Anda di halaman 1dari 30

BAB IV

HASIL

A. Gambaran Lokasi Penelitian

1. Gambaran umum

Perusahaan pada tahun 1968 dengan nama aneka karya merupakan

perusahaan perseorangan milik bapak H.M.Husnun H.S. Ketika itu Aneka

Karya masih sejenis industri kecil dengan kegiatan meliputi pengecoran

awal, penanganan perantara serta usaha-usaha kecil lainnya. Di samping

itu produksinya masih berupa wajan atau tempat penggorengan, kerekan

sumur, komponen mesin jahit dan produk lainnya. Pada perintisan awal ini

seluruh permodalan masih dibiayai oleh bapak H.M. Husnun H.S dan

masih menerapkan teknologi pengecoran sederhana seperti dapur tangki.

Pengadaan bahan bakunya masih local serta hasil produksinya masih

sempit.

Mulai tanggal 22 maret 1973 perusahaan berubah bentuk menjadi

persekutuan komanditer (CV), dengan akta notaries No.50/22/3/1973

dihadapan notaris R. Sugono Notodisuryo,D.H, saat itu perusahaan sudah

mengkhususkan diri untuk memproduksi barang-barang berskala besar.

Pemimpin perusahaan ini merasa bahwa untuk dapat bersaing dengan

perusahaan lainnya, CV Aneka Karya harus meningkatkan kualitas

produksinya sehingga jumlah permintaan dapat meningkat.


CV Aneka Karya mendapat bimbingan terkait dari MIDC (Metal

Industri Development Centre) dan departemen perindustrian. Mulai tahun

1982 proses peleburan besi dilakukan dengan menggunalkan dapur

kapola.sedangkan untuk kebutuhan permodalan CV Aneka Karya

mendapat bantuan dari Bank Bumi Daya cabang surakarta. Perusahaan ini

untukmendapatkan kepercayaan dalam mengejar tender maka perusahaan

harus memperoleh pinjaman untuk memperkuat kedudukan perusahaan.

Maka pada tanggal 23 desember 1980 perusahaan ini diubah bentuknya

menjadi Perseroan Terbatas (PT) dengan akta notary Subekti, SH dengan

nama PT Aneka Karya. Selanjutnya perusahaan ini mengalami

peningkatan permintaan terus menerus sehingga perusahaan menjadi sulit

mengimbanginnya. Untuk mengatasihal tersebut maka perusahaan

mendirikan PT Aneka Karya Unit II yang diresmikan oleh Dirjen Industri

Kecil Departemen Perindustrian pada tanggal 28 Juni 1986 sehingga

perusahaan menjadi PT Aneka Karya Unit I dan Unit II.

Pada tahun 1992 pemerintah mengeluarkan peraturan bahwa badan

usaha perseroan harus memiliki lebih dari 3 kata, maka atas keputusan itu

nama perusahaan menjadi PT Aneka Adhilogam Karya pada pertengahan

bulan April 1994. Pada tahun ini juga perusahaan mulai menerapkan

teknologi peleburan Induction Furnace dengan kapasitas 1,1

ton/tungku/jam dan perusahaan ini memiliki dua unit tungku peleburan.

Mula tahun 1996 perusahaan ini mengikuti perkembangan Industri

nasional dengan memproduksi otomatif yang merupakan program

42
nasional. produk baru yang dibuat adalah pelekracing dan blok mesin

dengan adanya produk itu perusahaan mengekspansikan perusahaan

menjadi III Unit dan PT Aneka Adhilogam Karya mendapat standar

produksi ISO 9000 dan penghargaan dari pemerintah.

2. Jenis produk dan pemasarannya

Jenis produk yang dihasilkan di PT Aneka Adhilogam Karya

mempunyai variasi jenis yang beraneka ragam, tetapi tetap dalam batasan

benda-benda cor dengan spesifikasi sambungan pipa. Jenis produksi yang

dihasilkan antara lain;

a. Collar f. Box Street k. Coupling universal

b. Flage Socket g. Reducer l. DLL

c. Flage Spigot h. Tee

d. AllFlange Tae i. Bend

e. allSocket Tae j. Gibauk joint

produk tersebut diproduksi dalam berbagai ukuran sesuai dengan

pemesanan. pemesanan produknya selain menerima order atau pesanan

dalam negeri juga mengeksport ke berbagai negara seperti malaysia,

singapore, filipina dan korea.

3. Proses produksi

Proses produksi pengecoran logam di perusahaan iniakan

dijelaskan melalui beberapa tahapan proses. Berikut ini akan dijelaskan

tahapan-tahapan proses produksi:

43
a. Pembuatan cetakan

1) Bahan baku cetakan antara lain:

a) Pasir silika dan pasir kwarsa, syarat pasir yang digunakan:

(1) Ukuran dan bentuk butiran

(2) Memiliki permeabilitas

(3) Stabil,tidak bersenyawa dengan bahan logam coran

(komposisi tidak berubah)

(4) Tahan temperatur tinggi

2) Bentonit

Berbentuk abu vulkanik yang telah lapuk, bermanfaat untuk

meningkatkan daya ikat cetakan pada pasir bayah, dipakai jika

cetakan pasir biasa dirasa kurang kuatuntuk mencetak logam

3) Tetes

Berfungsi sebagai bahan pengikat, tetes ini memiliki kekuatan

adheit yang tinggi, tahan panas, tahan kelembaban, dengan hasil

permukaan rata, dapat mengeras di udara, murah harganya dan

mudah dibuat, tetes dipakai untuk cetakan semen proses.

