Anda di halaman 1dari 21

Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka Pada Termodinamika

Sistem Tertutup dan Sistem Terbuka Pada Termodinamika

Dalam thermidinamika ada dua jenis sistem, yaitu sistem tertutup dan sistem terbuka.
1. Sistem Tertutup
Sistem tertutup yaitu terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran
benda dengan lingkungan. Dalam sistem tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada
masa keluar dari sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang dapatkeluar
masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau kerja. Contoh sistem tertutup
adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya
berubah, dan energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon. Selain itu Rumah hijau adalah
contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja
dengan lingkungan.

1.Sistem Terbuka
Sistem terbuka yaitu terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan
lingkungannya. Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat keluar sistem atau masuk kedalam
sistem melewati batas sistem. Sebagian besar mesinmesin konversi energi adalah sistem terbuka.
Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan bakar
dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistemmelalui knalpot. Turbin gas, turbin
uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan sistem thermodinamika terbuka, karena secara
simultan ada energi dan masa keluar-masuk sistem tersebut.

JENIS-JENIS SISTEM TERMODINAMIKA

Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem
dan lingkungan:
1. Sistem terisolasi: tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan
lingkungan. Contoh dari sistem terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti
tabung gas terisolasi.
Sistem yang tidak mengakibatkan terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja
dengan lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam termos. Dalam
kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan,
karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan
sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang
masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.
Termos Pada alat rumah tangga tersebut terdapat aplikasi
hukum I termodinamika dengan sistem terisolasi. Dimana tabung bagian
dalam termos yang digunakan sebagai wadah air, terisolasi dari lingkungan
luar karena adanya ruang hampa udara di antara tabung bagian dalam dan
luar. Maka dari itu, pada termos tidak terjadi perpindahan kalor maupun benda
dari sistem menuju lingkungan maupun sebaliknya.2. Mesin kendaraan
bermotor Pada mesin kendaraan bermotor terdapat aplikasi termodinamika
dengan sistem terbuka. Dimana ruang didalam silinder mesin merupakan
sistem, kemudian campuran bahan bakar dan udara masuk ke dalam silinder,
dan gas buang keluar sistem melalui knalpot.
1. Sistem tertutup: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi
pertukaran benda dengan lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem
tertutup di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja
dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau
keduanya biasanya dipertimbangkanh sebagai sifat pembatasnya:
Ø pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
Ø pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
Pada Sistem tertutup terjadi pertukaran energi (panas dan kerja)
tetapi tidak terjadi pertukaran benda dengan lingkungan. Dalam sistem
tertutup masa dari sistem yang dianalisis tetap dan tidak ada masa keluar dari
sistem atau masuk kedalam sistem, tetapi volumenya bisa berubah. Yang
dapat keluar masuk sistem tertutup adalah energi dalam bentuk panas atau
kerja. Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan,
dimana masa udara didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah, dan
energi panas masuk kedalam masa udara didalam balon. Selain itu Rumah
hijau adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas
tetapi tidak terjadi pertukaran kerja.
2. Sistem terbuka: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda
dengan lingkungannya. Sebuah pembatas memperbolehkan pertukaran
benda disebut permeabel. Samudra merupakan contoh dari sistem terbuka.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya
dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pecampuran, meskipun hanya
penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi,
energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.
Sistem terbuka yaitu terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan
benda dengan lingkungannya. Dalam sistem terbuka, energi dan masa dapat
keluar sistem atau masuk kedalam sistem melewati batas sistem. Sebagian
besar mesinmesin konversi energi adalah sistem terbuka. Sistem mesin motor
bakar adalah ruang didalam silinder mesin, dimana campuran bahan bahan
bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas buang keluar sistemmelalui
knalpot. Turbin gas, turbin uap, pesawat jet dan lain-lain adalah merupakan
sistem thermodinamika terbuka, karena secara simultan ada energi dan masa
keluar-masuk sistem tersebut.

Proses termodinamika: isobarik,


isokorik, isotermal, adiabatik dan
kuasi-statis
Sridianti 27/02/2019 Tak ada komentarpada Proses termodinamika: isobarik, isokorik,
isotermal, adiabatik dan kuasi-statis
Bagaimana makanan tetap dingin dan segar di lemari es? Di samping Anda pernah melihat
meskipun seluruh kompartemen bagian dalam kulkas itu dingin, di luar atau bagian belakang kulkas
itu hangat? Di sini kulkas menarik panas dari kompartemen dalamnya dan memindahkannya ke
daerah di luar. Inilah sebabnya bagian belakang kulkas hangat. ‘Proses termodinamika’ melibatkan
energi kalor yang bergerak di dalam suatu sistem atau di antara sistem. Mari kita pelajari lebih lanjut
tentang mereka. Jenis Proses Termodinamika ada 5:
1. Proses isobarik
2. Proses isokorik
3. Proses isotermal
4. Proses adiabatik
5. Proses kuasi-statis
Proses isobarik
“Iso” artinya sama, dan “barik” berarti tekanan. Proses selama tekanan sistem tetap konstan disebut
proses termodinamika isobarik. Misalkan ada bahan bakar dalam pengaturan piston dan silinder.
Ketika bahan bakar ini terbakar, tekanan gas, dihasilkan di dalam mesin. Tetapi jika gas dibiarkan
mengembang dengan membiarkan piston bergerak ke luar, tekanan sistem bisa konstan.
Kurva PV proses isobarik
Secara praktis, tidak mungkin untuk mencapai tekanan konstan dan konstan yang ideal. Proses
isobarik adalah proses di mana tekanan konstan. Kuantitas gas dalam proses isobarik tetap konstan
dan usaha yang dilakukan oleh sistem secara langsung mendorong perubahan volume atau suhu
sistem.

