp 73.107.910,00.
Selanjutnya berdasarkan perbandingan biaya sewa alat menurut rencana kerja
kontraktor pada bulan Januari selisih biaya yang dikeluarkan oleh PT Bukit
Asam Tbk bernilai positif yaitu +Rp 127.647.000,00 artinya biaya sewa
realisasi yang dibayar oleh PT Bukit Asam Tbk dibawah dari nilai biaya sewa
sesuai rencana kerja kontraktor dan memiliki nilai sisa yaitu sebesar Rp
127.647.000,00.
Berdasarkan analisis perhitungan selisih biaya sewa alat coal getting pada
bulan Januari dapat disimpulkan bahwa untuk biaya sewa alat rencana
kontraktor lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan selisih biaya
sewa teoritis. Jika menerapkan biaya sewa alat sesuai rencana kerja kontraktor
maka PT Bukit Asam Tbk memiliki nilai sisa dan keuntungan sebesar
Rp 127.647.000,00.
B. Selisih Biaya Bulan Februari
Langkah awal perhitungan selisih biaya sewa alat terlebih dahulu dilakukan
perbandingan biaya sewa alatnya yang telah diperhitungkan sebelumnya yakni
61
biaya sewa rencana, biaya sewa aktual dan biaya sewa teoritis. Rincian biaya
sewa alat tiap unit Backhoe pada bulan Januari dapat dilihat pada Tabel 4.13
sebagai berikut.
Tabel 4.13 Perbandingan Biaya Sewa Alat Bulan Februari
Unit PC Sewa Rencana Sewa Realisasi Sewa Teoritis
EX 251 Rp 297.843.000,00 Rp 284.748.000,00 Rp 256.668.660,00
EX 256 Rp 297.843.000,00 Rp 318.572.000,00 Rp 324.430.670,00
EX 257 Rp 297.843.000,00 Rp 312.026.000,00 Rp 278.663.220,00
EX 258 Rp 297.843.000,00 Rp 318.572.000,00 Rp 308.731.180,00
EX 260 Rp 297.843.000,00 Rp 116.737.000,00 Rp 269.749.750,00
EX 261 Rp 297.843.000,00 Rp 164.741.000,00 Rp 142.227.310,00
Total Rp 1.787.058.00,00 Rp 1.515.396.000,00 Rp 1.580.520.790,00
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas, dapat dianalisis selisih biaya sewa alat realisasi
dengan biaya sewa alat rencana kerja kontraktor pada bulan Februari serta
selisih biaya sewa alat teoritis dengan biaya sewa alat realisasi dengan
perhitungan sebagai berikut :
Selisih Biaya Sewa Rencana = Biaya Sewa Rencana - Biaya Sewa Realisasi
Selisih Biaya Sewa Teoritis = Biaya Sewa Teoritis - Biaya Sewa Realisasi
Adapun selisih biaya sewa alat Backhoe PC 400 dapat dilihat pada Tabel 4.14
sebagai berikut.
Tabel 4.14 Selisih Biaya Sewa Alat Bulan Februari
PC UNIT Selisih Biaya Rencana dengan Aktual Selisih Biaya Teoritis dengan Aktual
EX 251 +Rp 13.095.000,00 +Rp 28.079.340,00
EX 256 -Rp 20.729.000,00 +Rp 5.858.670,00
EX 257 -Rp 14.183.000,00 -Rp 33.362.780,00
EX 258 -Rp 20.729.000,00 -Rp 9.840.820,00
EX 260 +Rp 181.106.000,00 +Rp 153.012.750,00
EX 261 +Rp 133.102.000,00 -Rp 22.463.690,00
Total +Rp 271.662.000,00 +Rp 74.965.610,00
Dari Tabel 4.14, terlihat bahwa bulan Februari 2018 selisih biaya sewa alat
menurut teoritis dengan biaya sewa realisasi dari 6 unit PC 400 bernilai
positif, artinya berdasarkan analisis teoritis PT Bukit Asam Tbk memiliki nilai
sisa biaya sewa alat Backhoe PC 400 yaitu sebesar Rp 74.965.610,00.
