Faringitis Kronis
Faringitis Kronis
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN THT
RSUD TARAKAN
Disusun Oleh:
Muhammad Naufal Nordin
11-2011-261
Pembimbing :
Dr. Riza Rizaldi, Sp.THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan status beserta tinjauan pustaka
ini tepat pada waktunya dengan judul “Faringitis Kronik”.
Dalam makalah ini saya mencantumkan hal berkenaan penyakit yang sering terjadi di THT iaitu
Faringitis kronik, terutama pada orang dewasa serta beberapa penyakit yang merupakan diagosis
bandingnya dan cukup populer di masa kini. Makalah ini berisikan mengenai cara anamnesis,
pemeriksaan, diagnosis, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan, prognosis dan epidemiologi dari
penyakit tersebut yang ditulis dalam bentuk tinjauan pustaka dan status pasien.
Saya menyadari bahwa status dan tinjauan pustaka ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan status dan tinjuan pustaka ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan status dan tinjauan pustaka ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan senantiasa
merestui segala usaha kita. Amin.
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT THT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT THT
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN, JAKARTA
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal : 22/07/2013 Jam : 1000 WIB
Keluhan utama :
Sakit tenggorokan sejak 1 bulan SMRS
Sejak 1 bulan SMRS pasien mulai merasakan sakit di tenggorokannya. Sakit yang
dirasakan hilang timbul, terutama timbul selepas makan. Sakitnya seperti panas di tenggorokan
dan menjalar ke dada. Sakit tenggorokannya juga sering timbul jika terpapar debu atau asap.
Pasien juga merasakan seperti mengganjal di dalam tenggorokannya. Tidak ada riwayat sakit
sewaktu menelan atau sulit menelan pada pasien, tenggorokan tidak gatal dan tidak ada nafas
berbau. Tidak ada riwayat trauma pada tenggorokan pasien.
1 hari SMRS, pasien mulai batuk-batuk. Batuk yang dirasakan hilang timbul dan
diperburuk oleh paparan debu dan asap. Batuk pada pasien tidak disertai dengan darah,batuk
kering dan tidak beriak. Tidak ada riwayat penurunan berat badan yang mendadak pada pasien
dalam 1 bulan ini. Suara pasien juga mulai serak dan sulit untuk berbicara. Kepala pasien juga
sering sakit dalam 1 bulan ini dan badan terasa panas dingin. Tidak ada riwayat demam pada
pasien dalam 1 bulan ini. Tidak ada pilek,mual muntah atau gangguan pendengaran pada pasien.
Pasien tidak sulit untuk makan atau minum, masih bisa menggerakkan mulut untuk mengunyah
dengan baik.
Sebelum ini pasien pernah mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun yang lalu.
Keluhan membaik 3 bulan kemudian selepas mendapatkan pengobatan di rumah sakit. Pasien
sering dan suka makan makanan yang pedas dan minum minuman bersoda, walaupun saat
keluhan tenggorokan pasien timbul. Pasien juga kurang minum air terutama sewaktu bulan puasa
ini. Pasien jarang mengkonsumsi minuman ber ‘es’ atau kopi. Pasien tidak ada riwayat merokok,
minum alkohol dan menyangkal adanya riwayat alergi sejak kecil dan maag. Kira-kira 20 tahun
yang lalu, pasien pernah sakit amandel sehingga dioperasi dan dirawat di rumah sakit.
Pasien menyatakan tidak ada riwayat alergi maupun asma dalam keluarganya.
PEMERIKSAAN FISIK
Status General
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Status Gizi : cukup
Nadi : 88 x/menit
Tensi : 110/70 mmHg
Suhu : 37,2 0 C
RR : 22 x/menit
TELINGA
KANAN KIRI
Bentuk daun telinga Normotia Normotia
Kelainan kongenital Tidak ada Tidak ada
Radang, tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri tekan tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan daun telinga Tidak ada Tidak ada
Kelainan pre, infra, Abses (-), hiperemis (-), nyeri Abses (-), hiperemis (-), nyeri
retroaurikuler tekan (-), benjolan (-) tekan (-), benjolan (-)
Region Mastoid Abses (-),nyeri tekan (-) Abses (-), nyeri tekan (-)
Liang telinga Lapang, furunkel (-), jaringan Sempit, furunkel (-), jaringan
granulasi (-), serumen (-), granulasi (-), serumen (-),
sekret (-) hiperemis (-), sekret (-), darah (-), hiperemis
edema (-). (-), edema (-).
