Anda di halaman 1dari 5

Rukun Umroh

Umroh merupakan salah satu ibadah dalam agama islam yang mana menjadi
alternatif bagi kaum muslim yang tidak sempat melakukan ibadah haji. Berbeda
dengan ibadah haji yang boleh dilakukan hanya sekali dalam setahunnya, melakukan
umroh dapat dilakukan berulang kali, akan tetapi hukumnya wajib hanya satu kali
dalam seumur hidup. Bila seseorang mampu dan dapat melakukannya berulang kali,
hal tersebut diperbolehkan. Sebab dalam ibadah umroh terdapat keutamaan
sebagaimana sabda Rasulullah:

“Antara umrah yang satu dan umrah lainnya, itu akan menghapuskan dosa di antara
keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.” (HR. Bukhari no.
1773 dan Muslim no. 1349)

Selain sebagai penghapus dosa, ibadah umroh merupakan sebuah jalan jihad bagi
kaum hawa., hal ini sebagaimana sabda Rasulullah :

“Wahai Rasulullah, apakah wanita juga wajib berjihad?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, “Iya. Dia wajib berjihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu
dengan haji dan ‘umroh.” (HR. Ibnu Majah no. 2901,)
Ibadah umroh dapat dilakukan kapanpun tanpa terikat oleh waktu yang berbeda
sebagaimana ibadah haji, sehingga memudahkan bagi yang ingin melakukan umroh
untuk memilih paket umroh yang sesuai dengan kebutuhan jamaah masing-masing,
baik dari segi waktu, biaya, tenaga, maupun cuaca saat berumroh.

Seperti halnya ibadah haji yang memiliki rukun, demikan pula dengan umroh. Ibadah
umroh memiliki rukun agar ibadah umroh yang dilakukan menjadi sah. Adapun rukun
umroh yaitu sebagai berikut :

1. Ihram

Ihram adalah kondisi di mana sudah berniat untuk melakukan manasik haji sehingga
tidak boleh melakukan berbagai larangan yang telah ditetapkan. Saat berhaji ataupun
berumroh, terdapat larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar. Hal ini
menunjukan bagaimana seorang hamba bisa taat kepada perintah ALLAH.
Larangan ihram yang seandainya dilakukan oleh orang yang berhaji atau
berumroh(larangan ihram dapat dilihat pada artikel selanjutnya), maka wajib baginya
menunaikan fidyah, puasa, atau memberi makan. memakai pakaian ihram, bagi laki
laki adalah terdiri dari 2 lembar kain yang tidak berjahit. 1 helai melilit mulai pinggang
sampai bawah lutut. sehelai lagi diselempangkan mulai dari bahu kiri kebawah ketiak
kanan. Jamaah umroh laki-laki tidak boleh mengenakan celana, kemeja, tutup
kepala dan juga tidak boleh menutup mata kaki.

2. Tawaf

Tawaf adalah salah satu amal ibadah yang dilakukan oleh Muslim pada saat
melaksanakan haji danumrah. Tawaf itu sendiri merupakan kegiatan mengelilingi
kabah sebanyak tujuh kali. Tawaf merupakan salah satu amal ibadah yang dilakukan
oleh umat islam ketika pelaksanaan ibadah Haji ataupun Umroh.

Ada beberapa macam tawaf yang dilakukan oleh seseorang yang melakukan umroh,
yaitu :

a) Tawaf Qudum, merupakan tawaf pertama yang dilakukan ketika kita tiba di Mekah.
Nama lain dari Tawaf Qudum adalah Tawaf Dukhul yaitu tawaf pembuka atau tawaf
selamat datang. setiap kali memasuki Masjidil Haram, Nabi Muhammad SAW lebih
dulu melakukan Tawaf sebagai pengganti shalat Tahiyyatul Masjid. Dari peristiwa ini
maka disebut juga Tawaf Masjidil Haram. Hukum melaksanakan Tawaf
Qudum adalah Sunat, maka apabila tidak melaksanakan Tawaf Qudum tidak
membatalkan Ibadah haji ataupun Umroh.Bagi wanita, melaksanakan Tawaf Qudum
tidak perlu berlari – lari kecil karena cukup dengan berjalan biasa. Tawaf Qudum ini
juga boleh tidak disambung dengan Sa’i, tetapi bila disambung maka Sa’inya sudah
termasuk Sa’i haji. Oleh karena itu waktu Tawaf Ifadah jama’ah tidak perlu lagi
melakukan Sa’i.Bagi wanita yang sedang haid atau Nifas dilarang melakukan Thawaf
Qudum.
b) Tawaf Sunat, adalah macam tawaf yang bisa dilakukan kapan saja. Kalau
dilakukan saat baru memasuki Masjidil Haram, Tawaf ini berfungsi sebagai pengganti
shalat Tahiyatul Masjid. Tawaf sunat inilah yang dimaksud atau disebut Tawaf
Tathawwu.
c) Tawaf Ifadah, biasa disebut juga Tawaf Ziarah atau Tawaf Rukun. Tawaf Ifdal
sendiri adalah salah satu rukun haji yang wajib dilaksanakan, apabila tidak
melakukannya maka hajinya batal. Sebagaimana Firman Allah :

Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka
dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan hendaklah
mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah).
(Al-Hajj ayat 29).