Selanjutnya berdasarkan perbandingan biaya sewa alat menurut rencana kerja
kontraktor pada bulan Februari 2018 untuk 6 fleet yang dilayani oleh Backhoe
Komatsu PC 400 selisih biaya yang dikeluarkan oleh PT Bukit Asam Tbk
bernilai positif yaitu +Rp 271.662.000,00 artinya biaya sewa realisasi yang
62
dibayar oleh PT Bukit Asam Tbk dibawah dari nilai biaya sewa sesuai rencana
kerja kontraktor dan memiliki nilai sisa yaitu sebesar Rp 271.662.000,00.
Berdasarkan analisis perhitungan selisih biaya sewa alat pada bulan Februari di
atas dapat disimpulkan bahwa untuk biaya sewa alat rencana kontraktor lebih
menguntungkan apabila dibandingkan dengan selisih biaya sewa teoritis.
Apabila menerapkan biaya sewa alat sesuai rencana kerja kontraktor maka PT
Bukit Asam Tbk memiliki nilai sisa dan keuntungan sebesar Rp
271.662.000,00.
Berdasarkan Tabel 4.15, bahwa pada bulan Januari tidak terjadi efisiensi
biaya sewa alat. Jika melihat hasil dari perbandingan persentase biaya sewa
realisasi dengan produksinya, nilai efisiensinya 91,17 % - 93,70 % = - 2,53 %.
Artinya terdapat biaya sewa alat yang sia-sia sebesar 2,53 % dari persentasi
produksi. Beda halnya jika melihat hasil dari perbandingan persentase biaya sewa
teoritis dengan produksinya, nilai efisiensinya 91,17 % - 86,63 % = 4,54 %
63
artinya terdapat efisiensi biaya sewa alat yang sesuai dengan persentase produksi
sebesar 4,54 %. Apabila diperhitungkan pencapaian nilai efisiensi biaya (R/C
Ratio) dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
TR
(R/C Ratio) =
TC
91,17 %
=
93,70 %
0,92
= = 0,98 atau < 1 (lebih kecil dari satu)
0,94
Nilai R/C Ratio pada bulan Januari tergolong belum efisien dan penggunaan
biayanya tidak menguntungkan.
4.2.2 Efisiensi Biaya Sewa Alat Bulan Februari 2018
Langkah awal menghitung efisiensi biaya sewa alat Backhoe ialah dari total
nilai persentase produksi realisasi dibandingkan dengan total persentase biaya
sewa alat realisasi begitu juga dengan biaya sewa teoritisnya. Rincian produksi
batubara setiap PC dapat dilihat di Lampiran H. Adapun perbandingan persentase
produksi dan biaya sewa alat dapat dilihat pada Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Perbandingan Persentase Produksi dan Biaya Sewa Alat
% Produksi % Sewa Realisasi % Sewa Teoritis
Unit PC
dari Target dari Rencana dari Rencana
EX 251 89,70 % 95,60 % 86,18%
EX 256 106,77 % 106,96 % 108,93%
EX 257 102,21 % 104,76 % 93,56%
EX 258 109,24 % 106,96 % 103,66%
EX 260 89,33 % 39.19 % 90,57%
EX 261 47,43 % 55,31 % 47,77%
Total 90,77 % 84,80% 88,44%
Berdasarkan Tabel 4.16, bahwa pada bulan Februari terjadi efisiensi biaya
sewa alat. Jika melihat hasil dari perbandingan persentase biaya sewa realisasi
dengan produksinya, nilai efisiensinya 90,77 % - 84,80 % = + 5,97 %. Artinya
bulan Februari terjadi efisiensi biaya sebesar 5,97 %. Sama halnya jika melihat
hasil dari perbandingan persentase biaya sewa teoritis dengan produksinya, nilai
efisiensinya 90,77 % - 88,44 % = + 2,33 % artinya terdapat efisiensi biaya sewa
alat yang sesuai dengan persentase produksi sebesar 2,33 %. Apabila
64
96.00%
93.70%
94.00%
90.00%
88.44%
88.00%
86.63%
86.00% 84.80%
84.00%
82.00%
80.00%
% Produksi dari % Sewa Relisasi dari % Sewa Teoritis dari
Target Rencana Rencana
Januari Februari
Gambar 4.3 Persentase Produksi dan Biaya Sewa Alat Bulan Januari dan Februari
Berdasarkan Gambar 4.3, menjelaskan bahwa pada bulan Januari 2018
persentase produksi bernilai lebih kecil dibandingkan dengan persentase biaya
sewa alat dengan defisit - 2,53 %. Persentase biaya sewa yang lebih besar
65
melakukan komunikasi atau meminta data dengan checker, maka tindak lanjut
selanjutnya ialah mengidentifikasi penyebab dari ketidaktercapaian jumlah
ritase tiap jamnya dengan mengikuti alur form monitoring yang telah
disediakan.
