Anda di halaman 1dari 6

PEMANFAATAN COAL BED METHANE UNTUK

PEMENUHAN ENERGI INDONESIA

18 November 2015 20:27 Diperbarui: 18 November 2015 20:33 1 3 1

Sampai saat ini, Indonesia masih mengalami kendala dalam memenuhi kebutuhan energinya.

Konsumsi energi yang selalu naik dari tahun ke tahun tidak diimbangi dengan supply energi yang

cukup. Sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam neraca energi Indonesia. Konsumsi energi yang

terus meningkat dapat dilihat pada grafik berikut.

1 Konsumsi Energi Final Indonesia menurut Sektor (Outlook Energi 2014)

Kondisi ini bertambah parah dengan tingginya ketergantungan terhadap energi fossil.

Ketergantungan terhadap energi fossil (hidrokarbon) terutama minyak sangatlah tinggi yaitu

sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18% dan batubara 30%) dari total konsumsi (Outlook Energi

2014) dan upaya untuk memanfaatkan energi baru terbarukan belum berjalan sesuai rencana. Bisa

dilihat pada grafik berikut.


2 Konsumsi Energi Final menurut Jenis Energi

Saat ini Indonesia sedang mengalami penurunan cadangan energi fossil yang terjadi secara terus

menerus serta masih minimnya penemuan cadangan baru semakin mempersulit kondisi Indonesia.

Ditambah lagi dengan keterbatasan infrastruktur energi yang menyebabkan masyarakat tidak

mendapatkan akses energi secara optimal. Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap

krisis global.

Jenis energi hidrokarbon dibagi menjadi 2, yaitu hidrokarbon konvensional dan hidrokarbon

unkonvensional. Sebagian besar energi hidrokarbon yang digunakan di Indonesia adalah

hidrokarbon konvensional. Hidrokarbon konvensional adalah hidrokarbon yang telah bermigrasi

dari batuan induk dan terperangkap dalam suatu jebakan hidrokarbon. Sedangkan hidrokarbon

unkonvensional secara geologis masih terjebak dalam batuan asalnya. Beberapa literatur dan pakar

menyatakan bahwa potensi hidrokarbon unkonvensional ini lebih tinggi daripada hidrokarbon

konvensional. Namun dalam memanfaatkan hidrokarbon unkonvensional diperlukan teknologi

tinggi dan biaya yang mahal sehingga untuk saat ini menjadi kurang ekonomis.
Berbagai sumber menyatakan bahwa tingkat konsumsi energi di massa depan akan terus

meningkat sehingga dibutuhkan supply yang lebih besar pula. Salah satu sektor yang dapat

menjadi tambahan supply energi yang cukup besar di Indonesia adalah gas. Berdasarkan buku Peta

Jalan Gas Nasional yang diterbitkan oleh Kementrian ESDM, neraca gas Indonesia menunjukkan

grafik sebagai berikut.

3 Neraca Gas Indonesia

Grafik diatas menunjukkan bahwa konsumsi yang terus meningkat namun produksi terus menurun

sehingga diperlukan suatu solusi agar produksi dapat memenuhi tingginya kebutuhan. Salah satu

solusinya adalah dengan memanfaatkan unkonvensional hidrokarbon. Dalam hal ini khususnya

Coal Bed Methane (CBM).

Coal Bed Methane (CBM) adalah suatu bentuk natural gas yang diekstrak dari batubara.

Kandungan utama daam CBM tidak lain adalah gas methane, sedikit bercampur dengan gas

hidrokarbon dan nonhidrokarbon serta air. CBM terbentuk bersama air, nitrogen dan
karbondioksida ketika material organic tertimbun dan berubah menjadi batubara karena panas dan

proses kimia selama waktu geologi yang sering disebut dengan coalification. Jumlah kandungan

CBM dalam lapisan batubara sangat tergantung pada kedalaman dan kualitas batubara. Semakin

dalam lapisan batubara tertimbun maka tekanan formasi akan semakin besar maka semakin tinggi

nilai energy dari batubara tersebut dan semakin banyak pula kandungan CBM.

Indonesia memiliki potensi CBM yang cukup besar, menurut konsultan energy Advance

Resources International pada 2003 bahwa Indonesia memiliki 11 cekungan CBM. Berikut ini

adalah persebaran potensi CBM di Indonesia dalam satuan TSCF (trillion standard cubic feet).

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Advances Resources International pada tahun 2003

cadangan CBM Indonesia merupakan yang terbesar ke 6 di dunia.

4 Cadangan CBM Indonesia

Satu micro-particle coal ketika dibuka menjadi lembaran-lembaran luasnya bisa mencapai satu

lapangan sepakbola. Sehingga tidak mengherankan jika suatu lapangan CBM yang kecil dapat

memiliki cadangan yang relative besar.


5 Ilustrasi CBM

Rencana pengembangan CBM telah ada di Indonesia dan saat ini sedang dilakukan. Regulasi yang

mengatur tentang hidrokarbon unkonvensional telah dibuat sejak tahun 1998. Gambaran garis

besar kegiatan yang telah, sedang dan akan dilakukan dalam upaya pemanfaat CBM adalah sebagai

berikut.
6. Road Map Pemanfaatan CBM Indonesia

Tahun 2015, seharusnya Indonesia telah mampu memproduksi 500 MMSCFD CBM. Namun

kenyataannya hingga saa ini Indonesia baru bisa memproduksi CBM sebesar 0,5 MMSCFD. Tentu

saja hal ini menunjukkan adanya jarak antara keadaan sebenarnya dengan keadaan ideal yang

diinginkan untuk pengembangan dan pemanfaatan CBM.

Maka dari itu artikel ini akan mencoba memetakan tantangan yang dihadapi dan rekomendasi

untuk mempercepat dan meningkatkan pemanfaatan CBM di Indonesia.

Kelangkaan pada peralatan penunjangan operasi

Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Susilo Siswoutomo,

mengatakan bahwa kelangkaan pada peralatan penunjang operasi merupakan hambatan utama

pengembangan CBM. Contohnya rig sederhana yang dilakukan dalam pengeboran CBM langka.

Sebagai salah satu langkah solusinya, balitbang ESDM menargetkan produksi 20 rig sederhana

tiap tahunnya. Nantinya rig sederhana ini akan digunakan untuk pemboran CBM. Kementrian

perindustrian harus bisa mendorong industry-industri dalam negeri untuk ikut membantu

kemajuan dalam pemanfaatan sumber energi nonkonvensional satu ini.

Anda mungkin juga menyukai