Anda di halaman 1dari 38

BAB II

DASAR TEORI

2.1 DASAR TEORI


Konversi Data Spasial
1. Data Vektor
a. SHP (Shapefile)

Format data SHP atau shapefile merupakan format data vektor yang
terkenal untuk software Sistem Informasi Geografis (GIS). SHP adalah format
data vektor yang digunakan untuk menyimpan lokasi , bentuk, dan atribut dari
fitur geografis. Format data SHP disimpan dalam satu set file terkait dan berisi
dalam satu kelas fitur . Format data vektor ini berisi tentang data referensi
geografis yang didefinisikan sebagai objek tunggal seperti jalan, sungai,
landmark, kode pos. Data fitur dan atribut akan disimpan dalam satu SHP.

Banyak aplikasi GIS yang bersifat opensource ataupun proprietary dapat


bekerja dengan shapefile. File ini meyimpan data geometry seperti point, line dan
polygon sehingga dapat dirender pada map GIS.

 Spesifikasi

Sesungguhnya shapefile merupakan kumpulan beberapa file dengan tiga


ekstensi utama yang mandatory/wajib yaitu *.shp, *.shx, *.dbf serta beberapa
tambahan/optional file yang lain. Satu set shapefile ditunjukkan dengan nama file
yang sama dengan ekstensi yang berbeda, misal jateng.shp, jateng.shx dan
jateng.dbf, serta beberapa file optional lain.

 .shp — shape format, menyimpan data feature geometry

 .shx — shape index format, index dari fetaure geometry sehingga


memudahkan/mempercepat proses pencarian

 .dbf — attribute format, berisi table attribute dari tiap feature


dalam dBase IV format

3
Ukuran data SHP dan file komponen DBF tidak dapat melebihi 2 GB
( atau 231 bit ) - sekitar 70 juta fitur titik yang terbaik. Jumlah maksimum fitur
untuk jenis geometri lainnya bervariasi tergantung pada jumlah simpul yang
digunakan. Kurang mendukung untuk nama field Unicode atau tempat
penyimpanan field, panjang maksimum nama field adalah 10 karakter, dan jumlah
maksimum dari field adalah 255.

 Pembuat

Shapefile adalah format data vektor geospatial untuk software GIS yang
dikembangakan oleh ESRI (Environmental System Research Institute) dengan
spesifikasi yang terbuka untuk kepentingan interoperabilitas antar software GIS.

 Software

Software yang bisa mengolah (input) format data SHP antara lain ArcGIS,
ArcView, MapInfo, ERDAS, Global Mapper

b. KML (Keyhole Markup Language)

KML adalah format file yang digunakan untuk menampilkan data


geografis dan visualisasi dalam Earth browser, seperti Google Earth, Google
Maps, dan Google Maps untuk seluler, dengan berbasis internet. Peta yang
ditampilkan dapat berbentuk peta 2 dimensi dan 3 dimensi. File KML dapat
digunakan untuk menentukan lokasi, menambahkan overlay gambar, dan
mengekspos data yang kaya dengan cara baru.

Untuk sistem referensi, KML menggunakan koordinat geografis 3


dimensi: bujur, lintang dan ketinggian, dengan nilai negatif untuk barat, selatan
dan di bawah permukaan laut jika data ketinggian tersedia. Komponen bujur dan
lintang yang dipakai adalah World Geodetic System 1984 (WGS84). Komponen
vertikal (ketinggian) diukur dari datum vertikal EGM96 geoid WGS84. Jika
ketinggian dihilangkan dari sumbu koordinat, misalnya (-122,917, 49,2623) maka
nilai default 0 (sekitar permukaan laut) diasumsikan untuk komponen ketinggian,

4
yaitu (-122,917, 49,2623, 0). Sebuah definisi formal dari sistem referensi
koordinat (dikodekan sebagai GML) yang digunakan oleh KML terkandung
dalam OGC spesifikasi KML 2.2. Definisi ini mengacu pada komponen EPSG
CRS.

 Spesifikasi

File KML menetapkan seperangkat fitur (place mark, gambar, poligon,


model 3D, deskripsi tekstual) untuk ditampilkan di Google Earth, Maps dan
Mobile, atau perangkat lunak geospasial lainnya menjalankan format data KML.
Setiap tempat selalu memiliki bujur dan lintang. Data lain dapat membuat
tampilan lebih spesifik, seperti ketinggian ataupun informasi lain yang akan
ditampilkan bersama pada tampilan software. KML mempunyai struktural yang
sama dengan GML. Beberapa informasi KML tidak dapat dilihat di Google Maps
atau Mobile.

File KML sangat sering didistribusikan dalam file KMZ, di mana file zip
KML disimpan dengan ekstensi kmz. Isi dari file KMZ adalah dokumen single
root KML ( notionally "doc..kml") dan opsional layer, gambar, ikon, dan model
3D COLLADA yang direferensikan dalam jaringan file KML. Dokumen root
KML merupakan hasil konvensi dengan file bernama "doc.kml" yang mana
merupakan file yang dimuat pada pembukaan. Dengan konvensi dokumen root
KML pada direktori root maka file direferensikan dalam subdirektori (misalnya
gambar untuk gambar overlay).

 Pembuat

KML adalah merupakan produk internasional yang dikembangkan oleh


Keyhole, Inc dan Goofle serta dikelola oleh Open Geospatial Consortium, Inc
(OGC).

 Software

5
Software yang bisa mengolah (input) format data KML antara lain Google
Earth, Google Sketch Up,

c. DXF (Digital Exchange File)

DXF adalah ekstensi file untuk format gambar grafis yang biasanya
digunakan dengan perangkat lunak AutoCAD ( Computer Assisted Drafting ).
DXF adalah format eksternal untuk mentransfer file antar komputer atau antar
paket perangkat lunak . Format data ini tidak memiliki topologi , tapi
menawarkan detail yang baik pada gambar , lebar garis dan gaya , warna , dan
teks. DXF biasanya dibangun dalam 64 layer . Setiap layer terdiri dari fitur yang
berbeda , yang memungkinkan pengguna untuk fitur terpisah. Format DXF mirip
dengan Initial Graphics Exchange Specification ( IGES ) dan menggunakan
format data vektor data. Salah satu kelemahan dari DXF adalah bahwa hal
tersebut biasanya tidak memberikan informasi yang cukup untuk memungkinkan
interoperabilitas antara dan dengan program lain .

 Spesifikasi

Sejak rilis awal tahun 1982, telah terjadi banyak perubahan pada
spesifikasi format file DXF. Untuk alasan itu, AutoDesk merilis daftar spesifikasi
format DXF yang didgunakan sampai saat ini. Tergantung pada perangkat lunak
(software) yang memproses format DXF, spesifikasi format data dapat berupa
dalam ASCII atau format biner.

DXF merupakan format data untuk informasi grafis. Merupakan format data yang
berstandar ASME/ANSI yang digunakan untuk PC yang berbasis CAD atau
CAM. DXF memungkinkan pertukaran data vektor serta gambar grafis 2D dan
3D.

 Pembuat

6
DXF adalah format data vektor CAD (Computer Aided Design) yang
dikembangakan oleh Autodesk, yang menyediakan kemampuan untuk bertukar
informasi atau bekerja sama antara AutoCAD dengan program lain.

 Software

Software yang bisa mengolah (input) format data DXF antara lain
AutoCAD, ArcGIS, ArcView, MapInfo

2. DATA RASTER

a. GeoTIFF

Sebelum membahas tentang GeoTIFF, akan dibahas terlebih dahulu


tentang TIFF (Tagged Image File Format). Format TIFF diterima secara luas
sebagai format data raster serbaguna di dunia saat ini. TIFF merupakan format
yang sesuai untuk penyimpanan, transfer, display, dan pencetakan gambar raster
seperti clipart, logotypes, scan dokumen dan lain-lain. File citra dalam bentuk
TIFF dapat digunakan untuk menyimpan dan mentransfer citra satelit digital, scan
foto udara, model elevasi, dan peta hasil scan. Melihat ke popularitas TIFF,
banyak pengguna yang menggunakan format TIFF untuk menyimpan gambar
satelit digital. Karena kebutuhan akan perkembangan informasi maka selanjutnya
pengguna menanamkan informasi geografis ( lintang, bujur, proyeksi peta dan lain
- lain) ke dalam file TIFF sehingga dapat digunakan oleh berbagai software GIS
dengan mudah. Persyaratan ini mendorong perkembangan GeoTIFF, file TIFF
yang memiliki informasi geografis ( atau kartografi ) data tertanam sebagai bagian
dalam file TIFF . Data geografis file GeoTIFF dapat digunakan untuk
memposisikan gambar di lokasi yang benar dan geometri pada layar tampilan
informasi geografis.