7. Setelah diidentifikasi penyebab ketidaktercapaian jumlah ritase tiap jamnya
dan mengisi form monitoring, untuk mendapatkan solusi dari masalah jumlah
ritase yakni dengan melakukan koordinasi dengan GL (Group Leader) atau
pengawas lapangan dan memutuskan solusi cepat untuk masalah yang
menghambat jumlah ritase pengangkutan batubara.
8. Penerapan sistem monitoring dilakukan hingga akhir shift. Adapun yang
melakukan sistem monitoring ritase ini adalah pengawas lapangan dan operator
yang bekerja pada masing-masing shift nya.
Pengecekan
Lapangan
Monitoring
Ritase
Minta Data
Koordinasi GL ke Cheker
Arsip
Data yang dibutuhkan untuk menghitung match factor yakni data cycle time
Backhoe (Lampiran E) dan cycle time Dump Truck (Lampiran F), kemudian data
jumlah pengisian vessel truck dan jumlah Dump Truck. Adapun perhitungan
match factor dapat dilihat pada Tabel 4.17.
Tabel 4.17 Perhitungan Match Factor
Fleet CT PC CT DT Jumlah Jumlah DT MF
Unit PC (Menit) (Menit) Pengisiian (n)
EX 251 0,41 16,55 9 5 1,11 (>1)
EX 256 0,43 33,18 9 5 0,58 (<1)
EX 257 0,38 24,08 9 6 0,85 (<1)
EX 258 0,4 21,13 9 6 1,02 (>1)
EX 260 0,43 42,19 9 5 0,46 (<1)
EX 261 0,43 37,56 9 5 0,52 (<1)
Dari Tabel 4.17 di atas, didapatkan perhitungan match factor alat sebagai berikut :
0,41 x 9 x 5
Match Factor Unit PC EX 251 =
16,55 x 1
= 1,11
Berdasarkan Tabel 4.17 di atas, didapatkan match factor alat rata-rata nilai
nya kurang dari < 1. Hal tersebut menandakan jika MF < 1, artinya jumlah alat
angkut kurang dan akibatnya alat muat menunggu. Nilai rata-rata MF < 1, maka
perlu diperbaiki guna memaksimalkan kerja dari Backhoe agar tidak ada waktu
tunggu saat beroperasi dan bisa menekan biaya sewa alat Backhoe agar nantinya
tidak biaya sewa alat yang dikeluarkan sia-sia.
4.3.2 Pengamatan Ritase Alat Angkut Batubara
Pengamatan ritase alat angkut batubara dilakukan pada shift II dimana jam
kerjanya yaitu dari jam 07.00 pagi sampai jam 14.00 sore dengan jam istirahat
lebih kurang satu jam, artinya pada shift II ada 6 jam kerja efektif. Berikut
pengamatan jumlah ritase alat angkut Shift II pada 6 unit Fleet Backhoe PC 400.
Rincian pengamatan ritase setiap jamnya tercantum pada Lampiran L dan total
ritase perjam nya pada setiap pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18 Total Ritase Pengamatan
Pengamatan Hari ke Total Ritase
1 182
2 207
3 212
4 231
68
5-6 unit Dump Truck, artinya dalam 1 jam maka bisa menghasilkan 10-12 ritase
setiap jamnya. Hasil perbandingan ritase pengamatan terhadap teoritis waktu edar
tidak adanya kesesuaian, yang mana total ritase pengamatan hanya menghasilkan
6 ritase/jam yang seharusnya dengan waktu edar teoritis yang ada ritase
pengangkutan batubara tiap jamnya bisa mencapai 10-12 ritase.
