Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”


Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH TANPA DAN DENGAN HAPUSAN


KAPAS KERING METODE POCT
(Point-Of-Care-Testing)

Afni Juhairia Laisouw1), Herlisa Anggaraini2), Tulus Ariyadi2)


1)
Program Studi DIV Analis Kesehatan Fakutas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang
Email: ria.laisow@gmail.com
2)
Laboratorium Patologi Klinik Fakutas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang

ABSTRACT

Pemeriksaan glukosa darah dilakukan sesuai dengan tahapan Good Laboratory Practice (GLP) yaitu
pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Tahapan pra analitik memberikan kontribusi paling besar
sekitar 61% dari total kesalahan pemeriksaan. Salah satu tahapan pra analitik yaitu pengambilan
darah kapiler, dimana pengambilan kapiler tetesan darah pertama harus dihapus dengan kapas kering
karena masih tercampur sisa cairan jaringan, jika digunakan dalam pemeriksaan dapat menyebabkan
terjadinya hasil kadar glukosa darah rendah sehingga menimbulkan kesalahan dalan interpretasi
hasil.
Tujuan penelitian ini mengetahui perbedaan kadar glukosa darah berdasarkan tetesan darah kapiler
tanpa dan dengan hapusan kapas kering metode POCT. Metode penelitian ini adalah penelitian
observasional analitik dengan rancangan cross-sectional.Kadar glukosa darah yang diukur adalah
kadar glukosa darah sewaktu.
Hasil kadar glukosa darah tanpa hapusan kapas kering berkisar 78-127 mg/dl dengan rerata 91,56
mg/dl. Kadar glukosa darah dengan hapusan kapas kering berkisar 93-137 mg/dl dengan rerata
103,75 mg/dl. Uji statistik sample t-test berpasangan menunjukan psig 0,000 < α = 0,05 sehingga
dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan kadar glukosa darah tanpa hapusan kapas kering
dan dengan hapusan kapas kering metode POCT.

Keywords: Kadar glukosa darah, tanpa dan dengan hapusan kapas kering, POCT.

PENDAHULUAN dapat meningkatkan terjadinya resiko


Kejadian gangguan toleransi glukosa resistensi Insulin yang berdampak pada
cenderung meningkat seiring dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah dalam
peningkatan kasus Diabetes Melitus (DM ) sirkulasi darah (Darwis, 2005)
tipe 2 dan Sindrom Metabolik (Mets). Menurut World Health Organization (WHO)
Peningkatan kejadian kasus DM di beberapa memprediksi akan terjadi peningkatan jumlah
negara berkembang dan negara yang sedang penderita DM yang cukup besar pada tahun-
berkembang merupakan dampak kemajuan tahun mendatang. WHO memprediksikan
pusat teknologi. Kemajuan teknologi peningkatan jumlah penderita penyakit DM
berdampak pada perubahan pola hidup di Indonesia yang pada tahun 2000 berjumlah
masyarakat serta kebiasaan mengkonsumsi 8,4 juta akan meningkat menjadi sekitar 21,3
makanan cepat saji yang tinggi kalori, juta pada tahun 2030 (Perkeni, 2011).
karbohidrat, lemak dan protein tetapi rendah Pemeriksaan glukosa darah adalah salah satu
akan serat dan nutrisi. Pola hidup demikian pemeriksaan yang paling sering diusulkan