Format data GeoTIFF mendefinisikan satu set format TIFF yang


disediakan untuk menggambarkan semua informasi “kartografi” yang terkait

7
dengan citra TIFF yang berasal dari sistem pencitraan satelit, scan foto udara, scan
peta, model elevasi digital, atau sebagai hasil dari analisis geografis. Tujuannya
adalah untuk memungkinkan software dapat mengolah gambar raster ke dalam
model ruang yang terdefinisi atau proyeksi peta, dan untuk menggambarkan
proyeksi tersebut. Format data raster ini mendukung untuk pekerjaan
georeferencing atau informasi geocoding.

 Spesifikasi

GeoTIFF sepenuhnya telah sesuai dengan spesifikasi TIFF 6.0, dan


ekstensi apapun tidak bertentangan dengan rekomendasi TIFF, juga tidak
membatasi ruang lingkup data raster yang didukung oleh TIFF. GeoTIFF
menggunakan set kecil disediakan TIFF untuk menyimpan berbagai informasi
georeferencing, termasuk UTM, US State Plane, National Grids, ARC , serta jenis
proyeksi yang mendasar seperti Transverse Mercator, Geografis, Lambert
Conformal Conic.

GeoTIFF menggunakan "meta data" ( GeoKey ) untuk pendekatan dalam


mengkodekan puluhan elemen informasi yang akan menjadi 6 tag, mengambil
keuntungan dari platform TIFF yang independen sehingga menjadi representasi
format data untuk menghindari kesulitan interchange pada cross platform. Fitur
ini dirancang secara paralel dengan tag TIFF standar dan dekat agar dapat
mengikuti aturan TIFF dalam hal struktur dan tata letak.

GeoTIFF menggunakan kode numerik untuk menggambarkan jenis


proyeksi, sistem koordinat, datum, dan ellipsoid. Kode proyeksi, datum dan
elipsoid berasal dari daftar EPSG yang disusun oleh Petrotechnical Open Software
Company (POSC) , dan mekanisme untuk menambahkan proyeksi, datum dan
ellipsoid lain yang telah ditetapkan. Isi informasi GeoTIFF dirancang agar
kompatibel dengan data pendekatan dekomposisi yang digunakan oleh
Infrastruktur Data Spasial Nasional ( IDSN ) dari Komite Data Federal Geografi
AS ( FGDC )..

8
 Pembuat

GeoTIFF adalah format data raster terbuka (open source), domain publik.
Ini diproduksi oleh Dr Niles Ritter, saat bekerja di NASA - JPL ( Jet Propulsion
Laboratory). Sedangkan format TIFF sendiri dikembangkan oleh Adobe System.

 Software

Software yang bisa mengolah (input) format data GeoTIFF antara lain
ArcGIS, ArcView, MapInfo, Er Mapper, ENVI, Global Mapper, ERDAS
IMAGINE

b. MrSID ( Multiresolution Seamless Image Database)

MrSID merupakan format file berbasis wavelet yang dirancang untuk


memungkinkan portabilitas bit ( raster ) dalam ukuran gambar besa. Format ini
menggunakan transformasi wavelet diskrit ( DWT ) dengan cara halus pada
bagian data gambar dan menyimpan koefisien wavelet dalam struktur data yang
mendukung pengambilan data secara efisien yang diperlukan untuk menghasilkan
zona persegi panjang yang ditentukan gambar pada resolusi spasial yang dipilih.
Struktur data gambar MrSID adalah seperangkat bitplanes dirancang untuk
mendukung ' transaksi ' data gambar dengan cara extracting dan menyalurkannya.
Format ini dirancang untuk memungkinkan melihat sesaat dan manipulasi citra
baik lokal maupun melalui jaringan tanpa mengorbankan kualitas.

Fitur baru yang terapat di Generasi 3 dari format gambar termasuk


kompresi lossless, beberapa gambar dalam file komposit, dan dukungan untuk
optimasi selektif dan decoding oleh scene atau wilayah. Juga termasuk adalah
dukungan untuk data multispektral dan mendukung pengguna untuk transformasi
warna.

 Spesifikasi

9
MrSID mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah tentang waktu
yang dibutuhkan untuk membuka gambar raster dengan ukuran besar dengan
menyediakan kemampuan untuk dekompresi hanya bagian gambar yang ingin di
lihat. Dengan begitu proses akan cepat berpindah dari satu bagian dari gambar
yang lain tanpa harus menunggu seluruh gambar untuk dekompresi . Sebelumnya,
gambar raster dengan ukuran besar diperlukan juga ruang penyimpanan yang
besar. MrSID, bagaimanapun menggunakan teknologi wavelet yang pertama kali
dikembangkan di Laboratorium Riset Nasional di Los Alamos, untuk mencapai
rasio kompresi 20:1 untuk gambar grayscale dan 50:1 untuk gambar fullcolor .
Sekarang citra satelit dari ruang angkasa yang biasanya memerlukan ruang
penyimpanan sampai 40 CD-ROM dapat dikompres dengan MrSID dan disimpan
pada satu CD - ROM.

Teknologi wavelet bergantung pada algoritma matematika lanjut baik


untuk proses kompres gambar dan membangun tampilan. Karena gambar akan
tetap geometris serta akurat setelah dikompresi, dapat di georeferensi sebelum
kompresi, atau dilapisi dengan data referensi lainnya. Karena MrSID file (.Sid)
adalah tipe biner MIME, mereka dapat diperoleh melalui Internet. MrSID dapat
digunakan dalam fotografi, pemetaan / GIS, manajemen dokumen, pencitraan
medis, dan permainan.

 Pembuat

MrSID merupakan salah satu format data raster dengan format file (ekstensi nama
file .sid ) dikembangkan dan dipatenkan oleh LizardTech untuk encoding
georeferensi grafis raster seperti orthophotos.

 Software

10
Software yang bisa mengolah (input) format data SHP antara lain
Autodesk, ArcGIS, ArcView, ERDAS, ENVI, MapInfo, Intergraph, GeoExpress
(LizardTech)

c. Arc Digitized Raster Graphic (ADRG)

ADRG merupakan format data raster geografis yang mempunyai referensi


sistem sama busur chart atau peta (ARC), di mana bumi di bagi menjadi 18 zone
lintang. Data ini berisi gambar dan grafis raster yang diperolah dari sumber
dokumen lain. ARC Digitized Raster Graphics ( ADRG ) adalah peta digital dan
grafik yang diubah menjadi kerangka georegistration tertentu dan disertai dengan
file dukungan ASCII. Peta atau grafik diubah menjadi data digital melalui proses
scanning dan transformasi raster dan proses georeferensi peta menggunakan chart
atau peta ( ARC ) sistem sama busur di mana bumi dibagi menjadi 18 zona
lintang. Data yang dikumpulkan dari data tunggal seri peta dan skala dapat
dipertahankan sebagai data yang benar di seluruh dunia dengan basis data grafis
raster dengan setiap pixel memiliki lokasi geografis yang berbeda .

 Spesifikasi

ADRG adalah format data raster yang sesuai dengan standar ISO 8211
untuk mendeskripsikan data ASCII diikuti oleh data citra biner. Untuk distribusi,
data ADRG dibagi menjadi beberapa bagian set data geografis yang disebut
sebagai Distribusi Rectangle (DRs). Satu atau lebih DRs diletakkan ke satu CD-
ROM. Satu atau lebih sumber grafis ditempatkan ke setiap DR .