Kurva PV isobarik
Proses Isokorik
Proses, di mana volume sistem tetap konstan, adalah proses isokorik. Pemanasan gas dalam
silinder tertutup adalah contoh dari proses isokorik. Perubahan suhu untuk jumlah kalor tertentu
ditentukan oleh kalor spesifik gas pada volume konstan.
usaha yang dilakukan dalam proses isokorik
W = ∫PdV
Di sini, dV = 0
Karenanya, W = 0
Proses Isotermal
Dalam proses isotermal, tidak ada perubahan suhu, itu berarti suhunya tetap konstan. Seperti
halnya air panas disimpan dalam termos, jika kita mengeluarkan sejumlah air tertentu dari termos,
tetapi dipertahankan suhunya konstan maka proses dikatakan sebagai proses isotermal.
proses isotermal
Proses adiabatik
Proses, di mana kandungan panas sistem tetap konstan, adalah proses adiabatik. Selama proses
ini kalor tidak memasuki sistem atau meninggalkan sistem. Untuk proses adiabatik,
ΔQ = 0
Kemudian menurut hukum termodinamika pertama,
ΔU + ΔW = ΔQ = 0
di mana, Q adalah kalor yang dipasok ke sistem dan W adalah usaha yang dilakukan oleh sistem
dan U adalah energi dalam sistem.
Proses Kuasi-Statis
Ketika suatu proses adalah sistem yang tetap dekat dengan keadaan keseimbangan pada setiap
waktu, proses tersebut akan disebut sebagai proses kuasi-statis atau proses kuasi-keseimbangan.
Misalnya, jika seseorang turun dari atap ke lantai dengan bantuan tangga maka itu adalah proses
yang kuasi-statis. Tetapi jika dia melompat dari atap ke lantai dasar maka itu tidak akan menjadi
proses kuasi-statis.
Pertanyaan untuk Anda
Proses di mana energi internal sistem tetap konstan adalah:
a. Adiabatik b. Isobarik
c. Isokorik d. Isotermal
jawab. Isotermal
Energi internal adalah fungsi dari temperatur saja. Oleh karena itu, dalam kasus proses isotermal,
itu akan konstan.
Artikel terkait

Pengertian Proses Isotermal

Sebuah proses isotermal adalah perubahan dari suatu sistem termodinamika, di mana suhu tetap
konstan. Dan…


Proses Adiabatik

Pengertian Proses Adiabatik Dalam dunia fisika, tentunya kita akan kenal dan sangat akrab dengan
istilah…


Proses Sosialisasi Politik

Perkembangan sosialisasi politik diawali pada masa kanak-kanak atau remaja. Tahap lebih awal
dari belajar politik…

Penerapan Proses Isobarik, Proses
Isokhorik,Isotermal dan Adiabatik
1. Proses Isobarik

* Penerapan Proses Isobarik

Proses isobarik ini dapat dijumpai pada kasus pemanasan air di dalam ketel
mesin uap sampai ke titik didihnya dan diuapkan sampai air menjadi uap,
kemudian uap tersebut disuperpanaskan (superheated), dengan semua
proses berlangsung pada suatu tekanan konstan.. Sistem tersebut adalah H2O
di dalam sebuah wadah yang berbentuk selinder. Sebuah pengisap kedap
udara yang tak mempunyai gesekan dibebani dengan pasir untuk
menghasilkan tekanan yang didinginkan pada H2O dan untuk
mempertahankan tekanan tersebut secara otomatis. Kalor dapat dipindahkan
dari lingkungan ke sistem dengan menggunakan sebuah pembakar bunsen.
Jika proses tersebut terus berlangsung cukup lama, maka air mendidih dan
sebagian air tersebut diubah menjadi uap. Sistem tersebut bereskpansi
secara kuasi statik tetapi tekanan yang dikerahkan sistem pada pengisap
otomatis akan konstan.

2. Proses Isokhorik

* Penerapan Proses Isokhorik

Terjadi pada sebuah kipas dan baterai dalam sebuah wadah tertutup. Kipas
bisa berputar menggunakan energi yang disumbangkan baterai. Untuk kasus
ini, kipas, baterai dan udara yang berada di dalam wadah dianggap sebagai
sistem. Ketika kipas berputar, kipas melakukan kerja terhadap udara yang
ada dalam wadah. Pada saat yang sama, energi kinetik kipas berubah menjadi
energi dalam udara. Energi listrik pada baterai tentu saja berkurang karena
sudah berubah bentuk menjadi energi dalam udara. Contoh ini hanya mau
menunjukkan bahwa pada proses isokorik (volume selalu konstan), kerja
masih bisa dilakukan terhadap sistem (kerja yang tidak melibatkan
perubahan volume).
3. Proses Isotermal

* Penerapan Proses Isotermal

Penerapan Isotermal ini terjadi pada AC. AC alias Air Conditioner alias
Pengkondision Udara merupakan seperangkat alat yang mampu
mengkondisikan ruangan yang kita inginkan, terutama mengkondisikan
ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu lingkungan
sekitarnya.

