PENDAHULUAN
Vulvovaginitis adalah inflamasi pada vagina dan vulva, yang paling sering diakibatkan
oleh infeksi bakteri, jamur, atau parasit. Vulvovaginitis menyebabkan adanya duh vagina, iritasi,
dan gatal. Vulvovaginitis merupakan salah satu alasan paling sering mengapa wanita
vaginalis merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan bakterial vaginosis pada wanita
usia reproduktif. Pernah disebutkan bahwa 50% wanita yang aktif seksual pernah terkena
infeksi G.vaginalis, tapi hanya sedikit yang menimbulkan gejala. Sekitar 50% ditemukan pada
pemakai IUD dan 86% ditemukan bersama dengan infeksi Trichomonas. Memperkirakan jumlah
pasien dengan bakterial vaginosis sangat sulit karena Gardnerella vaginalis bisa didapatkan
dari vagina pada 30-50% wanita yang tidak bergejala (Djuanda dkk., 2007; Leber, 2009).
Pasien biasanya mengeluh adanya sekret vagina yang berwarna putih abu-abu yang
membentuk lapisan tipis pada dinding vagina dan berbau amis. G.vaginalis merupakan flora
normal yang melekat pada dinding vagina dan beberapa peneliti menyatakan terdapat
hubungan yang erat antara bakteri ini dengan patogenesis dari bakterial vaginosis. Faktor lain
yang dapat menyebabkan terjadinya bakterial vaginosis adalah busa sabun, produk pembersih
vagina, multipel seksual partner, seringnya coitus, dan penggunaan IUD (Stoppler, 2011).
Bakterial vaginosis merupakan 60% dari seluruh infeksi pada vagina, terutama pada
wanita dewasa muda yang mempunyai aktifitas seksual yang aktif (usia reproduktif). Bakterial
vaginosis merupakan kondisi yang sering terjadi, dilaporkan bahwa hampir 29% wanita di
Amerika Serikat menderita bakterial vaginosis. Bakterial vaginosis ditemukan pada 16% wanita
hamil dan 60% pada wanita yang menderita penyakit menular seksual (Stoppler, 2011).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara penegakan diagnosis bakterial vaginosis
2. Mengetahui terapi bakterial vaginosis
1.4 Manfaat
dokter muda mengenai Bakterial Vaginosis dalam hal pelaksanaan anamnesa, pemeriksaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
pertumbuhan bakteri anaerob dan Gardnerella vaginalis yang berlebihan. Bakteri anaerob dan
Gardnerella vaginalis juga merupakan flora normal selain Lactobacillus, yang merupakan flora
normal dominan pada vagina, namun pertumbuhan berlebih dari kedua bakteri tersebut
menimbulkan duh yang tipis, homogen, berbau amis, berwarna abu-abu ang melekat pada
dinding vagina dan sering terdapat pada introitus. Meskipun demikian, untuk menemukan
penyebab lain dari vaginitis, epitel vagina terlihat normal dan leukosit biasanya tidak muncul.
Bau amin amis yang diproduksi oleh bakteri anaerob dikuatkan ketika KOH 10% ditambahkan
Sindrom yang dikenal sebagai bakterial vaginosis telah mengalami perubahan nama
beberapa kali sejak pertengahan tahun 1950. Nama vaginitis non spesifik awalnya digunakan
untuk membedakan sindrom vaginitis spesifik yang terkait dengan Trichomonas vaginalis dan
jamur. Ketika Gardner dan Dukes menemukan bahwa Haemophilus vaginalis (sekarang dikenal
dengan Gardnerella vaginalis) merupakan agen etiologis dari bakterial vaginosis, nama sindrom
ini diubah. Istilah vaginosis diperkenalkan untuk menegaskan bahwa bakterial vaginosis tidak
seperti vaginitis spesifik, dimana ada peningkatan duh tanpa ada inflamasi yang signifikan, hal
ini ditandai dengan tidak ditemukannya leukosit polimorfonuklear. Istilah bakterial vaginosis
mulai digunakan untuk menandai bahwa sindrom ini lebih disebabkan oleh bakteri daripada
jamur atau parasit, namun identitas dari bakteri ini belum sepenuhnya jelas. Karena banyak
vaginosis yang berhubungan dengan flora ini bersifat anaerob, istilah vaginosis anaerob juga
pernah diusulkan. Namun yang paling akhir, nama bakterial vaginosislah yang
2.2 Etiologi
bakteri lain dalam mengakibatkan bakterial vaginosis. Bakterial vaginosis diketahui sebagai
infeksi polimikrobial yang sinergis. Beberapa bakteri yang berhubungan meliputi spesies
hominis, Ureaplasma urealyticum, dan Streptococcus viridans juga memainkan peran dalam
bakterial vaginosis. Atopobium vaginae sekarang dianggap sebagai patogen yang terkait
spesies aerob dan fakultatif serta obligat anaerob. Dari kesemuanya, anaerob spesies anaerob
merupakan yang predominan dan melebihi spesies aerob dengan perbandingan 10:1. Tabel
Proteus spp
Enterobacter spp
Acinetobacter spp
Citrobacter spp
Pseudomonas spp
Anaerob
Peptostreptococcus spp
Clostridium spp
bergerak, dan berbentuk batang Gram negatif atau Gram variabel, tes katalase,
oksidase, reduksi nitrat, indole dan semuanya negatif (Djuanda dkk., 2007).