File data ADRG disusun secara hierarkis. Tingkat atas berisi informasi
yang relevan dengan volume CD- ROM secara keseluruhan, tingkat kedua berisi
file DR yang terkait, dan tingkat bawah berisi sumber file terkait grafis. Setiap
volume ADRG berisi file header, TRANSH01.THF , dan warna tes patch file
gambar, TESTPA01.CPH. Akan ada bagian yang menjadi salah satu atau lebih

11
subdirektori DR. Setiap subdirektori berisi informasi umum file (*.GEN), kualitas
file (*.Qal), dan pengurangan resolusi file gambar (*.OVR ). Akan ada satu atau
lebih file gambar ADRG (*.IMG ) dan satu atau lebih sumber subdirektori grafis.
Setiap sumber grafis subdirektori berisi informasi file sumber grafis (*.SOU ) dan
nol atau lebih file legenda file (*. LGG ).

 Pembuat

ADRG adalah format data raster yang didistribusikan oleh National


Geospatial-Intelligence Agency (NGA) yang dirancang pada 1989-1990 untuk
mendukung aplikasi yang memerlukan tampilan latar belakang peta raster.

 Software

Software yang bisa mengolah (input) format data SHP antara lain ArcGIS

 Konversi

Pada proses ini dilakukan konversi k dari contour line dengan format
shapefile menjadi ASCII text file. Dari menu File -> pilih Batch
Convert/Reproject. Pada pilihan “Select Type to Convert From” pilih Shapefile,
pada pilihan “Select Type to Convert To” pilih Simple ASCII Text File. Klik OK,
maka akan tampil jendela Batch Convert. Lalu dapat dipilih tipe format yang
dikonversi.

 Penyimpanan (Database)

Database format SHP dan ASCII Text berbeda. Ketika dari format SHP
dikonversi menjadi ASCII Text, maka informasi yang akan dimunculkan hanya
tentang ketinggian atau elevasi. Hal ini dikarenakan bentuk layer SHP adalah line
yaitu kontur line yang mempunyai atribut ketinggian.

 Updating

12
Proses updating merupakan proses pembaharuan format seperti ekstensi.
Serta pembaharuan ukuran data.

 Data (output)

Format data yang dihasilkan dari proses konversi ini adalah ASCII Text
File dengan ekstensi .txt yang memuat nilai koordinat dan nilai elevasi (XYZ).

Koreksi Citra

Untuk keperluan penginderaan jauh, sebuah citra dari satelit maupun foto
udara harus terlebih dahulu melewati suatu kegiatan yang disebut pre-processing
untuk kemudian informasi yang terdapat padanya dapat diambil. Kegiatan pre-
processing sangatlah penting agar informasi yang diambil dari suatu citra tidak
salah, sehingga dapat menimbulkan perselisihan pada kemudian hari. Pre-
processing ini dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu koreksi geometrik
dan koreksi radiometrik.

Koreksi geometrik dilakukan untuk menghindari distorsi geometrik dari


citra yang terdistorsi. Hal tersebut dapat dicapai dengan menentukan hubungan
antara sistem koordinat citra dan sistem koordinat geografis menggunakan data
kalibrasi dari sensor, posisi dan ketinggian dari data hasil ukuran, titik kontrol
tanah, kondisi atmosfer, dan sebagainya. Koreksi geometrik dapat dilakukan
dengan melaksanakan langkah-langkah berikut.

Pemilihan Metode

Metode yang dipilih haruslah sesuai setelah mempertimbangkan karakteristik


distorsi geometrik beserta referensi data yang tersedia.

Penentuan Parameter

13
Parameter-parameter yang tidak diketahui yang mendefinisikan persamaan
matematis di antara sistem koordinat citra dan sistem koordinat geografis
sebaiknya ditentukan menggunakan data kalibrasi dan/atau titik kontrol tanah.

Pengujian Ketepatan

Ketepatan dari koreksi geometri haruslah diuji dan diverifikasi. Jika ketepatan
yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria, metode atau data yang dipakai sebaiknya
diuji dan dikoreksi dengan tujuan menghindari kesalahan-kesalahan

Interpolasi dan Resampling

Citra yang telah teridentifikasi dengan fitur di Bumi seharusnya diproduksi


menggunakan teknik resampling dan interpolasi. Terdapat tiga metode koreksi
geometrik.

a. Koreksi secara sistematik

Ketika data referensi geometrik atau geometri dari sensor diketahui atau diukur,
secara teori atau sistematis, distorsi geometrik dapat dihindari. Secara umum,
koreksi secara sistematik sudah mencukupi untuk menghilangkan semua
kesalahan.

b. Koreksi secara tidak sistematik (non-sistematik)

Transformasi sistem koordinat geografis ke sistem koordinat citra dilakukan


menggunakan metode kuadrat terkecil.

c. Metode gabungan (kombinasi)

Mulanya, koreksi sistematik dilakukan, kemudian kesalahan-kesalahan dari residu


dikurangi menggunakan polinomial orde yang lebih kecil.

14
Sebagaimana koreksi geometrik, koreksi radiometrik bertujuan untuk
menghilangkan kesalahan-kesalahan radiometrik. Ketika energi dari gelombang
elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan ditangkap oleh sensor pada
pesawat udara dan pesawat ruang angkasa, energi yang ditangkap tersebut tidak
sama persis dengan energi yang berasal dari objek tersebut. Hal inilah yang
menyebabkan kesalahan-kesalahan radiometrik sehingga membutuhkan proses
koreksi. Koreksi radiometrik dapat dibagi menjadi tiga.

a. Koreksi radiometrik dari efek sensitivitas sensor

Pada kasus sensor optik elektronik, data kalibrasi yang terukur di antara sinyal
keluaran dari sensor dapat digunakan untuk koreksi radiometrik.

b. Koreksi radiometrik untuk sudut matahari dan topografi

Suatu bagian pada permukaan bumi terkadang terlalu tersinari oleh matahari
sehingga jauh lebih terang dari daerah sekitarnya. Relief dari permukaan bumi
juga dapat menyebabkan suatu bagian dari permukaan bumi terlihat hitam,
sehingga memerlukan koreksi.

c. Koreksi atmosfer

Berbagai efek atmosfer dapat menyebabkan penyerapan dan penghamburan


radiasi sinar matahari.

Cloud Removal Menggunakan Metode Normalize Difference Vegetation


Index (Ndvi)

Sistem penginderaan jauh terkadang dipermasalahkan oleh banyaknya


awan, terutama daerah tropis. Namun, jika beberapa gambar yang diperoleh pada
waktu yang berbeda selama dalam area yang sama tersedia, maka dimungkinkan
untuk menghasilkan komposit bebas awan dengan melakukan mosaicking antara
daerah berawan dengan daerah bebas awan (cloud free mosaic) . Teknik ini

15
sebenarnya cukup sederhana, yaitu dengan menutup awan dengan scene yang
berbeda yang tidak ada awan. Salah satu software yang bisa digunakan untuk
teknik ini adalah Er Mapper

Algoritma yang digunakan dalam menghasilkan cloud free mosaic data


SPOT di atas secara garis besar sebagai berikut:

 Input Images – Masukan/input sistem ini adalah citra multispektral dari


daerah yang sama diperoleh dalam interval waktu tertentu. Masing-masing
citra SPOT tersebut terlebih dahulu dilakukan koreksi geometrik
(geometric correction).

 Masking dan Cutlining - proses penutupan awan pada main scene dengan
scene lain yang bebas awan.

 Color Balancing – Meakukan penyeragaman warna antarscene, sehingga


pada bagian yang dihilangkan awannya nanti tidak terlihat kalau itu scene
yang berbeda (samar).

 Mosaic – Mosaic adalah penggabungan antar scene tersebut.