4) Thiner

Digunakan untuk mempercepat proses pengeringan

5) Semen

Bekerja sebagai bahan pengeras, semen digunakan pada cetakan

semen proses

44
6) Tanah penimbun cetakan tanah liat

Tanah penimbun sendiri terdiri dari pasir, tanah liat, serbuk gergaji

dan sekam.

7) Air

Kadar air pada cetakan adalah 3,7% - 4%, setelah mengering kadar air

dalam cetakan kira tinggal 0,7%.

b. Pengolahan dan pembuatan cetakan

Secara garis besar proses pembuatan cetakan terdiri dari tiga jenis

yaitu:

1) Cetakan pasir basah

(a) Bahan dan alat : pasir kwarsa, air, dan tanah anti air, pola dan

alat penumbuk

(b) Proses yaitu:

(1) Pasir kwarsa ditambah air sambil diaduk-aduk lalu di

diamkan selama10 menit

(2) Kemudian mulai membuat cetakan sesuai rangka atau

pola yang telah dibuat, dan hasil cetakan diolesi oleh

bahan anti air

(3) Cetakan siap dituangi logam cair

(c) Kriteria produk yang menggunakan cetakan pasir basah

adalah:

(1) Benda kerja sederhana dan kecil

45
(2) Menda kerja tidak memerlukan sifat mekanik yang

sempurna

(3) Untuk prouksi dalam jumlah banyak atau masal

2) Cetakan semen

(a) Bahan dan alat pasir silika, tetes tebu, semen dengan

perbandingan 10:1:4, rangka cetakan, pisau untuk merapikan

cetakan.

(b) Proses, yaitu:

(1) Pasir silika, tetes debu dan semen dicampur sesuai

perbandingan denganm menggunakan mixer menjadi

adonan

(2) Adonan mulai dibuat cetakan sesuai dengan pola/rangfka

yang telah disiapkan

(3) Untuk mempercepat pengeringan, cetakan diolesi dengan

bubuk granit yang dicampur thiner atau spirtus dengan

kuas lalu dibakar

(4) Setelah pembakaran cetakan diikat dengan tali kawat

agar lebih kuat saat diberi cairan logam dan tidak retak

saat di pindahkan

(c) Kriteria yang produk menggunakan cetakan semen

(1) Benda kerja berbentuk rumit dan berukuran sedang

(2) Benda kerja yang memerlukan sifat mekanik yang

sempurna

46
(3) Untuk pemesana yang cepat karena proses pengeringan

coran yang cepat denga cetakan ini

3) Cetakan tapel

(a) Bahan dan alat: tanah liat, pasir kwarsa perbandingan 30:70

gambar atau contoh produk yang akan dibuat

(b) Proses yaitu:

(1) Membuat adonan tanah liat dan pasir kwarsa sesuai

perbandingan

(2) Membentuk cetakan dari adonan tersebut sesuai dengan

bentuk yang diinginkan

(3) Cetakan dikeringkan dibawah sinar matahari sampai

kering

(4) Setelah cetakan kering, lalu ditanam ditemnpat tanam

cetakan taper kemudian siap dituang logam cair

(c) Kriteria produk yang menggunakan cetak tapel

(1) Untuk benda kerja ukuran sedang dan besar biasanya

diatas diameter 250 mm

(2) Untuk benda kerja yang bentuk rumit untuk dibuat

kerangka atau pola

(3) Untukkerja yang tidak begitu memperhitungkan

kesamaan presisis produk satu dengan lainnya

(4) Tidak memerlukan siufat mekanik sempurna

47
c. Peleburan dengan dapur induksi

Proses peleburan di PT Aneka Adhilogam Karya menggunakan tanur

induksi jenis kras dengan frekuensi rendah. Tahap proses peleburan

yaitu :

1) Menghidupkan dapur listrik selama 3 jam untuk pemanasan

2) Bahan yang akan dilebur dimasukkan, tetapi sebelumnya

dilakukan penimbangan untuk mengetahui presentase berat bahan

yang akan dilebur

3) Mengatur power yang akan digunakan pada proses peleburan

dengan cara memutar tombol saklar. Dengan variasi daya 0-625

kW, daya yang biasa digunakan adalah 550 kVA dengan total

daya 865 kVA.

4) Bahan baku terus ditambahkan sesuai dengan kapasitas dapurnya

sambil diaduk menggunakan batang pengaduk. penambahan

unsur paduan dilakukan sebelum besi cor dituangkan laddle dan

kompisisinya diperiksa/dikontrol dengan komputer. Bahan

paduan yang dicampur antara lain:

(a) Bahan baku utama

(b) Proses peleburan ini akan berlangsung selama 1,5 jam untuk

peleburan pertama sedangkan untuk selanjutnya

membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 0,75 jam atau 45

menit karena suhu dapur sudah tinggi sehingga proses

peleburan akan menjadi lebih cepat.