4. Proses Adiabatik

* Penerapan Proses Adiabatik

Penerapan Adiabatik terjadi pada Prinsip Kerja Mesin Diesel.

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran
dalam (internal combustion engine) (simplenya biasanya disebut “mobor
bakar” saja). Prosip kerja motor diesel adalah merubah energi kimia menjadi
energi mekanis. Energi kimia di dapatkan melalui proses reakasi kimia
(pembakaran) dari bahan bakar (solar) dan oksidiser (udara) di dalam
silinder (ruang bakar).

Pada motor diesel ruang bakarnya bisa terdiri dari satu atau lebih tergantung
pada penggunaannya dan dalam satu silinder dapat terdiri dari satu atau dua
torak. Pada umumnya dalam satu silinder motor diesel hanya memiliki satu
torak.

Prinsip Kerja
Tekanan gas hasil pembakaran bahan bakan dan udara akan mendorong torak
yang dihubungkan dengan poros engkol menggunakan batang torak,
sehingga torak dapat bergerak bolak-balik (reciprocating). Gerak bolak-balik
torak akan diubah menjadi gerak rotasi oleh poros engkol (crank shaft). Dan
sebaliknya gerak rotasi poros engkol juga diubah menjadi gerak bolak-balik
torak pada langkah kompresi.

Berdasarkan cara menganalisa sistim kerjanya, motor diesel dibedakan


menjadi dua, yaitu motor diesel yang menggunakan sistim airless
injection (solid injection) yang dianalisa dengan siklus dual dan motor diesel
yang menggunakan sistim air injection yang dianalisa dengan siklus diesel
(sedangkan motor bensin dianalisa dengan
siklus otto).

Perbedaan antara motor diesel dan motor bensin yang nyata adalah terletak
pada proses pembakaran bahan bakar, pada motor bensin pembakaran bahan
bakar terjadi karena adanya loncatan api listrik yang dihasilkan oleh dua
elektroda busi (spark plug), sedangkan pada motor diesel pembakaran terjadi
karena kenaikan temperatur campuran udara dan bahan bakar akibat
kompresi torak hingga mencapai temperatur nyala. Karena prinsip penyalaan
bahan bakarnya akibat tekanan maka motor diesel juga disebut compression
ignition engine sedangkan motor bensin disebut spark ignition engine.

Aplikasi Termodinamika di Kehidupan Sehari-hari Minggu, 15 Maret Hukum termodinamika telah


