uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd
fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx
cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
Etika dan Hukum
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
6 Oktober 2017
Luciana Fransisca
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui
opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg
hjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert
yuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas
Etika dan Hukum
Jenis-jenis Etika
Metaethics
Disscussion about the nature of ethics and moral reasoning.
Normative ethics
interested in determining the content of our moral behavior.
Normative ethical theories seek to provide action-guides; procedures for
answering the Practical Question ("What ought I to do?").
Applied ethics
attempts to deal with specific realms of human action and to craft criteria for
discussing issues that might arise within those realms.
Teleologi (Aristoteles)
• Argumen sentral:
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 2
Keadilan distributif (The Theory of Justice dari John Rawls)
- Posisi awal kesetaraan (original position of equality):
o State of nature: kondisi masyarakat dimana belum terdapat kesenjangan.
o Masyarakat bebas dan berkumpul kemudian membentuk kesepakatan.
o Memilih prinsip-prinsip keadilan dari balik tabir (veil of ignorance).
- Prinsip-prinsip keadilan distributif Rawls:
o Setiap orang memiliki kebebasan seluas-luasnya yang sama sebanding
dengan kebebasan yang dimiliki orang lainnya.
o Ketidakseimbangan sosial dan ekonomi diatur sedemikian rupa agar:
. Memberikan manfaat yang rasional bagi semua orang;
. Melekat pada posisi dan fungsi yang terbuka bagi semua orang.
Aturan Maximin
- Maximin : maximum minimorum.
- Peringkat berdasarkan luaran terburuk apabila tidak terpenuhi.
- Prinsip keadilan pertama mendahului prinsip yang kedua.
- Apabila kebebasan dilanggar akan memberikan akibat yang lebih buruk.
Virtue Ethics
What is the best way to live?
• Concerns with one’s life and how to make it a happpy one.
• Reason on what kind of person to be and what sort of character to develop.
• Excellences of character that consist in both caring about the right things and
having the wisdom and practical skills to judge and act successfully with
respect to those things.
What is the right thing to do?
• A qualified agent: an act is right if and only if it comes from good or virtuous
motivation involving benevolence or caring or at least doesn’t come from bad
or inferior motivation involving malice or indifference to humanity.
• A target-centered: an act is virtuous in respect to benevolence if and only if it
hits the target of virtue or is overall virtuous.
• Virtue dapat didefinisikan sebagai berikut:
• Rasa cinta atau saling menyayangi terhadap sesama.
• Kesadaran moral untuk menyadari mana yang secara moral baik dan
terpuji.
• Kombinasi poin diatas ditambah kemampuan menyadari kearifan dan
hal-hal yang terkait didalamnya.
Deontology (Immanuel Kant)
o “DEON” = DUTY : kewajiban
o BENAR SALAHNYA INHEREN KEPADA TINDAKANNYA
Something As a Means to an End
Segala sesuatu merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan.
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 3
Banyak dianut dikalangan kedokteran karena dokter selalu menjanjikan upaya
maksimal.
Define the duty : causing (menolong), allowing (memudahkan akses), enable
(memudahkan penyembuhan), redirect (mengubah kondisi), accelerate
(mempercepat penyembuhan)
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 4
2) Keadilan (just and fair) : Warga UI harus menjaga integritas akademik dan
keadilan dalam berinteraksi dengan sesama warga UI maupun dengan pihak
lain, serta tidak melakukan diskriminasi berdasarkan kriteria apa pun.
3) Kepercayaan (trust) : Warga UI harus bersikap amanah atau dapat dipercaya
dalam menjalankan setiap tugas yang diembankan, tidak menyalahgunakan
setiap informasi yang dimiliki, dan menjaga nama baik Universitas Indonesia
baik di dalam maupun di luar lingkungan UI.
4) Kemartabatan (dignity) dan / atau penghormatan (respect) : Warga UI harus
menjunjung tinggi norma kesusilaan dan sopan santun, dilarang melakukan
tindakan mengancam atau menyerang, dan berkomitmen untuk menjadikan
wilayah kampus UI sebagai zona yang aman dan bebas dari narkotika.
5) Tanggung Jawab (accountability) : Warga UI harus mengembangkan integritas
akademik dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kemanusiaan;
serta memiliki komitmen untuk tidak menyalahgunakan kedudukan atau
jabatan.
6) Kebersamaan (togetherness) : Warga UI harus menghargai dan menjunjung
tinggi kemanusiaan yang beragam, serta menjunjung tinggi kebersamaan dalam
memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
7) Keterbukaan (transparency) Warga UI harus bersifat terbuka dan rendah hati
serta bersifat inklusif; bersedia mendengar dan mempertimbangkan pendapat
orang lain serta menerima kritik; dan menjunjung tinggi nilai toleransi.