661
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

oleh para klinisi di instalasi kesehatan. Salah satu tahapan pra analitik yang sering
Dewasa ini telah ditemukan suatu alat yang dilakukan di laboratorium rumah sakit
dapat digunakan untuk melakukan maupun di laboratorium klinik mandiri
pemeriksaan glukosa darah secara cepat yang adalah pengambilan darah kapiler.
disebut dengan blood glucose meter atau Pengambilan darah kapiler tetesan pertama
Point-Of-Care-Testing (POCT) glukosa. Alat terlebih dahulu dihapus dengan kapas kering
ini, menurut Tonyushkina dan Nichols baru kemudian tetesan darah kedua
(2009), adalah salah satu kemajuan teknologi digunakan untuk pemeriksaan. Penggunaan
yang paling penting dalam monitoring kadar kapas kering untuk menyerap tetesan darah
glukosa darah pada pasien. Point-of-Care pertama yang mengandung sisa cairan
Testing glukosa sudah sering digunakan di jaringan.
instalasi kesehatan, instalasi gawat darurat, Penggunaan tetesan darah pertama dapat
bahkan di rumah pasien. Alat ini banyak menyebabkan terjadinya hasil kadar glukosa
digunakan karena selain mudah dan praktis rendah dari semestinya karena masih
untuk digunakan, hasil dari pemeriksaan mengandung sisa cairan jaringan sehingga
glukosa darah juga dapat diketahui dalam terjadi pengenceran yang menimbulkan
hitungan detik dan membutuhkan sampel kesalahan dalam interpretasi hasil
yang sedikit. pemeriksaan (Tonyushkina dan Nicholas,
POCT glukosa pertama kali diperkenalkan 2009). Pada kenyataan yang terjadi di
pada tahun 1980 di Amerika Utara, dimana lapangan masih ada beberapa instalasi
pada saat itu terdapat 2 jenis yaitu kesehatan dan pengguna mandiri yang
Glukometer (Bayer) dan Accu-Check meter menggunakan tetesan darah pertama untuk
(Roche). Pada umumnya prinsip kerja alat ini pemeriksaan. Hal ini dikarenakan masih
menggunakan teknologi biosensor, yang kurangnya informasi penggunaan tetesan
mana muatan listrik yang dihasilkan oleh darah pertama pada suatu pemeriksaan yang
interaksi kimia antara zat tertentu dalam jika digunakan dapat mengakibatkan
darah dan zat kimia pada reagen kering terjadinya kesalahan dalam menginterpretasi
(strip) yang akan diukur dan dikonversi hasil pemeriksaan serta dalama segi waktu
menjadi angka yang sesuai dengan jumlah lebih cepat sehingga menghindari terjadinya
muatan listrik. Angka yang dihasilkan pembekuan darah.
dianggap setara dengan kadar zat yang diukur Hal ini mendorong peneliti untuk melihat
dalam darah (Menkes, 2010). Beberapa apakah ada perbedaan signifikan terhadap
penelitian menilai keakuratan pemeriksaan perbedaan kadr glukoa darah berdasarkan
kadar glukosa darah menggunakan tetesan darah kapiler tanpa dan dengan
glukometer cukup baik dengan sensivitas hapusan kapas kering metode POCT
70% dan spesivitas 90% (Weitsgsser dkk,
2007) METODE
Akurasi hasil pemeriksaan kadar glukosa Jenis penelitian adalah observasional analitik
darah dengan glucometer dilakukan sesuai dengan rancangan cross-sectional. Penelitian
dengan tahapan Good Laboratory Practice dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik
(GLP) yaitu pra anlitik, analitik, dan paska Universitas Muhammadiyah pada tanggal 17-
analitik. Tahap pra analitik merupakan tahap 18Juli 2017. Objek penelitian ini adalah
penentuan kualitas sampel yang akan kadar glukosa darah sewaktu mahasiswa DIV
digunakan pada tahap-tahap selanjutnya. Analis Kesehatan Universitas
Suatu kesalahan pada tahap pra analitik ini Muhammadiyah Semarang. Alat dan bahan
dapat memberikan kontribusi sekitar 61% yang digunakan pada penelitian ini adalah
dari total kesalahan hasil pemeriksaan di Blood Lancet, Softklik, Alkohol swab,
laboratorium, sementara kesalahan analitik Kapas, Glucometer, dan Strip glukosa. Data
25%, dan kesalahan pasca analitik 14%. yang diperoleh pada penelitian ini adalah
(Mengko. R, 2013). data primer hasil pemeriksaan kadar glukosa

662
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

darah tanpa dan dengan hapusan kapas kering 91,56 mg/dl, sedangkan nilai rerata pada
metode POCT kemudian dianalisa dengan uji kadar glukosa dengan hapusan kapas kering
Sample t-test berpasangan. adalah 103,75 mg/dl. Selisish rerata kedua
variabel sebesar 12,19 mg/dl.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji sample t-test berpasangan
Hasil pemeriksaan glukosa darah tanpa dan didapatkan nilai psig 0,000 < dari α= 0,05,
hapusan kapas kering metode POCT dapat maka dapat dinyatakan Ha diterima yang
dilihat pada Gambar 1. berarti bahwa terdapat perbedaan signifikan
hasil kadar glukosa darah tanpa hapusan
150 kapas kering dan dengan hapusan kapas
kadar gluksoa darah (mg/dl)

kering mtode POCT.