berhasil diterapkan dalam penelitian tentang proses kimia dan fisika. Hukum pertama
termodinamika didasarkan pada hukum kekekalan energi. Hukum kedua termodinamika berkenaan
dengan proses alami atau proses spontan dimana fungsi yang memprediksi kespontanan reaksi
ialah entropi, yang merupakan ukuran ketidakteraturan suatu sistem. Hukum kedua ini menyatakan
bahwa untuk proses spontan, perubahan entropi semesta haruslah positif. Sedangkan hukum
ketiga termodinamika memungkinkan untuk menentukan nilai entropi mutlak (Chang, 2002: 165).
Berikut beberapa contoh aplikasi termodinamika yang biasa digunakan dalam kehidupan
sehari-hari : 1. Air Conditioner (AC) Sistem kerja AC terdiri dari bagian yang berfungsi untuk
menaikkan dan menurunkan tekanan supaya penguapan dan penyerapan panas dapat
berlangsung. Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor dialirkan ke
kondenser yang kemudian dimampatkan di kondenser. Di bagian kondenser ini refrigent yang
dimampatkan akan berubah fase dari refrigent fase uap menjadi refrigent fase cair, maka refrigent
mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang terkandung di dalam refrigent. Adapun besarnya
kalor yang dilepaskan oleh kondenser adalah jumlahan dari energi kompresor yang diperlukan dan
energi kalor yang diambil evaparator dari substansi yang akan didinginkan. Pada kondensor,
tekanan refrigent yang berada dalam pipa-pipa kondensor relatif jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan tekanan refrigent yang berada pada pipi-pipa evaporator. Setelah refrigent lewat
kondensor dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase cair maka refrigent dilewatkan
melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini refrigent tekanannya diturunkan sehingga refrigent
berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang kemudian dialirkan ke evaporator, di dalam
evaporator ini refrigent akan berubah keadaannya dari fase cair ke fase uap, perubahan fase ini
disebabkan karena tekanan refrigent dibuat sedemikian rupa sehingga refrigent setelah melewati
katup ekspansi dan melalui evaporator tekanannya menjadi sangat turun. Hal ini secara praktis
dapat dilakukan dengan jalan diameter pipa yang ada dievaporator relatif lebih besar jika
dibandingkan dengan diameter pipa yang ada pada kondenser. Dengan adanya perubahan kondisi
refrigent dari fase cair ke fase uap maka untuk merubahnya dari fase cair ke refrigent fase uap
maka proses ini membutuhkan energi yaitu energi penguapan, dalam hal ini energi yang
dipergunakan adalah energi yang berada didalam substansi yang akan didinginkan. Dengan
diambilnya energi yang diambil dalam substansi yang akan didinginkan maka entalpi, substansi
yang akan didinginkan akan menjadi turun, dengan turunnya entalpi maka temperatur dari
substansi yang akan didinginkan akan menjadi turun. Proses ini akan berubah terus-menerus
sampai terjadi pendinginan yang sesuai dengan keinginan. Berikut rangkaian gambar skema kerja
dari AC : 2. Dispenser Prinsip kerja pemanas air Proses pemanasan air terjadi pada saat air masuk
kedalam tabung pemanas. Tabung pemanas merupakan tabung yang terbuat dari logam yang
disekitar tabung tersebut dikelilingi oleh elemen pemanas, sehingga ketika air mengalir dari
tampungan menuju tabung pemanas sensor suhu yang ada pada tabung pemanas akan memicu
elemen pemanas untuk bekerja, suhu tinggi yang dihasilkan elemen pemanas diserap oleh air yang
suhunya lebih rendah, setelah suhu air dalam tabung pemanas tinggi maksimal sensor suhu yang
ada pada tabung pemanas akan memutuskan arus listrik pada elemen pemanas, pada saat
elemen pemanas menyala lampu indikator pemanas menyala dan pada saat elemen pemanas mati
lampu indikator pemanas mati. Pada tabung dispenser dipasang Heater/pemanas serta sensor
suhu atau thermostat yang berfungsi untuk membatasi kerja heater agar tidak bekerja
terus-menerus yang akan menimbulkan suhu air dalam tabung dispenser berlebihan, karena
apabila heater berkerja berlebih, heater akan panas dan bahkan heater tersebut akan terjadi
kerusakan didalamnya. Untuk mengurangi terjadinya resiko tersebut, di heater dipasang thermostat
yang berguna untuk mengatur suhu. Ketika suhu air yang dipanaskan oleh heater mencapai suhu
tertentu sehingga melebihi suhu kerja sensor/thermostat maka sensor akan bekerja dan
memutuskan arus yang mengalir ke heater, dengan demikian heater akan berhenti bekerja
sehingga suhu air tetap terjaga sesuai dengan kebutuhan, bisa dilihat di lampu indikator dari warna
merah akan berganti warna hijau. Heater akan bekerja kembali manakala suhu air pada tabung
menurun sampai suhunya berada dibawah suhu kerja sensor, sensor dipasang seri dengan heater,
dengan demikian fungsi dari sensor ini mirip seperti saklar, hanya saja bekerjanya secara otomatis
berdasarkan perubahan suhu. Prinsip kerja pendingin air Proses pendinginan air pada dispenser
pada umumnya dibedakan menjadi 2 yaitu: 1. Pendinginan Air dengan Fan Proses pendinginan
air menggunakan fan dilakukan dengan cara menghisap suhu tinggi pada air ketika air berada pada
tampungan air kedua yang letaknya berada dibawah tampungan air pertama, namun pada
kenyataannya fan hanya alat bantu untuk mempercepat pembuangan panas pada air, sehingga
temperatur air hanya akan turun sedikit saja. Setelah melewati tampungan air kedua air akan
dikeluarkan melalui keran dan siap untuk diminum. 2. Pendinginan Air dengan Sistem Refrigran
Pendinginan air pada dispenser menggunakan sistem refrigran sama seperti sistem refrigran pada
kulkas hanya saja evaporatornya dimasukkan kedalam tampungan air kedua yang berada dibawah
tampungan air pertama, sehingga air disekitar evapurator akan menjadi air dingin. Hasil
pendinginan air pada dispenser menggunakan sistem refrigran lebih maksimal dibandingkan
pendinginan air menggunakan fan. Setelah air melalui proses pendinginan pada tampungan air
kedua, air akan mengalir dan keluar memalui keran. Nama komponen pada dispenser: 1. Saklar
On/Off 2. Thermostat 1 3. Thermostat 2 4. Saluran daya utama 5. Elemen pemanas
6. Saluran air panas 7. Saluran air normal 8. Pipa pembuangan 3. Rice Cooker Pada rice
cooker, energi panas ini dihasilkan dari energi listrik. Suatu cairan akan menguap bila tekanan uap
gas yang berasal dari cairan adalah sama dengan tekanan dari cairan ke sekitarnya (Puap = Pcair).
Jadi, titik didih suatu cairan sebenarnya bisa dimanipulasi dengan meningkatkan tekanan di luar
cairan (tekanan eksternal). Pada penanak nasi biasa, air akan dididihkan dengan tekanan eksternal
biasa, yaitu 101 kPa, dan mendidih pada titik didih biasa, yaitu 100°C (373 K). Sementara, pada
penanak nasi yang memanipulasi tekanan (pressure cooker, atauelectric pressure cooker) jika
tutup lubang uapnya dibuka, maka pressure cooker akan bekerja seperti penanak nasi biasa,
karena tekanan eksternalnya sama dengan tekanan udara luar. Namun, jika tutup lubang uapnya
(biasanya berupa katup) ditutup, akan ada perubahan pada tekanan udara di ruang dalam pressure
cooker dan titik didih cairan akan berubah. Ketika katupnya ditutup, kondisi sistem berubah karena
uap airnya hanya dapat berada di dalam ruang pressure cooker. Karena ada tambahan massa
(tutup katup), tekanan makin tinggi dan titik kesetimbangan antar fase (dalam hal ini, antara fase
cair dan fase uap) berubah ke temperatur yang lebih tinggi, dan terbentuklah titik didih baru. Massa
tutup katup menentukan tekanan di dalam ruang pressure cooker, karena lubang katup akan
membiarkan uap air keluar ketika tekanannya telah mencapai titik tertentu. Kelebihan tekanan akan
dikurangi dengan melepaskan sedikit uap melalui katup