8) Kebebasan akademik dan otonomi keilmuan (academic freedom and scientific
autonomy) : Sivitas akademika UI harus menjunjung tinggi kebebasan akademik
dan berkewajiban untuk memelihara dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
serta menjunjung hak tinggi subyek penelitian dan menghormati privasi serta
kerahasiaan subyek penelitian.
9) Kepatuhan pada peraturan perundangundangan yang berlaku
Warga UI harus senantiasa mematuhi semua aturan hukum dan aturan yang sah
lainnya, baik dalam melaksanakan kegiatan di lingkungan UI maupun di luar UI.
(Surat Keputusan Dewan Guru Besar Universitas Indonesia, 2014).
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 5
4) Mahasiswa dalam mengikuti dan menyelesaikan studi menghindarkan diri
dari perbuatan curang dan tidak melakukan tindakan plagiat; dan
5) Mahasiswa memanfaatkan secara layak serta tidak merusak, dan tidak
menyalahgunakan fasilitas kampus, dokumen, maupun hak-haknya sebagai
mahasiswa, terutama di dalam lingkungan kampus.
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 6
tahun ajaran 2012 sampai dengan tahun ajaran 2015. Berdasarkan respon dari
kuesioner, 80% mahasiswa masih mempertimbangkan prinsip atau value yang
mereka miliki ketika akan melakukan tindakan kecurangan akademik sedangkan
20% mengatakan tidak memperhatikan prinsip atau value yang mereka miliki.
Mahasiswa yang tidak memperhatikan prinsip atau value yang mereka miliki
beranggapan bahwa melakukan tindakan kecurangan akademik ditentukan oleh
kebutuhan bukan prinsip.
Berdasarkan pernyataan Bertens (1999) dan studi terbaru mengenai etika, dapat
disimpulkan bahwa nilai moral atau aturan tidak bisa serta merta dapat
mengatur tindakan manusia jika manusia tersebut tidak memiliki kemauan
untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral yang ditetapkan.
Nilai moral dan etika yang diajarkan di kampus juga tidak bisa 100%
menurunkan tindakan kecurangan akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 7
catatan kaki bahwa kalimat atau paragraf tertentu merupakan hasil diskusi
dengan mahasiswa lain.
2. Mengakui pekerjaan orang lain sebagai milik pribadi
Kecurangan akademik: mengutip materi atau bahan tanpa sitasi atau atribusi
lain, mengutip materi atau bahan dengan memberikan sitasi namun tidak
memberi tanda kutip, tidak memparafrase kalimat dari materi atau bahan milik
orang lain, memparafrase kalimat dari materi miliki orang lain tanpa
memberikan sitasi; serta menggunakan atau menyerahkan tugas orang lain dari
tahun sebelumnya, semester sebelumnya, atau dari mata kuliah lain sebagai
tugas pribadi.
3. Mengutip kalimat dari materi orang lain yang sudah diparafrasekan dan
mengakui sebagai milik pribadi : plagiat
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 8
mengobservasi satu atau lebih model. Pemodelan menjalankan berbagai fungsi
sebagai inhibisi atau disinhibisi, fasilitasi respons, dan pembelajaran melalui
observasi (Schunk et al., 2008).
1. Inhibisi/disinhibisi : Mengobservasi model dapat memperkuat atau pun
memperlemah larangan atau pencegahan. Ketika para model melakukan
aktivitas-aktivitas yang dilarang atau bahkan mengancam tanpa adanya
konsekuensi negatif, maka para pengamat mungkin akan melakukan aktivitas
tersebut. Namun apabila para model tersebut mendapatkan hukuman atau
konsekuensi negatif, maka konsekuensi tersebut dapat mencegah para pengamat
untuk meniru tingkah laku tersebut. Efek inhibisi atau disinhibisi ini berasal dari
keyakinan para pengamat bahwa konsekuensi yang serupa cenderung terjadi
apabila mereka bertindak sesuai dengan tindakan yang dicontohkan model.
2. Fasilitasi respon : Ketika seorang mahasiswa melihat temannya atau orang lain
melakukan kecurangan akademik, hal tersebut menjadi dorongan sosial baginya
untuk bertindak sesuai dengan tindakan yang dicontohkan.
3. Pembelajaran melalui observasi : Ketika pengamat menampilkan perilaku
yang baru, yang sebelum adanya pemodelan tersebut probabilitas perilaku baru
ini adalah nol. Pada pembelajaran ini terdapat pula yang disebut pemodelan
kognitif yaitu menggabungkan antara penjelasan dan keterampilan yang
dicontohkan dengan verbalisasi pemikiran dan alasan model melakukan
tindakan.