Membran timpani Utuh, reflek cahaya (+), Utuh, reflek cahaya (+),
Hiperemis(-), perforasi (-) Hiperemis(-), perforasi (-)
TES PENALA
KANAN KIRI
Rinne (-) (-)
Weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Schwabach Sama dengan pemeriksa Sama dengan pemeriksa
Penala yang dipakai 512 Hz 512 Hz
HIDUNG
PEMERIKSAAN TRANSILUMINASI
TENGGOROK
FARING
Dinding faring : Hiperemis (+), mukosa tidak rata, granul (+), post nasal drip (-)
penebalan dinding lateral faring , lendir mukoid (-)
Arcus : Hiperemis (+) simetris
Tonsil : T0-T0 (operasi)
Uvula : Bentuk normal, di garis median, hiperemis (-)
Gigi : Semua gigi dalam batas normal
LARING
Epiglotis : hiperemis (+), tumor (-), kista (-), simetris, edema (-)
Plica aryepiglotis : hiperemis (+), tumor (-), kista (-), simetris, edema(-)
Arytenoids : hiperemis (+), tumor (-),granul (-), edema (-)
Ventricular band : hiperemis (+), tumor (-),paralisis (-). polip (-) edema
(-)
Pita suara : hiperemis (+), tumor (-), paralisis/parese (-)
Rima glotis : hiperemis (+), tumor (-), terbuka
Sinus piriformis : hiperemis (+), tumor (-),korpus alineum (-) sekresi (-)
Kelenjar limfe submandibula dan cervical : tidak membesar, tidak ada nyeri tekan
RESUME
Sejak 1 bulan SMRS pasien mulai merasakan sakit di tenggorokannya. Sakit yang dirasakan
hilang timbul, terutama timbul selepas makan. Sakitnya seperti panas di tenggorokan dan
menjalar ke dada. Sakit tenggorokannya juga sering timbul jika terpapar debu atau asap. Pasien
juga merasakan seperti mengganjal di dalam tenggorokannya. 1 hari SMRS, pasien mulai batuk-
batuk. Batuk yang dirasakan hilang timbul dan diperburuk oleh paparan debu dan asap. Suara
pasien juga mulai serak dan sulit untuk berbicara. Kepala pasien juga sering sakit dalam 1 bulan
ini dan badan terasa panas dingin. Sebelum ini pasien pernah mengalami keluhan yang sama
sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan membaik 3 bulan kemudian selepas mendapatkan pengobatan
di rumah sakit. Pasien sering dan suka makan makanan yang pedas dan minum minuman
bersoda, walaupun saat keluhan tenggorokan pasien timbul. Pasien juga kurang minum air
terutama sewaktu bulan puasa ini
Telinga kanan
Hidung
Tenggorok
Dinding faring hiperemis, terlihat banyak granul di permukaan dinding faring dan post nasal drip
(-) lendir mukoid (-) Arcus faring hiperemis. Pada pemeriksaan laring kelihatan epiglotis hingga
sinus piriformis hiperemis.
WORKING DIAGNOSIS
Faringitis Kronik Hiperplastik dengan Eksaserbasi Akut ec LPR dan alergi
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad Bonam
Ad fungsionam : Ad Bonam
Ad sanationam : Ad Bonam
PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
a. Antibiotik : Amoksisilin 3 x 500 mg selama 6-10 hari
b. Antiinflamasi : Kortikosteroid 2x5 mg/hari selama 14 hari
c. Antitusif :Mengurangi gejala batuk (Bromhexin)
d. PPI inhibitor untuk mengontrol asam lambung : Omeprazole 1x20mg
2. Non-medikamentosa
a. Terapi lokal : kaustik faring dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau
dengan listrik (electro cauter)
b. Irigasi mukosa tenggorokan dengan larutan fisiologis NaCl untuk membersihkan
mukosa oral tenggorokan
c. Throat culture : mengetahui penyebab dari radang tenggorokan
ANJURAN
Menghindari iritan seperti paparan debu atau asap dengan memakai masker di
persekitarannya
Mengurangkan makanan yang bisa merusak mukosa tenggorokan seperti makanan pedas,
soda, atau minum es.
PEMBAHASAN
Nasofaring merupakan bagian tertinggi dari faring, adapun batas-batas dari nasofaring ini
antara lain : - batas atas : Basis Kranii
- batas bawah : Palatum mole
- batas depan : rongga hidung
- batas belakang : vertebra servikal
Nasofaring yang relatif kecil mengandung serta berhubungan erat dengan beberapa
struktur penting seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring dengan resesus
faring yang disebut fossa Rosenmuller, kantong ranthke, yang merupakan invaginasi struktur
embrional hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba Eustachius, koana, foramen jugulare, yang dilalui oleh Nervus Glossopharyngeus,
Nervus Vags dan Nervus Asesorius spinal saraf cranial dan vena jugularis interna, bagian
petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba Eustachius.1,3
Orofaring disebut juga mesofaring, karena terletak diantara nasofaring dan laringofaring.