Kuman ini bersifat anaerob fakultatif, dengan produk akhir utama pada
fermentasi berupa asam asetat; banyak galur yang juga menghasilkan asam
laktat dan asam format. Ditemukan juga galur anaerob obligat (Djuanda dkk.,
2007).
membentuk koloni abu-abu pada agar cokelat, juga bisa tumbuh pada agar
HBT. Sebuah media selektif untuk Gardnerella vaginalis adalah agar darah asam
asam folat, biotin, purin, dan pirimidin (AAFP, 2006; Djuanda dkk., 2007).
Bakteri ini mempunyai dinding sel gram positif, tapi karena dinding selnya
sangat tipis, di mikroskop akan terlihat seperti dinding sel gram positif atau gram
vaginalis dengan bakterial vaginosis, demikian pula studi lainnya, akan tetapi
2.3 Epidemiologi
pada tingkat sosial ekonomi penduduk. Pernah disebutkan bahwa 50% wanita
yang aktif seksual pernah terkena infeksi G.vaginalis, tapi hanya sedikit yang
menimbulkan gejala. Sekitar 50% ditemukan pada pemakai IUD dan 86%
sekitar 21 juta wanita. Setiap tahun, 10 juta wanita datang ke dokter dengan
bakterial vaginosis dan hampir 70% pada wanita tanpa keluhan bakterial
vaginosis. Gardnerella vaginalis dapat diisolasi pada hampir 80% uretra pria
Tetapi, tidak dianjurkan memberikan terapi pada pria tersebut karena tidak
kandungan adalah sekitar 10-25% dan yang mengunjungi klinik penyakit menular
daripada wanita kulit putih non Hispanik, tetapi belum bisa dijelaskan dengan
pasti. Infeksi dan atau kolonisasi Gardnerella vaginalis lebih sering terjadi pada
wanita usia reproduktif dan sangat jarang pada pria, meskipun kolonisasi
seksual dari wanita dengan bakterial vaginosis. Penelitian terbaru oleh Bradshaw
aktivitas seksual dengan wanita lain, usia muda pada saat berhubungan seksual,
merokok, ras kulit hitam (Stoppler, 2011; Curran, 2010; Schorge et al., 2008).
2.4 Patogenesis
pasti, kondisi ini diduga karena perubahan keseimbangan flora normal di vagina
semua bakteri anaerob hanya memiliki enzim katalase peroksidase dalam jumlah
melawan proliferasi bakteri patogen. Jika mekanisme pertahanan ini gagal, maka
Dapat terjadi simbiosis antara G.vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan
kuman anaerob beserta bakteri fakultatif dalam vagina yang mengubah asam
menyebabkan iritasi kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan
sekret pada dinding vagina. Organisme ini tidak invasif dan respons inflamasi
lokal yang terbatas dapat dibuktikan dengan sedikitnya jumlah leukosit dalam
Bau vagina merupakan gejala yang paling sering dan sering dijadikan
o Vaginal Douching
(Curran, 2010)
Duh vagina
o Putih atau abu – abu, tipis, dan homogen serta melekat pada
mukosa vagina
tampak sangat basah namun biasanya sedikit atau sama sekali tidak ada
(Curran, 2010)
telah digunakan untuk mendiagnosa BV. (Keane, 2006). Metode diagnosis yang
umumnya digunakan adalah kriteria klinik Amsel dan metode pengecatan Gram.
digunakan dan dianggap sebagai baku emas dalam mendiagnosis BV. (Myziuk,
2003; Ison and Hay 2002; Gratacos et al, 1999). Kriteria Amsel menggunakan
kriteria klinik, yaitu seseorang terdiagnosis BV jika memenuhi tiga dari empat
kriteria, yaitu :
(Cunningham, 2005).