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 9
G. Etika dalam Bidang Kesehatan
Etika profesi dalam bidang kesehatan memiliki 4 prinsip umum, yakni
beneficience, nonmaleficience, respect for patient autonomy, dan justice.
Etika bukan hanya tentang knowing, tetapi juga doing dan being. Etika tidak
hanya mencakup kesadaran mengenai peraturan yang berlaku, tetapi juga harus
disertai pengartian nilai-nilai kebajikan yang sesuai dengan pekerjaan yang
dilakukan (Eriksson, Hedgesson, & Hoglund, 2007).
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 10
Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan keburukannya
Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
Paternalisme adalah hubungan selayaknya hubungan ayah dan anak, dimana
anak (pasien) akan patuh terhadap instruksi dan usulan dari ayah (dokter).
Paternalisme harus dilakukan seorang dokter dengan kasih sayang dan
bertanggung jawab, dan tidak dilakukan dengan semena-mena.
Paternalisme secara sengaja mengesampingkan keputusan orang lain dengan
tujuan menjauhkan orang tersebut dari bahaya. Hanya dibenarkan apabila:
a. Pasien dalam keadaan bahaya, namun bahaya dapat dicegah.
b. Bahaya dapat dicegah dengan paternalistik.
c. Keuntungan pasien dari tindakan paternalistik lebih besar daripada
resikonya.
Menjamin kehidupan-baik-minimal manusia
Pembatasan goal-based
Goal based adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan tujuan, apapun
dilakukan demi tercapainya tujuan, pembatasan dilakukan karena perilaku
goal based tidak melihat benar dan salah serta dapat melanggar etika hukum
kesehatan.
Example.
Apoteker memberikan antibiotik sesuai dengan resep dokter
Dokter tidak memberikan obat
Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
Penilaian pasien terhadap pelayanan kesehatan.
Minimalisasi akibat buruk
Kewajiban menolong pasien gawat-darurat
Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
Tidak menarik honorarium di luar kepantasan
Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
Mengembangkan profesi secara terus-menerus
Memberikan obat berkhasiat namun murah
Menerapkan Golden Rule Principle
Golden Rule Principle adalah memperlakukan orang seperti kita ingin
diperlakukan dan tidak memperlakukan orang sebagaimana kita tidak mau
diperlakukan. Kriteria ini sejalan dengan sikap empati (ikut merasakan apa
yang pihak lain rasakan).
2. Nonmaleficience
Menolong pasien emergensi
Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah:
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 11
- Pasien dalam keadaan amat berbahaya (darurat)/beresiko hilangnya
suatu yang penting (gawat)
- Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
- Tindakan kedokteran terbukti efektif
- Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami resiko minimal)
Mengobati pasien yang luka
Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)
Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
Mengobati secara proporsional
Mencegah pasien dari bahaya
Menghindari misrepresentasi dari pasien
Misrepresentasi adalah salah paham yang akan menimbulkan prespektif yang
berbeda antara dua pasien dan cara bersikap yang berbeda sehingga
menimbulkan kemungkinan kerugian.
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
Memberikan semangat hidup
Melindungi pasien dari serangan
Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/kerumah-
sakitan yang merugikan pihak pasien/keluarganya
White collar crime adalah suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum
yang berlaku dilakukan oleh pihak profesional (dalam hal ini dokter)
3. Autonomy
Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi
efektif)
Berterus terang
Menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghargai rasionalitas pasien
Melaksanakan informed consent
Informed consent adalah tindakan medis pada pasien setelah mendapat
informasi yang jelas dan memahaminya lalu disetujui oleh pasien.
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam mengambil keputusan,
termasuk keluarga pasien sendiri
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 12
Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien dalam kasus
emergensi
Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien
4. Justice
Memberlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah dilakukan
Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality, accessibility,
availability, quality)
Affordability: secara ekonomis dapat terjangkau oleh masyarakat dari
berbagai kalangan
Equality: bersikap adil terhadap semua pasien yang dilayani
Accessibility: lokasi fasilitas kesehatan dapat diakses dengan mudah oleh
masyarakat
Availability: tersedianya fasilitas kesehatan yang baik dan cukup
Quality: baik fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan harus memiliki kualitas
yang baik
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan)
Tidak melakukan penyalahgunaan
Bijak dalam makro alokasi
Dana pengalokasian yang akan disalurkan ke bidang kesehatan lebih banyak
dibandingkan kebutuhan lain seperti pendidikan, pertahanan.
Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat
Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dll]
PPT Prof. Dr.Frieda Mangunsong, M.Ed, Psi; dr. Ade Firmansyah Page 13