4.4 Penyebab Ritase Alat Rendah dan Perbaikan Kerja Alat Guna
Meningkatkan Ritase
Pembahasan ini menjelaskan tentang penyebab rendahnya ritase alat angkut
batubara berdasarkan pengamatan di front penambangan dan pada dasarnya alat
Backhoe PC 400 tidak bisa bekerja selama 1 jam penuh. Berdasarkan data
pengamatan lost time alat dilapangan alat muat hanya mampu bekerja efektif
sebesar 43,8 menit artinya dalam 1 jam lost time alat PC 400 sekitar 16,20 menit
itu artinya tidak ada kesesuaian kerja antara alat muat dan alat angkut sewaktu
beroperasi. Rincian lost time Backhoe terdapat pada Lampiran S.
4.4.1 Penyebab Ritase Alat Angkut Rendah
Penyebab rendahnya ritase alat angkut akan berdampak pada produktivitas
alat coal getting. Ritase per jam yang rendah tentu disebabkan oleh faktor-faktor
penghalang. Penyebab rendahnya ritase alat angkut tersebut ialah sebagai berikut :
4.4.1.1 Pemilahan Batupack
Adanya material batupack akan memberikan masalah pada saat penggalian
batubara. Saat alat coal getting bekerja di front, operator alat dituntut untuk
memilah batubara yang diinginkan sehingga sewaktu memilah batubara operator
juga dituntut untuk memilah material batupack, karena batupack memiliki
kenampakan yang sama secara kasat mata dengan batubara. Apabila operator
kebanyakan memilah material batupack maka waktu untuk melakukan loading
batubara pun akan terhambat dan banyak kehilangan waktu, otomatis muatan
batubara yang nanti nya akan dimuati ke alat Dump Truck akan terganggu dan
ritase perjam nya pun akan terganggu oleh pemilahan batupack.
Potensi batupack pada lapisan batubara A1 berada pada sekitar 1 meter dari
base batubara, sedangkan batupack pada lapisan batubara A2 berada pada top
70
lapisan batubara, kemudian untuk batubara B berada pada sekitar 1 meter dari
base batubara. Antisipasi untuk mencegah adanya pemilahan batupack perlunya
adanya kinerja optimal dari alat PC 200 dalam cleaning batupack agar nantinya
kerja alat PC 400 sewaktu loading batubara tidak terganggu karena adanya
pemilahan material batupack.
produktivitas alat semakin tinggi. Rata-rata waktu edar alat angkut Dump Truck
hino 500 dari front ke stockpile ataupun ke CHF2 adalah 29,12 menit, jika kondisi
jalan angkut ideal untuk semua segmen maka jumlah ritase akan bertambah dan
produktivitas alat semakin tinggi. Terdapat beberapa segmen jalan angkut dari
front penambangan hingga stockpile ataupun ke CHF2 yang tidak sesuai
ketentuan.
1. Lebar Jalan Angkut Minimum
Perhitungan lebar jalan angkut minimum yang dilalui oleh alat angkut harus
berdasarkan ukuran alat angkut yang melewati pada jalan tersebut sehingga
jalan angkut dapat menampung alat angkut yang melintas di atasnya untuk itu
alat angkut yang digunakan adalah Dump Truck hino 500 yang dipakai untuk
pengangkutan batubara.
a. Lebar Jalan Angkut Pada Jalan Lurus
Lebar jalan minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau lebih pada jalan
lurus dengan rumus persamaan sebagai berikut.
Jenis alat angkut lebar minimum dimiliki oleh hino 500 dengan lebar 2,5 m
dan jumlah jalur jalan sebanyak 2. Oleh karena itu, lebar jalan angkut pada
jalan lurus sebesar :
L = n × Wt + (n + 1) (0,5 × Wt)
L = 2 x 2,5 m + (2+1) (0,5 x 2,5)
= 8,75 m
b. Lebar Jalan Angkut Pada Tikungan
Lebar jalan angkut minimum pada tikungan selalu lebih besar dari pada
jalan angkut pada jalan lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung
lebar jalan angkut minimum pada belokan adalah rumus persamaan sebagai
berikut.