Mine coins - make money: http://bit.ly/money_crypto

Sebelumnya kita sudah membahas Hukum Pertama Termodinamika dan


menganalisis usaha yang dilakukan oleh sistem. Kali ini kita mencoba
meninjau beberapa penerapan Hukum Pertama Termodinamika dalam empat
proses termodinamika. Keempat proses termodinamika yang dimaksud
adalah proses isotermal, isokorik, isobarik dan adiabatik. Istilah ini berasal
dari bahasa Yunani.
Proses Isotermal (suhu konstan)
Terlebih dahulu kita tinjau penerapan hukum pertama termodinamika pada
proses isotermal. Dalam proses Isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu
konstan. Sistem yang kita analisis secara teoritis adalah gas ideal. Suhu gas
ideal berbanding lurus dengan energi dalam gas ideal (U = 3/2 nRT). Karena
T tidak berubah maka U juga tidak berubah. Dengan demikian, jika
diterapkan pada proses isotermal, persamaan Hukum pertama termodinamika
menjadi :
Dari hasil ini disimpulkan pada proses isotermal (suhu konstan), kalor (Q)
yang ditambahkan pada sistem digunakan sistem untuk melakukan kerja (W).
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal digambarkan
melalui grafik di bawah :

Mula‐mula volume sistem =


V1 (volume kecil) dan tekanan sistem = P1 (tekanan besar). Agar suhu sistem
konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan
melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah sistem melakukan kerja
terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume sistem
bertambah) dan tekanan sistem berubah menjadi P2 (tekanan sistem
berkurang). Bentuk grafik melengkung karena tekanan sistem tidak berubah
secara teratur selama proses. Besarnya kerja yang dilakukan sistem = luasan
yang diarsir.
Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau
meninggalkan sistem (Q = 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem
tertutup yang terisolasi dengan baik. Untuk sistem tertutup yang terisolasi
dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan seenaknya mengalir ke
dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi
pada sistem tertutup yang tidak terisolasi.
Untuk kasus ini, proses harus dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor
tidak sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem. Jika
diterapkan pada proses adiabatik, persamaan Hukum pertama termodinamika
akan berubah bentuk seperti ini :
Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka
kerja bernilai negatif. Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi
dalam sistem bertambah). Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai
dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka W bernilai positif. Karena W
positif, maka U bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang). Energi
dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT),
karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka suhu sistem juga
bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam sistem berkurang maka suhu sistem
berkurang.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik digambarkan
melalui grafik di bawah :

Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka
kerja bernilai negatif. Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi
dalam sistem bertambah). Sebaliknya jika sistem berekspansi atau memuai
dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka W bernilai positif. Karena W
positif, maka U bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang). Energi
dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT),
karenanya jika energi dalam sistem bertambah maka suhu sistem juga
bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam sistem berkurang maka suhu sistem
berkurang.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik digambarkan
melalui grafik di bawah :

Kurva adiabatik pada grafik ini (kurva 1‐2) lebih


curam daripada kurva isotermal (kurva 1‐3). Perbedaan kecuraman ini
menunjukkan bahwa untuk kenaikan volume yang sama, tekanan sistem
berkurang lebih banyak pada proses adiabatik dibandingkan dengan proses
isotermal. Tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik
karena ketika terjadi pemuaian adiabatik, suhu sistem juga berkurang. Suhu
berbanding lurus dengan tekanan, karenanya apabila suhu sistem berkurang,
maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada proses isotermal, suhu
sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses isotermal suhu tidak ikut
mempengaruhi penurunan tekanan.
Salah satu contoh proses yang mendekati adiabatik terjadi pada mesin
pembakaran dalam, misalnya mesin diesel dan mesin bensin. Pada mesin
diesel, udara dimasukan ke dalam silinder dan udara yang berada di dalam
silinder ditekan dengan cepat menggunakan piston (kerja dilakukan pada
udara). Proses penekanan adiabatik (pengurangan volume sistem)
digambarkan melalui kurva 2‐1. Karena ditekan dengan cepat secara
adiabatik maka suhu udara naik dengan cepat. Pada saat yang sama, solar
disemprotkan ke dalam silinder lewat injektor dan campuran terpicu seketika
(terjadi proses pembakaran). Pada mesin motor bensin, campuran udara dan
bensin dimasukkan ke dalam silinder kemudian ditekan dengan cepat
menggunakan piston. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka
suhunya naik dengan cepat. Pada saat yang sama, busi memercikan bunga api
sehingga terjadi proses pembakaran.
Proses Isokorik (volume konstan)
Dalam proses Isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Karena
volume sistem selalu konstan, maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada
lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan
kerja pada sistem. Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan Hukum
pertama termodinamika akan berubah menjadi :

Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume
konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada sistem digunakan untuk
menaikkan energi dalam sistem.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan
melalui grafik di bawah :