Interpolasi Data Spasial

Membagi daerah tertentu ke dalam zona homogen akan membantu


pemahaman tentang bagaimana informasi yang didistribusikan di daerah tertentu
memiliki karakteristik serupa (Rudiarto, 2010). Dalam SIG, proses homogenitas

16
ini dilakukan dengan menggunakan teknik interpolasi. Interpolasi adalah suatu
metode atau fungsi matematika yang menduga nilai pada lokasi-lokasi yang
datanya tidak tersedia. Interpolasi spasial mengasumsikan bahwa atribut data
bersifat kontinu di dalam ruang (space) dan atribut ini saling berhubungan
(dependence) secara spasial (Anderson, 2001 dalam Christanto dkk, 2005). Kedua
asumsi tersebut mengindikasikan bahwa pendugaan atribut data dapat dilakukan
berdasarkan lokasi-lokasi di sekitarnya dan nilai pada titik-titik yang berdekatan
akan lebih mirip dari pada nilai pada titik-titik yang terpisah lebih jauh.

Logika dalam interpolasi spasial adalah bahwa nilai titik observasi yang
berdekatan akan memiliki nilai yang sama (mendekati) dibandingkan dengan nilai
di titik yang lebih jauh (Hukum geografi Tobler, dalam Christanto dkk, 2005).
Pendekatan interpolasi dibutuhkan untuk mengeneralisasi data spasial dari
pengumpulan data sampling dimana data tidak tersedia pada seluruh sebaran
spasial (Rudiarto, 2010). Untuk menutup semua wilayah pada wilaya studi, data
sosial ekonomi rumah tangga yang diperoleh berdasarkan hasil survei
digeneralisasi melalui metode interpolasi yang tersedia dalam Sistem Informasi
Geografis. Hubungan langsung antara data sosial ekonomi dan posisi secara
geografis mensyaratkan terdapatnya data agregat pada tingkat spasial seperti
pendapatan petani dan lokasi rumah tangga. Pada penelitian ini metode interpolasi
digunakan untuk mengeneralisasi karakteristik sosial ekonomi kedalam data
spasial.

Pemahaman tentang bagaimana jaringan interpolasi dibuat tergantung pada


bagaimana interpolasi dilakukan pada satu titik. Interpolasi data spasial secara
khusus bertujuan untuk interpolasi dari data titik. Interpolasi spasial adalah
prosedur dalam memperkirakan nilai sebuah variabel lapangan yang tidak
termasuk dalam sampel penelitian dan berlokasi di dalam area yang dicakup oleh
lokasi sampel atau dalam kata-kata sederhana, diberikan

Dalam rangka untuk menentukan nilai-nilai yang dihasilkan pada bagian


unsampel, ada empat teknik interpolasi yang diterapkan, yaitu :

17
a. Jarak Inverse Tertimbang (IDW)

Teknik interpolasi ini mengasumsikan bahwa setiap titik memiliki


pengaruh lokal, yang berbanding terbalik dengan kekuatan yang dipilih dari
kejauhan

Interpolasi adalah metode untuk mendapatkan data berdasarkan beberapa


data yang telah diketahui. Dalam pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi
nilai pada wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga terbentuk peta atau
sebaran nilai pada seluruh wilayah.

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk melakukan interpolasi


seperti Trend, Spline, Inverse Distance Weighted (IDW) dan Kriging. Setiap
metode ini akan memberikan hasil interpolasi yang berbeda. Postingan kali ini
memfokuskan pencarian nilai titik observasi dari hasil luaran model menggunakan
metode IDW dan hasilnya dipetakan lagi menggunakan SIG.

Metode Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode


deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan titik disekitarnya.
Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel
yang dekat daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah secara linear
sesuai dengan jaraknya dengan data sampel. Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh
letak dari data sampel.

Untuk mengolah dan menganalisa data secara spasial, Sistem Informasi


Geografis (SIG) biasanya digunakan. Didalam analisa spasial baik dalam format
vektor maupun raster, diperlukan data yang meliputi seluruh studi area. Oleh
sebab itu, proses interpolasi perlu dilaksanakan untuk mendapatkan nilai diantara
titik sampel. Hal ini bertujuan agar dalam perbandingan nilai dari titik observasi
dan titik model bisa berimbang.

Data hasil keluaran model prediksi cuaca numerik berupa data grid,
sehingga dalam satu wilayah spasial bisa terdiri dari banyak grid tergantung dari

18
resolusinya. Sedangkan data observasi merupakan data pengamatan yang terletak
pada suatu titik tertentu berdasarkan koordinat. Dari pengertian ini, bisa diartikan
bahwa lokasi antara titik observasi dan grid bisa sama atau berada dalam area
antar grid. Dimana titik merah adalah grid dari data model dan titik biru adalah
lokasi yang akan dicari datanya.

Selanjutnya mencari nilai titik observasi yang berada di dalam suatu grid
model menggunakan metode interpolasi inverse distance weighted (IDW). Ide
dasar dalam mencari nilai titik observasi adalah memanfaatkan berkas database
model, selanjutkan dispasialkan bersama titik pos hujan kerjasama. Titik-titik
yang berada dalam suatu grid dikelompokan dan dihitung berdasarkan titik grid
diluarnya dengan persamaan interpolasi IDW. Untuk mendapatkan berkas
database model bisa membaca postingan sebelumnya tentang Merubah Tampilan
GrADS menjadi Shapefile.

b. Spline

Metode interpolasi bahwa perkiraan nilai dengan menggunakan fungsi


matematika yang meminimalkan keseluruhan permukaan kelengkungan dan
menghasilkan permukaan yang halus yang melewati titik-titik masukan.

c. Kriging

Teknik interpolasi ini menghitung jarak atau arah antara titik sampel untuk
menunjukkan korelasi spasial yang dapat membantu untuk menggambarkan
lokasi. Kriging sebagai interpolasi spasial yang optimum dapat menghasilkan nilai
prediksi kurang presisif jika terdapat pencilan pada data. Menghapus pencilan
ketika mengestimasi variogram mungkin masuk akal, tetapi ketika memprediksi
suatu titik pengamatan, diperlukan sebuah cara alternatif untuk menangani
pencilan.Robust Kriging merupakan pengembangan Ordinary Kriging yang
mentransformasi bobot variogram menjadi variogram yang robust terhadap
pencilan

19
d. Trend

Interpolasi teknik ini sesuai fungsi matematika, polinomial tatanan


tertentu, ke semua titik masukan (Naoum dan Tsanis, 2004 dalam Rudiarto, 2010).

Generalisasi

Generalisasi adalah salah satu dasar penting pada pekerjaan kartografi, hal
ini dilakukan supaya cakupan dan penyajian unsur-unsur muka bumi dapat lebih
mudah dimengerti serta digunakan dengan baik dan jelas oleh pengguna peta.
Pada saat yang sama, pekerjaan generalisasi harus menjamin bahwa peta
merupakan refleksi dari geospasial variabilitas dari permukaan bumi dan
karakteristik yang diwakili. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan
generalisasi

 Obyek Generalisasi

Proses yang berlangsung pada saat mendefinisikan dan membangun basisdata.


Hal ini dilakukan karena basisdata merupakan representasi abstrak dari muka
bumi, sehingga pada saat pengambilan data, harus dilakukan tingkat tertentu
generalisasi (dalam arti abstraksi, seleksi, dan pengurangan). [Weibel dan Dutton,
1999].

 Model Generalisasi

Objek generalisasi dilakukan pada saat mempersiapkan data untuk peta


konvensional (hardcopy), sedang model generalisasi dilaksanakan untuk persiapan
pembuatan peta digital. Pada peta digital, generalisasi dapat mempengaruhi secara
langsung grafis peta dan juga data. Tujuan utama model generalisasi adalah untuk
melakukan reduksi data berbagai keperluan. Reduksi data dilakukan untuk
menghemat penyimpanan dan meningkatkan efisiensi komputasi fungsi analitis;
hal ini juga mempercepat transfer data melalui jaringan komunikasi.