100 Analisa data uji statistik didapatkan ada
perbedaan yang signifikan antara kadar
50 glukosa darah tanpa hapusan kapas kering
dan dengan hapusan kapas kering metode
POCT. Pada hasil pemeriksaan kadar
0 glukosa darah tanpa hapusan kapas kering
1 3 5 7 9 11 13 15 menunjukkan hasil kadar glukosa darah yang
no sampel lebih rendah dibandingkan kadar glukosa
tanpa hapusan kapas kering dengan hapusan kapas kiering. Hal ini
dikarenakan sampel darah kapiler tanpa
Gambar 1. Grafik hasil pemeriksaan kadar hapusan kapas kering masih tercampur
glukosa darah tanpa dan hapusan kapas kering dengan sisa cairan jaringan karena adanya
metode POCT sedikit pemijatan sebelum dilakukan
penusukan, sehingga terjadi milking atau
Gambar 1, menunjukkan pada hasil kadar mengencer yang menyebabkan kadar glukosa
glukosa darah tanpa hapusan kapas kering darah ketika diperiksa menjadi rendah
menunjukkan kadar glukosa darah yang lebih (Tonyushkina dan Nicholas, 2009),
rendah dibandingkan dengan kadar glukosa sedangkan pada hasil kadar glukosa darah
darah dengan hapusan kapas kering, dimana dengan hapusan kapas kering menunjukkan
pada sampel no. 1 menunjukkan angka hasil yang lebih tinggi sudah tidak
selisih rerata yang cukup besar yaitu 33 mengandung sisa cairan jaringan.
mg/dl. Cairan jaringan membentuk kira-kira 30%
cairan tubuh, dimana air menjadi medium
Tabel 1. Data Deskriptif Rerata Kadar yang berada ditengah-tengah sel tubuh.
Glukosa Darah Tanpa dan Dengan Hapusan Pertukaran air dan zat terlarut bergantung
Kapas Kering Metode POCT dari beberapa daya tekanan antara lain
Kadar glukosa darah tekanan osmotic koloid darah yang dibentuk
Selisih
(mg/dl)
Variabel N Rerata oleh protein plasma akan bekerja sama
Rerata Min Max
(mg/dl) dengan tekanan jaringan untuk menarik sisa
cairan jaringan yang ada dalam sel menuju
Tanpa Hapusan 16 91,56 75 127 ke dalam darah kapiler (Pearce, 2009).
kapas kering Pada sampel No.1 menunjukkan selisih rerata
Dengan hapusan 16 103,75 89 137
yang cukup besar antara kedua variabel yaitu
kapas kering 12,19 33 mg/dl, dimana faktor kesalahan yang
mungkin terjadi pada penelitian ini adalah
kesalahan faktor teknis ketika pengambilan
Tabel 1, hasil penelitian menunjukkan dari16 darah kapiler terjadi pemerasan pada ujung
sampel didapatkan nilai rerata pada kadar jari hal ini dikarenakan kurang dalamnya
glukosa tanpa hapusan kapas kering adalah tusukan ketika melakukan pengambilan darah