48
(c) Setelah logam mencair ditunggu sampai logam mencapai

suhu 15700 C, hal ini dilakukan agar didapatkan sifat logam

yang baik, dan juga memperkirakan perbandingan logam

pada saat pengecoran.

d. Proses penuangan logam cair

Setelah peleburan besi dan cetakan siap dipakai, dilanjutkan dengan

proses penuangan. Penuangan menggunakan laddle, laddle ini dilapisi

batu tahan api untuk menjaga temperatur besi dan juga untuk

memperkuat laddle menahan cairan logam yang sangat panas. Proses

penuangan dilakukan dengan manual walaupun proses peleburan

menggunakan dapur induksi. yang perlu diperhatikan dalam proses

penuangan adalah:

1) Laddle yang digunakan harus benar-benar kering karena kalau

tidak kering akan menyebabkan penurunan suhu besi cair secara

drastis, hal ini dapat menyebabkan catnya logam yang akan

dibentuk

2) Terak yang terbentuk oleh pemberian slag di atas coran yang

berada di laddle tidak dibuang karena dapat mempertahankan

suhu coran, dan sebagai filter pada saat penuangan, karena slag

dapat mengikat kerak yang ada, maupun kotoran yang ada di

dalam coran

3) Harus menjaga temperatur besi coran sehingga hasilnya baik

dengan cara menuang coran selama-lamanya maksimal 10 menit,

49
jika lebih dari itu maka coran akan dibuang (didaur ulang), karena

menurut pengalaman, jika lebih dari 10menit maka logam yang

terbentuk akan cacat

4) Penuangan harus dilakukan dengan cepat dan tepat. Dengan

mempertimbangkan berat dan tebal coran, dapat dibantu dengan

alata yang berupa ember yang diberi pasir tahan panas, dengan

pegangan dari kayu yang dapat dibawa oleh satu orang.

e. Pembongkaran cetakan (mokling)

Proses pembongkaran cetakan dilakukan untuk pemisahan cetakan

dengan benda kerja, sehingga dapat dikerjakan proses selanjutnya.

pembongkaran dilakukan dengan cara manual dan pakai mesin.

Dengan manual dilakukan dengan cara pemukulan cetakan dengan

alat pukul sehingga cetakan retak dan pecah, sedangkan penggunaan

mesin dilakukan dengan menggoncangkan pada mesin penggonceng

atau mesin penggetar sehingga cetakan pecah dan sisa pasir akan

rontok.

f. Pembersihan logam hasil coran

Setelah dibongkar maka akan dilakukan pembersihan darisisa pasir

yang menempel dan ini digunakan menggunakan mesin shoot blast

yang merupakan mesin pembersih atau secara manual dengan dipukul

g. Proses pemeriksaan bentuk dan ukuran

Pemeriksaan hanya berupa pengecekan visual dan pengetukan logam,

karena peleburan sudah menggunakan proses komputerisasi, hal ini

50
menjamin coran yang dibuat benar-benar baik. coran yang baik, maka

percetakan akan lebih mudah dan menghasilkan barang yang baik.

Selain pemeriksaan visual dengan pengetukan selanjutnya dilakukan

pemeriksaan sambungan pipa secara visual dilakukan terhadap

kelompok produksi yaitu pemeriksaan ukuran dan bentuk dengan

meteran. Dari hasil ini produk cor dikelompokkan menjadi 3

kelompok yaitu:

1) Hasil cor tidak dapat dipakai bila prosentase bias yang kecil

sekitar 5%.

2) Hasil cor harus diperbaiki kualitasnya.

3) Hasil cor yang baik bila tidak perlu perbaikan lagi.

Pada proses pengecoran dapat terjadi bermacam-macam cacat.

Adapun cacat yang ditemui seperti retak, sumbat dinding, porositas,

lubang, dan penyusunan dimensi

h. Pembubutan

Pembubutan dilakukan untuk memberikan ketepatan ukuran diameter

sambungan agar sesuai dengan yang dikehendaki dan untuk

menghaluskan permukaan yang melintang agar didapat kesesuaian

presisi ketika dilakukan penyambungan

i. Pengeboran

Pengeboran bertujuan untuk membuat lubang sebagai tempat dedekan

mur-baut penyambungan

51
j. Penggerindaan

Penggerindaan bertujuan untuk menghilangkan sirip-sirip bekas

cetakan dan penghalusan bekas saluran pengecoran yang masih

tersisa. Proses penggeringaan dapat dilakukan berulang sperti proses

pembubutan dan pengeboran yang permukaan benda kerja masih kasar

agar dapat dihaluskan dengan gerinda.

k. Pemeriksaan sifat mekanik

Pemeriksaan sifat mekanik yang dilakukan antara lain:

1) Pemeriksaan kedap air dan kebocoran

Untuk menjamin bebas darikebocoran, produk sambungan pipa

dialiri air dengan tekanan tertentu, jika ada kebocoran maka akan

terlihat dengan adanya rembesan air pada permukaan produk

2) Uji tarik dan kekerasan hasil coran

Untuk mengetahui kekuatan tarik besi corbahan sambungan pipa

air maka dilakukan pengujian tarik dengan cara memberikan

beban tarik pada batang uji secara perlahan-lahan sampai patah,

dengan pengujian ini dapat diketahui batas mulur, kekuatan tarik,

perpanjangan, pengecilan luas dan sebagainya

l. Pengecatan

Proses pengecatan dilakukan dengan menggunakan mesin spate

dimana proses pengecatan dilakukan dengan beberapa tahap yaitu

pengecatan dasar dilakukan untuk menutup permukaan benda kerja

agar tampak lebih halus, selanjutnya pengecatan akhir bertujuaan

52
untuk menghindari korosi dan agar benda kerja tampak indah dan

sewarna sesuai pesanan.

m. Perakitan

Perakitan ini meliputi pemasangan dua atau lebih komponen produk

hasilcoran yang dirangkai menjadi satu produk, misal produk collar

dirangkai dengan pemasangan rubber ring dan gland ring sebagai

penyambung dan dikunci dengan mur-baut.