Dengan batas-batas dari orofaring ini antara lain, yaitu :
- batas atas : palatum mole
- batas bawah : tepi atas epiglottis
- batas depan : rongga mulut
- batas belakang : vertebra servikalis
Struktur yang terdapat di rongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil
palatine, fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen
sekum.
Laringofaring (hipofaring) merupakan bagian terbawah dari faring. Dengan batas-batas
dari laringofaring antara lain, yaitu : - batas atas : epiglotis
- batas bawah : kartilago krikodea
- batas depan : laring
- batas belakang : vertebra servikalis1,3
Proses menelan merupakan suatu proses yang kompleks, yang memerlukan setiap organ yang
berperan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Dalam proses menelan ini
diperlukan kerjasama yang baik dari 6 syaraf cranial, 4 syaraf servikal dan lebih dari 30 pasang
otot menelan.
Pada proses menelan terjadi pemindahan bolus makanan dari rongga mulut ke dalam lambung.
Secara klinis terjadinya gangguan pada deglutasi disebut disfagia yaitu terjadi kegagalan
memindahkan bolus makanan dari rongga mulut sampai ke lambung.2
Otot-otot yang mengkomando organ bicara diatur oleh motor nuclei di otak, dengan
produksi suara diatur oleh control pusat di bagian rostral otak.
Respirasi. Proses bicara diawali oleh sifat energi dalam aliran dari udara. Pada bicara yang
normal, aparatus pernapasan selama ekshalasi menyediakan aliran berkesinambungan dari udara
dengan volume yang cukup dan tekanan (di bawah kontrol volunteer adekuat) untuk phonasi.
Aliran dari udara dimodifikasi dalam fungsinya dari paru-paru oleh fasial dan struktur oral dan
memberikan peningkatan terhadap simbol suara yang dikenal sebagai bicara.2
1.3. Definisi
Faringitis adalah peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun
non infeksi.
1.4. Etiologi
Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%) bakteri (5-
40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling banyak teridentifikasi
dengan Rhinovirus (±20%) dan coronaviruses (±5%). Selain itu juga ada Influenza virus,
Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie virus A,
cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat menyebabkan
terjadinya faringitis.
Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 5-15%
penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab faringitis
yang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia <3tahun.
Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria gonorrhoeae,
Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan Treponema
pallidum, Mycobacterium tuberculosis.
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita faringitis.
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.2
1.5 Patogenesis
Bakteri S. Pyogenes memiliki sifat penularan yang tinggi dengan droplet udara yang
berasal dari pasien faringitis. Droplet ini dikeluarkan melalui batuk dan bersin. Jika bakteri ini
hinggap pada sel sehat, bakteri ini akan bermultiplikasi dan mensekresikan toksin. Toksin ini
menyebabkan kerusakan pada sel hidup dan inflamasi pada orofaring dan tonsil. Kerusakan
jaringan ini ditandai dengan adanya tampakan kemerahan pada faring Periode inkubasi faringitis
hingga gejala muncul yaitu sekitar 24 – 72 jam.
Kontak dengan pasien penderita faringitis karena penyakit ini dapat menular melalui
udara
Alergi 2,4
b. Faringitis Bakterial
Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yang
tinggi dan jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan
tonsil hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri
pada penekanan.
Gambar : Streptococcal Pharyngitis
c. Faringitis Fungal
Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di
orofaring dan mukosa faring lainnya hiperemis.
1.12. Komplikasi
Komplikasi infeksi GABHS dapat berupa demam reumatik, dan abses peritonsiler.
• Komplikasi umum faringitis terutama tampak pada faringitis karena bakteri yaitu : sinusitis,
otitis media, epiglotitis, mastoiditis, dan pneumonia. Kekambuhan biasanya terjadi pada pasaien
dengan pengobatan yang tidak tuntas pada pengobatan dengan antibiotik, atau adanya paparan
baru.
• Demam rheumatic akut(3-5 minggu setelah infeksi), poststreptococcal glomerulonephritis, dan
toxic shock syndrome, peritonsiler abses
• Komplikasi infeks mononukleus meliputi: ruptur lien, hepatitis, Guillain Barré syndrome,
encephalitis, anemia hemolitik, myocarditis, B-cell lymphoma, dan karsinoma nasofaring.1,5
DAFTAR PUSTAKA