Berdasarkan spesifikasi Dump Truck hino 500 pada Lampiran B, dapat
dihitung lebar jalan minimum pada tikungan adalah sebagai berikut :
Fa = 1,28 x sin 340 = 0,72
Fb = 1,98 x sin 340 = 1,11
n =2
72
U = 2,05
C=Z
(U Fa Fb)
CZ
2
(2,05 0,72 1,11)
CZ
2
= 1.94 m
W = n ( U + Fa + Fb + Z ) + C
W = 2 (2,05 + 0,72 + 1,11 + 1,94) + 1.94
= 13,58 m
Lebar jalan minimum pada tikungan ialah 13,58 m, lebar ini tidak termasuk
lebar parit atau drainase air.
2. Kemiringan Jalan Angkut
Berdasarkan data kemiringan jalan angkut menggunakan peta jalan angkut dari
pihak kontraktor PT Pamapersada Nusantara masih didapatkannya grade jalan
angkut yang tidak sesuai. PT Bukit Asam Tbk telah menetapkan batas grade
jalan angkut tidak boleh lebih dari 8%. Sehingga grade jalan yang dilalui oleh
alat angkut Dump Truck perlu diperbaiki guna menunjang laju alat angkut saat
hauling.
140
120
100
80
60
40
20
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S
Berdasarkan Gambar 4.6, dapat diketahui elevasi jalan angkut dari lokasi
front galian penambangan sampai lokasi dumping memiliki elevasi ketinggian
yang beragam. Sehingga grade jalannya pun bervariasi, ini tergantung dari
perbedaan antar elevasi tiap segmen jalan. Perbedaan elevasi yang jauh pada
setiap segmen jalan membuat persentase nilai grade jalannya pun tinggi. Adapun
nama jalan yang dilalui oleh setiap alat angkut Dump Truck adalah Jalan Anoa,
layout jalan angkut Anoa dapat dilihat pada Lampiran U.
Jalan angkut dari front ke stockpile dan CHF2 merupakan jalan tambang
yang dibuat dengan kontruksi tanah liat yang telah dipadatkan. Jarak
pengangkutan batubara yang dibawa oleh alat angkut ke Stockpile dengan jarak
angkut 1800 m dan ke Coal Handling Facility (CHF2) dengan jarak angkut 3200
m. Lebar, elevasi serta kemiringan jalan aktual pengangkutan batubara dari front
menuju stockpile dan coal handling facilty (CHF2) tercantum pada Lampiran R
sedangkan lebar jalan angkut di front penambangan yang memiliki lebar jalan
angkut yang tidak sesuai dapat dilihat pada Gambar 4.7 sebagai berikut.
Waktu antrian Dump Truck juga terdapat halangan dilokasi dumpingan CHF2.
Hal ini menunjukkan terdapat masalah pada saat Dump Truck ingin melakukan
loading di front dan dumping di CHF2.
Salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi pengangkutan setiap ritase
nya ialah waktu spotting Dump Truck yang relatif lama. Waktu spotting unit ini
yaitu waktu dimana alat angkut Dump Truck berputar melakukan manuver untuk
dimuat oleh alat muat. Kondisi front kerja mempengaruhi manuver alat angkut,
apabila kondisi tempat front untuk manuver alat angkut sempit maka waktu
spotting unit akan tinggi dan sebaliknya jika tempat front untuk manuver alat
angkut luas maka untuk waktu spotting unit akan rendah dan ritase setiap
pengangkutannya meningkat. Adapun antrian Dump Truck di front penambangan
dapat dilihat pada Gambar 4.9.
otomatis antrian Dump Truck akan menumpuk di CHF2 dan juga berdampak
terhadap alat coal getting yang bekerja di front. Apabila waktu halangan yang
cukup lama di CHF2 maka alat PC 400 akan mengantung dan secara otomatis jam
kerja efektif akan menurun dan produktivitas yang ditargetkan tidak tercapai.
A. Jam Halangan Operasi CHF2 Bulan Januari 2018
Rincian jam halangan operasi CHF2 selama bulan Januari tercantum pada
Lampiran I. Adapun deskripsi halangan operasi CHF2 dapat dilihat pada Tabel
4.20 sebagai berikut.