Mula‐mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya tambahan kalor pada


sistem menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena energi dalam
sistem bertambah maka suhu sistem (gas ideal) meningkat (U = 3/2 nRT).
Suhu berbanding lurus dengan tekanan. Karenanya jika suhu sistem
meningkat, maka tekanan sistem bertambah (p2). Karena volume sistem
konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan (tidak ada luasan yang diarsir).
Sebelumnya dikatakan bahwa dalam proses isokorik, sistem tidak bisa
melakukan kerja terhadap lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan
tidak bisa melakukan kerja terhadap sistem. Hal ini disebabkan karena pada
proses isokorik, volume sistem selalu konstan alias tidak berubah. Terdapat
jenis kerja tertentu yang tidak melibatkan perubahan volume. Jadi walaupun
volume sistem konstan alias tidak berubah, kerja masih bisa dilakukan
terhadap sistem. Misalnya terdapat sebuah kipas + baterai dalam sebuah
wadah tertutup. Kipas bisa berputar menggunakan energi yang disumbangkan
baterai. Untuk kasus ini, kipas, baterai dan udara yang berada di dalam wadah
dianggap sebagai sistem.
Ketika kipas berputar, kipas melakukan kerja terhadap udara yang ada dalam
wadah. Pada saat yang sama, energi kinetik kipas berubah menjadi energi
dalam udara. Energi listrik pada baterai tentu saja berkurang karena sudah
berubah bentuk menjadi energi dalam udara. Contoh ini menunjukkan bahwa
pada proses isokorik (volume selalu konstan), kerja masih bisa dilakukan
terhadap sistem (kerja yang tidak melibatkan perubahan volume).
Proses Isobarik (tekanan konstan)
Dalam proses Isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. Karena
yang konstan adalah tekanan, maka perubahan energi dalam (delta U), kalor
(Q) dan kerja (W) pada proses isobarik tidak ada yang bernilai nol. Dengan
demikian, persamaan hukum pertama termodinamika tetap utuh seperti
semula :
ΔU = Q − W

Perubahan tekanan dan volume gas pada proses


isobarik digambarkan melalui grafik di bawah :
Mula‐mula volume sistem = V1 (volume kecil). Karena tekanan dijaga agar
selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai
dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah melakukan kerja terhadap
lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume sistem bertambah).
Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir.
Contoh soal 1 :

Kurva 1‐2 pada dua diagram


di bawah menunjukkan pemuaian gas (pertambahan volume gas) yang terjadi
secara adiabatik dan isotermal. Pada proses manakah kerja yang dilakukan
oleh gas lebih kecil ?
Kerja yang dilakukan gas pada proses adiabatik lebih kecil daripada kerja
yang dilakukan gas pada proses isotermal. Luasan yang diarsir = kerja yang
dilakukan gas selama proses pemuaian (pertambahan volume gas). Luasan
yang diarsir pada proses adiabatik lebih sedikit dibandingkan dengan luasan
yang diarsir pada proses isotermal.
Contoh soal 2 :
Serangkaian proses termodinamika ditunjukkan pada diagram di bawah.
kurva a‐b dan d‐c = proses isokorik (volume konstan). Kurva b‐c dan a‐d =
proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses a‐b, Kalor (Q) sebanyak 600
Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses b‐c, Kalor (Q) sebanyak 800 Joule
ditambahkan ke sistem. Tentukan :