20
Kemampuan ini sangat berguna dalam integrasi dataset resolusi dan akurasi,
serta dalam konteks basisdata multi-resolusi yang berbeda. Model generalisasi
digunakan sebagai langkah awal pengolahan generalisasi kartografi yang tidak
berorientasi pada penggambaran grafis (tidak melibatkan seni, komponen intuitif).
Model generalisasi meliputi proses yang sepenuhnya dapat dimodelkan secara
formal, tetapi memiliki konsekuensi estetika untuk generalisasi kartografi
berikutnya [Weibel dan Dutton, 1999].

 Generalisasi Kartografi

Generalisasi kartografi adalah istilah yang umum digunakan di dalam


melaksanakan generalisasi data geospasial untuk visualisasi kartografi. Suatu
proses yang dilaksanakan ketika orang mendengar istilah ‘generalisasi’ pada
pekerjaan pembuatan peta.

Perbedaan antara generalisasi kartografi dan model generalisasi adalah pada


proses pelaksanaannya. Generalisasi kartografi dilaksanakan untuk menghasilkan
visualisasi, dan penyajian simbol grafis objek data; oleh karena itu, generalisasi
kartografi mencakup juga proses di dalam penanganan masalah yang diakibatkan
oleh pemilihan suatu simbol peta, seperti pergeseran unsur muka bumi setelah
dilakukan generalisasi. [Grunreich, 1993].

Generalisasi Kartografi

Generalisasi kartografis adalah proses yang terdiri dari berbagai bagian


yang meliputi beberapa hubungan antara penyajian unsur-unsur muka bumi dan
keragaman unsur muka bumi yang disajikan di peta. Ketidaksamaan informasi
yang disajikan pada berbagai peta yang mempunyai skala berbeda disebabkan
adanya aspek generalisasi kartografis. Generalisasi muncul karena kepadatan isi
peta oleh reduksi skala dan terbatasnya kemampuan mata dalam melihat ukuran
minimum pada peta. Generalisasi berkaitan erat dengan skala peta dan tujuan
pembuatan peta.

21
Pengertian generalisasi pada kartografi adalah suatu pekerjaan memilih,
menyederhanakan, menghilangkan penyajian unsur-unsur muka bumi di peta yang
dihubungkan dengan skala peta dan kepentingan dari unsur bersangkutan,
sehingga dapat membantu kejelasan bagi pengguna peta di dalam membaca peta.
Pada dasarnya generalisasi dikelompokan menjadi dua, yaitu :

a. Generalisasi geometrik, lebih kepada penyederhanaan bentuk.


b. Generalisasi konsepsual, lebih kepada penyederhanan subjek yang
dipetakan (dilakukan oleh orang yang mengerti konsep tentang unsur yang
digambarkan).

Proses generalisasi merupakan suatu problem pada pekerjaan kartografi,


karena pembuat peta harus mampu melakukan analisis dan seleksi secara tepat di
dalam menyajikan simbol dari unsur-unsur yang ada di muka bumi. Tebal garis,
ukuran simbol akan menjadi hal yang penting di dalam proses generalisasi.
Spesifikasi suatu peta ikut menentukan tingkat generalisasi yang dilakukan, jadi
bentuk suatu simbol tidak harus sama untuk suatu peta yang berbeda skala
petanya. Generalisasi dapat dilakukan dengan cara:

a. Langsung pada peta yang telah diperkecil skala petanya;


b. Dilakukan pada peta asli sebelum peta diperkecil skalanya;
c. Dilakukan dengan melalui skala perantara.

Proses Generalisasi

Enam kondisi yang akan terjadi pada perubahan skala peta yang dapat
digunakan untuk menentukan kebutuhan generalisasi.

 Tingkat Kepadatan

Mengacu pada masalah banyaknya unsur yang disajikan pada peta yang
mempunyai ruang terbatas, yaitu kepadatan unsur geografi yang terlalu tinggi.

 Koalesensi/Berpadu

22
Suatu kondisi dimana unsur akan berdekatan/bersentuhan sebagai akibat dari
jarak pemisah lebih kecil dari resolusi perangkat lunak yang digunakan, atau
unsur yang akan bersinggungan dengan unsur lainnya sebagai hasil proses
simbolisasi.

 Konflik

Suatu situasi representasi unsur geospasial bertentangan dengan latar


belakangnya. Sebagai contoh ketika suatu jalan membagi dua bagian dari sebuah
taman kota. Konflik bisa terjadi selama proses generalisasi, untuk itu perlu
penggabungan dua segmen taman di seberang jalan yang ada. Pada saat
generalisasi, kondisi seperti tersebut perlu diselesaikan melalui perubahan simbol,
perpindahan, atau penghapusan.

 Komplikasi

Berkaitan dengan ambiguitas dalam kinerja teknik generalisasi, yaitu hasil


generalisasi tergantung pada banyak faktor, misalnya kompleksitas data
geospasial, pemilihan teknik iterasi, dan seleksi tingkat toleransi.

 Tidak Konsisten (Inkonsistensi)

Mengacu pada satu set keputusan generalisasi diterapkan tidak seragam di


peta yang diberikan. Di sini akan ada bias dalam generalisasi antara unsur-unsur
dipetakan; inkonsistensi tidak selalu merupakan suatu kondisi yang diinginkan.

 Ukuran Unsur (lmperceptibility)

Suatu situasi ketika unsur yang disajikan mempunyai ukuran di bawah ukuran
penggambaran minimal untuk peta. Pada kondisi ini, unsur tersebut dapat
dihilangkan, atau dieksagerasi, atau dilakukan penggabungan beberapa unsur
dalam bentuk simbol titik menjadi unsur dalam bentuk simbol area tunggal.
(Leberl 1986 ).

23
Salah satu kesulitan yang dihadapi pada pekerjaan generalisasi adalah sifatnya
yang sangat subyektif, sehingga suatu peta yang digeneralisasi oleh beberapa
kartografer akan dapat menghasilkan bentuk generalisasi yang berbeda. Sangat
sulit untuk menentukan yang benar atau yang salah, bahkan tidak mungkin untuk
memberikan cara-cara dalam melakukan generalisasi yang akan dipakai sebagai
ketentuan mutlak dan harus diikuti untuk segala keadaan. Walaupun demikian, ada
beberapa petunjuk umum yang perlu diperhatikan, yaitu:

 Maksud dan tujuan suatu peta

Pada hakekatnya, petunjuk ini merupakan suatupetunjuk umum untuk


membuat disain suatu peta, jadi bukanlah terbatas pada generalisasi saja. Semua
peta mempunyai maksud dan tujuan, sehingga pada pelaksanaan generalisasi,
seorang kartografer harus memperhatikan hal-hal tersebut, sehingga unsur yang
disajikan adalah sesuai dan memenuhi maksud dan tujuan dari peta bersangkutan.

 Karakteristik suatu daerah

Peta bertujuan menyajikan secara menyeluruh semua unsur-unsur yang


dibatasi oleh skala peta. Penyederhanaan akan bertambah , bersamaan dengan
perubahan skala peta, tetapi bentuk/sifat dari suatu daerah haruslah tetap
dipertahankan meskipun skala peta diperkecil.

 Perlakuan yang selalu tetap

Menjaga tingkat generalisasi yang sama pada suatu peta secara keseluruhan
dan juga pada rangkaian peta adalah suatu hal yang sngat penting untuk tetap
dipertahankan meskipin hal tersebut sulit dilakukan. Gejala-gejala yang sering
dilakukan pada saat generalisasi adalah penyederhanaan yang berlebihan pada
daerah padat detilnya serta penyederhanaan yang terlalu sedikit pada detil yang
agak jarang; cara-cara tersebut akan dapat memberikan kesan yang salah.
Pekerjaan generalisasi yang dilakukan pada tahap kartografi meliputi:

24
- Pemilihan (Selection)

Unsur yang akan disajikan sesuai dengan maksud dan tujuan dari
pembuatan suatu peta serta peta yang dikehendaki. Sebagai contoh, pada peta
1:20.000 selang kontur adalah setiap 10 meter, sedang pada peta skala 1:40.000
selang konturnya adalah setiap 20 meter, ini berarti pada pembuatan peta skala
1:40.000 beberapa kontur pada peta skala 1:20.000 banyak yang diseleksi atau
tidak disajikan; kontur dengan kelipatan 10 meter tidak digambar lagi, yang
disajikan kelipatan 20 meter.