Tabel 4.20 Jam Halangan Operasi CHF2 Bulan Januari
Deskripsi Halangan Operasional Durasi (Jam) Persentase (%)
Halangan CHF2 90,10 52,38%
Deskripsi Halangan Operasional Durasi (Jam) Persentase (%)
Halangan Operasional Pama 12,17 7,07%
Hujan + Slippery 27,75 16,13%
Rawatan Terencana 42,00 24,42%
Total 172,02
Hujan + Slippery
7%
16%
Halangan CHF2
25%
Rawatan Terencana
Halangan Operasional
PAMA
52%
Menurut Gambar 4.10, terlihat halangan terbesar operasi produksi pada bulan
Januari 2018 disebabkan oleh halangan CHF2 dengan persentase sebesar 52,38
% dan halangan terkecil disebabkan oleh halangan operasional Pama dengan
persentase sebesar 7,07 %. Adapun durasi deskripsi halangan CHF2 pada bulan
Januari dapat dilihat pada Tabel 4.21.
Tabel 4.21 Durasi Halangan CHF2 Bulan Januari
Deskripsi Halangan CHF2 Durasi (Jam) Persentase (%)
Crusher fault 21,50 23,86
Halangan listrik 19,45 21,58
Pull cord 5,87 6,51
Motor fault 4,17 4,62
Pembersihan pully 2,58 2,86
Mekanik ganti roll 8,13 9,02
Belt alignment 5,75 6,38
Stock TLS2 penuh 2,20 2,44
High temperature 3,00 3,32
Block chote 2,65 2,94
lain-lain 14,80 16,42
Berdasarkan Tabel 4.21, durasi halangan terbesar CHF2 pada bulan Januari
disebabkan oleh crusher fault dengan durasi halangan selama 21,50 jam dan
durasi terkecil disebabkan oleh adanya stock TLS2 penuh dengan durasi selama
2,2 jam. Crusher fault merupakan sebuah material yang tersumbat akibat
karena penumpukan material batubara pada leher unit crusher yang biasanya
disebabkan karena ukuran material yang terlalu besar, material tidak pada
posisi yang sesuai dibukaan crusher, material yang saling beradu atau
berdempetan dan material yang terlalu keras biasanya disebabkan oleh
batupack. Jika terjadi crusher fault maka double roll crusher, reclaime feeder
dan belt conveyor akan diberhentikan sementara waktu agar batubara yang
masuk ke double roll crusher dapat tidak semakin menumpuk. Selanjutnya
deskripsi halangan seperti pull cord, motor fault, block chote merupakan
sebagian besar halangan yang terjadi umumnya disebabkan karena masalah
kelistrikan pada alat CHF2, sehingga pengoperasiannya pun terhambat karena
adanya halangan tersebut. Adapun grafik durasi halangan CHF2 dapat dilihat
pada Gambar 4.11.
78
Crusher Fault
Halangan Listrik
16%
24% Pull Cord
3% Motor Fault
3% Pembersihan Pully
2%
Mekanik ganti roll
6% Belt alignment
operasional pama dengan durasi selama 9,5 jam. Adapun grafik jam halangan
CHF2 bulan Februari dapat dilihat pada Gambar 4.12.
5% Hujan + Slippery
Halangan CHF2
31%
Rawatan Terencana
44%
Halangan Operasional
PAMA
20%
kriteria dalam lebar working loading point minimum. Kondisi loading point
mempengaruhi manuver alat angkut, apabila kondisi tempat front untuk manuver
alat angkut sempit maka waktu spotting unit akan tinggi dan sebaliknya jika
tempat front untuk manuver alat angkut luas maka untuk waktu spotting unit akan
rendah dan ritase setiap pengangkutannya pun meningkat. Lebar pada fleet unit
PC 400-EX 258 perlu diperbaiki agar memenuhi standar minimum lebar loading
point sebesar 20-30 m.