a) Perubahan energi dalam pada proses a‐b


b) Perubahan energi dalam pada proses a‐b‐c
c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a‐d‐c
P1 = 2 x 105 Pa = 2 x 105 N/m2
P2 = 4 x 105 Pa = 4 x 105 N/m2
V1 = 2 liter = 2 dm3 = 2 x 10‐3 m3
V2 = 4 liter = 2 dm3 = 4 x 10‐3 m3
Pembahasan
a) Perubahan energi dalam pada proses a‐b
Pada proses a‐b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan ke sistem. Proses a‐b =
proses isokorik (volume konstan). Pada proses isokorik, penambahan kalor
pada sistem hanya menaikkan energi dalam sistem. Dengan demikian,
perubahan energi dalam sistem setelah menerima sumbangan kalor :
ΔU = Q
ΔU = 600 J
b) Perubahan energi dalam pada proses a‐b‐c
Proses a‐b = proses isokorik (volume konstan). Pada proses a‐b, kalor
sebanyak 600 J ditambahkan
ke sistem. Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan oleh
sistem.
Proses b‐c = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses b‐c, kalor (Q)
sebanyak 800 Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses isobarik, sistem bisa
melakukan kerja. Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses b‐c
(proses isobarik) adalah :
W = P (V2 ‐ V1) ‐‐‐ tekanan konstan
W = P2 (V2 ‐ V1)
W = 4 x 105 N/m2 (4 x 10‐3 m3 ‐ 2 x 10‐3 m3)
W = 4 x 105 N/m2 (2 x 10‐3 m3)
W = 8 x 102 Joule
W = 800 Joule
Kalor total yang ditambahkan ke sistem pada proses a‐b‐c adalah :
Q total = Q ab + Q bc
Q total = 600 J + 800 J
Q total = 1400 Joule
Kerja total yang dilakukan oleh sistem pada proses a‐b‐c adalah :
W total = W ab + W bc
W total = 0 + W bc
W total = 0 + 800 Joule
W total = 800 Joule
Perubahan energi dalam sistem pada proses a‐b‐c adalah :
ΔU = Q − W
ΔU = 1400 J − 800 J
ΔU = 600 J
Perubahan energi dalam pada proses a‐b‐c = 600 J
c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a‐d‐c
Kalor total yang ditambahkan pada sistem bisa diketahui melalui persamaan
di bawah :
ΔU = Q − W
Q = ΔU + W
Kalor total yang ditambahkan pada proses a‐d‐c = perubahan energi dalam
pada proses a‐d‐c + kerja total yang dilakukan pada proses a‐d‐c.
Kalor dan kerja terlibat dalam perpindahan energi antara sistem dengan
lingkungan, sedangkan perubahan energi dalam merupakan akibat dari
adanya perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Karenanya
perubahan energi dalam tidak bergantung pada proses perpindahan energi.
Sebaliknya, kalor dan kerja sangat bergantung pada proses. Pada proses
isokorik (volume sistem konstan), perpindahan energi hanya dalam bentuk
kalor saja, sedangkan kerja tidak. Pada proses isobarik (tekanan konstan),
perpindahan energi melibatkan kalor dan kerja. Walaupun tidak bergantung
pada proses, perubahan energi dalam bergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir sistem. Apabila keadaan awal dan keadaan akhir sama maka
perubahan energi dalam juga selalu sama, walaupun proses yang ditempuh
berbeda‐beda.
Keadaan awal dan keadaan akhir untuk proses a‐b‐c pada grafik di atas =
keadaan awal dan keadaan akhir proses a‐d‐c. Dengan demikian, perubahan
energi dalam pada proses a‐d‐c = 600 J.
Kerja (W) total yang dilakukan pada proses a‐d‐c = W pada proses a‐d + W
pada proses d‐c.
Proses a‐d merupakan proses isobarik (tekanan konstan), sedangkan proses d‐
c merupakan proses isokorik (volume konstan). Karena volume konstan maka
tidak ada kerja yang dilakukan pada proses d‐c. Terlebih dahulu kita hitung
kerja yang dilakukan pada proses a‐d.
W ad = P (V2 ‐ V1)
W ad = P1 (V2 ‐ V1)
W ad = 2 x 105 N/m2 (4 x 10‐3 m3 ‐ 2 x 10‐3 m3)
W ad = 2 x 105 N/m2 (2 x 10‐3 m3)
W ad = 4 x 102 Joule
W ad = 400 Joule
W total = W pada proses a‐d + W pada proses d‐c
W total = 400 Joule + 0
W total = 400 Joule
Dengan demikian, banyaknya kalor yang ditambahkan pada proses a‐d‐c
adalah :
Q = ΔU + W
Q = 600 J + 400 J
Q = 1000 J
Contoh soal 3 :
1 liter air berubah menjadi 1671 liter uap ketika dididihkan pada tekanan 1
atm. Tentukan perubahan energi dalam dan besarnya kerja yang dilakukan air
ketika menguap… (Kalor penguapan air = LV = 22,6 x 105 J/Kg)
Pembahasan
Massa jenis air = 1000 kg/m3
LV = 22,6 x 105 J/Kg
P = 1 atm = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 105 N/m2
V1 = 1 liter = 1 dm3 = 1 x 10‐3 m3 (Volume air)
V2 = 1671 liter = 1671 dm3 = 1671 x 10‐3 m3 (Volume uap)
a) Perubahan energi dalam
Perubahan energi dalam = Kalor yang ditambahkan pada air – Kerja yang
dilakukan air ketika menguap. Terlebih dahulu kita hitung Kalor (Q) yang
ditambahkan pada air…
Q = mL V
Massa (m) air ?
Massa jenis air = massa air / volume air
Massa air (m) = (massa jenis air)(volume air)
Massa air (m) = (1000 kg/m3)(1 x 10‐3 m3)
Massa air (m) = (1000 kg/m3)(0,001 m3)
Massa air (m) = 1 Kg
Q = (1 kg)(22,6 x 105 J/kg)
Q = 22,6 x 105 J
Hitung Kerja (W) yang dilakukan oleh air ketika menguap. Pendidihan air
terjadi pada tekanan tetap (proses isobarik).
W = p (V2 – V1)
W = 1,013 x 105 N/m2 (1671 x 10‐3 m3 – 1 x 10‐3 m3)
W = 1,013 x 105 N/m2 (1670 x 10‐3 m3)
W = 1691,71 x 102 Joule
W = 1,7 x 105 Joule
Perubahan energi dalam air :
ΔU = Q − W
ΔU = 22,6 x 105 J − 1 , 7 x 105 J
ΔU = 20,9 x 105 J
ΔU = 21 x 105 J
21 x 105 J kalor yang ditambahkan pada air digunakan untuk menaikkan
energi dalam (mengatasi gaya tarik antara molekul yang menjaga agar air
tetap cair). Dengan kata lain, 21 x 105 J digunakan untuk mengubah air
menjadi uap. Ketika air sudah menjadi uap, 1,7 x 105 J yang tersisa dipakai
untuk melakukan kerja.
Contoh soal 4 :
1 mol gas dalam sebuah silinder memuai dengan cepat secara adiabatik.
Mula‐mula suhu gas = 1000 K. Setelah memuai, suhu gas berkurang menjadi
500 K. Tentukan kerja yang dilakukan oleh gas… Pembahasan
Pemuaian gas terjadi secara adiabatik. Pada proses adiabatik, tidak ada kalor
yang masuk atau keluar sistem. Dengan demikian, kerja yang dilakukan gas =
perubahan energi dalam gas. Secara matematis ditulis seperti ini :
ΔU = Q − W atau W = Q − Δ U → Q = 0
W = 0 − ΔU
W = − ΔU
Kita bisa menghitung perubahan energi dalam gas menggunakan persamaan
energi dalam gas ideal :
ΔU = U akhir – U awal
ΔU = 3/2 nR (T akhir – T awal)
ΔU = 3/2 (1 mol)(8,315 J/mol.K)(500 K – 1000 K)
ΔU = 3/2 (1 mol)(8,315 J/mol.K)(‐500 K)
ΔU = ‐6236,25 J
Dengan demikian, besarnya kerja yang dilakukan oleh gas adalah :
W = − ΔU
W = − ( − 6236 , 25 J )
W = 6236 , 25 J
Anda perlu masuk untuk melihat isi sepenuhnya. Silahkan Masuk. Bukan Member? Bergabung
APLIKASI TERMODINAMIKA DALAM KEHIDUPAN
Selain pada proses termodinamika dan manusia, penerapan hukum I termodinamika juga dapat