Metode ini cukup mudah dikerjakan serta hanya memerlukan alat yang
penilaian. Misalnya pada penilaian sekret vagina dan tes amin. Disamping itu
juga dibutuhkan ketrampilan dan ketelitian pemeriksa serta waktu yang cukup
sediaan preparat basah. Hal ini membuat pemeriksaan ini kurang praktis untuk
darah, sperma, riwayat vaginal douching, sekret servik yang lebih alkalis, dll.
(Schwebke, 1999)
metode pemeriksaan lain yang tidak hanya mengacu pada gambaran klinis
penderita. Metode pengecatan Gram telah cukup lama dikenal dan diterima
sebagai salah satu metode untuk mendeteksi perubahan flora vagina yang
masih belum dapat ditentukan mana yang merupakan standar baku emas dalam
(Ison and Hay, 2002). Metode pengecatan lebih praktis dan objektif dengan
melihat dan menghitung kuman secara langsung. Selain itu tidak dipengaruhi
oleh menstruasi atau hubungan seks yang dapat mengubah Ph dan variasi
metode ini cukup memakan waktu dan membutuhkan keahlian pemeriksa. (Ison
coccobacilli), dan Mobiluncus (curved rods). Pada metode ini, skor 0–3
antara kondisi normal dan BV. (Ison and Hay, 2002) Hal ini membuat kriteria
Nugent menjadi kurang praktis dan membingungkan pemeriksa pada saat harus
mendiagnosis sebagai BV+ atau tidak, terutama saat akan memberikan terapi.
bawah mikroskop dengan perbesaran objektif 100 kali (dari rerata 10 lapangan
pandang)
kali ditemukan :
Normal
keputihan yang seperti keju dan sering menyebabkan iritasi pada vagina dan kulit
sekitar vagina.
Atropic Vaginitis
dan adanya keluhan nyeri pada saat berhubungan seksual. Atropic Vaginitis
Trichomonas Vaginalis
Bisa menyebabkan keputihan yang banyak, berbau amis, nyeri pada saat
buang air kecil (BAK), nyeri pada saat berhubungan seksual, dan ditandai
2.10 Komplikasi
bayi berat lahir rendah, dan endometritis post partum. Oleh karena itu, beberapa
ahli menyarankan agar semua wanita hamil yang sebelumnya melahirkan bayi
mempunyai risiko persalinan preterm 3-8 kali lebih tinggi daripada wanita dengan
flora normal; wanita yang melahirkan prematur ternyata lebih banyak yang
melahirkan aterm; juga terjadinya ketuban pecah dini lebih sering terjadi pada
bakterial (4%).
2.9 Terapi
Tiga regimen terapi telah diajukan oleh 2006 Centers for Disease Control
dan pencegahan BV untuk wanita tidak hamil. (Tabel 3-3). Angka penyembuhan
peningkatan kembali atau rekurensi dari jumlah flora. Sedikitnya setengah dari
memiliki makna terhadap wanita yang mengalami rekurensi ini,dan juga tidak
konsisten.
Tabel 3-3 Rekomendasi terapi untuk bakterial vaginosis
Agent Dosis
Metronidazole 500 mg oral dua kali sehari untuk 7 hari
Metronidazole gel 5 g (1 full applicator) intravaginal sekali
yaitu pasien harus di KIE untuk menghabiskan antibiotik yang diberikan sekalipun
2.10 Pencegahan
Para ahli masih mencari tahu langkah yang terbaik untuk mencegah BV.