4.4.2.2 Perbaikan Lebar dan Grade Jalan Angkut
Perbaikan lebar dan grade jalan angkut dari front ke stockpile dan CHF2
adalah sebagai berikut :
A. Perbaikan Lebar Jalan Angkut pada Jalan Lurus dan Tikungan
Perbaikan lebar jalan angkut ini diharapkan akan mempermudah dan
mempersingkat waktu hauling alat angkut pada saat bermuatan ataupun pada
saat kosong. Lebar jalan yang sesuai maka setiap ritase alat angkut akan
berjalan sesuai dengan semestinya. Ketentuan lebar jalan angkut lurus yaitu
lebih dari 8,75 m dan lebar jalan angkut pada tikungan yaitu lebih dari 13,58
m. Tabel 4.23 dan Tabel 4.24 memperlihatkan perbaikan geometri lebar jalan
angkut.
Tabel 4.23 Perbaikan Lebar Jalan Angkut dari Front menuju Stockpile
Segmen Lebar Jalan Aktual Keterangan Kondisi Penambahan Lebar
(m) Jalan Jalan Jalan (m)
A-B 9,45 Lurus Ideal 0
B-C 9,89 Lurus Ideal 0
C-D 8,15 Tikungan Tidak Ideal 5,43
D-E 7,69 Lurus Tidak Ideal 1,06
E-F 8,85 Lurus Ideal 0
F-G 11,50 Tikungan Tidak Ideal 2,08
G-H 8,05 Lurus Tidak Ideal 0,7
H-I 10,35 Lurus Ideal 0
I-J 12,50 Tikungan Tidak Ideal 1,08
J-K 9,35 Lurus Ideal 0
Berdasarkan Tabel 4.23 di atas, diketahui pada jalan angkut dari front
penambangan menuju dumping stockpile ada tiga segmen jalan (tikungan) yang
tidak memenuhi lebar jalan angkut minimum yaitu pada segmen C-D, D-E, F-
G, G-H, I-J. Sehingga perlu dilakukan penambahan lebar jalan angkut pada
tikungan segmen jalan tersebut agar mencapai lebar minimumnya.
81
Tabel 4.24 Perbaikan Lebar Jalan Angkut dari Front menuju CHF2
Segmen Lebar Jalan Aktual Keterangan Kondisi Penambahan Lebar
(m) Jalan Jalan Jalan (m)
A-B 9,45 Lurus Ideal 0
B-C 9,89 Lurus Ideal 0
C-D 8,15 Tikungan Tidak Ideal 5,43
D-E 7,69 Lurus Tidak Ideal 1,06
E-F 8,85 Lurus Ideal 0
F-G 11,50 Tikungan Tidak Ideal 2,08
G-H 8,05 Lurus Tidak Ideal 0,7
H-I 10,35 Lurus Ideal 0
I-J 12,50 Tikungan Tidak Ideal 1,08
J-K 9,35 Lurus Ideal 0
K-L 11,15 Lurus Ideal 0
L-M 14,20 Tikungan Ideal 0
M-N 7,84 Lurus Tidak Ideal 0,91
N-O 9,50 Lurus Ideal 0
O-P 7,78 Lurus Tidak Ideal 0,97
P-Q 11,56 Tikungan Tidak Ideal 2,02
Q-R 10,23 Lurus Ideal 0
R-S 9,54 Lurus Ideal 0
Menurut Tabel 4.24, diketahui pada jalan Anoa dari front penambangan
menuju CHF2 ada delapan segmen jalan (tikungan) yang tidak memenuhi lebar
jalan angkut minimum. Sehingga alat angkut sering harus menunggu atau antri
karena ketidakleluasaan kerja yaitu pada segmen C-D, D-E, F-G, G-H, I-J, M-
N, O-P, dan segmen P-Q. Demikian perlu dilakukan penambahan lebar jalan
angkut pada tikungan tersebut agar mencapai lebar minimum jalan angkut.
B. Perbaikan Grade Jalan Angkut
PT Bukit Asam Tbk telah menetapkan batas grade jalan tidak boleh lebih dari
8%. Namun masih ada beberapa segmen jalan yang masih memiliki nilai grade
di atas 8 %, sehingga perlu dilakukan perubahan pada elevasinya agar nilai
grade sesuai dengan syarat yang ditetapkan. Perbaikan grade jalan angkut
dapat dilihat pada Tabel 4.25 sebagai berikut.