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, misal:

1. Termos

Pada alat rumah tangga tersebut terdapat aplikasi hukum I termodinamika dengan sistem terisolasi.

Dimana tabung bagian dalam termos yang digunakan sebagai wadah air, terisolasi dari lingkungan luar

karena adanya ruang hampa udara di antara tabung bagian dalam dan luar. Maka dari itu, pada termos

tidak terjadi perpindahan kalor maupun benda dari sistem menuju lingkungan maupun sebaliknya.

2. Mesin kendaraan bermotor

Pada mesin kendaraan bermotor terdapat aplikasi termodinamika dengan sistem terbuka. Dimana

ruang didalam silinder mesin merupakan sistem, kemudian campuran bahan bakar dan udara masuk

kedalam silinder, dan gas buang keluar sistem melalui knalpot.

3. Refferigerator (Lemari Es)


Adalah suatu unit mesin pendingin di pergunakan dalam rumah tangga, untuk menyimpan bahan makanan atau

minuman. Untuk menguapkan bahan pendingin di perlukan panas.

Lemari es memanfaatkan sifat ini. Bahan pendingin yang digunakan sudah menguap pada suhu -200C. panas

yang diperlukan untuk penguapan ini diambil dari ruang pendingin, karena itu suhu dalam ruangan ini akan turun.

Penguapan berlangsung dalam evaporator yang ditempatkan dalam ruang pendingin. Karena sirkulasi udara, ruang

pendingin ini akan menjadi dingin seluruhnya.

Lemari Es merupakan kebalikan mesin kalor. Lemari Es beroperasi untuk mentransfer kalor keluar dari

lingkungan yang sejuk kelingkungn yang hangat. Dengan melakukan kerja W, kalor diambil dari daerah temperatur

rendah TL (katakanlah, di dalam lemari Es), dan kalor yang jumlahnya lebih besar dikeluarkan pada temperature tinggi

Th (ruangan).

Sistem lemari Es yang khas, motor kompresor memaksa gas pada temperatur tinggi melalui penukar kalor

(kondensor) di dinding luar lemari Es dimana Qhdikeluarkan dan gas mendingin untuk menjadi cair. Cairan lewat dari

daerah yang bertekanan tinggi , melalui katup, ke tabung tekanan rendah di dinding dalam lemari es, cairan tersebut

menguap pada tekanan yang lebih rendah ini dan kemudian menyerap kalor (QL) dari bagian dalam lemari es. Fluida

kembali ke kompresor dimana siklus dimulai kembali.

Lemari Es yang sempurna (yang tidak membutuhkan kerja untuk mengambil kalor dari daerah

temperatur rendah ke temperatur tinggi) tidak mungkina ada. Ini merupakan pernyataan Clausius mengenai hukum

Termodinamika kedua. Kalor tidak mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda panas. Dengan

demikian tidak akan ada lemari Es yang sempurna.

4. Pendingin Ruangan (AC)


Air Conditioner (AC) alias Pengkondision Udara merupakan seperangkat alat yang mampu mengkondisikan
ruangan yang kita inginkan, terutama mengkondisikan ruangan menjadi lebih rendah suhunya dibanding suhu
lingkungan sekitarnya. Filter (penyaring) tambahan digunakan untuk menghilangkan polutan dari udara. AC yang
digunakan dalam sebuah gedung biasanya menggunakan AC sentral. Selain itu, jenis AC lainnya yang umum adalah
AC ruangan yang terpasang di sebuah jendela. Kunci utama dari AC adalah refrigerant, yang umumnya
adalah fluorocarbon, yang mengalir dalam sistem, menjadi cair dan melepaskan panas saat dipompa (diberi tekanan),
dan menjadi gas dan menyerap panas ketika tekanan dikurangi. Mekanisme berubahnya refrigerant menjadi cairan
lalu gas dengan memberi atau mengurangi tekanan terbagi mejadi dua area. Sebuah penyaring udara, kipas, dan
cooling coil (kumparan pendingin) yang ada pada sisi ruangan dan sebuah kompresor (pompa), condenser coil
(kumparan penukar panas), dan kipas pada jendela luar.
Udara panas dari ruangan melewati filter, menuju ke cooling coil yang berisi cairan refrigerant yang dingin,
sehingga udara menjadi dingin, lalu melalui teralis/kisi-kisi kembali ke dalam ruangan. Pada kompresor, gas
refrigerant dari cooling coil lalu dipanaskan dengan cara pengompresan. Pada condenser coil, refrigerant melepaskan
panas dan menjadi cairan, yang tersirkulasi kembali ke cooling coil. Sebuah thermostatmengontrol motor kompresor
untuk mengatur suhu ruangan.

Anda mungkin juga menyukai