4. Pembagian jadwal kerja karyawan PT. Aneka Adhilogam Karya yaitu:

a. Hari senin-sabtu masuk jam 08.00-15.00 dengan 1 jam istirahat yaitu

jam 12.00-13.00

b. Hari jum’at masuk jam 08.00-15.00 dengan 2 jam istirahat yaitu jam

11.00-13.00

5. Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PT Aneka Adhilogam Karya belum membentuk Panitia Pembina

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta belum memiliki Ahli K3

sebagai upaya pengendalian risiko bahaya dan mengurangi kecelakaan

kerja dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Walaupun perusahaan belum

membentuk P2K3 perusahaan atau belum ada Ahli K3 perusahaan akan

tetapi perusahaan sudah menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) di perusahaan pada saat awal berdirinya perusahaan sampai tahun

2004 diantarnya penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), inspeksi peralatan

kerja, pendokumentasian kejadian kecelakaan kerja.

53
Penerapan K3 tersebut hanya bisa terlaksana sampai pada tahun

2004. Berbagai hal yang mempengaruhi tidak berlangsungnya penerapan

K3 tersebut adalah komitmen dari perusahaan yang kurang, kesadaran dari

tenaga kerja untuk peduli akan K3 masih rendah. Tenaga kerja sering tidak

menggunakan APD dengan alasan mengganggu, jarang melaporkan

kecelakaan kerja dengan alasan hanya luka kecil, bekerja tidak sesuai

dengan instruksi yang di berikan.

6. Ventilasi

Tata rungan di PT Aneka Adhilogam Karya Ceper memiliki

ventilasi alami berupa pintu besar yang ukuran lebih dari 3 meter dan

ventilasi buatan dari exhauser sistem seperti kipas angin.

B. Karakteristik Responden

Gambaran umum karakteristik responden akan menyajikan data yang

diperoleh dari penelitian yang di lakukan. Karakteristik responden ini akan

disajikan data mengenai profil responden yang dikelompokkan berdasarkan

umur, pendidikan, lama kerja, dan riwayat kesehatan. Hasil penelitian secara

lengkap tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden pada Tenaga Kerja


terpapar Panas di PT Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten

Variabel Pengecoran Finishing


( > NAB) (≤NAB)
Usia f % f %
21-30 tahun 3 8.3 44,06±8,94 3 16.7 42,50±11,17
31-40 tahun 7 19.4 6 33.3
41-50 tahun 19 52.8 4 22.2
51-60 tahun 7 19.4 5 27.8
54
Total 36 100 18 100
Pendidikan
SD 11 30.6 2 11.1
SMP 16 44.4 8 44.4
SMA 9 25.0 8 44.4
Total 36 100 18 100
Masa Kerja
0-10 tahun 10 27.8 14,63±7,06 8 44.4 14,53±8,16
11-20 tahun 19 52.8 6 33.3
11- 30 tahun 7 19.4 4 22.2
Total 36 100 18 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 36 100 18 100
Perempuan 0 0 0 0
Total 36 100 18 100
Kondisi
Kesehatan
Sehat 36 100 18 100
Tidak sehat 0 0 0 0
Total 36 100 18 100
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Pada tabel 4 dapat diketahui distribusi menurut usia responden pada

kelompok pengecoran (>NAB) sebagian besar dengan usia 41-50 tahun

sebanyak 19 responden (52,8%) dan kelompok finishing (≤NAB) sebagian

besar dengan usia 31-40 tahun sebanyak 6 responden (33,3%).

Pendidikan responden pada tabel 4 dapat diketahui pada kelompok

pengecoran (>NAB) sebagian besar dengan penididikan SMP sebanyak 16

responden (44,4%) dan kelompok finishing (≤NAB) sebagian besar dengan

pendidikan SMP sebanyak 8 responden (44,4%).

Masa kerja responden pada tabel 4 dapat diketahui masa kerja pada

kelompok pengecoran (> NAB) sebagian besar dengan masa kerja 11-20

tahun sebanyak 19 responden (52,8%) dan kelompok finishing (≤ NAB)

sebagian besar dengan masa kerja 0-10 tahun sebanyak 8 responden (44,4%).

55
Pada tabel 4 menunjukkan semua responden dengan jenis kelamin laki-laki

dan semua responden dengan kondisi kesehatan sehat.