- Penyederhanaan (Simplification)

Unsur-unsur yang akan diperlihatkan di peta haruslah jelas, terang dan


terbaca dengan tanpa mengubah karakteristik dari unsur-unsur bersangkutan. Jika
terdapat unsur yang terlalu kecil serta sulit untuk disajikan dengan detil yang
cukup, maka unsur-unsur tersebut perlu disederhanakan. Contoh, pada peta skala
1:5.000 umumnya rumah/gedung diperlihatkan dalam ukuran sebenarnya,
sebaliknya pada peta skala 1:25.000 bentuk rumah/gedung disajikan secara
kelompok, bahkan bangunan yang sangat khas (mesjid, gereja) sudah
disederhanakan dalam bentuk simbol.

25
- Penggabungan (Merging)

Jika terjadi perubahan skala peta, karakter unsur linier yang terdiri dari
beberapa garis tidak mungkin untuk dipertahankan. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka unsur linier tersebut perlu digabung (Nickerson dan Freeman,
1986). Pada sejumlah peta umumnya jalan raya terbagi dalam beberapa jalur,
biasanya diwakili oleh dua atau lebih jalur yang berdekatan, dengan jarak pemisah
antara jalur. Adanya perubahan skala peta (dari peta skala besar menjadi peta skala
kecil), garis-garis yang terpisah tersebut digabung menjadi satu yang posisinya
sekitar pertengahan antara dua jalur jalan, dan akan mewakili jalur jalan tersebut.

- Menghilangkan (Smoothing)

Beberapa unsur di muka bumi yang dianggap tidak penting perlu


dihilangkan tanpa merusak kejelasan isi peta dengan pertimbangan faktor skala
peta dan keadaan asli dari muka bumi. Pada saat dibuat peta turunan atau
memperkecil skala peta, banyak unsur muka bumi yang memang tidak diperlukan
untuk disajikan sehingga unsur-unsur tersebut dapat dihilangkan, sebagai contoh,
anak sungai pada peta skala 1:20.000 masih bisa digambarkan, tapi pada peta
skala 1:100.00 unsur anak sungai sudah tidak bisa digambar dan bisa dihilangkan.

26
- Pergeseran (Displacement)

Teknik pergeseran digunakan untuk mengatasi masalah unsur muka bumi


yang diakibatkan adanya dua atau lebih unsur yang saling berdekatan atau
tumpang tindih; lebih khusus dalam hal menerapkan aturan penggunaan suatu
simbol unsur dari lokasi yang bersangkutan. Batas-batas grafis unsur-unsur yang
ada di peta perlu dilakukan pergeseran dari lokasi planimetris yang sebenarnya.
Jika setiap unsur dapat diwakili pada skala peta yang dihasilkan, pergeseran unsur
tidak diperlukan. Pada realitanya, batas unsur di peta mempunyai lebar yang
sangat kecil sehingga pada saat disajikan sebagai simbol garis, unsur tersebut
memiliki lebar yang terbatas dan menempati area yang juga terbatas pada peta.

Permasalahan ini diselesaikan dengan cara:


- Pergeseran unsur dari lokasi yang sebenarnya;
- Memperlakukan unsur dengan perubahan simbol;
- Menghilangkan unsur tersebut dari penyajian peta.

Contoh unsur-unsur yang ‘diutamakan’ dalam hal pergeseran pada peta topografi:

- Sungai menggeser jalan kereta api;


- Jalan kereta api menggeser jalan raya;
- Jalan raya menggeser bangunan;
- Bangunan menggeser batas tumbuhan.

27
Kelima aspek diatas, menyeleksi, penyederhanaan, penggabungan,
menghilangkan, dan pergeseran sangat erat hubungannya, sehingga dalam
pengertian praktis sangat sukar untuk memisahkan aspek satu terhadap aspek
lainnya.

Exagerasi

Exagerasi dapat dikatakan sebagai salah satu macam/bentuk generalisasi.


Exagerasi adalah suatu teknik pembesaran dalam penyajian suatu unsur pada peta
yang dihubungkan dengan ukuran sebenarnya unsur-unsur tadi dalam skala
tertentu dari peta. Maksud dari exagerasi adalah suatu usaha untuk mempermudah
pemakai peta tentang pentingnya suatu unsur tertentu dalam suatu peta.

Konsep dari exagerasi adalah sederhana, tetapi di dalam prakteknya dapat


menimbulkan beberapa masalah, terutama dalam usaha untuk mempertahankan
ukuran sebenarnya dan letak simbol-simbol yang terkena exagerasi. Untuk
menjaga posisi dari simbol yang terkena exagerasi, maka simbol harus diletakkan
pada titik pusat simbol tersebut atau sumbunya tetap pada posisi sebenarnya.
Suatu penyajian yang bersifat mutlak dalam hal mengutamakan unsur mana yang
dapat digeser/dipindahkan tidaklah ada, semua ini tergantung pada penting
tidaknya suatu unsur tersebut dan sistem reproduksi (terutama dalam pembuatan
peta berwarna).

Unsur asli menggeser unsur buatan manusia, unsur buatan manusia


menggeser batas-batas tumbuhan atau batas-batas lainnya. Pengecualian dalam hal
pergeseran ini adalah penempatan titik-titik kontrol geodesi yang harus diletakkan

28
pada posisi sebenarnya, sehingga pergeseran unsur-unsur lain tetap mempunyai
letak relatif yang benar terhadap titik-titik kontrol geodesi. Untuk peta skala kecil
yang tidak mempunyai tingkat ketelitian tinggi, hal-hal seperti tersebut diatas
dapat diterima sepanjang letak relatifnya satu sama lain dapat dipertanggung
jawabkan. Untuk rangkaian peta topografi yang mempunyai standar ketelitian
tertentu, letak posisi planimetris dan tinggi, maka semua pengaruh akibat
generalisasi dan exagerasi harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan
penggambaran peta.

a: adalah peta asli ; b peta hasil generalisasi konvensional; c peta hasil generalisasi
secara digital

Metadata

Metadata adalah data dari objek yang mendeskripsikan sumber informasi


atau data. Metadata berasal dari jenis media apa saja dan mempunyai bermacam-
macam bentuk sesuai dengan tipe data dan konteks penggunaan . Tujuannya yaitu
mengenali dan mengevaluasi sumber daya, melacak perubahan pada proses
sumber daya aplikasi, merealisasikan manajemen yang sederhana dan efisien pada
jaringan data skala besar dan merealisasikan penemuan yang efisien, pencarian,
integrasi dan manajemen sumber daya informasi .

Metadata dapat berfungsi sebagai identifikasi sumber daya yang


diperlukan maupun menjadi katalog yang menjelaskan detail dan spesifikasi suatu
data, serta sebagai arsip untuk disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Berdasarkan pengalaman kerja, menggunakan metadata dapat membantu
pembacaan dan pemrosesan data digital oleh mesin menjadi lebih mudah. Ada

29
beberapa standar metadata yang dapat digunakan seperti DC (Dublin Core),
MARC (Machine-Readable Cataloging), IEEE LOM (Institute of Electrical and
Electronics Engineering Learning Object Model) dan lain-lain.

Standar metadata Dublin Core merupakan standar metadata yang memiliki


elemen sederhana namun efektif untuk menggambarkan berbagai sumber daya.

Dublin Core memiliki dua jenis tingkatan yaitu unqualified dan qualified.
Dublin Core unqualified memiliki lima belas elemen sedangkan Dublin Core
qualified termasuk tiga elemen tambahan yaitu Audience, Provenance, dan
RightHolder yang disebut juga qualifier untuk menyempurnakan semantik elemen
yang mungkin berguna pada penelusuran sumber daya. Semantik Dublin Core
telah didirikan oleh sebuah grup lintas disiplin yang mencakup ilmu perpustakaan,
ilmu komputer, komunitas museum dan bidang lainnya yang berhubungan

Beragam standar metadata yang dapat digunakan akan menjadi masalah


pada saat integrasi akan dilakukan. Pada implementasinya, harus digunakan satu
jenis metadata yang dapat menyatukan seluruh metadata yang akan digunakan
sebagai format standar untuk pengumpulan data. Pemetaan metadata dapat
digunakan untuk transformasi elemen yang terdapat pada satu jenis metadata ke
jenis metadata lainnya. Contoh pemetaan metadata antara MARC dan Dublin
Core unqualified.

