Anda di halaman 1dari 2

NAMA : FAIKHAH HASTUTI

NIM : H2A014005P
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG

PERANAN PEMERIKSAAN DNA DALAM BIDANG FORENSIK

DNA forensik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan forensik yang
digunakan untuk membantu proses identifikasi personal dengan menggunakan profil
DNA orang tersebut. Pemeriksaan identifikasi forensik merupakan pemeriksaan yang
pertama kali dilakukan, terutama pada kasus tindak kejahatan yang korbannya tidak
dikenal walaupun identifikasi juga bisa dilakukan pada kasus non kriminal seperti
kecelakaan, korban bencana alam dan perang, serta kasus paternitas (menentukan
orang tua). Penggunaan analisis DNA dalam identifikasi forensik berguna dalam
kasus-kasus seperti : (1) tujuan pribadi seperti penentuan perwalian anak atau
penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas), (2) tujuan hukum, yang meliputi
masalah forensik, seperti identifikasi korban yang telah hancur maupun untuk
pembuktian kasus kejahatan semisal kasus pemerkosaan atau pembunuhan
Tujuan utama pemeriksaan identifikasi pada kasus musibah bencana massal
adalah untuk mengenali korban. Proses identifikasi ini sangat penting bukan hanya
untuk menganalisis penyebab bencana, tetapi memberikan ketenangan psikologis bagi
keluarga dengan adanya kepastian identitas korban. Disaster Victim Identification
(DVI) adalah suatu definisi yang diberikan sebagai sebuah prosedur untuk
mengidentifikasi korban mati akibat bencana massal secara ilmiah yang dapat
dipertanggungjawabkan dan mengacu pada standar baku Interpol (1). Proses DVI
meliputi 5 fase yang pada setiap fase memiliki keterkaitan antara satu dengan yang
lain. Proses DVI menggunakan bermacam-macam metode dan teknik. Interpol telah
menentukan adanya Primary Identifier yang terdiri dari fingerprint (FP), dental
records (DR) dan DNA serta Secondary Identifiers yang terdiri dari medical (M),
property (P) dan photography (PG).
Profiling DNA atau penentuan sidik jari DNA sudah digunakan oleh beberapa
negara sebagai alat memecahkan kasus hukum atau kriminal. Contoh kasus yang
sudah berhasil dipecahkan menggunakan sidik jari DNA adalah kasus pembunuhan
dan pemerkosaan. Dengan penentuan kepemilikan DNA, para pelaku yang bukti-
bukti genetiknya tertinggal di lokasi kejahatan bisa ditangkap. Berkat tingkatan
akurasinya, pada tahun 1986 pemakaian DNA untuk menemukan pelaku kriminal
sudah diterapkan hampir di seluruh negara, sebagaimana dipaparkan oleh sebuah
tinjauanmedis. Selain menentukan pelaku kejahatan, pengujian DNA juga bermanfaat
untuk mengidentifikasi korban kejahatan, terutama ketika korban tidak memiliki
tanda identitas. Bukan hanya korban kejahatan, para korban bencana alam juga bisa
diidentifikasi berkat teknik profiling DNA ini.
Pemakaian paling luas dari pemeriksaan DNA adalah untuk menentukan
hubungan kekerabatan. Melalui analisis DNA, seseorang akan dengan mudah
mengetahui status hubungannya secara genetik entah dia ayah, ibu, sepupu, atau
hubungan saudara lainnya. Kita juga telah mengenal konsep bahwa sel sperma dan sel
telur menyumbang setengah dari total kromosom pada seorang anak. Artinya, tiap
orang mewarisi kombinasi unik DNA yang berasal dari ayah dan ibu mereka.
Berdasarkan fakta ini, penentuan pengujian DNA seseorang untuk menentukan
hubungan keluarga bisa dilakukan dengan memakai sampel DNA dari berbagai
macam sumber, baik dari kulit, darah, atau air liur.

JOURNAL LINK
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4314852/
https://investigativegenetics.biomedcentral.com/articles/10.1186/2041-2223-4-22
http://neuron.mefst.hr/docs/CMJ/issues/2005/46/4/16100757.pdf

Anda mungkin juga menyukai