663
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

kapiler yang dikarenakan kondisi kulit jari Williams and Wilkins,


tangan pasien cukup tebal. Hal ini Philadelphia
menyebabkan darah kapiler tanpa hapusan Darwis Y, dkk. 2005. Pedoman Pemeriksaan
kapas kering masih mengandung sisa cairan Laboratorium untuk Penyakit
jaringan karena adanya penekanan ketika Diabetes Melitus Jakarta :
dilakukan pemeriksaan yang menyebabkan Departemen Kesehatan
hemodilusi. Hemodilusi merupakan Indonesia.
peningkatan kandungan cairan darah yang Depkes RI. 2005. Pedoman Pemeriksaan
menyebabkan terjadinya penurunan Laboratorium untuk Penyakit
konsentrasi darah,sehingga hal ini yang Diabettes Melitus. Jakrta :
menyebabkan kadar glukosa darah lebih Puslabkes
rendah. Nilai rerata kadar glukosa tanpa Depkes RI. 2008. Pedoman Praktik
hapusan kapas kering dan dengan hapusan Labotratorium Kesehatan yang
kapas kering menunjukkan selisih sebesar benar ( Good Laboratory
12,19 mg/dl, dimana selisih rerata cenderung Practice ) . Jakarta : Depkes
besar jika dilakukan pemeriksaan glukosa Evelyn C. Pearce. 2009. Anatomy and
darah pada penderita Diabetes Melitus karena Physiology For Nurse. Jakarta :
akan berpengaruh pada proses pengobatan PT. Gramedia Pustaka Utama
Fox. C., & Kilvert, A. 2010. Bersahabat
SIMPULAN DAN SARAN dengan Diabetes Melitus Tipe 2.
Simpulan Depok : Penebarplus
Secara umum hasil yang didapatkan setelah James, K. 2011. Nursing Laboratory and
dilakukan perhitungan secara statistik Diagnostic Test. New York :
terdapat perbedaan signifikan kadar glukosa Schauma’s Outline Series
berdasarkan tetesan darah kapiler tanpa dan Kahar, Hartono. 2006. Keuntungan dan
dengan hapusan kapas kering metode POCT. Kerugian Penjaminan Mutu
Pemeriksaan glukosa darah metode POCT Berdasarkan Uji Memeastikan
sebaiknya menggunakan tetesan darah Kecermatan ( POCT ).
kapiler yang terlebih dahulu dihapusan kapas Indonesia Journal of Clinical
kering dan tidak adanya pemerasan pada jari Pathology and Medical
untuk mendapatkan kadar glukosa darah Laboratory, Vol. 13, No. 1
yang sebenarnya sesuai dengn GLP (Good Kiswar. R. 2014. Hematologi & Transfusi.
Laboratory Practice). Jakarta: Erlangga
Saran Mahendra, dkk. 2008. Care Your Self,
Penelitian selanjutnya disarankan Diabetes Melitus. Jakarta :
membedakan kadar glukosa darah tanpa dan Penebarplus
dengan hapusan kapas kering metode POCT Manual On Call Chosen. 2017. Petunjuk
pada pemeriksaan glukosa darah sewaktu Penggunaan On Call Chosen.
pada penderita Diabetes Melitus. ACON Diabetes Care
International
DAFTAR PUSTAKA McPherson RA, Pincus MR.2007. Henry`s
Clinical Diagnosis and
Arif, M. 2011. Dasar-Dasar Flebotomi. Management by Laboratory
Makassar: LEPHAS Methods. 21st ed.USA :
Bakta, I. 2006 . Hematologi Klinik ringkas. Saunders Elsevier.
Jakarta : EGC Mengko. R,. 2013. Instrumen Laboratorium
Bishop M.L., Duben-Engelkirk JL, Fody EP., Klinik. ITB : Bandung.
2010. Clinical Chemistry, Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Principles, Procedures, 2010. Keputusan Menteri
Correlations. 6th ed. Lippincott Kesehatan Republik Indonesia

664
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

Nomor Pupuk. Kalimantan Timur : RS.


1792/Menkes/SKI/XII/2010 Pupuk Kaltim
tentang Pedoman Pemeriksaan
Kimia Klinik I.
Murray et al. 2009. Biokimia Herper Edisi
27. Penerjemah : dr. Brahman
U. Pandit. Jakarta; EGC
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi,
Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Perkeni. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes mellitus
tipe 2. Jakarta: Perkeni.
Perkeni. 2011. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes mellitus
Tipe 2 di Indonesia 2011.
Jakarta: Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia
(Perkeni)
Sacher RA, Mc Pherson RA. 2004. Tinjauan
klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Edisi 11.
Penerjemah: Brahm Pendit,
Dewi Wulandari.Jakarta: EGC.
Tonyushkina, K., & Nicholas, J. H. 2009.
Glucose Meters : A Review of
Technical Challenges to
Obtaining Accurate Results.
Journal of Diabetes Science and
Technology, July, 3 ( 4 ).
Widaghdo, 29 Desember 2013. Point Of Care
Testing (POCT) – Kimia Darah.
http://mltunite.blogspot.co.id/2
013/12/point-of-care-testing-
poct-kimia-darah.html. Diunduh
pada tanggal 10 April 2017
Wiwik, H & Sulistyo, H. 2008. Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi.
Jakrta : Salemba
Yuni Rahamaniar, 2013. Perbandingan hasil
pemeriksaan glukosa 2 Jam Post
Prandial metode stik tanpa
hapusan kapas kering dan
dengan hapusan kapas kering di
Labortaorium Rumah Sakit

665

Anda mungkin juga menyukai