Macam Tawaf ini dilaksanakan setelah semua ibadah Haji telah diselesaikan yaitu ;
melontar jumrah Aqabah, membayar dam serta Tahallul Akhir (Mencukur) kemudian
disunatkan memakai wewangian setelah jama’ah tidak Ihram

d) Tawaf Wada, arti dari kata wada adalah perpisahan. Tawaf Wada
(Tawafperpisahan) juga disebut Tawaf Shadar (Tawaf kembali).Tawaf Wada juga
disebut dengan Tawaf Shadar (Tawaf Kembali) karena setelah itu jama’ah Haji atau
Umroh akan meninggalkan Makkah untuk ketempat masing-masing. Tawaf ini cukup
dikerjakan dengan berjalan biasa. Dalam pelaksanaannya sama dengan Tawaf yang
lainnya, akan tetapi do’a yang dibaca berbeda untuk semua putaran.Bagi jama’ah
Haji atau Umroh yang belum melakukan Tawaf ini belum boleh untuk
meninggalkan Makkah, karena hukumnya Wajib. Bila tidak dikerjakan maka wajib
membayar Dam dan bila sudah mengerjakan maka tidak dibenarkan lagi tinggal
di Masjidil Haram. Jika Jama’ah sudah keluar Masjid, maka hendaklah segera pergi
sebab kalau jama’ah masih kembali ke masjid diharuskan mengulangi Tawaf
Wada ini.Adapun wanita yang sedang Haid dibebaskan dari Thawaf wada dan ia
boleh langsung meninggalkan Makkah.

3. Sa’i

Sa’i yang merupakan rukun umroh ketiga ini, tentunya wajib dilakukan. Sebab,
tidaklah sah umroh seseorang apabila tidak melakukan Sa’i. Hal ini dijelaskan
dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan juga hadist Rasululloh SAW. Berikut
adalah firmanNya :

“Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah” (Qs al-Baqarah
ayat: 158)
Ibadah Sa'i merupakan salah satu rukun umrah yang dilakukan dengan berjalan kaki
(berlari-lari kecil) bolak-balik 7 kali dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah dan sebaliknya.
perjalanan dari bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali dan juga dari bukit
Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali. Pada mulanya, hendaknya sa’i dimulai
dengan langkah-langkah biasa, sampai dekat dengan tanda pertama berwarna hijau,
kira-kira sejauh enam hasta. Dari tempat itu, hendaknya jamaah umroh mempercepat
langkah atau berlari-lari kecil sehingga sampai di tanda hijau yang kedua, kemudian
dari sana berjalan kembali dengan langkah-langkah biasa.

Apabila telah sampai di bukit Marwah, hendaknya menaiki bukit Marwah seperti yang
dilakukan ketika di bukit Safa. Setelah itu menghadap ke arah Shafa dan berdoa
seperti sebelumnya. Dengan demikian, jamaah haji telah selesai melakukan satu kali
lintasan sa’i. jika telah kembali lagi ke bukit Shafa, maka dihitung dua kali. Begitulah
selanjutnya sampai tujuh kali lintasan.

Dengan selesainya tujuh kali lintasan itu, maka jamaah umroh telah menyelesaikan
dua hal, yakni thawaf qudum dan sa’i.

Jika jamaah haji memulai sa’Inya dari Marwah, sa’I dianggap sah akan tetapi harus
menambah satu perjalanan lagi sehingga berakhir di Marwah. Bagi jamaah haji yang
sakit boleh menggunakan kursi roda.

Adapun persyaratan bersuci dari hadats besar maupun kecil ketika mengerjakan sa’I,
hukumnya mustahab (dianjurkan) dan bukan wajib seperti dalam mengerjakan
thawaf.

4. Tahallul

Tahallul menurut bahasa adalah “menjadi halal atau diperbolehkan”. Sedangkan


dalam istilah manasik haji adalah keadaan seseorang yang telah di halalkan
(dibolehkan) melakukan perbuatan yang sebelum nya di larang dalam ihram.

Setelah seseorang melakukan sa’i, hendaklah ia mencukur habis (menggundul)


rambut kepala nya atau memendek kan nya. Namun menggundul, itu lebih utama.

Nabi Muhammad Saw bersabda :


“Ya Alloh, rahmatilah orang-orang yang mencukur rambut nya! Mereka (para sahabat)
berkata : Dan orang-orang yang memendekan rambut nya, wahai Rosulullohh ? Nabi
berdo’a lagi : Ya Alloh, rahmati lah orang-orang yang mencukur rambut nya! Mereka
kembali berkata : Dan orang-orang yang memendekan rambut nya, wahai
Rosulullohh ? Maka Nabi Muhammad Saw menjawab : Dan orang-orang yang
memendekan rambut nya”.(Diriwayatkan oleh Al-Bukhori no. 1727 dan Muslim no.
1301)”.

5. Tertib

Tertib artinya rukun-rukun ini harus berurutan dimulai dari rukun umroh yang pertama
hingga keempat. Kalau tidak maka umrohnya tidak sah.

Anda mungkin juga menyukai