C. Pengukuran Tekanan Panas

Hasil pengukuran pada lingkungan kerja di PT. Aneka Adhilogam

Karya Ceper Klaten yang dilakukan pada Kamis, 29 September 2016 dengan

Area Heat Stress Monitor merk Quest Temp, adapun hasil penelitian sebagai

berikut:

Tabel 5 Hasil Pengkuran Tekanan darah Pada Lingkungan Kerja Bagian


Pengecoran

Titik Pengukuran Hasil Keterangan


Titik I 29,73 °C >NAB
Titik II 30,93 °C >NAB
Titik III 30,89 °C >NAB
Rata - rata 30,52 °C >NAB
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Hasil pengukuran pada bagian pengecoran dengan suhu tekanan panas

tertinggi pada titik II yaitu 30,93 °C dan terendah pada titik I yaitu 29,73 °C

dengan rata-rata suhu tekanan panas 30,52 °C.

Tabel 6 Hasil Pengkuran Tekanan Pada Pada Lingkungan Kerja Bagian


Finishing
Titik Pengukuran Hasil Keterangan
Titik I 28,19 °C ≤NAB
Titik II 28,82 °C ≤NAB
Titik III 28,23 °C ≤NAB
Rata - Rata 28,62 °C ≤NAB
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

56
Hasil pengukuran pada bagian finishing dengan suhu tekanan panas

tertinggi pada titik II yaitu 28,82 °C dan terendah pada titik I yaitu 28,19 °C

dengan rata-rata suhu tekanan panas 28,62 °C.

D. Analisa Univariat

1. Pengukuran Tekanan Darah

a. Kelompok Bagian Pengecoran (> NAB)

Distribusi data hasil pengukuran tekanan darah dari 36

responden dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 7 Distibusi Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Pekerja


Bagian Pengecoran di PT Aneka Adhi Logam Ceper
Klaten

No Sebelum Keterangan Sesudah Keterangan


Resp
Sistole Diastole Sistole Diastole

1 130 85 Pre hipertensi 136 88 Pre hipertensi

2 120 75 Normal 129 80 Normal

3 120 81 Normal 132 85 Pre hipertensi

4 138 85 Pre hipertensi 150 90 Hipertensi


stadium 1

5 135 86 Pre hipertensi 138 89 Pre hipertensi

6 139 89 Pre hipertensi 149 92 Hipertensi


stadium 1

7 120 75 Normal 132 85 Pre hipertensi

8 145 82 Hipertensi 153 95 Hipertensi


stadium 1 stadium 1

9 140 90 Hipertensi 155 95 Hipertensi


stadium 1 stadium 1

10 120 80 Normal 125 83 Normal

57
11 132 85 Pre hipertensi 135 88 Pre hipertensi

12 139 85 Pre hipertensi 142 90 Hipertensi


stadium 1

13 150 92 Hipertensi 155 95 Hipertensi


stadium 1 stadium 1

14 125 80 Normal 133 85 Pre hipertensi

15 130 85 Pre hipertensi 133 88 Pre hipertensi

16 120 78 Normal 125 86 normal

17 135 86 Pre hipertensi 138 89 Pre hipertensi

18 130 85 Pre hipertensi 133 88 Pre hipertensi

19 128 80 Normal 131 83 Pre hipertensi

20 120 80 Normal 130 85 Pre hipertensi

21 130 85 Pre hipertensi 133 88 Pre hipertensi

22 118 75 Normal 127 78 Normal

23 128 80 Normal 135 85 Pre hipertensi

24 129 80 Normal 135 83 Pre hipertensi

25 131 85 Pre hipertensi 134 88 Pre hipertensi

26 135 88 Pre hipertensi 138 89 Pre hipertensi

27 150 92 Hipertensi 158 95 Hipertensi


stadium 1 stadium 1

28 120 75 Normal 125 78 Normal

29 138 86 Pre hipertensi 150 92 Pre hipertensi

30 133 85 Pre hipertensi 136 88 Pre hipertensi

31 109 77 Normal 125 83 Normal

32 142 92 Hipertensi 152 98 Hipertensi


stadium 1 stadium 1

33 135 88 Pre hipertensi 138 89 Pre hipertensi

34 129 83 Normal 135 86 Pre hipertensi

35 120 80 Normal 130 85 Pre hipertensi

58
36 130 85 Pre hipertensi 135 88 Pre hipertensi

Jumlah 4693 3000 36 4940 3152 36

Rata - 130,36 83,33 Pre hipertensi 137,22 87,56 Pre hipertensi


rata

Tabel 8 Rata-rata Pengukuran Tekanan Darah pada Pekerja Bagian


Pengecoran di PT Aneka Adhi Logam Ceper Klaten

Statistik Sebelum Kerja Sesudah Kerja


Deskriptif Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai rata-rata 130,36 83,33 137,22 87,56
Nilai tertinggi 150 92 158 98
Nilai terendah 109 75 125 78
Standar deviasi 9,39 4,86 9,40 4,66
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Pada tabel 8 menunjukkan distribusi data pengukuran

tekanan darah pada kelompok pengecoran (> NAB), dengan hasil

sebelum kerja rata-rata 130,36/83,33 mmHg dengan nilai teetinggi

150/92 mmHg dan nilai terndah 109/75 mmHg. Hasil pengukuran

tekanan darah sesudah kerja rata-rata 137,22/87,56 mmHg dengan

nilai tertinggi 158/98 mmHg dan nilai terndah 125/78 mmHg.