vagina dan anus setiap hari dengan sabun yang lembut. Usap daerah
vagina yang melindungi dari infeksi flora asing. Hal ini dapat
BV,terdapat 3 cara :
1. Abstain. Jangan melakukan hubungan seks. Cara terbaik untuk
(CDC, 2000)
BAB III
LAPORAN KASUS
Nama : Nn. NA
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan :-
Pendidikan :-
No. RM : 10957916
3.2 Anamnesis
Pasien mengeluhkan keputihan yang gatal, bau, warna putih kadang coklat. Satu
tahun yang lalu mendapat pengobatan di dokter lalu sembuh, namun sekarang
KB sekarang :-
STATUS GENERALIS
Nadi : 88 x/ menit
Tax : 36,6 C
- Perkusi : s s
s s
s s
v v - - - -
v v - - - -
Liver span 8 cm
Perkusi : Meteorismus Θ
Auskultasi : BU N
Genetalia Eksterna : flek (-), clot (-), fluksus (-), flour (+) minimal
Ekstremitas : edema - -
- -
PEMERIKSAAN DALAM
VT : Tidak dilakukan
Vulvovaginitis
VVP
Preparat Basah:
- Leukosit : + (positif)
- Epitel : + (positif)
- Lain-lain : - (negatif)
Preparat Kering:
- Lain-lain : - (negatif)
3.12 Monitoring
-
3.13 KIE
BAB IV
PEMBAHASAN
didapatkan keluhan utama pasien datang ke Poli Gynekologi RSSA pada tanggal
anamnesa lebih lanjut didapatkan bahwa keputihan ini sudah pernah dialami satu
tahun yang lalu dan telah mendapatkan pengobatan dari dokter. Pasien
menghilang, tapi saat ini kambuh lagi. Pada saat ini pasien mengaku keputihan,
dimana keputihan tersebut berbau amis, berwarna putih kadang – kadang coklat
dan disertai gatal di sekitar genital yang sangat mengganggu saat keputihannya
gangguan pada BAB dan BAK yang merupakan salah satu ciri dari infeksi yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Pada pasien ini tidak dilakukan Whiff
test, karena pemeriksaan ini hanya mengkonfirmasi bau amis yang terdapat
pada sekret dengan meneteskan KOH sehingga membentuk Volatile amin yang
menimbulkan fishy odor. Namun pada pasien ini bau amis tersebut sudah dapat
tercium tanpa menambahkan KOH, sehingga lebih efisien untuk tidak melakukan
Whiff test.
vital, kepala, leher, thorak, dan abdomen dalam batas normal. Sedangkan dari
pemeriksaan Vaginal Touche pada pasien ini karena pasien belum menikah.
Touche dan didapatkan TSA cukup, mukosa licin, tidak didapatkan massa
maupun nyeri tekan. Pada adneksa dan cavum douglasi dalam batas normal,
pemeriksaan penunjang yaitu Vulvovaginal Preparat (VVP). Pada pasien ini tidak
dilakukan uji PAP Smear karena pasien belum menikah mengaku belum pernah
menggunakan kapas lidi, lalu digoreskan pada 2 objek glass yang telah tersedia
dan diberi label, salah satunya diberikan 1 tetes normal saline sebagai preparat
basah dan diperoleh Leukost 1+, Epitel +, serta bakteri Coccus gram positif 1+.
Berdasarkan teori yang ada, pada pemeriksaan preparat basah pada penderita
dengan bakterial vaginosis didapatkan adanya sel darah putih serta adanya
epitel dan adanya bakteri Gardnerella vaginalis yang berbentuk bulat, cembung
yag merupakan strain gram negatif dan bersifat fakultatif anaerob. Namun, pada
VVP didapatkan bakteri yang ada yaitu bakteri coccus gram positif.
berulang, berwarna putih dan berbau serta riwayat penggunaan pantyliner dan
coccus gram positif bernilai positif satu (+1) dan pada preparat basah tidak
morfotype Gardnerella maupun bakteri gram negatif ataupun gram positif seperti
curve rods, batang gram negative, fusiform, serta coccus gram positif dan
sedikit (+1 atau +2), maka preparat diinterpretasikan sebagai Bakterial Vaginosis
organisme tersebut juga dapat ditemukan pada wanita tanpa BV termasuk wanita
yang belum aktif secara seksual (American Academy of Pediatrics, 2003). Maka
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah antibiotik klindamisin 2x300
mg selama 7 hari dan loratadine 1x1 bila gatal. Dengan KIE untuk menjaga
antibiotik sampai habis walaupun keluhan telah berkurang atau hilang, dan
kembali untuk kontrol bila obat telah habis. Hal ini telah sesuai dengan teori yang
dilakukan dengan pemberian antibiotik yang pada kasus ini pasien diberi
Klindamisin per oral yang merupakan salah satu regimen untuk BV dan terapi
telah merujuk pada faktor predisposisi Bakterial Vaginosis yang dialami pasien
tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
selama 7 hari.
5.2 Saran