Tabel 4.25 Perbaikan Grade Jalan Angkut dari Front menuju Stockpile
Elevasi Lama Grade Lama Elevasi Baru Grade
Segmen Jarak Elevasi Elevasi (%) Elevasi Elevasi Baru
(∆x) Awal Akhir Awal Akhir (%)
A-B 112 34,3 40,2 5,27 34,3 5,27 5,27
B-C 46 40,2 46 12,61 40,2 42,85 5,77
C-D 130 46 50,65 3,58 46 50,65 3,58
D-E 321 50,65 75,31 7,68 50,65 75,31 7,68
E-F 364 75,31 87,5 3,35 75,31 87,5 3,35
F-G 249 87,5 83,25 -1,71 87,5 83,25 -1,71
82
Berdasarkan Tabel 4.25, diketahui Jalan Anoa dari front penambangan menuju
stockpile ada beberapa segmen jalan yang memiliki grade lebih dari 8% yakni
pada segmen B-C, I-J sehingga dilakukan perbaikan agar grade jalan tersebut
tidak melebihi 8 %.
Tabel 4.26 Perbaikan Grade Jalan Angkut dari Front menuju CHF2
Elevasi Lama Grade Lama Elevasi Baru Grade
Segmen Jarak Elevasi Elevasi (%) Elevasi Elevasi Baru
(∆x) Awal Akhir Awal Akhir (%)
A-B 112 34,3 40,2 5,27 34,3 40,2 5,27
B-C 46 40,2 46 12,61 40,2 42,85 5,77
C-D 130 46 50,65 3,58 46 50,65 3,58
D-E 321 50,65 75,31 7,68 50,65 75,31 7,68
E-F 364 75,31 87,5 3,35 75,31 87,5 3,35
F-G 249 87,5 83,25 -1,71 87,5 83,25 -1,71
G-H 90 83,25 83,54 0,32 83,25 83,54 0,32
H-I 188 83,54 90,24 3,56 83,54 90,24 3,56
I-J 125 90,24 103,46 10,58 90,24 98,5 6,61
J-K 175 103,46 104,11 0,37 103,46 104,11 0,37
K-L 400 104,11 130 6,47 104,11 130 6,47
L-M 59 130 129 -1,69 130 129 -1,69
M-N 92 129 128 -1,09 129 128 -1,09
N-O 200 128 110 -9,00 128 113 -,7,5
O-P 94 110 106 -4,26 110 106 -4,26
P-Q 152 106 101 -3,29 106 101 -3,29
Q-R 236 101 102,18 0,46 101 102,18 0,46
R-S 167 102,18 105 1,73 102,18 105 1,73
Berdasarkan Tabel 4.26, diketahui Jalan Anoa dari front penambangan menuju
CHF2 memiliki beberapa segmen jalan yang grade atau kemiringannya lebih
dari 8% yakni pada segmen B-C, I-J dan N-O. Oleh sebab itu dilakukan
perbaikan agar grade jalan tersebut sesuai ketetapan dan agar alat angkut dapat
bekerja secara efektif demi menjaga ketercapaian pengangkutan batubara oleh
alat Dump Truck setiap ritase nya.
83
140
120
100
80
60
40
20
0
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S
Dump Truck. Dari waktu kehilangan tersebut dapat ketahui berapa besar
perbaikan efektifitas kerja alat muat dan angkut tersebut dengan cara sebagai
berikut :
W
EU = x 100 %
W+S+R
2.013,58
Efektifitas Kerja Alat (EU) PC 400 = x 100 %
2.013,58 + 250 + 401,45
= 75,56 %
26.035,44
Efektifitas Kerja Alat (EU) DT 500 = x 100 %
26.035,44 + 5200 + 2.029,86
= 78,27 %
Perbaikan kehilangan waktu dilakukan untuk meningkatkan efektifitas kerja
alat muat dan angkut meningkat menjadi 75 % keatas sehingga manajemen
peralatannya menunjukkan kondisi bagus. Kondisi alat mekanis yang bagus akan
mendukung kinerja operasi alat mekanis, sehingga pencapaian pengangkutan
batubara setiap ritasenya akan optimal dan efektif.