Format Metadata

Perhatian yang cukup besar telah diberikan untuk meningkatkan efisiensi


dan ruang lingkup web crawler. Web crawler komersial diperkirakan hanya
mencakup sekitar 16% keseluruhan isi web . Untuk meningkatkan efisiensi,
sejumlah teknik telah diusulkan seperti memperkirakan pembuatan web dan
pembaharuan yang lebih akurat, serta strategi crawling yang lebih efisien.

30
Namun, menurut Michael L. Nelson , semua pendekatan ini berasal dari
fakta bahwa protokol HTTP (HyperText Transfer Protocol) tidak menyediakan
semantik untuk memungkinkan web server menjawab pertanyaan mengenai
sumber daya yang dimiliki atau yang telah berubah sejak tanggal tertentu.
Sejumlah pendekatan telah diusulkan untuk memperbaharui semantik pada server
HTTP, mulai dari konvensi tentang bagaimana menyimpan indeks URL yang
populer, hingga kombinasi indeks dan ekstensi HTTP.

Metadata didefinisikan sebagai data yang berisikan informasi mengenai


satu atau beberapa aspek mengenia data. Secara mudah metadata dapat diartikan
sebagai “data mengenai data”. Ada 2 konsep metadata yaitu structural metadata
yang berisikan mengenai desan dan sepsiikasi data dan yang kedua adalah
descriptive metadata yang menjelaskan mengenai isi daripada data (sumber:
Wikipedia).

Metadata umumnya ditampilkan dalam format dokumen Extensible


Markup Language (XML), yang berisikan informasi dasar mengenai data tersebut.
Biasanya menampilkan data siapa, apa, kapan, dimana, mengapa dan bagaimana
dari sumberdata tersebut. Geospatial metadata biasanya dibuat dalam dataset GIS,
dan juga citra satelit. Metadata biasanya berisikan informasi seperti Judul,
Abstrak, Tanggal pembuatan dan publikasi, cakupan area, proyeksi dan informasi
lain yang penting.

Keuntungan membangun metadata:

- Metadata membantu mengorganisasi mengelola data.

- Menghindari adanya duplikasi karena data yang sudah dibuat tercatat


dengan baik dan diketahui.

- Pengguna dapat mengetahui lokasi penyimpanan data spatial dan cakupan


areal yang dipetakan.

31
- Koleksi metadata dibuat berdasarkan dan diperkuat oleh prosedur data
management oleh komunitas geospatial.

- Metadata mempromosikan ketersediaan data spatial pada komunitas


geospatial.

- Penyedia data dapat mempromosikan ketersediaan data dan


memungkinkan kerjasama dengan pihak lain untuk update dll

Metadata terdiri atas beberap jenis standar dalam menampilkan data.


Secara sederhana yang dimaksud dengan standar metadata adalah satu set
terminologi serta definisi umum yang digunakan dalam metadata serta
dipresentasikan dalam format terstruktur. Standar metadata spasial dibuat dan
dikembangkan untuk mendefinisikan informasi yang diperlukan oleh seorang
pengguna prospektif untuk mengetahui ketersediaan suatu set data spasial,
mengetahui kesesuaian set data spasial untuk penggunaan yang diinginkan,
mengetahui cara-cara pengaksesan data spasial serta untuk mentransfer set data
spasial dengan sukses. Walaupun demikian standar tidak menetapkan tatacara
bagaimana informasi diorganisasikan dalam suatu sistem komputer atau dalam
suatu transfer data, tidak juga menetapkan tatacara bagaimana informasi tersebut
ditransmisikan, dikomunikasikan atau disampaikan kepada pengguna. Jika standar
metadata geospatial terkesan sangat komplek itu karena standar tersebut didesain
untuk mendeskripsikan seluruh data geospasial yang bisa dideskripsikan.

Komunitas internasional melalui International Organization of Standards


(ISO), telah membangun dan menyetujui standar internasional metadata ISO
19115 pada tahun 2003. Standar ini adalah standar terlengkap dan terinci dengan
acuan sangat luas sehingga pengguna dapat mengidentifikasi, mengevaluasi,
mendapatkan dan menggunakan data. Salah satu keunggulan ISO 19115 adalah
bisa memberikan tampilan yang lebih lengkap serta memudahkan pencarian yang
lebih detail. Hanya saja cakupan aplikasi spasial yang luas menyebabkan ISO
19115 memiliki struktur yang lebih rumit. Dalam aplikasinya, tidak semua elemen
dalam ISO 19115 harus digunakan. Setiap negara bisa mengembangkan profil

32
metadata ISO 19115 nya sendiri sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini ISO
19115 menetapkan metadata utama (core) yang harus ada dalam suatu sistem
metadata.

Indonesia termasuk negara yang belum meng-adopsi standar ISO untuk


pembuatan metadata geospasial-nya. Saat ini, masyarakat data spasial Indonesia
yang tergabung ISDN, masih menggunakan Content Standards for Digital
Geospatial Metadata, yaitu standar yang berisi sekumpulan istilah dan definisi
umum untuk mendokumentasikan data spasial digital yang telah disetujui oleh
Federal Geographic Data Committee (FGDC). Standar ini juga menetapkan nama,
definisi unsur data dan group data dalam penyusunan metadata geospasial.

Dalam ArcGIS metadata dikelola dengan menggunakan ArcCatalog yang


digunakan untuk membuat dan autorisasi metadata. Selain itu menggunakan
ArcIMS sebagai host untuk metadata service dan ArcSDE sebagai interface yang
menghubungkan database yang menyimpan document metadata

Validasi Data Spasial

Data adalah keterangan objektif tentang suatu fakta baik dalam bentuk
kuantitatif, kualitatif, maupun gambar visual (images) yang diperoleh baik melalui
observasi langsung maupun dari yang sudah terkumpul dalam bentuk cetakan atau
perangkat penyimpan lainnya. Sedangkan, Informasi adalah data yang sudah
terolah yang digunakan untuk mendapatkan interpretasi tentang suatu fakta. Data
dan informasi yang dihimpun berhubungan dengan potensi dan kondisi daerah dan

33
merupakan bahagian penting demi hasil perencanaan yang baik dan komprehensif.
Data dan informasi yang berkualitas harus dijadikan rujukan bagi penentuan
kebijakan dan program sasaran yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Dengan ini, hasil akhir pembangunan berupa peningkatan kesejahteraan
masyarakat/rakyat akan tercapai dengan efektif dan efisien.

Salah satu permasalahan penggunaan data dalam proses perencanaan


pembangunan selama ini adalah masih terbatasnya ketersediaan data dan
informasi yang akurat dengan keadaan saat ini (up to date). Hal ini akan
menyebabkan proses perencanaan pembangunan itu sendiri terkadang dilakukan
dengan menggunakan data yang tidak up to date. Kendala lain adalah, masih
kurangnya koordinasi dan sinkronisasi data yang ada pada berbagai institusi,
sehingga data-data yang seharusnya saling berhubungan banyak terpisah-pisah
dan sulit untuk diakses.

Data dan informasi yang akurat dan valid adalah keharusan yang harus
tersedia demi perencanaan pembangunan yang berkualitas di daerah. Untuk itu,
Pemerintah Daerah harus selalu mempunyai basis data (data base) yang
terpercaya, valid dan senantiasa diperbaharui (up to date), sebagai pelaksana
pembangunan, Pemerintah Daerah juga sebaiknya menghimpun dan
menginvetarisir sendiri seluruh data dan informasi yang dibutuhkan untuk
pembangunan. Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus mempunyai
database yang up to date, sehingga pelaksanaan pembangunan yang berhubungan
dengan teknis institusinya bisa diukur langsung dan diketahui target
pencapaiannya. Tidak dapat dielakkan, pemerintah daerah harus selalu
memperbaharui dan mempunyai data valid yang merupakan data-data dasar.