Kategori hasil pengukuran tekanan darah sebelum dan seudah

kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9 Distibusi Data Kategori Pengukuran Tekanan Darah pada


Pekerja Bagian Pengecoran di PT Aneka Adhilogam
Karya Ceper Klaten

Sebelum kerja Sesudah kerja


Kategori
f % f %
Normal (< 130/<85
15 41,7 6 16,7
mmHg)
Pre Hipertensi (130-
16 44,4 22 61,1
139/85-89 mmHg)
59
Hipertensi (140-159/90-99
5 13,9 8 22,2
mmHg)
Total 36 100 36 100
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Tabel 9 menunjukkan setelah bekerja tekanan darah

mengalami kenaikan dari rata-rata 130,36/83,33 mmHg naik menjadi

137,22/87,56 mmHg. Yang Hipertensi dari 5 naik menjadi 8 orang,

sedangkan yang pre hipertensi dari 16 naik menjadi 22 orang,

sedangkan yang tekanan darah normal mengalami penurunan dari 15

orang menjadi 6 orang.

b. Kelompok Bagian Finishing (< NAB)

Distribusi data hasil pengukuran tekanan darah dari 18

responden dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 10 Distibusi Hasil Pengukuran Tekanan Darah pada Pekerja


Bagian Finishing di PT Aneka Adhi Logam Ceper Klaten
No Sebelum Keterangan Sesudah Keterangan
Resp
Sisto Diastole Sistole Diastole
le

1 130 85 Pre hipertensi 131 85 Pre hipertensi

2 138 86 Pre hipertensi 138 87 Pre hipertensi

3 135 86 Pre hipertensi 135 86 Pre hipertensi

4 120 80 Normal 120 80 Normal

5 120 80 Normal 120 80 Normal

6 127 80 Normal 127 80 Normal

7 135 88 Pre hipertensi 135 88 Pre hipertensi

8 132 85 Pre hipertensi 132 85 Pre hipertensi

9 130 80 Pre hipertensi 130 80 Pre hipertensi

10 125 79 Normal 125 80 Pre hipertensi

60
11 140 90 Pre hipertensi 140 82 Hipertensi
stadium 1

12 120 77 Normal 120 80 Pre hipertensi

13 140 88 Pre hipertensi 140 88 Hipertensi


stadium 1

14 130 80 Pre hipertensi 130 80 Pre hipertensi

15 140 90 Hipertensi stadium 1 140 90 Hipertensi


stadium 1

16 130 80 Normal 131 85 Pre hipertensi

17 125 79 Normal 125 80 Pre hipertensi

18 133 86 Pre hipertensi 136 87 Pre hipertensi

Jumlah 2350 1499 2355 1503 18

Rata- 130, 82,28 Pre Hipertensi 130,83 83,50 Pre Hipertensi


rata 56

Tabel 11 Rata-rata Pengukuran Tekanan Darah pada Pekerja Bagian


Finishing di PT Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten

Statistik Sebelum Kerja Sesudah Kerja


Deskriptif Sistole Diastole Sistole Diastole
Nilai rata-rata 130,56 82,28 130,83 83,50
Nilai tertinggi 140 90 140 90
Nilai terendah 120 77 120 80
Standar deviasi 6,77 4,23 6,87 3,60
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Pada tabel 11 menunjukkan distribusi data pengukuran

tekanan darah pada kelompok finishing (≤NAB), dengan hasil

sebelum kerja rata-rata 130,56/83,50 mmHg dengan nilai tertinggi

140/90 mmHg dan nilai terndah 120/77 mmHg. Hasil pengukuran

tekanan darah sesudah kerja rata-rata 130,83/83,50 mmHg dengan

nilai tertinggi 140/90 mmHg dan nilai terndah 120/80 mmHg.

61
Kategori hasil pengeukuran tekanan darah sebelum dan

seudah kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 12 Distibusi Data Kategori Pengukuran Tekanan Darah pada


Pekerja Bagian Finishing di PT Aneka Adhilogam Karya
Ceper Klaten

Sebelum kerja Sesudah kerja


Kategori
f % f %
Normal (< 130/<85 mmHg) 7 38.9 3 16.7
Pre Hipertensi (130-139/85-
10 55.6 12 66.7
89 mmHg)
Hipertensi (140-159/90-99
1 5.6 3 16.7
mmHg)
Total 18 100.0 18 100.0
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Tabel 12 menunjukkan setelah bekerja tekanan darah

mengalami kenaikan dari rata-rata 130,56/83,50 mmHg naik menjadi

130,83/83,50 mmHg. Yang Hipertensi dari 1 naik menjadi 3 orang,

sedangkan yang pre hipertensi dari 10 naik menjadi 12 orang,

sedangkan yang tekanan darah normal mengalami penurunan dari 7

orang menjadi 3 orang. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan

rata-rata kenaikan sangat kecil

2. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja

a. Kelompok Bagian Pengecoran (> NAB)

Distribusi data hasil pengukuran kelelahan kerja dengan

hasil sebagai berikut:

62
Tabel 13 Distibusi Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja pada
Pekerja Bagian Pengecoran di PT Aneka Adhi Logam
Ceper Klaten
Kelelahan Kerja
Resp Sebelum Sesudah Selisih
1 19 46 27
2 29 47 18
3 27 37 10
4 31 47 16
5 28 33 5
6 22 47 25
7 15 22 7
8 24 30 6
9 13 25 12
10 13 27 14
11 13 25 12
12 18 33 15
13 19 34 15
14 3 16 13
15 17 27 10
16 18 30 12
17 19 25 6
18 14 22 8
19 20 27 7
20 37 43 6
21 36 46 10
22 31 33 2
23 13 24 11
24 13 21 8
25 4 17 13
26 24 26 2
27 12 19 7
28 19 27 8
29 11 24 13
30 15 26 11
31 26 26 0
32 30 29 -1
33 30 31 1
34 30 46 16
35 12 27 15
36 35 45 10
Jumlah 740 1110 370
Rata-rata 20.56 30.83 10.28

63
Tabel 14 Rata-rata Pengukuran Kelehahan Kerja pada Pekerja
Bagian Pengecoran di PT Aneka Adhilogam Karya Ceper
Klaten

Statistik Deskriptif Sebelum Kerja Sesudah Kerja


Nilai rata-rata 20,55 30,83
Nilai tertinggi 37 47
Nilai terendah 3 16
Standar deviasi 8,74 9,31
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Pada tabel 14 menunjukkan distribusi data pengukuran

kelelahan kerja pada kelompok pengecoran (> NAB), dengan hasil

sebelum kerja 20,55 dengan nilai teetinggi 37 dan nilai terndah 3.

Hasil pengukuran kelelahan sesudah kerja rata-rata 30,83 dengan

nilai tertinggi 47 dan nilai terndah 16.

Kategori hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum dan

seudah kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 15 Distibusi Data Kategori Pengukuran Kelelahan pada


Pekerja Bagian Pengecoran di PT Aneka Adhilogam
Karya Ceper Klaten

Sebelum kerja Sesudah kerja


Kategori
f % f %
Kelelahan rendah (0-21) 21 58.3 4 11.1
Kelelahan sedang (22-44) 15 41.7 25 69.4
Kelelahan tinggi (45-67) 0 0 7 19.4
Total 36 100 36 100
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Tabel 15 menunjukkan setelah bekerja tingkat kelelahan

mengalami kenaikan dari rata-rata 20,55 menjadi 30,83. Setelah

bekerja dari rata-rata tingkat kelelahan rendah naik mejadi tingkat

kelelalah sedang dan tinggi.

64
b. Kelompok Bagian Finishing (≤ NAB)

Distribusi data hasil pengukuran kelelahan kerja dengan

hasil sebagai berikut:

Tabel 16 Distibusi Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja pada


Pekerja Bagian Finishing di PT Aneka Adhi Logam Ceper
Klaten
Kelelahan Kerja
Resp Sebelum Sesudah Selisih
1 18 18 0
2 24 24 0
3 16 17 1
4 17 17 0
5 17 17 0
6 24 24 0
7 19 20 1
8 6 7 1
9 17 17 0
10 19 19 0
11 20 20 0
12 17 17 0
13 32 32 0
14 29 29 0
15 35 35 0
16 27 27 0
17 18 18 0
18 18 18 0
Jumlah 373 376 3
Rata-rata 20.72 20.89 0.17

Tabel 17 Rata-rata Pengukuran Kelelahan Kerja pada Pekerja


Bagian Finishing di PT Aneka Adhilogam Karya Ceper
Klaten

Statistik Deskriptif Sebelum Kerja Sesudah Kerja


Nilai rata-rata 20,72 20,89
Nilai tertinggi 35 6
Nilai terendah 35 7
Standar deviasi 6,79 6,61
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Pada tabel 17 menunjukkan distribusi data pengukuran

kelelahan kerja pada kelompok finishing (< NAB), dengan hasil


65
sebelum kerja 20,72 dengan nilai tertinggi 35 dan nilai terndah 6.

Hasil pengukuran kelelahan sesudah kerja rata-rata 20,89 dengan

nilai tertinggi 35 dan nilai terndah 7.

Kategori hasil pengukuran kelelahan kerja sebelum dan

seudah kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 18 Distibusi Data Kategori Pengukuran Kelelahan pada


Pekerja Bagian Finishing di PT Aneka Adhilogam Karya
Ceper Klaten

Sebelum kerja Sesudah kerja


Kategori
f % f %
Kelelahan rendah (0-21) 12 66.7 12 66.7
Kelelahan sedang (22-44) 6 33.3 6 33.3
Kelelahan tinggi (45-67) 0 0 0 0
Total 18 100 18 100
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Tabel 18 menunjukkan setelah bekerja tingkat kelelahan

mengalami kenaikan dari rata-rata 20,72 menjadi 20,89. Setelah

bekerja dari rata-rata tingkat kelelahan tidak mengalami kenaikan.

E. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan tekanan

darah dan kelelahan kerja pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan di

bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Analisa data

terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk mengetahui normal

tidaknya data menggunakan kolomogorov smirnov jika data normal maka

menggunakan uji T berpasangan dan tidak berpasangan dan jika data tidak

normal maka pengujian hipotesis menggunakan uji Wilcoxon untuk


66
mengetahui perbedaan dalam kelompok dan uji Mann Whit/ney untuk

mengetahui perbedaan antar kelompok.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data menggunakan kolomogorov smirnov dengan

hasil sebagai berikut:

Tabel 19 Hasil Uji Normalitas Data

Variabel pValue Keterangan


Sistole sebelum kerja 0,061 Berdistribusi normal
kelompok > NAB
Diastole sebelum kerja 0,002 Tidak berdistribusi normal
kelompok > NAB
Sistole sebelum kerja 0,200 Berdistribusi normal
kelompok ≤ NAB
Diastole sebelum kerja 0,001 Tidak berdistribusi normal
kelompok ≤ NAB
Sistole sesudah kerja 0,000 Tidak berdistribusi normal
kelompok > NAB
Diastole sesudah kerja 0,143 Berdistribusi normal
kelompok > NAB
Sistole sesudah kerja 0,200 Berdistribusi normal
kelompok < NAB
Diastole sesudah kerja 0,001 Tidak berdistribusi normal
kelompok ≤ NAB
Kelelahan kerja awal 0,159 Berdistribusi normal
kelompok > NAB
Kelelahan kerja awal 0,033 Tidak berdistribusi normal
kelompok ≤ NAB
Kelelahan kerja akhir 0,003 Tidak berdistribusi normal
kelompok > NAB
Kelelahan kerja akhir 0,019 Tidak berdistribusi normal
kelompok ≤ NAB
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Pada tabel 19 menunjukkan tidak semua data berdistribusi normal (

berdisribusi normal jika p > 0,05). Hasil uji normalitas menunjukkan ada

data yang tidak berdistribusi normal sehingga analisa data menggunakan

67
statistik non parametrik yaitu menggunakan uji wilcoxon data

berpasangan dan uji Mann Whitney (Tidak berpasangan).

2. Uji Perbedaan Tekanan Darah Pada Tenaga Kerja Terpapar Panas di atas

dan di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten

a. Sebelum Kerja

Tabel 20 Hasil Uji T Mann Whitney Tekanan darah Sebelum


Terpapar Panas > NAB

Tekanan Nilai Nilai Rerata Rerata


darah z Mann pValue Kelompok Kelompok
Whitney > NAB < NAB
Systole 0,231 311,5 0,817 130,36 130,56
Diastole 0,019 323,0 0,985 83,33 82,28
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Berdasarkan tabel 20 diketahui nilai diketaui untuk systole p

0,817 > 0,05 dan diastole p 0m985 > 0,05 sehingga tidak ada

perbedaan signifikan tekanan darah sebelum terpapar panas di atas

dan di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

Hasil tersebut menunjukkan kedua kelompok sebelum dilakukan

terpapar tekanan panas dalam kondisi yang sama atau seimbang.

b. Sesudah Kerja

Tabel 21 Hasil Uji T Mann Whitney Tekanan darah Sesudah


Terpapar Panas > NAB

Tekanan Nilai Nilai Rerata Rerata


darah z Mann pValue Kelompok Kelompok
Whitney > NAB ≤ NAB
Systole 2,015 214,5 0,044 137,22 130,83
Diastole 2,980 163,0 0,003 87,56 83,50
Sumber: Data Primer Terolah September 2016

68
Berdasarkan tabel 21 diketahui nilai diketaui untuk systole p

0,044 < 0,05 dan diastole p 0,003 < 0,05 sehingga ada perbedaan

signifikan tekanan darah sesudah terpapar panas di atas dan di

bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Hasil

tersebut menunjukkan setelah terpapar panas kedua kelompok

>NAB mengalami kenaikan tekanan darah yang lebih besar

dibandingkan dengan kelompok ≤ NAB.

3. Uji Perbedaan Tekanan Darah Pada Tenaga Kerja Terpapar Panas di atas

dan di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten

a. Sebelum Bekerja

Tabel 22 Hasil Uji T Mann Whitney Kelelahan Sebelum Terpapar

Panas > NAB

Nilai Nilai Mann Rerata Rerata


z Whitney pValue Kelompok > Kelompok
NAB ≤NAB
0,221 312 0,825 20,56 20,72

Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Berdasarkan tabel 22 diketahui nilai diketahui p 0,825 >

0,05 sehingga tidak ada perbedaan signifikan tingkat kelelahan

kerja sebelum terpapar panas di atas dan di bawah NAB di PT.

Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Hasil tersebut

menunjukkan kedua kelompok sebelum dilakukan terpapar tekanan

panas dalam kondisi yang sama atau seimbang.

69
b. Sesudah Bekerja

Tabel 23 Hasil Uji T Mann Whitney Kelelahan Sesudah Terpapar

Panas > NAB

Nilai Nilai Mann Rerata Rerata


z Whitney pValue Kelompok Kelompok ≤
> NAB NAB
3,174 122 0,000 30,83 20,89

Sumber: Data Primer Terolah September 2016

Berdasarkan tabel 23 diketahui nilai diketahui p 0,000 < 0,05

sehingga ada perbedaan signifikan tingkat kelelahan kerja sesudah

terpapar panas di atas dan di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam

Karya Ceper Klaten. Hasil tersebut menunjukkan setelah terpapar

panas kedua kelompok >NAB mengalami kenaikan tingkat

kelelahan kerja yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok≤

NAB.

70

Anda mungkin juga menyukai