Tujuan dari verifikasi dan validasi yang adalah sebagai usaha untuk
mendapatkan tingkat kepercayaan akan keakurasian dan kepresisian sesuai dengan
tingkat kepentingan dari tujuan untuk kegunaan dari informasi itu sendiri sebagai
masukan dalam proses pengambilan keputusan kebijakan pembangunan.

34
SKALA VS SKALA

Skala Peta adalah perbandingan antara jarak di lapangan dengan jarak di


peta. Berdasarkan skalanya peta dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu:
1. Peta kadaster (peta teknis) yaitu peta yang berskala > 1 : 5. 000
2. Peta skala besar, yaitu peta yang berskala 1 : 5. 000 – 1 : 250. 000
3. Peta skala sedang, yaitu peta yang berskala 1 : 250. 000 – 1 : 500. 000
4. Peta skala kecil, yaitu peta yang berskala 1 : 500. 000 – 1 : 1. 000. 000
5. Peta geografis, yaitu peta yang berskala < 1 : 1. 000. 000

Pengaruh skala terhadap kedetilan objek

Pengaruh skala terhadap kedetilan objek

Bentuk-bentuk skala peta

Selain berdasarkan ukurannya, jenis skala yang lazim ditemui dalam


kartografi adalah berdasarkan bentuknya. Bentuk-bentuk skala dibedakan sebagai
berikut.

35
Gambar: Contoh Bentuk-bentuk skala peta

a. Skala Verbal

Skala verbal adalah skala yang menunjukkan perbandingan jarak pada peta
dalam suatu kalimat langsung yang tegas.

- Contohnya, pada sebuah peta dituliskan Skala 1 cm untuk 1 km. Ini berarti
bahwa setiap jarak 1 cm dalam peta setara dengan jarak 1 km pada jarak
sesungguhnya.

- Contoh lainnya 1 inci = 1 mil, artinya 1 inci di peta mewakili 1 mil di


lapangan. Jadi, skalanya adalah 1 : 63.360 (1 mil = 63.360 inci).

b. Skala Angka

Skala angka menunjukkan perbandingan jarak pada peta dalam perhitungan


angka. Skala ini paling lazim ditemui dalam kompilasi peta.

- Contohnya, pada sebuah peta dituliskan Skala 1 : 1.000.000. Ini berarti


bahwa setiap jarak 1 satuan jarak dalam peta setara dengan jarak 1.000.000
satuan yang sama pada jarak sesungguhnya.

- Misalkan satuan yang digunakan adalah cm, maka 1 : 1.000.000 berarti


setiap jarak 1 cm di peta mewakili jarak 1.000.000 cm atau 10.000 meter
atau 10 km pada wilayah sesungguhnya.

Skala jenis ini dengan satuan centimeter telah dijadikan sebagai sistem skala
peta resmi internasional. Namun, ada pula beberapa negara yang menggunakan

36
satuan inci berbanding satuan mil. Beberapa negara tersebut antara lain, Inggris
dan negara-negara persemakmuran Inggris.

c. Skala Batang atau Skala Grafis

Skala batang menggunakan batang garis lurus yang memiliki beberapa ruas
dengan jarak yang sama di antara ruas-ruas tersebut, seperti halnya garis bilangan.
Skala tersebut dapat pula berbentuk grafis (gambar) yang menunjukkan jarak
antarbagian.

Visualisasi

Visualisasi (pencitraan) informasi merupakan salah satu bentuk metode


dalam mengkomunikasikan informasi. Kualitas dari informasi haruslah bersifat
memberikan manfaat (relevant), tidak usang (aktual), bebas dari kesalahan
(akurat) dan dapat dipercaya (reliable). Visualisasi informasi merepresentasikan
data yang telah diolah menggunakan berbagai macam perangkat pengolahan citra
(hardware atau perangkat keras, software atau perangkat lunak, dan brainware
atau perangkat manusia) yang kemudian disajikan dalam bentuk-bentuk visual.
Bentuk visual dapat berupa teks, gambar, warna, bangun, diagram, atau kombinasi
dari bentuk-bentuk visual yang ada. Salah satu bentuk kombinasi dari bentukan
visual adalah visualisasi georeferensi dalam bentuk peta.

Dalam dunia IT, bentuk visualisasi georeferensi dapat diperoleh dengan


adanya Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi Geografis
(SIG). SIG merupakan sistem komputer dengan kemampuan mengolah,
menganalisis, memanipulasi dan menyajikan data spasial yang bergeorefensi
beserta atribut-atributnya. Data spasial adalah data yang merujuk terhadap lokasi
yang mempunyai koordinat-koordinat geografis sedangkan atribut adalah detail
informasi dari setiap lokasi yang tersedia, contoh jumlah penduduk suatu provinsi,

37
ruang terbuka hijau pada suatu kota, dan lain-lain. Dengan kata lain, SIG mampu
memberikan informasi yang aktual dan bersifat dinamis terhadap suatu lokasi.

Adanya kemampuan sebuah sistem informasi seperti SIG dapat


dimanfaatkan sebagai sistem bantu dalam memetakan, mengklasifikasikan, dan
memvisualisasikan lokasi-lokasi publik yang begitu banyak dibutuhkan dewasa
ini, seperti tempat wisata, rumah sakit, kantor polisi, hotel, dan lain-lain. Sistem
dengan kemampuan penyajian informasi secara detail dan komprehensif dapat
membantu pengguna informasi untuk menentukan tujuan mereka.

38
DAFTAR PUSTAKA

Danoedoro, Projo. 2012. Pengantar Penginderaan Jauh Dijital. Yogyakarta, Andi


Offset

Indrawati, Like. 2015. Modul Praktikum Penanganan Data Spasial. Yogyakarta:


Program Diploma Penginderaan Jauh dan SIG. Universitas Gadjah Mada.

Pramono, G. H., 2008, Akurasi Metode IDW dan Kriging untuk Interpolasi
Sebaran Sedimen Tersuspensi di Maros Sulawesi Selatan, Forum Geografi,
Vol. 22, No. 1, Juli 2008: 145-158.

Hartkamp, D., Beurs, K. D., Stein, A., et al, 1999, Interpolation Technique for
Climate Variables, CIMMYT Natural Resource Group, Geographic
Information Sustem Series 99-01.

Website :

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:04 WIB https://www.academia.-


edu/5066543/FORMAT_DAN_KONVERSI_DATA

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:05 WIB http://wtlab.iis.u-


tokyo.ac.jp/~wataru/lecture/rsgis/rsnote/contents.htm

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17: 07 WIB http://terraimage.com/-


cloud-free-mosaic

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:10 WIB https://denmoko.-


wordpress.com/2012/05/10/interpolasi-inverse-distance-weighted/

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:11 WIB http://hadwi.blogspot.-


co.id/2015/04/d-i-sainpeta-petamerupakan-citra-muka.html

39
Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:12 WIB http://repository.usu.-
ac.id/bitstream/123456789/29699/3/Chapter%20II.pdf

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:14 WIB


http://musnanda.com-/2014/04/01/bab-iii-metadata-dalam-gis/

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:15 WIB http://bappeda.bekasi-


kota.go.id/berita-pelaksanaan-validasi-data-menuju-data-yang-valid-dan-
akurat.html#ixzz3wwDffhNX

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:20 WIB http://geografiuntukmu.-


blogspot.co.id/2011/04/skala-peta.html

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:25 WIB http://www.ber-


pendidikan.com/2015/06/macam-macam-jenis-skala-peta-dan-bentuk.html

Diakses pada tanggal 12 Januari 2015 pukul 17:27 WIB https://www.academia.-


edu/4437113/Visualisasi_Sistem_Informasi_Geografis

40

Anda mungkin juga menyukai